Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid15 Bab 9

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 9 - Vorpal Sword[edit]

Bagian 1[edit]

Last Strike—Ini adalah teknik rahasia terakhir dari Absolute Blade Arts yang mana Greyworth harus mempertaruhkan nyawanya untuk mewariskannya pada Kamito.

Itu adalah teknik serangan balik terkuat yang membalikkan aliran kekuatan suci untuk menyerang musuh secara langsung.

Dengan dikembalikannya kekuatan Bursting Blossom Spiral Blade Dance pada dirinya, Kamito terhempaskan ke udara.

Satu-satunya alasan kenapa tubuhnya tidak terbelah menjadi dua adalah berkat dia menyadari aktifasi dari Last Strike tepat waktu, dengan demikian memungkinkan bagi dia untuk menempatkan pedang kembar itu pada posisi bertahan. Andaikan dia tidak merasakan teknik terkuat ini sebelumnya, akan mustahil bagi dia untuk membaca gerakan ini.

Membetuk lintasan melengkung di udara, tubuh Kamito menghantam lantai batu dengan keras.

"...Ack... Huff—!"

Sebuah tebasan diagonal membekas pada badannya dari pinggang sampai bahunya, terjadi pendarahan hebat. Tulang rusuknya hancur berantakan, membuat dia kesulitan bernafas.

Racun hitam mengalir keluar dari seluruh tubuh Kamito seolah menjilati dia, menghasilkan regenerasi dengan kecepatan yang mencengangkan. Akan tetapi, hal itu masih tak bisa menyembuhkan lukanya secara seketika.

Dalam diam Greyworth menurunkan pedang iblis yang berlumuran darah. Bahkan Penyihir Senja pun sampai terengah-engah. Dampak dari Last Strike itu sangat berat pada tubuh. Setelah mengeluarkan gerakan itu, mustahil untuk bergerak dalam waktu singkat.

—Seharusnya begitu, dia mungkin masih memiliki cukup kekuatan yang tersisa untuk melakukan serangan terakhir pada Kamito yang berada dalam keadaan babak belur, lalu melawan para Ksatria Kekaisaran Naga di istana.

(...Sialan.... Nggak bisakah aku menang....?)

Meskipin dia ingin memegang pedang kembarnya, jarinya tal bisa bergerak.

Memegang pedang iblis, Greyworth mendekat perlahan-lahan.

"Itu cukio lezat, Raja Iblis—"

—Lalu....

Tangan kirinya yang tertutup sarung tangan kulit terasa sedikit sakit.

...Kami...to... Apa kau, masih disana....?

Itu bukan suara Est.

Bukan pula suara Ren Ashdoll, yang menariknya kedalam kegelapan.

Itu adalah suara cewek itu.

(...Apakah kamu Restia?)

Kamito berkonsentrasi penuh pada suara didalam pikirannya.

Segel roh itu memancarkan panas yang menyengat dan memancarkan petir hitam yang langsung menghancurkan sarung tangan kulit tersebut.

Menyala tajam, segel berbentuk bulan hitam, menyimbolkan kegelapan, bersinar.

"...Ah... Guh...!"

...Kamito, aku disini, menunggumu, sepanjang waktu...

(Restia—!)

Memanggil namanya lagi dalam hatinya, lalu—

Kesadaran Kamito tenggelam kedalam kegelapan.

Bagian 2[edit]

Api terkuat dalam alam manusia—api pembakaran milik Laevanteinn mendekati Claire.

Terisolasi oleh dinding api yang mengepung dia, tak ada jalan untuk kabur.

Dan sekarat di dunia ini sama dengan kematian jiwa di dunia nyata.

".....!"

Itu mustahil untuk melawan menggunakan sihir roh dari api milik Scarlet. Claire buru-buru mengulurkan tangannya dan merapal mantra.

"O api sejati yang terukir diatas garis keturunan kuno, muncullah ditanganki untuk melahap api!"

Api pemusnah, lebih intens daripada kobaran api merah, bertabrakan dengan ganas dengan kobaran api pembunuh dewa milik Laevateinn.

"...Guh... Urgh...!"

....Akan tetapi, dia tak mampu memblokirnya.

Kobaran api yang tanpa batas dan kuat itu perlahan-lahan melahap api milik Claire sendiri.

