Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid04 Bab3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3 - Doppelganger[edit]

"Kenapa kita harus pergi ke sekolah begitu pagi!?"

"Berhenti membuat keributan. Kamu sebagian bersalah juga."

Pagi-pagi, Hisui dan Rushella menggosok mata mengantuk mereka sambil bergegas ke sekolah.

Masih ada banyak waktu sebelum pelajaran dimulai tetapi mereka berdua telah meninggalkan rumah sangat awal dan datang ke sekolah.

Untuk membantu Kirika.

Setelah insiden di kamarnya, Hisui mengirim surat permintaan maaf pada dia melalui pesan teks... tetapi dia tidak membalas.

Dia mengunjungi kantor dewan mahasiswa untuk meminta maaf secara pribadi, tetapi Kirika memalingkan wajahnya dan mengabaikan dia.

Ngomong-ngomong, bukankah kamu yang menekan aku terlebih dulu... kebenaran itu secara tak sengaja keluar dari mulut Hisui, menyebabkan Kirika untuk menampar dia dengan memerah, membuat keadaan semakin buruk.

Sepertinya, kewarasannya telah tercuri oleh lilin wangi itu dan dia cukup terganggu oleh itu.

Mungkin dia benar-benar tidak tahu tentang tujuan sebenarnya dari aroma itu dan hanya ingin menghabiskan waktu bersama-sama, hanya mereka berdua didalam kamar... meminum teh.

Hisui tak memiliki siapapun yang bisa dia ajak diskusi untuk menasihati. Memeras otaknya, dia masih tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada akhirnya, Kirika mengirimi dia pesan teks kemarin malam.

Aku punya sesuatu yang aku membutuhkan bantuanmu besok. Datanglah ke sekolah pukul tujuh.

Tentu saja, Hisui langsung menyetujui. Oleh karena itu, dia sampai lebih awal di sekolah hari ini.

Dia bisa saja membiarkan Rushella melanjutkan tidur, tetapi keluar dan meninggalkan dia di rumah pasti akan membuat Hisui dimarahi habis-habisan. Karena itu dia tak punya pilihan selain membangunkan dia lebih awal untuk berangkat sekolah bersama-sama.

"Oh~... ngantuk sekali... aku belum minum darah yang cukup juga..."

"Berhenti bicara, siapa yang meminum darah dari leherku tanpa henti tepat saat dia membuka matanya."

"Bodoh, posisi itu tidaklah bagus sama sekali! Sudah kuduga, tak ada yang mengalahkan berbaring diatasmu ketika kamu tertidur, memandangi wajah tidurmu dengan lama, menggosok pipimu, kemudian meniup telingamu, akhirnya meminum darahmu sambil memeluk erat-erat!"

"Apa-apaan sih yang kamu lakukan padaku...?"

Biasanya, Hisui terbangun karena rasa sakit dari taring yang menusuk kulitnya. Apapun sebelum itu tidak diketahui oleh dia.

Menyimpulkan dari apa yang Rushella baru saja katakan, Rushella mungkin bermain-main dengan dia secara menyeluruh sebelum menggigit dia.

"Baru-baru ini, aku terus bermimpi sesuatu yang lembut menekan wajahku, menggosok, hampir mencekik aku. Apa itu karena kamu?"

"Hmph, apa semacam itu mimpi yang kamu dapatkan? Ngomong-ngomong, aku selalu merasakan sesuatu yang keras pada kakiku ketika aku memelukmu, apa itu berhubungan?"

"Maaf, lupakan saja tentang itu. Aku tidak mau berbicara tentang hal itu."

"Kenapa!? terasa seperti itu menjadi semakin besar semakin aku menyentuhnya..."

"Berhenti berbicara tentang itu... tolong berhenti..."

Merah pada wajah, Hisui dalam diam berjalan melewati gerbang sekolah.

Halaman sekolah tengah kosong. Baru-baru ini, kegiatan klub telah memasuki musiman rendah dan tak ada siswa yang melakukan latihan pagi di lapangan olahraga.

Tetapi Hisui melihat sosok yang akrab dan berjalan kesana.

"Eh, Ketua Kelas...?

"Kujou-kun..."

Mengenakan pakaian gym, Reina ada di sudut halaman sekolah.

"Apa yang kamu lakukan disini begitu pagi? Mungkinkah bahwa kamu bangun lebih awal untuk berlatih lari estafet?"

"Ya... aku adalah putaran akhir, bagaimanapun juga. Aku belum berlari akhir-akhir ini, jadi aku harus mengembalikan kondisiku sesegera mungkin..."

Reina menunduk tanpa banyak kepercayaan diri.

Mengkhususkan latihan adalah hal yang bagus. Dan tanggung jawab semacam ini sangat sejalan dengan kepribadiannya—Tetapi entah kenapa, Hisui merasa bahwa ada sesuatu yang salah.

Kerena dia tidak termasuk dalam klub atletik, kenapa dia begitu bersungguh-sungguh pada lari estafet festival olahraga?

"Hmm, itu semangat yang mengagumkan. Kenapa kamu tidak belajar dari dia!?"

"Ampuni aku. Ngomong-ngomong, Ketua Kelas, kamu tidak perlu memaksakan dirimu begitu keras. Tak seorangpun akan menyalahkan kamu bahkan jika kita kalah. Lagipula aku tidak akan membiarkan mereka."

Kata-kata Hisui membuat Reina tersipu.

Tetapi dia masih terus menunduk, seperti saat ketika dia memutuskan untuk menjadi putaran akhir.

"Ya, tetapi bagaimanapun juga, aku telah dipilih... Aku belum benar-benar berlari dengan serius sejak SMP, jadi aku perlu berlatih disaat-saat akhir setidaknya."

"Kamu telah berpartisipasi secara normal dalam kelas PE. Jadi itu bukan semacam penyakit fisik, kan? Mungkinkah trauma mental?"

Segera setelah dia berbicara, Hisui menyadari dia telah salah bicara.

Kerena Reina langsung menjadi tanpa ekspresi dan menggigit bibirnya dengan kepala tertunduk.

Untuk meringankan suasana yang berat, Hisui mengubah topik pembicaraan.

"Yah, jika ada, estafet adalah tanggung jawab semua orang. Dalam sebuah kelas seperti kita, tak peduli seberapa keras kamu berusaha, Ketua Kelas, jika gadis ini mengacau sebelum memberikan tongkat pada kamu, semua usahamu akan berakhir sia-sia."

"Apa katamu!?"

Hisui mengarahkan jari pada dia menyebabkan Rushella berteriak tidak senang.

Tetapi dia sepertinya tidak mengerti maksud dari kata-kata ini.

"...Apa itu 'tongkat'?"

Dia bertanya dengan serius.

"Ah, pertanyaan dasar semacam ini? Apa yang kamu pikirkan tentang lari estafet?"

"Semua orang berlari dalam urutan yang ditetapkan!"

"Ya, itu bukan deskripsi yang salah, tetapi kamu pasti salah mengira pada satu poin. Dalam lari estafet, semua orang dihubungkan oleh tongkat. Kamu pada dasarnya memegang sebuah tongkat kecil sambil berlari kemudian menyerahkannya pada orang selanjutnya, ini berlangsung berulang kali. Akhirnya, ketika kamu menyerahkan tongkat tersebut pada Ketua Kelas dan dia selesai berlari, maka balapan tersebut berakhir."

"...Dengan kata lain, jika aku menyerahkan payung ini pada dia bukannya tongkat tersebut, itu melanggar aturan!?"

"Ya, itu benar. Aku merasa seperti kamu benar-benar akan melakukan itu, jadi harap beri lebih banyak perhatian. Jika kamu melakukan sesuatu seperti itu, tak mungkin aku bisa melindungi kamu."

Mendengar gumaman Hisui, Rushella dengan panik melempar tas sekolahnya ke tanah.

"Grrrrr.... dalam hal ini, untuk mencegah membuat kesalahan selama balapan, aku harus lebih banyak berlatih! Ketua Kelas, bantu aku!"

"Eh, ah, oke... menyerahkan tongkat... itu adalah bagian yang penting."

"Baiklah, jangan membuang-buang waktu. Hisui, aku punya sesuatu yang mendesak untuk dilakukan sekarang!"

Seperti orang yang super sibuk, Rushella mulai memakai perantara pemblokir cahaya dari Kirika pada tubuhnya.

Kemudian dia bahkan menyemprotkannya pada rambutnya untuk lebih meningkatkan resistensi sinar matahari.

Hisui telah mengatakan pada Reina bahwa Rushella punya keadaan tubuh yang rentan yang lemah terhadap sinar matahari, jadi Reina tidak mendapati perilakunya itu aneh.

Namun, tepat ketika Rushella hendak menanggalkan pakaian dan berganti pakaian olahraga, Reina akhirnya berbicara untuk menghentikan dia.