—Sampai hari dimana kau mengakui perasaan sejatimu, api Elstein tidak akan pernah mengakuimu.

Kata-kata Rubia terngiang didalam pikirannya.

(....A-Apa, perasaan sejatiku...!)

Apakah dia memgabaikan apa yang dia rasakan sebenarnya?

(Kenapa aku mengejar kekuatan...?)

Sambil terpanggang oleh panas dari kobaran api itu, Claire merenungkan diri.

Tujuan awalnya adalah ikut serta dalam Blade Dance sehingga dia bisa bertemu dengan kakaknya lagi.

Sampai sekarang, dia berusaha mendapatkan kekuatan dikuar kendalinya dan gagal.

Orang yang membujuk dia pada saat itu dan mengajari dia bertarung adalah dia.

(Mengejar kekuatan semata hanya akan mengulangi kesalahan yang sama...)

Claire menyadarinya dan menggigit bibirnya.

(Tapu apa yang harus aku lakukan—?)

Perasaan sejati yang dia hindari. Hanya dengan memahami perasaan itu—

"Kau pikir api setingkat ini bisa menghentikan kemarahan dan ratapanku!?"

Api milik Rubia melonjak dan menderu. Mustahil bagi Claire untuk menahannya lebih jauh lagi—!

—lalu.

Dikakinya, Scarlet mengeong dan berlari ke depan untuk melindungi Claire.

"Scarlet! Jangan, meskipun kau adalah roh api, api pembunuh dewa milik Laevateinn akan—"

—Tolong bebaskan aku, master.

(...Huh?)

Claire mendengar suara kalem dari seorang cewek didalam pikirannya.

...Suara yang tak pernah dia dengar sebelumnya. Akan tetapi, entah kenapa suara itu terasa sangat akrab—

Claire menatap Ada yang ada di kakinya.

"Scarlet... Apa itu kau?"

Scarlet mengeong lagi dan mengeluarkan api yang intens.

Kobaran api milik Rubia di dorong mundur sedikit.

Saat Blade Dance, Claire telah melihat wujud sejati dari Scarlet. Kalau Claire bisa membebaskan dia, mungkin itu memungkinkan untuk menghadapi api ini. Namun—

"....Bagaimana caranya aku membebaskan kamu?"

—Harap bebaskan perasaanmu yang tulus, master.

"...Perasaanku yang tulus?"

Claire bingung.

Bahkan pada situasi yang mendesak ini, dia tidak tau apa yang harus dilakukan.

(Lagian, apaan sih yang dimaksud perasaanku yang tulus...!?)

Kobaran api tersebut semakin intens. Kekuatan Claire tak akan mampu menahan lagi.

Api Sejati Elstein—End of Vermilion—tidak hanya mengkonsumsi kekuatan sucinya tanpa kenal ampun, tetapi juga mengkonsumsi stamina dan kekuatan mentalnya...

"...Ah, urgh...!"

Tubuhnya terasa berat. Keningya berkeringat deras sembari kesadarannya perlahan-lahan semakin lenyap. Dia mungkin akan kehilangan kesadaran sebelum api itu membakar dirinya. Mungkin itu merupakan secuil kebaikan yang diberikan pada dia dari kakaknya. Itulah yang dia pikirkan.

Akan tetapi, pada saat itu, apa yang muncul dalam benaknya adalah wajah Kamito.

(...Nggak mungkin, gimana bisa aku mati ditempat seperti ini!?)

Mencemooh dirinya sendiri yang lemah, dia mengerahkan kekuatannya yang terakhir.

Claire memejamkan matanya dan berfokus pada hatinya sendiri.

Berharap untuk berdiri di samping Kamito— Harapan ini memang nyata.

Akan tetapi, kenapa dia berharap seperti itu...?

Apakah ini merupakan rasa rendah diri karena kelemahannya?—Bukan.

Apa karena dia khawatir pada Kamito? —Itu tidak sepenuhnya benar.

(Kamito, aku...)

Dug. Jantungnya berdegup kencang.

—Harap lebih jujur lagi, master.

....Benar, meskipun itu sudah jelas dalam hatiku.

Akan tetapi, perasaaan ini, selalu dia simpan menggunakan segala macam cara.