""T-T-Tunggu, Draculea-san... pakaianmu...!"

"Hmm?"

Seragam atasnya sudah sepenuhnya tak terkancing. Rushella hendak melepaskan sabuknya dan berhenti dalam tanggapan.

Rangkaian pergerakan melepaskan pakaian berkecepatan tinggi yang tidak terduga itu terjadi didepan mata Hisui sepanjang seluruh proses. Pada saat ini, tatapan Rushella dan Hisui bertemu.

Tentu saja, wajahnya langsung menjadi merah.

"K-K-K-Kau brengsek, apa yang kau lihat!?"

"Tidak, itu adalah kamu yang tiba-tiba melepas pakaian..."

Tepat saat Rushella mengayunkan tinjunya seperti biasanya, roknya meluncur turun.

"Wah, itu sangat berani!"

"Aku bilang jangan melihat——!!"

Pukulan kedua menghantam Hisui pada dagu, mendaratkan dia ke tanah.

Saat dia jatuh kebawah, sebuah kain putih yang sedikit menyilaukan tampaknya telah memasuki pandangannya. Mengetahui bahwa pukulan ketiga tak akan terhindarkan jika dia berbicara, Hisui memilih untuk tetap diam.

Beberapa menit kemudian, Rushella telah sepenuhnya berganti saat Hisui berdiri.

"...Jadi, kamu mau berlatih?"

"Itu benar, kemenangan ada ditanganku!"

"...ya, oke, ingatlah peraturannya kalau begitu. Jadi, Ketua Kelas... aku akan menyerahkan dia... kepada kamu? Aku masih punya sesuatu yang lain untuk dilakukan."

Draculea V04 - BW04.jpg

"Ya, oke. Kalau begitu pertama-tama... Mari kita mulai dengan pemanasan."

"Oke, perhatikan aku!"

Lalu mengesampingkan Hisui, Rushella fokus pada latihan pagi.

Meskipun gelisah dalam pikirannya, Hisui tetap pergi setelah sedikit ragu-ragu.

Sebelumnya, Rushella bersikeras tidak mengikuti kelas PE diluar ruangan, tetapi sekarang dengan bantuan Kirika, mungkin dia bisa berpartisipasi seterusnya.

Bagaimanapun, dengan Reina mengawasi dia, itu akan baik-baik saja.

Hisui hanya bisa tersenyum sambil menuju ke titik pertemuan dengan Kirika.

Titik pertemuan itu berada di sudut sekolahan... gudang perlengkapan olahraga.

Itu adalah sebuah bangunan yang terpisah dari blok ruang kelas. Terlepas dari kelas PE, Hisui nyaris tak pernah pergi kesana.

"Akhir datang."

Lengan disilangkan, Kirika tengah menunggu di pintu masuk gudang.

Meskipun Hisui sedikit terlambat, waktunya masih jauh lebih awal daripada biasanya dia datang kesekolah.

"Dimana Rushella-san? Kenapa kamu sendirian?"

"Dia berlatih untuk lari estafet. Ada seorang gadis yang mampu menjaga dia, seharusnya itu baik-baik saja."

"Aku mengerti... Baiklah."

"Jadi, apa kamu butuhkan dari aku, senpai?"

"Aku butuh bantuanmu untuk mengkonfirmasi perlengkapan untuk festival olahraga. Menghitung tenda, rintangan dan semacamnya. Ini akan dikeluarkan selama periode pertama hari ini, sehingga perlu di periksa sesegera mungkin."

"Uh... tetapi bukankah lebih baik untuk memeriksanya dua hari sebelumnya?"

"...Ada kesibukan pada hal-hal lain. Karena syok baru-baru ini yang aku alami, aku tidak bisa berkonsentrasi ketika bekerja."

Mengatakan itu, Kirika melotot pada dia, Hisui hanya bisa mengalihkan tatapannya.

Melanjutkan topik ini lebih lanjut akan menyebabkan masalah.

"Jadi, mari kita masuk..."

"Ah, ini seharusnya dikunci..."

Kirika mengeluarkan satu set kunci yang dia pinjam dari ruangan staf, tetapi ternyata itu tidak berguna. Karena dalam kenyataannya, pintu itu tidak terkunci.

"Eh, ini terbuka?"

"Sungguh aneh..."

"Mari kita masuk dulu."

Tidak peduli, Hisui memasuki gudang tersebut duluan.

Seperti yang diduga, itu dipenuhi dengan bau apek. Lebih jauh lagi, itu gelap dan sulit untuk melihat keadaan didalam.

"Aku tidak berpikir ada lampu disini..."

"Ya. Apa kamu tau tata letaknya kira-kira disini?"

"Aku tau, tetapi itu akan buruk jika kita terjebak didalam sini."

"...Jangan memikirkan ide-ide aneh apapun, oke?"

Kirika berjalan disamping Hisui dan berkata dengan waspada.

Apa dia salah paham tentang sesuatu terhadap Hisui?

Jelas-jelas, Hisui adalah orang yang harus waspada disekitar orang lain.

Bagaimana jika Kirika menyalakan sesuatu yang beraroma aneh dan menekan dia kebawah?

"Tidak, bukan aku... itu tidak seperti aku adalah Sudou."

"Bagiku... tempat semacam ini... aku masih akan enggan... sebuah hotel terasa begitu tak bermoral... meningkatkan kritik tentang pendidikan... S-Setelah itu terjadi, kamarku sendiri sepertinya tidak juga... Pada akhirnya, kamar Kujou-kun akan lebih baik, aku rasa...?"

Kirika tampaknya menyalahpahami dengan serius. Pemikirannya semua terbatas pada arah tertentu.

Menelusuri lebih jauh kedalam gudang, Hisui memutuskan untuk mengabaikan gadis itu yang bermain-main dengan jari-jarinya, tenggelam dalam khayalannya.

Perlengkapan seperti tenda harusnya ada disana.

"Uh, apa ini?"

Disudut gudang, bingkai logam untuk memasang tenda bersandar pada dinding.

Komponen pernting yang lain, kain yang bisa dikatakan tenda itu sendiri, dilipat dan disimpan di rak disampingnya.

"Mari kita pindahkan ini keluar sebelum menghitungnya dengan hati-hati."

"Ya, karena itu akan dipasang segera, kita harus memindahkannya keluar terlebih dulu."

Kirika setuju. Dengan demikian, Hisui mengambil gulungan kain yang besar.

Meskipun itu tidak seberat bingkai tenda, kain tendak yang berat tetap tidak mudah untuk dibawa ditangannya.

Memeluk kain tersebut, Hisui meninggalkan ruangan itu dan melemparkannya keluar gudang.

"...Hmm?"

Melemparkan kain itu, saat itu Hisui menyadari.

Itu telah rusak.

Kain layar yang kokoh yang seharusnya tidak akan robek dalam keadaan normal, tetapi sekarang ini, itu telah robek.

"Apa yang terjadi... sebuah lelucon!?"

Hisui menyebarkan kain tersebut untuk memeriksa kerusakannya.

Dibelakang dia, masih didalam gudang, Kirika berteriak waspada.

"...Siapa disana!?"

Merasakan bahaya, Hisui kembali ke gudang untuk memeriksa.

Sebelumnya, ketika dia masuk, dia tidak merasakan siapapun... Apa kirika salah mengira?

Didalam ruangan yang redup dan luas itu, jika seseorang bersembunyi dengan sengaja, itu akan sulit untuk menemukan mereka.

Sebelum Kirika membuka kunci pintu, seseorang pasti telah berkunjung.

Hisui tidak bisa membiarkan Kirika menangani hal ini sendirian, jadi dia masuk.

Pada saat yang sama, seseorang meneriakkan "Kyah!" dengan ringan.

Itu adalah Kirika.

Sebuah sosok menabrak dia dan menjatuhkan dia.

"Apa yang kamu lakukan disini!?"

Hisui bergegas maju dan menopang Kirika sebelum dia jatuh.

"Tunggu!"

Sambil menstabilkan Kirika, Hisui mengulurkan tangannya untuk meraih si penyusup di gudang.

Apa yang dia sentuh adalah lengan yang bahkan lebih ramping dan halus daripada dia.

Jelas seorang gadis, dia juga memakai seragam sekolah. Tangan yang dipegang Hisui juga memegang sebuah alat pemotong, dengan cabikan kain pada pisaunya. Jelas-jelas perusak tenda itu adalah dia.

"Hei...!"

Saat Hisui hendak menundukkan dia, orang itu melihat kebelakang.

Hisui langsung tertegun.

Seragam gadis itu bukanlah sebuah samaran, lebih tepatnya, itu sangat alami.

Dia adalah siswa di sekolah ini.

Orang yang dia tangkap adalah Reina.

"...Kenapa!?"

Dihadapakan dengan pertanyaan Hisui, dia tetap tanpa ekspresi—tidak, senyum ringan muncul di sudut bibirnya.

Berbeda dengan senyum yang biasa dia tunjukan di kelas, itu adalah ekspresi berbahaya dari kedengkian yang tersembunyi.

Perkembangan tak terduga itu membuat Hisui membeku ditempat.

Menggunakan kesempatan ini, Reina menepis tangan Hisui dan melarikan diri.

"Tunggu..."

Kirika hendak mengejar dia, tetapi dipikir-pikir lagi, sudah mengetahui siapa pelakunya, mungkin tidak perlu untuk mengejar terus.

"Ah, senpai, itu..."

"Aku baik-baik saja..."

Kirika menjadi malu dan menjauh dari tangan Hisui. Dia tampak baik-baik saja.

"Ada apa dengan siswa itu...?"

"Kamu melihat wajahnya?"

"Ya... Aku melihat dia pada komite kelas yang diadakan secara rutin. Dia adalah perwakilan kelasmu, kan? Kenapa dia bersembunyi di gudang dan bahkan memotong tenda?"

"Ini..."

Hisui ingin menyangkal.

Dia bukanlah seseorang yang akan melakukan hal-hal semacam itu. Jika tidak ada motif apapun.

Tetapi dia tidak bisa menyangkal.

Bagaimanapun juga, disini ada dua saksi. Faktanya tak bisa dibantah.

"Serius... Apa yang dia pikirkan? Ngomong-ngomong, aku harus melapor kepada guru terlebih dulu..."

"Ah, tunggu sebentar..."

Hisui baru saja akan menghalangi Kirika ketika suara yang akrab mengganggu mereka.

"Apa yang kalian berdua lakukan dengan menempel begitu erat!?"

Orang yang baru datang berdiri dengan satu tangan dipinggangnya sementara tangan yang lain menunjuk pada mereka, tentu, itu adalah Rushella.

Setelah menyelesaikan latihan paginya, tetesan keringat masih berkilauan dikulitnya. Lapisan tambahan ini ditambah warna yang sehat memberi pesona yang berbeda dari yang biasanya.

"Di tempat sepi ini, bersandar begitu dekat... Apa yang kau lakukan!?"

"T-Tidak banyak..."

Biasanya, Kirika akan membantah dengan kasar, tetapi saat ini, suaranya nyaris tidak terdengar.

Bukan hanya itu, dia menunduk, memain-mainkan jari-jarinya, melirik sembunyi-sembunyi pada Hisui untuk mencari bantuannya.

"Hmph, kesampingkan si Mei, semua gadis ini, aku tidak boleh lengah. Hisui, apa kau menerima siapapun yang melemparkan dirinya sendiri padamu!?"

"Seorang anak laki-laki di usiaku akan selalu menyambut para gadis, oke... Ngomong-ngomong, aku punya sesuatu untuk ditanyakan padamu..."

Hisui memasang ekspresi serius untuk bertanya tentang masalah yang penting.

Tetapi jawabannya segera datang sendiri.

"Apa ada masalah, Draculea-san? Eh, Kujou-kun disini juga... kamu bilang tadi bahwa kamu punya sesuatu yang harus dilakukan, apa maksudmu membuat persiapan disini?"

Reina memiringkan kepalanya secara menggemaskan saat dia bertanya.

Karena pengerahan tenaga fisik, dia bermandikan keringat juga, menggunakan handuk yang mengantung dilehernya untuk mengelap keningnya.

"Ketua Kelas..."

"Kau datang disaat yang tepat!"

Sebelum Hisui bisa berbicara, Kirika sudah bergegas maju untuk menginterogasi Reina.

"Apa maksudnya ini!? Kenapa kau melakukan itu!?"

Dia menunjuk sisa-sisa tenda yang robek.

Namun, Reina tampak bingung.

"Permisi, senpai, apa yang aku lakukan...?"

"Itu benar, kau menuduh dia melakukan apa!?"

Rushella melangkah maju untuk melindungi Reina. Kirika mendecak lidahnya karena jengkel dan melanjutkan bertanya dengan otoritas yang benar.

"Diam, kau! Biarkan aku mendengar alasanmu terlebih dulu! Jika situasinya ternyata serius, itu harus akan ditangani dengan ketat..."

"Tahan, senpai."

Hisui maju dan menarik tangan Kirika.

"Apa!? Bukankah kamu melihat wajah pelaku dengan jelas juga!?"

"Ya, aku melihatnya. Ngomong-ngomong, Rushella, bagaimana dengan latihan kalian berdua?"

Tiba-tiba ditanyai, Rushella tidak tahu bagaimana untuk menjawab secara langsung.

Tetapi dia segera membusungkan dadanya yang menggairahkan dan dengan bangga menjawab:

"Ya, penyampaian tongkat telah sempurna! Kamu harus menantikan kinerjaku yang luar biasa dalam event yang sebenarnya!"

"Itu mengagumkan. Maka Ketua Kelas mengajari kamu sepanjang waktu ini, kan?"

"Sungguh kasar, aku hanya mendampingi dia, oke!?"

Rushella tetap arogan seperti biasanya.

Hisui mengangguk seolah-olah menyadari sesuatu.

"Hei... Apa yang kamu tanyakan? Bukankah seharusnya kita membersihkan masalah itu dengan dia terlebih dulu..."

"Senpai, kamu melihatnya juga, kan? Pelaku memakai seragam barusan..."

"Tentu saja... Eh, ah....!"

Baru sekarang Kirika dengan hati-hati memperhatikan Reina dari kepala sampai kaki.

Reina didepan matanya... memakai pakaian olahraga.

Tak peduli bagaimana kamu melihat, dia telah mengenakan pakaian ini dan berolahraga untuk waktu yang cukup lama.

Yang lebih penting, Rushella menjadi bukti kehadirannya.

Pada pemikiran yang lebih lanjut, Reina jelas-jelas melakukan latihan pagi di lintasan yang cukup jauh. Datang kesini untuk bersembunyi digudang sebelum dia benar-benar mustahil.

"...Apa yang terjadi?"

"Aku juga ingin tau."

Hisui dan Kirika saling menatap satu sama lain.

Rushella dan Reina melihat mereka dengan bingung.

"...Kenapa mereka berdua berbicara dengan aneh sepanjang waktu ini?"

"Tidak tau..."

Mereka berempat sama-sama bingung.

Bahkan ketika kelas dimulai, mereka masih belum memecahkan misterinya.

※ ※

"...Akibatnya, Klub Investigasi Supranatural-ku akan bertanggung jawab untuk mengungkap misteri ini!"

Sepulang sekolah di ruang kosong yang menjadi basis operasi mereka seperti biasanya, "presiden klub" Rushella tengah mengumumkan di podium.

Namun, para "anggota" yang lain tidak berbagi antusiasme dan tengah sibuk dengan pikiran mereka sendiri.

"Tidak, ngomong-ngomong, ini sepenuhnya bukan perhatian kita, kan? Ada cadangan tenda lagipula, hal ini tidak seperti itu akan mempengaruhi festival olahraga untuk diadakan, kan?"

Mei sepenuhnya tak termotivasi.

Dia sudah mendengar dari Hisui kira-kira apa yang yang terjadi selama latihan pagi.

Karena Kirika telah melaporkan pada guru, guru wali kelas juga telah menyebutkan selama pelajaran.

"Itu bukan masalahnya! Teman sekelasku dibawah kecurigaan, oke!?"

"Memang itu mungkin... tetapi dia punya alibi, kan?"

"....Ya."

Duduk disisi kanan, Hisui mengangguk.

Adapun untuk memergoki Reina, Hisui dan Kirika telah menyembunyikan rincian itu dari sekolah.

Karena mereka berdua melihat dia, itu sudah pasti bukan ilusi. Tetapi Reina juga punya bukti kehadiran yang mutlak tak tergoyahkan.

"Selain itu, apa motif Ketua Kelas? Seorang siswa teladan yang mencurahkan untuk latihan pagi, kenapa dia melakukan sesuatu yang akan merusak usaha setiap harinya dalam sekejap?"

Mei mencari persetujuan dari Hisui tetapi Hisui tidak mengangguk.

Gadis pekerja keras dan tekun tidak mungkin melakukan ini. Dia mengetahuinya dengan sangat baik.

Tetapi Hisui merasa sedikit khawatir tentang kesuraman pada wajahnya ketika dia dipilih sebagai putaran terakhir untuk lari estafet.

"Tak peduli apa, jika ini dibiarkan saja, festival olahraga yang langka berada dalam bahaya ditangguhkan! Untuk membiarkan dunia menyaksikan bentukku yang berlari dengan megah, pelaku harus ditangkap!"

"Menyakitkan. Selain itu, bukankah itu hanya lelucon? Selama ada cukup tenda, pasti festival olahraga tidak akan ditangguhkan..."