Meskipin dia sudah mengakuinya sejak dahulu, dia masih takut untuk menyatakannya.

Dia takut menjadi jujur.

(Seperti itulah, aku menyembunyikan perasaanku yang tulus, menipu hatiku sendiri...)

Roh terkontrak adalah suatu eksistensi yang berkaitan sangat erat dengan kedalaman hati seorang elementalist. Nggak peduli berapa banyak pengalaman yang dikumpulkan sebagai seorang elementalist, nggak peduli seberapa kuat kekuatan suci yang dimiliki—

Dengan hatinya yang berada dibawah keadaan semacam itu, gimana bisa roh terkontrak merespon pada dirinya?

(...A-Aku tau, aku hanya harus mengakuinya!)

Ditengah-tengah kobaran api—

"A-Aku—"

Claire menarik nafas secara paksa.

"Aku, mencintai, Kamitoooooooooooooo!"

Memerah sampai ke telinganya, dia berteriak keras-keras.

Memang, Claire Rouge mencintai Kazehaya Kamito.

Oleh karena itu, itulah kenapa dia ingin mendapatkan kekuatan yang memungkinkan dia berdiri disamping Kamito.

Inilah perasaan Claire yang tulus, bukan alasan, ataupun pelarian.

—Kau akhirnya bisa jujur, master.

"....!?"

Kobaran api ganas menyelimuti seluruh tubuh Scarlet—

Lalu yang muncul adalah—

Seorang gadis muda dengan rambut api panjang yang berkibaran.

Matanya yang menyala-nyala jauh lebih merah daripada ruby. Kobaran api menyelimuti badannya dan berderu tanpa henti.

"Scarlet...?"

Claire berbisik dalam keterkejutan.

"Scarlet Valkyrie—Ortlinde—telah turun ke dunia untuk menanggapi panggilan atas namaku yang sebenarnya."

Gadis berambut crimson itu mengulurkan tangannya pada api yang mendekat.

Kobaran api disekitar seluruh tubuhnya segera bergejolak dengan ganas.

"Untuk menanggapi perintah master, dengan ini aku akan mengeluarkan kekuatan sejatiku. Api singa merah—!"

Seketika setelah Ortlinde mengatakan hal itu....

Kobaran api berwarna crimson keluar dari seluruh tubuhnya—

Menelan Rubia dan Laevateinn.

Bagian 3[edit]

(...Tempat ini adalah?)

Setelah kesadarannya lenyap....

Kamito mendapati dirinya berada didalam kegelapan.

Itu adalah tenoay yang telah dia lihat berkali-kali dalam mimpinya.

Segel roh di tangan kirinya bersinar, sedikit menerangi kegelapan.

...Sekarang, Kamito bisa mengerti.

Ini bukanlah mimpi, sebaliknya, ini adalah dunia dimana Restia berada.

Melalui ikatan kontrak roh, dia memanggil kesadaran Kamito ke tempat ini—

Kamito mencari dalam kegelapan tersebut.

"Restia! Dimana kau, Restia!?"

Kegelapan yang lengket dan menjijikkan menelan tubuhnya.

"...! Restia!"

Sembari menyingkirkan kegelapan, Kamito bergerak maju.

Tiba-tiba, sosok dari seorang cewek dengan sayap berwarna hitam legam yang terlipat muncul dalam kegelapan.

"Restia!"

Didalam kegelapan yang seperti lumpur itu, Kamito berusaha untuk terus maju.

Seluruh tubuhnya diserang rasa sakit seolah terbakar. Akan tetapi, dia tidak berhenti. Bagaimana mungkin dia berhenti? Cewek itu berada di tempat gelap dan sepi ini, menunggu dia sepanjang waktu.

Akhirnya, dia sampai dan memegang tangan Restia erat-erat.

"Aku menunggumu, Kamito—"

Restia tersenyum.

"....Maafkan aku, aku sudah membuatmu menunggu cukup lama."

Dikelilingi oleh kegelapan yang tiada akhirnya, mereka berdua berciuman erat-erat.

Itu adalah kontrak roh mereka yang kedua—

Sayap hitam legam milik Restia bergerak menyelimuti Kamito.