"Belum tentu. Pagi ini, hal ini telah diterima di kotak surat sekolah."

Duduk di sebelah kiri Hisui, Kirika berbicara suram.

Dia berdiri dan mengangkat sebuah lembaran mencolok dari kertas A4 untuk ditunjukkan pada semua orang.

Ditulis dalam naskah miring merah darah adalah sebuah peringatan ringkas.

Hentikan festival sekolah sekarang. Atau sekolah akan dalam bahaya.

Hampir memenuhi seluruh halaman, kata-kata itu menunjukan tekanan yang berat, menanamkan teror pada pembaca.

Meskipun siapapun bisa menulis surat ancaman semacam ini, karena isi tersebut, ekspresi Kirika menjadi sangat serius.

"Jika yang terjadi hanyalah selembar kertas ini, sekolah akan memperlakukannya sebagai lelucon, tetapi dikombinasikan dengan masalah tenda tersebut... hanya untuk amannya, sekolah telah menghubungi polisi juga. Saat ini dikatakan, sekolah akan meningkatkan pengamanan untuk memastikan festival olahraga diadakan seperti yang direncanakan, tetapi jika ada sesuatu terjadi, itu pasti akan ditangguhkan."

"Grrrrr! Tak bisa diterima! Pelaku kejahatan harus ditangkap sekarang dan diberi pelajaran!"

"Mungkin segera."

Suara tak terduga menarik perhatian semua orang ke sudut ruang kelas.

Si pembicara adalah Eruru, yang mengetik pada keyboard komputernya, selalu menjauhkan dirinya sendiri dari semua keributan para anggota klub yang lain.

"Surat ancaman ini adalah yang asli, kan? Juga, kata-kata yang tertulis bukannya diketik, kemungkinan besar tulisan tangan si pelaku."

"Ya, aku meminjamnya dari ruangan staf."

"Boleh aku meminjamnya untuk dilihat?"

Kirika mengangguk dan menyerahkan surat ancaman tersebut pada Eruru.

Eruru bolak-balik membandingkan antara kertas itu dan layarnya, mengetik dengan cepat pada keyboardnya.

"Apa yang kamu lakukan?"

Tertarik, Hisui menatap layar dari belakang Eruru. Rushella dan para gadis juga mngikuti. Semua orang berkumpul disekitar Eruru.

"Pemeriksaan tulisan tangan sederhana. Membandingkan contoh tulisan tangan yang dikumpulkan dari orang-orang yang berbeda dengan yang tertulis pada surat ancaman ini, petunjuk bisa dikumpulkan sampai beberapa tingkat. Meskipun itu tidak cukup untuk bertindak sebagai bukti, jenis hasil yang tepat itu akan lebih baik memerlukan seorang profesional, metode ini masih bisa berfungsi untuk membimbing kita sampai batas tertentu."

"Huh... Tolong berhenti bermain polisi. Tulisan tangan siapa yang kamu bandingkan? Ini tidak seperti kamu punya setiap kemungkinan tersangka dari sekolah, kan? Atau mungkin kamu sudah punya firasat?"

"Aku bukanlah orang yang menemukan petunjuknya. Itu adalah kamu dan Uno-senpai."

Hisui dan Kirika tercengang.

Pada saat yang sama, tangan Eruru juga berhenti.

"Perbandingannya sesuai. Bahkan untuk mata amatir, ini sudah jelas. Ini adalah orang yang menulis surat ancaman ini."

Eruru menunjuk pada layar sambil berbicara.

Bukannya wajah seseorang, disana adalah kata-kata yang diperbesar.

Gambar yang berasal dari sampel tulisan tangan seseorang dan benar-benar tampak sangat mirip pada naskah miring pada surat ancaman itu.

"Meskipun gaya naskahnya berbeda, jika orang yang sama menulisnya, akan ada banyak kesamaan. Sampel yang aku kumpulkan berasal dari naskah normal orang itu. Jika menulis dalam kursif jahat... itu mungkin seperti gaya surat ancaman ini."

"Berhenti menahan jawabannya. Apa yang ditampilkan pada komputer adalah..."

"Tulisan tangan Sera-san. Aku mengumpulkannya dari catatan yang dia ambil selama pelajaran pagi. Hal ini hampir pasti bahwa surat ancaman ini ditulis oleh tangannya."

Keheningan berlanjut.

Wajah Hisui dan Kirika menjadi kaku sementara Mei tampak tak percaya. Melayang-layang disamping dengan santai tanpa kekhawatiran apapun, Touko terus menampilkan ekspresi kosong yang polos dan murni namun menggemaskan.

Hanya Rushella dengan tegas membantah hasil analisa tersebut.

"Aku sudah bilang itu tidak mungkin ketua kelas! Kamu pasti salah! Selain itu, dia berlatih bersama dengan aku sepanjang pagi!"

"Aku tidak mengatakan bahwa pelakunya adalah Sera-san yang berlatih bersama kamu."

"Ha!? Omong kosong apa yang kamu bicarakan!?"

Eruru tidak terganggu dengan kemarahan Rushella dan berpaling kearah Hisui dibelakangnya.

"Karena kamu melihatnya sendiri, kamu pasti punya suatu pemikiran, kan? Atau kamu salah mengenali orang pada saat itu, atau seseorang melakukan penyamaran yang rumit?"

"....Mungkin tidak. Senpai dan aku sudah pasti melihat Ketua Kelas. Dan juga, orang yang berlatih dengan Rushella adalah Ketua Kelas juga."

"Tak bisa dimengerti! Omong kosong apa yang kalian semua bicarakan!?"

"Tunggu, Kujou-kun, mungkinkah apa yang kita lihat adalah....!"

Kirika berseru terkejut.

Hisui mengangguk dan memberi jawabannya.

"Doppelganger, aku sangat yakin dengan itu."

Cryptid terkenal ini—bukan, jika ada, istilah "fenomena" akan lebih tepat. Semua orang yang hadir telah mendengar itu sebelumnya.

Doppelganger adalah diri yang lain yang sepenuhnya identik dalam penampilan pada orang yang asli.

Orang yang sama muncul di tempat berbeda pada saat yang sama.

Alibi yang diberikan oleh kesaksian Rushella, Hisui dan Kirika, tulisan tangan surat ancaman itu, kepribadian Reina—fenomena ini adalah satu-satunya penjelasan yang bisa memecahkan semua elemen bertentangan dari kejadian tersebut.

"Ada beberapa teori pada hubungan antara doppelganger dan yang asli. Berbicara secara normal, mereka tidak dalam kondisi yang bagus dengan mereka yang asli. Kematian pada pertemuan bersama, dengan satu orang mewakili kebaikan sementara yang lain mewakili kejahatan—bagaimanapun juga, setelah keduanya muncul, itu benar-benar hal yang merepotkan."

Eruru menutup laptopnya dan mengangkat bahu.

Sepertinya masalah yang sekarang ini membutuhkan partisipasinya dalam penyelidikan.

"Aku semakin memahaminya sekarang. Dengan kata lain, si doppelganger merusak tenda dan mengirim surat ancaman itu kepada sekolah sementara yang satunya adalah Ketua Kelas sendiri!?"

"Meskipun saat ini tidak jelas yang mana yang bisa dianggap sebagai orang yang asli.... Ya, kamu benar."

"Kenapa? Kenapa si doppelganger melakukan hal-hal yang buruk!?"

"Kalau begitu kamu akan perlu untuk menanyai mereka sendiri. Meskipun identik dalam penampilan, pikiran mereka adalah dua orang yang berbeda. Jadi, Kariya, bagaimana sekarang? Apa yang bisa kita lakukan?"

Hisui meminta solusi kongkrit.

Tetapi Eruru menggeleng dengan dingin.

"Bahkan Badan Investigasi Supranatural sendiri tidak memiliki kebijakan terpadu terhadap doppelganger. Dalam hal ini, mereka bahkan lebih merepotkan untuk ditangani daripada vampir. Lebih jauh lagi, masih ada banyak misteri yang tekait dengan bagaimana doppelgangger terjadi dan rincian tepatnya dalam fenomena tersebut. Teori-teori diturunkan sejak zaman dahulu juga punya banyak variasi. Istilah 'doppelganger' hanyalah sebuah payung untuk berbagai fenomena serupa melibatkan 'diri yang lain'. Oleh karena itu, kasus tersebut harus didekati secara individual dan ditangani dengan praktis."

"Entah ini maupun itu, jadi apa yang harus kita lakukan? Yang bisa kita lakukan adalah menunggu doppelganger ketua kelas melakukan hal buruk?"

Mei bergumam dan menyuarakan pendapatnya.

Saat tak ada yang bisa menjawab dia, sebuah tawa mengejek terdengar dari pintu belakang ruangan.

"Oh, para amatir tak punya pilihan selain menyerah, kan?"

Semua orang berbalik.

Itu adalah Rangetsu.

Bersandar pada pintu geser, lengan disilangkan, dia mengejek.

"Aku mendengar semuanya. Pada akhirnya, itulah yang bisa dilakukan oleh klub setengah matang seperti kalian. 'Klub Investigasi Supranatural'... itu adalah namanya, kan? Aku bisa sepenuhnya mengerti keinginanmu untuk meniru kami, tetapi apakah kau tau itu sangat menjengkelkan jika kau terburu-buru dengan tidak tau tentang apa yang kau lakukan?"

Kata-kata Rangetsu tidak menyembunyikan permusuhannya sama sekali.

Para anggota klub memutuskan untuk mengabaikan dia.

"Hmm, meskipun itu adalah musuh yang merepotkan, kita tidak bisa duduk diam dan mengabaikannya. Ngomong-ngomong, mari kita berpencar dan menangkap dia!"

Mendengar Rushella memberi perintah, para anggota mengangguk dan setuju.

"Itu benar, mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang berguna dalam pencarian kita."

"Aku tidak keberatan sama sekali selama aku berkelompok dengan Hi-kun, oke?"

"...Bagaimanapun juga, aku tidak ingin festival olahraga ditangguhkan. Sebagai wakil-presiden dewan mahasiswa, ini adalah bagian dari tugasku."

"Dalam hal apapun, aku akan memeriksa database Badan Investigasi Supranatural untuk meninjau kasus-kasus dimasa lalu."

"Biarkan aku membantu juga~"

Ketika Touko mengangkat tangannya untuk meringkas, Rangetsu meledak.

Bergegas dengan kasar kedalam ruang kelas, dia berteriak:

"Hei! Jangan mengabaikan orang lain begitu mudah! Apa masing-masing dari kalian mendengar apa yang aku katakan!?"

Mereka berlima ditambah seorang hantu menjauhkan diri mereka sendiri dari Rangetsu, berkumpul dalam sebuah lingkaran untuk membahas bagaimana untuk bereaksi.

"Hei, wanita serigala itu menerobos lagi... Dia bilang dia telah mendengarkan diskusi kita, tetapi aku benar-benar tidak merasakan kehadirannya. Dia bahkan lebih seperti seorang hantu daripada Touko-san."

"Bukankah polisi punya pekerjaan untuk dikerjakan...?"

"Demi reputasi polisi, aku harus menjelaskan bahwa dia adalah pengecualian yang khusus. Harap jangan berprasangka tentang polisi-polisi lain yang bekerja dengan serius pada negara."

"...Ngomong-ngomong, bukankah orang luar dilarang memasuki sekolah pada prinsipnya? Bukankah ini pelanggaran ilegal?"

"Haruskah kita memanggil polisi...? Touko-san, tanpa membiarkan dia menyadarinya, bisakah kamu diam-diam menggunakan telekinesis untuk memanggil nomor?"

"Ya, aku akan mencoba!"

Mendengar intruksi Kirika, Touko memfokuskan pikirannya pada pelepasan kekuatan diluar pancaindera. Pada saat ini, Rangetsu menerobos ketengah-tengah lingkaran mereka.

"Ada apa dengan kalian semua? Juga, AKU POLISI! Lihat, ini lencana polisiku!"

"Haaa, apa-apaan sih... Kariya, bisakah kamu membantu menunjukkan pada dia jalan keluar, dia adalah rekan kerjamu, kan?"

"Tolong jangan membandingkan aku dengan dia. Selain itu, Oogami-san, kenapa kamu disini?"

Eruru bertanya dengan ketidaksenangan yang jelas.

Rangetsu menjawab, dengan ketidaksenangan yang sama.

"Bukankah sekolah memanggil polisi mengenai surat ancaman itu? Bagaimanapun juga, dengan begitu banyak mahluk supranatural di sekolah ini, aku datang kesini hanya kebetulan,. Selain itu, aku punya sesuatu untuk dilaporkan pada kalian semua."

"Laporan...? Apa itu?"

Rangetsu mengabaikan pertanyaan Eruru dan mengambil surat ancaman dari mejanya.

Dia mendekatkannya pada wajahnya dan menciumnya, kemudian menunjukkan sebuah ekspresi kepastian.

"Sudah kuduga."

"Kau mencium sesuatu?"

"Kata-kata kalian membuat aku kesal. Yah terserahlah, dengan ini aku yakin. Identitas sejati dari doppelganger yang kalian bicarakan, haruskah aku mengungkapkannya?"

"Apa itu terkait dengan barang-barang sitaan yang telah menghilang, apa yang kau sebutkan terakhir kali?"

Hisui mengetahui apa yang akan Rangetsu katakan dan berbicara sebelum dia.

Meskipun ini hanyalah firasat setengah matang, Rangetsu jelas-jelas terguncang sebagai tanggapan. Tusukkan Hisui dalam kegelapan tampaknya tepat pada target.

"B-Bagaimana kau tau...?"

"Oh, kau datang kesini dengan tujuan untuk berbicara tentang itu, jadi aku bertanya-tanya apakah kali ini terkait juga."

"Apa kau bisa mengetahui dari serikat penyihir mana zat itu berasal?"

Sepertinya memahami situasi secara samar-samar, Eruru bertanya dengan tenang.

Semua orang membuat penampilan yang tampak mengatakan "berhenti bertele-tele dan beritahu kami dengan jujur."

Dipelototi oleh enam pasang mata, Rangetsu dengan enggan mengaku.

"...Seperti yang kau tebak. Efek dari obat sitaan itu adalah untuk secara buatan menghasilkan fenomena doppelganger. Tanpa harus seseorang meminumnya, yang dibutuhkan adalah mencium gas tersebut untuk mengeluarkan efek. Sangat tidak stabil dan menguap dengan sangat mudah adalah kelemahannya."

"Tunggu, kau bilang itu secara buatan menghasilkan fenomena doppelganger...?"

"Ya. Bisa dikatakan, ada segala macam penjelasan yang aneh untuk fenomena doppelganger itu sendiri. Misalnya, klone, pemisahan roh tubuh, diri yang lain dari garis waktu yang berbeda, ilusi yang menyebabkan kerusakan otak. Pada akhirnya, doppelganger ini hanya teori mereka."

"Aku tak membutuhkan kamu untuk menulis petunjuk manual, oke... Setelah menghirup obat yang hilang itu, apa yang terjadi pada orang yang menghirup?"

"Bagian dari jiwa orang itu meninggalkan tubuh, menghasilkan doppelgangger. Yang disebut doppelganger adalah terdiri dari inti spiritual yang disebut ektoplasma, menunjukan sifat-sifat semu dan manusia. Sampai batas tertentu, itu bisa berinteraksi dengan benda padat, namun tiba-tiba lenyap seperti hantu pada suatu kesempatan.... Ciri khas doppelganger."

"Ciri khas semacam ini benar-benar merepotkan. Lalu apa kepribadian dari doppelganger yang dihasilkan?"

"Berbicara secara normal, semua orang menekan kepribadian negatif dibawah permukaan—dengan kata lain, semua orang memiliki sisi buruk pada mereka. Kepribadian itulah yang terwujud dan terpisah dari tubuh utama."

"Apakah itu berarti bahwa semakin baik seseorang berperilaku, semakin jahat si doppelganger...!"

Dengan itu, tindakan doppelgangger Reina bisa dengan mudah dipahami.

Seperti yang diduga... dia benar-benar tidak mau menjadi putaran akhir untuk estafet.

Tetapi menjadi baik hati dan dengan ketat mentaati peraturan, Reina menyembunyikan ini didasar hatinya.

Kemudian dirinya yang lain, orang terpisah dari dia, bertindak menurut keinginan sejatinya.

"...Berapa lama obat itu berlangsung?"

"Tak ada batasan waktu secara pasti. Tetapi tubuh utama akan perlahan-lahan menjadi lemah dan mati. Batasnya kira-kira seminggu. Setelah tubuh utama mati, si doppelganger juga akan menghilang pada akhirnya. Jika kamu tidak menginginkan kematian, si doppelgangger harus ditemukan sesegera mungkin sehingga mereka bisa digabungkan lagi menjadi satu. Tetapi masalahnya adalah bahwa klon tidak akan berperilaku dengan patuh, jadi siapa yang tau masalah lain apa lagi yang akan timbul?"

"...."

Hisui mengernyit dalam-dalam dan menatap keatas pada langit.

Meskipun tidak sampai pada titik yang sepenuhnya jahat... Tindakan doppelganger Reina sudah pada garis tipis dari tindakan kriminal. Bahkan jika Badan Investigasi Supranatural sudah memahami kebenaran dari masalahnya, jika kejahatannya terungkap, si tubuh utama—Reina sendiri—kemungkinan besar akan dihukum.

Lebih jauh lagi....

"Barang yang hilang masih belum ditemukan, kan?"