Bagian 4[edit]

"...A-Ahhhhhhhhhhh....!"

Kegelapan yang mengerikan merangkak pada kulit pucat dari tubuh telanjang gadis itu.

Disiksa sebagai seorang roh, perasaan dicemari membuat sang Raja Naga meronta.

Mampu bertahan selama ribuan tahun meskipun terperangkap kutukan Elemental Lord Tanah, batinnya yang tangguh kini ternodai oleh kegelapan.

"Fufu, jeritanmu ternyata manis juga, Yang Mulia—"

"Sialan... kau... Ah... Guh..."

Jika itu adalah roh lain, mungkin sudah menjadi gila. Akan tetapi, seperti yang diduga dari roh kelas mistis, dia masih bisa mempertahankan kewarasannya.

"Seperti yang diduga dari roh naga terkuat. Namun, berapa lama kau bisa bertahan?"

Setelah Millennia tersenyum sadis—

Dia mengarahkan tatapannya pada Reatia yang sedang tertidur, terjerat diantara cabang dan tanaman merambat.

"Tak disangka aku bisa mengambil roh kegelapan ini juga, tuanku pasti senang—"

"...Berhenti... Dia adalah—"

"Fufu, nikmati saja pertunjukannya dari sana, Yang Mulia—"

Millennia Sanctus mengulurkan tangannya pada Restia.

Lalu....

Saat jarinya membuat kontak, petir hitam menyambar. Ekspresi Millennia berubah menjadi terkejut.

"....!?"

Petir kegelapan yang dikeluarkan menyerang Millennia berulang kali.

Millennia langsung bergerak untuk menghindar, mendarat di pintu masuk aula.

".....! Kau—"

"...Kau sangat nakal, Millennia Sanctus."

Dengan mudah membakar tanaman rambat itu menjadi debu, Restia perlahan-lahan berdiri.

Seluruh tubuhnya terselimuti petir hitam—

Lalu, dia mengenakan gaun kegelapan.

Sayap hitam legam miliknya yang indah direntangkan.

Membuka sedikit matanya yang berwarna senja, dia menatap Millennia dengan dingin.

"Restia Ashdoll, kau...."

Mata millennia melebar terkejut.

"Kau layak mati ratusan kali karena berani menyentuhku."

"....! Rasakan ini—"

Millennia mengeluarkan sihir roh suci.

Akan tetapi, panah bersinar dari cahaya suci itu ditepis oleh sayap hitam legam milik Restia.

"....! Kenapa!? Bukankah kau cecunguknya roh kegelapan—"

"Fufu, apa kau nggak paham...?"

Restia tersenyum tanpa kenal takut dan bertanya.

"....Lalu apa?"

Menggunakan Kegelapan Dunia Lain mengalir keluar dari matanya, Millenia menyerang Restia.

Akan tetapi—

"—Kegelapan itu sudah jadi milikku."

Zo, zozozo, zozozozozozozozozo—

Kegelapan Dunia Lain yang dihasilkan oleh Millennia diserap kedalam telapak tangan Restia.

Kegelapan yang bahkan mampu memakan Raja Naga dihapus didalam tangannya.

"....Jangan bilang... Jangan bilang itu benar-benar terjadi?"

Wajah Millennia menunjukkan keterkejutan yang tak terduga.

"Namun, mengenai hal ini, tuanku akan—"

Millennia menggigit bibirnya keras-keras.

"Baiklah, aku akan mundur sekarang. Gimanapun juga, ada hal yang perlu dipastikan—"

Seolah dilahap oleh kegelapan, dia lenyap.

"...Dia kabur."

Mengatakan itu, Restia perlahan-lahan berbalik unyul menghadap Raja Naga.

"....Ingatanmu sudah pulih, Restia Ashdoll—"

Sang Raja Naga mengerang kesakitan.

"Raja Naga Bahamut—Aku belum menemuimu sejak Perang Raja Iblis. Meskipun aku ingin berbincang-bincang, sangat disayangkan aku harus pergi, dia sedang memanggilku—"

"Ya, pergilah—"

Setelah membungkuk pada sang Raja Naga, Restia lenyap menjadi partikel cahaya.

....Yang tersisa hanyalah bulu-bulu hitam legam.

Bagian 5[edit]

"...Kuh... ugh..."