"Kami masih mengerahkan upaya penuh untuk mencari. Meskipun kuantitas obat tersebut sedikit, mungkin masih cukup untuk menciptakan sejumlah doppelganger. Untuk mencegah kejahatan yang lebih jauh lagi, tentu saja kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelidiki... Saat ini, masalah yang belum terselesaikan ditangan adalah insiden sekolah. Jadi seperti yang aku bilang, kalian seharusnya tidak usah ikut campur."

"Itu tidak salah... Tetapi tenaga kerja pihakmu terbatas, kan? Kami masih bersedia untuk membantumu, kau tau?"

"Itu benar! Biar Klub Investigasi Supranatural membantumu dibawah perintahku!"

Rushella melangkah maju dengan tegas.

Tetapi Rangetsu mendengus.

"Aku belum jatuh serendah itu untuk mencari bantuan dari seorang vampir. Mari akhiri permainan amatir disini. Kenapa kau tidak segera pulang dan berbaring dalam peti matimu?"

"Apa kau bilang!?"

Melontarkan penghinaan, Rushella dan Rangetsu memulai perselisihan.

Hisui dengan panik ikut campur untuk mencegah pertempuran meletus disini.

"Apa yang kau lakukan!? Biarkan aku secara pribadi memberi pelajaran pada si jalang bodoh ini...!"

"Hentikan sekarang, tak satupun dari kita adalah orang dewasa. Yah, meskipun aku tidak tahu seberapa tua kamu sebenarnya."

"Kenapa kau berbicara seperti itu juga!? Aku harus menangani urusan sekolahku sendiri...!"

"Yah bisa dibilang... aku percaya bahwa jika kau berusaha mencari didalam sekolah, bukankah itu akan lebih nyaman bagi para siswa untuk melakukan itu?"

Hisui dengan dingin menatap Rangetsu.

"A-Apa!? M-Meskipun aku tidak akrab dengan interior sekolah..."

Hisui dengan sengaja mengabaikan celah yang ditunjukkan oleh Rangetsu dan diam-diam berkedip kepada anggota klub yang lain.

Yang pertama menangkap tatapan Hisui adalah Mei.

"Itu benar~ polisi mencoba campur tangan pada sekolah akan membutuhkan banyak pekerjaan. Jika aku adalah seorang detektif, aku akan merekrut kolaborator dari dalam terlebih dulu."

"Setuju. Sekolah pada dasarnya adalah sebuah miniatur masyarakat tertutup. Aku secara khusus menggunakan kedok dari seorang siswa untuk bekerja lebih efesian di tempat ini... Itu benar-benar disesalkan bahwa orang lain dari Badan Investigasi Supranatural tidak memahami prinsip ini. Oh yah, untuk masing-masing mereka sendiri, meskipun itu sulit bagiku untuk setuju."

Eruru mengangkat bahu seolah-olah khawatir pada rekan kerjanya.

"Uh, aku tidak mengatakan... aku tidak mencari bantuan sepenuhnya..."

Rangetsu mulai berkompromi dengan suara pelan.

Tentu saja, semua orang mendengar dia, tetapi tak seorangpun menanggapi.

"Berbicara secara logis, dari posisi dewan mahasiswa, aku akan membantu bahkan lebih dari Klub Investigasi Supranatural... tetapi apa boleh buat. Bagaimanapun juga, aku adalah perwakilan para siswa, membantu memecahkan masalah sekolah itu wajar-wajar saja. Bahkan meminta bantuan dari polisi tidak akan aneh... karena mereka mendapati kita sebagai penghalang, mau bagaimana lagi."

Kirika mengatakan pernyataannya untuk menghormati niat Rangetsu.

Mendengar perkataannya yang sempurna, wajah Rangetsu mulai berkeringat tidak nyaman.

"Tidak, umm... itu tidak seperti... ada banyak halangan... Ah, bukankah ada sesuatu yang disebut pertanggung jawaban sipil, kan..."

"Aku seorang hantu sehingga aku bisa menyelidiki berbagai tempat tanpa khawatir tentang bahaya. Tetapi karena aku sebuah halangan, lupakan saja. Awalnya, seorang hantu bisa sangat berguna..."

Touko berbicara dengan kesedihan.

Memang, dia tidak takut pada tugas-tugas berbahaya.

Karena dia sudah mati.

"...Tidak, umm... J-Jika kalian memang begitu ingin membantu... itu juga tidak apa-apa? Perlakukan ini sebagai pengalaman praktek? Apa yang aku maksud adalah, lakukan dan cobalah? Benar, semuanya tentang pengalaman..."

Pada pertengahan, Rangetsu mendapati semua orang menatap dia dengan tatapan sedingin es.

Uhuk, dia membersihkan tenggorokannya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

".......Tolong bantuannya."

"Sampai poin ini, apa yang kau bicarakan?"

"Sungguh benar-benar cacat! Setelah mengatakan itu semua diawal."

"Apakah kau tidak malu?"

"Rasa malu pasukan polisi."

"Aku tidak mau menjadi seperti itu ketika aku dewasa."

"Di tempat dia, aku akan mati karena rasa malu. Oh yah, aku sudah mati, bagaimanapun juga."

Dengan Touko menyimpulkan dengan humor kelam, Rangetsu mulai berteriak, hampir menangis.

"Apa-apaan ini, kalian menertawakan aku!? Aku sudah membungkuk pada kalian semua!"

"Kalau begitu tunjukan pada kami ketulusanmu."

"Ketulusan... Apa maksudmu dengan itu?"

"Ulurkan tanganmu."

"....?"

Meskipun merasa bingung, Rangetsu menunjukkan telapak tangannya pada Hisui.

Kemudian koin jatuh ketangannya.

"...Apa artinya ini?"

"Belikan aku minuman."

"Kenapa kau memperlakukan aku sebagai seorang gadis pesuruh!?"

Rangetsu dengan marah melemparkan koin itu ke lantai.

Kemarahannya itu tidaklah mengherankan.

"Ah, apa-apaan sih! Apa yang salah dengan memintamu untuk membelikan minuman?"

"Jangan memperlakukan aku seperti orang bodoh! Tidak bisakah kau membelinya sendiri!?"

"Tidak, tetapi aku hanya berpikir kamu akan super cepat."

"Yah, berlari 100m dalam sembilan detik sangatlah mungkin... Hei! Kau masih memperlakukan aku seperti seorang gadis pesuruh sepenuhnya!"

Rangetsu berteriak, begitu marah hingga bahunya berguncang.

Hisui mengambil koin dengan tidak sabar.

"Baik, aku akan pergi sendiri. Oh, apa yang semua orang inginkan? Aku mungkin juga bisa mendapatkan semuanya."

Mendengar sarannya yang ikhlas, Rushella melangkah maju.

"Tahan, Hisui. Lebih baik jika aku yang pergi membeli minuman untuk kalian semua. Sebagai seorang berkelas tinggi, itu diperlukan untuk menampilkan kemurahan hati dari waktu ke waktu. Biarkan aku untuk melakukan sebagai peran teladan untuk menunjukkan padamu perbedaan diantara rasku dan para werewolf!"

Terkikih, Rushella tidak berusaha untuk menyembunyikan ejekan dalam nada suaranya.

Rangetsu menggertakkan giginya sebagai tanggapan tetapi Rushella berpura-pura tidak melihat.

"Tunggu, itu hanya membeli minuman, jangan berbicara seperti semua orang berhutang padamu. Kenapa tidak aku saja yang pergi? Karena ini masih siang hari, aku masih yang terkuat sampai matahari terbenam, kan? Berbeda dengan si kurus yang tomboy tertentu."

Mei melontarkan lirikan pada Rangetsu dan melangkah maju.

Dia dengan bangga membusungkan payudaranya yang menggairahkan, menyebabkan kemarahan Rangetsu mencapai ketinggian yang baru.

"Tahan, yang dibutuhkan dalam situasi seperti ini bukanlah kekuatan tetapi kekayaan. Aku tak ingin membuat seluruh pasukan polisi atau bahkan semua pegawai sipil menderita karena seseorang yang pelit. Ijinkan aku mentraktir semua orang dan membeli minuman."

Eruru mengeluarkan dompet panjang yang tampak seperti menggembung dengan uang tunai dan melangkah maju.

Dia bahkan tidak melihat Rangetsu.

"Tunggu, tak peduli seberapa banyak uang yang kamu punya, atas harga diriku sebagai seorang senior, bagaimana bisa aku mengijinkan seorang junior membelikan minuman untuk aku? Biar aku yang pergi sebagai yang tertua. Oh yah, meskipun ada anggota masyarakat yang yak berguna diantara mereka yang lebih tua."

Kirika menatap Rangetsu dengan mata mengasihani sambil melangkah maju.

"Tidak tidak, bicara tentang usia, aku seharusnya yeng tertua, kan? Biarkan saudara tertua melakukan ini! Menggunakan kekuatanku, aku bisa mengguncangkan mesin penjual otomatis tanpa menghabiskan uang! Meskipun aku mungkin terlihat, setidaknya itu lebih baik daripada seseorang yang tidak berkontribusi apapun, membuang-buang sumber daya dunia, kan?"

Touko menunjuk pada Rangetsu, membuat pernyataan yang kuat.

Akhirnya, Rangetsu meledak, tak mampu mentoleransi lagi.

"...Itu sudah keterlaluan!! Baik, baik, aku akan pergi membeli beberapa kaleng jus sialan!!"

Pada akhirnya, keenam anggota kelompok Hisui menunjuk pada Rangetsu serentak dan berbicara dengan serempak:

" " " " " "Silahkan pergi." " " " " "

"Sheeeeesh, apa-apaan ini!"

Rangetsu melemparkan sendal tamu indoor ke lantai dan bahkan menghentaknya.

Kemarahannya tampaknya telah meledak, bahkan dia mungkin tidak lagi jelas tentang apa yang dia lakukan.

Saat Rangetsu pergi ke lorong, memasuki pose permulaan seperti seorang pelari, bukan, itu hampir seperti binatang buas telah siap untuk berakselerasi dengan empat kaki.

"Jangan meremehkan kecepatan seorang werewolf! Aku akan sampai dalam sekejap mata, membawa kembali apa yang dibeli lebih cepat daripada siapapun!!"

"Oh, aku mau air mineral."

"Beri aku susu strawberi!"

"Aku mau soda~"

"Tolong kopi, tanpa susu atau gula."

"Aku mau teh, panas, tidak dingin."

"Teh tolong~"

Bahkan si hantu yang tidak meminum teh menempatkan pesanannya acuh tak acuh.

Tetapi Rangetsu tidak menyadarinya. Setelah mendengar pesanannya, dia melaju di lorong seperti sebuah roket.

Draculea V04 - BW05.jpg

Sebuah angin ribut bertiup di sekeliling, menyebabkan para gadis buru-buru memegang rok --Narako (talk) 23:35, 9 January 2015 (CST)mereka.

Tendangan yang cepat hampir membuat khawatir pada susunan papan lantai. Akhirnya, Rangetsu menghilang ke sisi lain dari blok ruang kelas.

"...Baiklah, mari kita membubarkan pertemuan untuk hari ini. Semuanya, pergilah sebelum orang itu kembali. Jangan biarkan dia menemukan kamu. Sekarang Badan Investigasi Supranatural telah digerakkan, kehadiran orang itu tidaklah relevan."

"Apa kau seorang iblis?"

Hisui merasa bahwa Eruru bertindak agak jauh, tetapi dia mengabaikan komentar Hisui.

"Ini akan memberi dia pelajaran. Bagaimanapun juga dia akan kembali. Ijinkan aku melapor pada semua orang rincian doppelganger setelah aku mengumpulkan informasi. Mungkin taktik gelombang manusia akan diperlukan, jadi harap berkoordinasi ketika saatnya tiba, semuanya."

"Oke."

Kemudian kelompok itu menyebar.

Sekitar satu menit kemudian, Rangetsu kembali ke ruang kelas kosong itu. Tentu saja, minuman yang baru saja dibeli menjadi korban untuk melampiaskan kemarahannya.

※ ※

"Sial, aku lupa untuk belanja..."

Malam itu, Hisui mulai khawatir sambil berdiri didepan kulkasnya.

Meskipun dia sudah makan malam dengan Rushella, bahan-bahan yang tersisa di kulkas tidak cukup untuk membuat makan siang untuk besok.

Bagi Hisui sendiri, makan di kantin atau membeli dari toko makanan ringan tidaklah masalah, tetapi baru-baru ini, untuk Rushella, dia harus mempersiapkan bekal untuk mereka berdua.

"Minuman juga akan segera habis.... Perlu untuk membeli lagi."

"Ya, pergilah!"

"Ya, aku berencana untuk pergi... Bagaimana dengan kamu?"

"Aku sangat sibuk!"

Berbaring disofa di ruang tengah, Rushella tengah menonton variety show dengan seksama.

Biasanya, ketika Hisui pergi keluar dia akan selalu ikut. Tetapi sepertinya, dia memprioritaskan hiburannya kali ini. Sebagai perbandingan, televisi didepannya lebih penting.

"...Oh yah, itu mengurangi rasa sakit bagiku."

"Ah, aku mau kesekolah pagi-pagi besok juga! Ketua kelas sudah setuju! Kami tidak bisa malas dengan latihan lari estafet!"

"Oh.... Tentu, tidak apa-apa. Kalau begitu tidurlah lebih awal, oke? Tidurlah setelah acara ini berakhir, mengerti?"

"Ya!"

Seorang vampir yang tidur dimalam hari dan bangun pagi-pagi tanpa menjadi burung hantu malam—Sudah pasti merupakan spesies yang terancam punah, tetapi ini mungkin lebih sehat.

Dengan demikian, Hisui berganti jeans, memakai jaket dan meninggalkan rumah sendirian.

Bermandikan udara musim gugur yang dingin, Hisui pergi ke supermarket 24 jam terdekat.

Tidak ingin menghabiskan waktu yang tidak perlu dalam belanja, dia pergi secara langsung untuk membeli bahan-bahan yang dia butuhkan untuk makan siang besok dan mengambil beberapa kebutuhan sehari-hari yang telah habis dirumah.

Setelah membeli hal-hal ini dan meninggalkan toko, dia bertemu seseorang yang tak terduga.

"Eh, Kujou-kun?"

"Oh, itu kamu, Ketua Kelas..."

Reina berpakaian seragam sekolahnya, berdiri didepan pintu otomatis.

"Apa kamu pergi untuk mendalami jurusan? Ini sudah begitu larut, itu pasti sulit."

"Bukankah itu sama untuk kamu, Kujou-kun... Kamu belanja selarut ini?"

"Sang putri ingin paket makan siang, jadi keinginannya sulit untuk dilawan."

Hisui tersenyum masam. Mereka berdua secara alami berjalan berdampingan.

"Ah~~ Terimakasih untuk pagi tadi, memberi masalah untuk mendampingi gadis itu."

"...? Oh, jangan khawatir, itu sama sekali bukan apa-apa."

"Dia mungkin cukup tidak terbiasa dengan event kerjasama tim. Kalau saja dia bisa meningkat sedikit."

"...Itu akan baik-baik saja... mungkin? Sepertinya dia mulai terbiasa..."

"Semoga saja. Oh ketua kelas, aku ingin menanyakan sesuatu."

"Apa?"

"Apa kamu benar-benar baik-baik saja... dengan lari estafet itu?"

Meskipun Hisui tidak yakin apakah dia harus menyebutkan masa lalu, dia masih bertanya.

Mungkin dia terlalu khawatir.

Atau mungkin Reina sendiri tidak keberatan.

Bagaimanapun juga, Hisui masih memutuskan untuk bertanya pada dia.

Karena surat ancaman si doppelganger dan insiden tenda itu, Hisui merasa bahwa alasannya berasal dari hal lain, tak bisa dihilangkan dari hatinya.

"Tidak masalah... Itu hanya berlari pada akhirnya. Hanya sedikit tekanan, itu saja."

"Sedikit....?"

Meskipun merasa bersalah, Hisui memutuskan untuk menggali ke dasar masalahnya.

Kata ini membuat seberkas kesuraman melintas diwajah Reina.

"Jika kamu tidak mau... Rushella akan dengan senang hati bertukar, kamu tau?"

"...Tidak apa-apa. Keengganan tidak bisa dianggap sebagai sebuah alasan."

"...."

"Di SMP, aku ikut serta... dalam sebuah lari estafet pada pertemuan final atletik, sebagai putaran akhir. Karena prestasiku dalam klub adalah yang terbaik sebelum itu... aku ditugaskan pada posisi itu."

Kepala tertunduk, Reina perlahan-lahan mengingat masa lalu.

Hisui diam-diam memainkan peran pendengar setia.

"Tetapi... Aku membuat kesalahan ketika menerima tongkat, menjatuhkannya. Selain itu, aku terjatuh... dan berakhir finish yang terakhir."

"...."

"Rekan tim yang sebelum aku terus menyalahkan dirinya sendiri. Tetapi aku tau dengan jelas dalam pikiranku bahwa itu adalah kesalahanku. Aku menjatuhkan tongkat."

"Masalah seperti ini tidak bisa menyalahkan satu pihak, kan? Meskipun aku seorang amatir, aku tidak terlalu memenuhi syarat untuk berkomentar."

Bahkan mengetahui bahwa kata-kata penghibur adalah sia-sia, Hisui tidak bisa membiarkan dirinya sendiri untuk tidak melakukan apa-apa.