Setelah kegelapan itu menghilang, Kamito mendapatkan kembali kesadarannya.

...Itu bukanlah mimpi. Melalui segel di tangan kirinya, dia bisa merasakan eksistensinya secara pasti.

(....Dia kembali.)

Jari jemari Kamito menggenggam kedua Pedang Raja Iblis dengan akurat.

(...Sekarang bukan waktunya untuk berbaring santai disini!)

Menusukkan kedua pedang itu ke tanah, Kamito perlahan-lahan berdiri. Meskipun seluruh tubuhnya sakit. Itu tidaklah cukup untuk membuat dia kehilangan kesadaran. Racun hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya perlahan-lahan memulihkan tubuh Kamito—

"Oh? Itu tidak cukup dalam huh—"

Greyworth menghentikan langkahnya dan sedikit melebarkan matanya.

"Akan tetapi, apa yang bisa kau lakukan dengan tubuh itu?"

"....."

Dia benar. Meskipun dengan menggunakan kekuatan Ren Ashdoll, dia nyaris tak bisa menahan tubuhnya, tak peduli bagaimana kau melihatnya, dia tidak dalam keadaan untuk bisa mengayunkan pedang.

Namun, meski demikian— Kamito masih berdiri.

Pada tangannya kirinya yang sudah lemas, segel roh ditangannya bersinar dengan cahaya yang menyilaukan.

...Dia bisa merasa dengan sangat jelas. Restia ada disana—

"Segel roh kedua...?"

Greyworth mengernyit terkejut.

Kamito perlahan-lahan mengangkat tangan kirinya yang bersinar keatas kepalanya.

Lalu dia memanggil namanya—nama dari roh terkontraknya yang dulu.

"Datanglah, ratu kegelapan yang tak kenal ampun, engkau dengan nama—Restia Ashdoll sang roh kegelapan!"

Lalu, segel roh ditangan kirinya memancarkan petir hitam.

Petir tersebut merobek atmosfer, melesat ke langit dan menghilang.

Sesaat kemudian—

Sayap hitam legam terbuka didepan mata Kamito.

Gaun kegelapan berkibar dengan megah tertiup angin.

Mendarat sembari berjinjit, dia turun perlahan-lahan.

STnBD V15 189.jpg

"Sudah lama nggak berpenampilan seperti ini, Kamito—"

Berbalik, dia tersenyum lembut.

Senyum tak kenal takut yang misterius itu tak diragukan lagi adalah dia.

"Restia...."

Kamito memanggil namanya dengan berat.

Untuk menyelamatkan Kamito di altar Elemental Lord ketika Kegelapan Dunia Lain hendak melahap Kamito, dia telah mengorbankan dirinya sendiri dan lenyap. Setelah kekuatannya diwariskan pada Est—

Dan sekarang, dia akhirnya kembali ke sisi Kamito.

"Ingatanmu sudah kembali...."

"Ya, berkat dia. Seharusnya membutuhkan waktu yang lebih lama, jadi aku harus berterimakasih pada Raja Naga dengan tepat—"

Restia mengangguk dan menghadap Greyworth.

"Meskipun aku punya banyak hak untuk dikatakan, biar aku simpan dulu untuk sekarang ini—"

"Ah, iya...."

Kamito dan Restia menghadapi Greyworth dan pedang iblis miliknya.

"Kau jadi cukup imut, Penyihir Senja. Sungguh peluang yang bagus, kau selalu membuatku jengkel sejak lama—"

Restia tersenyum memprovokasi dan melepaskan petir dari telapak tangannya.

Sebagai tanggapan, Greyworth menepisnya menggunakan pedang iblisnya—

"Sungguh kebetulan sekali. Meskipun ini adalah pertama kalinya aku bertemu denganmu, karena suatu alasan, kau membuatku jengkel juga."

"Fufu, entah itu aku sendiri atau Kamito, kami berbeda dari kami tiga tahun yang lalu."

"H-Hei, Restia....!?"

Kamito merasa gelisah karena kilatan-kilatan yang terjadi diantara mereka berdua.

"Ya, dimengerti—"

Restia berdiri berjinjit.

"Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku—"

Sesaat setelahnya, tubuh Restia berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang—

Sebilah pedang iblis dengan bilah kegelapan segera muncul didepan Kamito.

"—Jangan meniru aku, roh kegelapan."

Suara Est bergema didalam pikiran Kamito.

"Ya ampun, kamu disini juga—"

Retia terkikih sebagai tanggapannya.

"Mari kita bersama-sama, Onee-chan."

"Jangan bicara seakrab itu, roh kegelapan—"

...Kamito hanya bisa membayangkan mereka bertengkar.

"Aku mau mengambil kembali kekuatan yabg aku titipkan padamu, ya?"

Tiba-tiba, dari pedang kembar itu, pedang yang berwarna hitam menghilang dari tangan kiri Kamito—

Vorpal Sword dihadapannya mulai memancarkan aura kegelapan yang mengerikan.

Kekuatan kegelapan yang diwarisi oleh Est telah kembali pada Restia.

Akan tetapi, sebuah pertanyaan muncul dibenak Kamito. Barusan, Restia jelas-jelas telah melepaskan sihir roh kegelapan pada Greyworth. Darimana kekuatan itu berasal—?

Kamito mencabut Vorpal Sword dari tanah.

Pegangannya terasa sangat akrab dan nyaman.

"Ayo maju, Restia dan Est—"

"Baik."

"Ya, Kamito—"

Kamito menuangkan kekuatan suci dari seluruh tubuhnya pada kedua pedang yang dia pegang di kedua tangannya.

Aliran kekuatan Ren Ashdoll yang tiada akhirnya perlahan-lahan diserap kedalam Vorpal Sword—

(...Apa yang terjadi?)

"—Nanti aja aku jelaskan, oke?"

Pedang iblis kegelapan mulai memancarkan petir hitam legam.

Itu lebih kuat daripada yang dimiliki Restia yang sebelumnya.

Bukankah kekuatan ini sudah cukup untuk menyaingi kekuatan Est—?

"Oh? Jadi kau menyembunyikan kekuatan semacam itu?"

Greyworth menyiapkan pedang iblis Vlad Dracul dengan dua tangan.

Suatu kuda-kuda dari Absolute Blade Arts. Dia berniat untuk menyelesaikan pertarungan ini sekarang bukannya menikmati pertarungan serangan dan pertahanan.

"Greyworth, aku akan mengembalikan dirimu menjadi normal lagi, aku bersumpah aku pasti akan melakukannya—"

Kamito menyilangkan kedua pedangnya sembari memasuki kuda-kuda.

Bagi Kamito, ini adalah serangan akhir yang sebenarnya.

Hanya dalam hitungan milidetik. Setelah berlalunya sesaat yang singkat yang terasa seperti selamanya—

Mereka berdua bergerak diwaktu yang bersamaan.

"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning!"

Greyworth adalah yang mengeluarkan tebasan pedang berwarna merah.

Ini adalah teknik yang paling dasar dari Absolute Blade Arts, teknik pedang tercepat.

Ketika dua orang beradu teknik yang sama, ini adalah satu-satunya teknik yang terbaik untuk menunjukkan kesenjangan tingkat kemampuan diantara kedua belah pihak. Disaat yang bersamaan, itu adalah satu-satunya teknik dalam Absolute Blade Arts yang mana tidak menyediakan serangan balik yang efektif bagi lawan.

Menuangkan semua kekuatan suci yang tersisa miliknya kedalam kakinya, Kamito melesat dalam satu hentakan.

Vorpal Sword yang ada ditangan kirinya melepaskan petir yang sangat kuat.

Seolah bersaing, Demon Slayer di tangan kanannya bersinar dengan cahaya yang menyilaukan disaat yang bersamaan.

Akhirnya, saat itu tiba.

Pedang-pedang dari Penyihir Senja dan Ren Ashbell, sang Penari Pedang Terkuat, saling melintas satu sama lain, dalam waktu yang singkat itu...

Kamito melepaskan kedua pedangnya yang disilangkan.

"Absolute Blade Arts, Bentuk Pedang Ganda—Purple Lightning Revised!"

Tebasan dari kedua pedang itu berhantaman dengan pedang iblis milik Greyworth—

Dan menghancurkan pedang merah itu.


Sebelumnya Bab 8 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Penutup