Reina pasti telah mendengar kata-kata ini dari orang lain ratusan kali. Dia sangat bisa menghibur dirinya sendiri juga.

"...Mungkin. Sebenarnya, entah itu tempat pertama atau terakhir, aku tidak benar-benar keberatan... bagaimanapun juga, rasa cintaku pada atletik berakhir di SMP. Orang tuaku meminta itu. Mereka percaya bahwa atletik tidak bisa berlangsung seumur hidup, jadi untuk masuk ke universitas yang bagus, tiga tahun di SMA harus dihabiskan dengan belajar keras dalam persiapan... Jadi itu tidak apa-apa. Aku sudah membuang perlengkapan olahragaku... ini sebenarnya lebih baik, aku bisa lebih berkonsentrasi pada belajar."

"...Tetapi sekarang kamu berada pada putaran akhir dalam lari estafet, kamu harus berdiri dilintasan sekali lagi."

"Bagaimanapun juga, semua orang harus berpartisipasi... apa boleh buat. Kali ini, aku tidak akan membuat sebuah kesalahan..."

Suara Reina menjadi lebih dan lebih pelan, dan akhirnya tidak bisa didengar.

Trauma mental atas sesuatu yang sepele di masa lalu telah menjadi belenggu yang berat bagi dia.

Tidak pernah ikut dalam kegiatan klub apapun, Hisui mungkin tidak bisa memahami penderitaan itu, tetapi bagi Reina itu pasti sebuah luka tak terhapuskan.

"Bahkan di SMA, kamu tidak bisa sepenuhnya mengubur dirimu sendiri dalam belajar dan mengabaikan segala sesuatu yang lain. Ah, tetapi kamu sudah bekerja sangat keras dalam belajarmu, kan? Masing memakai seragammu begitu larut malam, kamu pergi untuk mendalami jurusan, kan? Aku pikir ada satu baru-baru ini yang dibuka didekat sini?"

"Ya, benar...."

"Jika kamu tidur terlalu larut, kamu tidak akan bisa bangun besok, kamu tau? Latihan basket pagi dengan Rushella pasti sulit bagimu juga. Kamu bisa untuk bangun?"

"Tak masalah. Aku akan tidur segera setelah aku sampai dirumah."

"Benarkah?"

Hisui berhenti berjalan.

Tanpa menyadari, mereka telah sampai pada gang yang sepi.

Ada sangat sedikit orang dijalanan. Ini wajar saja, terjadi bukan dari niat sadar.

Tetapi keberuntungan memihak Hisui.

Dia tidak mau siapapun mendengar bagian selanjutnya dari percakapan tersebut.

"Jadi... Siapa kamu yang sebenarnya?"

Suasana berubah dengan sangat cepat.

Reina memalingkan tatapannya dan mengambil beberapa langkah mundur.

"Apa yang kamu bicarakan...? Aku..."

"Kamu adalah Sera Reina, perwakilan kelas. Yah, itu memang benar, karena kalian berdua adalah yang sebenarnya, orang yang asli. Namun, meskipun Ketua Kelas yang asli akan mendalami jurusan selarut ini, sayangnya, tak ada pendalaman jurusan didekat sini. Aku mengatakannya dengan sengaja. Juga, kamu berlatih dengan Rushella untuk lari estafet. Jadi ingatannya tidak berbagi setelah terpisah menjadi dua. Itu sangat mudah untuk dibedakan."

"Jadi kamu mencurigai aku..."

Reina—doppelganger-nya—menundukkan kepalanya dan tersenyum.

Seringai di bibirnya membuat dia tampak seperti sepenuhnya orang yang berbeda dari biasanya.

Gadis yang terbentuk dari sisi gelap hati Reina, meskipun penampilannya identik, dia sebenarnya tidak sama.

"Kapan kamu menyadarinya...?"

"Karena aku sudah tau eksistensi dari seorang doppelganger, bagaimana bisa aku percaya begitu mudah tanpa memastikan yang mana yang aku temui? Sehingga aku ragu dari awal. Segera setelah aku mendengar kamu berbicara tentang membuang perlengkapan olahragamu, aku memutuskan untuk membuat perangkap. Selama latihan pagi, Ketua Kelas bahkan memakai pelindung siku. Itu tidak mungkin dibeli hanya untuk festival olahraga saja, kan?"

"...Aku mengerti. Tetapi aku juga berbicara kebenaran. Aku yang lain, selalu terganggu oleh balapan yang terakhir. Menyerah pada atletik karena orang tua, didorong pada posisi putaran akhir, semua ini adalah kebenaran. Jika kamu menolak semua ini, kamu juga menolak dia, kamu tau?"

"Menolak? Aku tidak pernah mangatakan apapun seperti itu."

Hisui bertanya dalam bingung.

Dia tidak pernah berniat untuk memperlakukan orang ini sebagai seorang musuh.

Dia tidak akan pernah bisa melakukan itu.

Bagaimanapun juga, dia adalah perwakilan kelas yang hebat yang memperhatikan Rushella.

"Sebenarnya, aku tidak terlalu peduli tentang keinginanmu untuk menangguhkan festival olahraga. Meskipun aku tidak mau berurusan dengan hal itu, aku tidak mau Ketua Kelas yang polos jatuh juga... Sejujurnya, aku tidak tertarik pada festival olahraga dan aku lebih suka untuk tidak terganggu dengan estafet. Jika itu akan berakhir dengan damai, aku lebih suka agar festival olahraga dibatalkan. Bagaimanapun juga, aku tidak punya orang tua yang datang untuk menonton."

Untuk sesaat, mata Hisui dipenuhi dengan nostalgia.

Memang, dia dari awal tidak tertarik pamer dalam sesuatu seperti festival olahraga. Tak ada gunanya mengerahkan upaya semacam itu. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang datang untuk menonton.

"....."

"Jika kamu benar-benar sisi gelap Ketua Kelas, maka itu cukup tepat. Jika kamu melepas lapisan kulit, bukankah semua manusia itu sama? Namun, itu akan terlalu sulit untuk bergaul satu sama lain, itu sebabnya semua orang mengenakan lapisan hati nurani, moral dan rasionalitas sebagai pakaian luar untuk mengikat diri mereka sendiri. Sebenarnya, itu pasti menyakitkan bagimu seperti ini? Maka cepat pulang, kembali ke tubuh utama. Saling melengkapi satu sama lain dan mencapai media yang sempurna."

"Jangan berbicara seolah kamu mengetahui segalanya!"

"Aku tidak tau apa-apa. Itu sebabnya kalian berdua harus duduk dan berbicara. Bagaimanapun juga, kalian adalah orang yang sama. Kan?"

Hisui masih bertindak sama seperti biasanya.

Karena dia berhadapan dengan Reina.

Berhadapan dengan mahluk ini yang bisa di anggap seorang monster. Melihat perilakunya, Reina yang lain hanya bisa tersenyum masam.

"Kamu sungguh orang yang menarik."

"Orang-orang mengatakan itu dari waktu ke waktu."

"Jadi... ini pasti kenapa kamu berhasil menarik kami berdua."

"Huh?"

"Aku lahir bukan hanya karena trauma mental. Itu pasti karena kamu. Karena kamu duduk disebelahku di kelas tetapi selalu begitu bahagia bersama dengan Draculea-san. Karena kamu selalu bertindak bodoh, tak mau menunjukkan hatimu, selalu berpura-pura tidak melihat."

"....."

Saat dia menyadari, Reina tepat ada didepan dia.

Si doppelganger dengan penampilan yang sama persis seperti dia.

Tidak, dia adalah Reina dan Reina adalah dia.

Bibirnya mendekat.

Secara reflek, Hisui menghindar dengan wajahnya.

Dengan penampilan sedih, gadis itu bertanya:

"Orang seperti apa kamu yang sebenarnya?"

Sebuah aroma tajam memasuki hidung Hisui.

Saat itulah Hisui menyadari bahwa Reina memegang botol kecil di tangannya.

Penutupnya sudah dibuka, mengeluarkan gas menyerang tubuhnya melalui lubang hidungnya.

"Kamu.....!"

"Lain kali... Aku ingin bertemu kamu yang sebenarnya."

Kesadaran memudar, Hisui kesulitan berdiri.

Hisui jatuh ditempat dan hanya bisa melihat saat Reina pergi.

Setelah pingsan dalam waktu yang singkat, dia akhirnya berdiri dan berjalan pulang.

Ada sebuah perasaan aneh.

Seperti sebuah lubang telah terbuka didadanya.

Tetapi dia tidak mengerti.

Kabut putih perlahan-lahan mengambil bentuk humanoid, berdiri dibelakangnya. Hisui tidak menyadarinya.

Berjalan berlawanan arah, kedua sosok itu terpisah. Setelah itu, "dia" yang baru terlahir pergi entah kemana.


Sebelumnya Bab 2 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 4