A Simple Survey (Indonesia):Jilid 2 Arena01

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Arena 01: Permainan Peluru Mematikan[edit]

Jam tangan (40p), akuarium (15p), vas (5p), pelat logam (1500p), baut (3p), pot bunga (30p), papan kayu (15p), kertas (1p), gergaji (30p), selang karet (5p), obeng minus (10p), paku (1p), pulpen (2p), korden (15p), lem (5p), cat (15p), permen karet (2p), sabuk kulit (10p), topi (15p), sumpit (3p), cincin (100p), boneka kelinci (5p), alat cukur listrik (30p), ponsel (40p), obat anti serangga (10p), lensa kontak (5p), ramen cup (10p), tangki oksigen (100p), tisu (3p), kompas (5p), gabus (20p), tali (10p), pemotong kuku (5p), lampu bohlam (5p), map berkas (3p), kereta bayi (15p), handuk (5p), ransel (20p), karet gelang (1p), sendok (10p), piring plastik (5p), USB Flashdisk (30p), kaleng bir (5p), kantong plastik (1p), selotip (10p), pin elektrik (15p), botol minum plastik (5p), gunting (10p), gelas wine (10p), kartu pos (1p), garpu (5p), obat demam (5p), laptop (50p).


Benda-benda itu tersebar di suatu ruang yang tak berjendela, yang ukurannya kira-kira seperti satu ruang kelas. Peserta yang lainnya sepertinya telah dibawa ke ruang lain yang serupa.

Di bagian tengah ruangan terdapat sesuatu yang bentuknya mirip seperti papan yang ada di depan restoran, yang bertuliskan menu. Namun, di papan ini tertulis aturan permainan di arena ini.


Permainan Peluru Mematikan.

Batas waktu anda adalah 30 menit.

Setelah batas waktu terlewati, anda akan ditembak dari jarak 15 meter.

Silahkan buat peralatan tahan peluru sebelum penembakan dimulai.

Namun, anda tidak bisa menggunakan benda-benda yang ada di panggung begitu saja.

Situasi sekarang ini seperti dengan ketika anda diberi sekaleng makanan tanpa pembuka kaleng. Namun, perlu diingat bahwa anda dapat menjual "kaleng yang belum terbuka" tanpa perlu menjual pembuka kaleng.

Semua benda di panggung ini memiliki harganya masing-masing.

Untuk mendapatkan benda yang anda butuhkan, anda harus membelinya. Anda dapat menjual benda apapun yang tidak anda butuhkan untuk mendapatkan poin yang dapat anda gunakan untuk membeli benda yang anda butuhkan.

Benda yang telah anda jual atau anda pakai sekali tidak dapat digunakan lagi di arena ini.

Peserta yang masih bertahan hingga permainan ini berakhir akan dibayar 200 juta yen.


“Bangsat…” gumamku tanpa berpikir dua kali, tapi aku sudah tak bisa mundur.

Aku perlu uang. Aku harus melakukan apapun untuk mendapatkan uang.

Seorang perempuan yang berdandan seperti gadis kelinci berbicara dengan senyuman dari pojok ruangan.

“Apakah kau ingin menyerah?”

“Kau tahu aku tak bisa melakukannya. Mulai! Mulai saja permainannya!!”

“Kalau begitu, 30 menit, dimulai dari sekarang. Semoga berhasil,” kata si gadis kelinci sembari menunjukkan jam analog yang dengan sengaja diatur supaya suara detaknya terdengar begitu keras.

Baiklah…

Aku akan ditembak dari jarak 15 meter. Sebagai orang Jepang yang dilindungi oleh Undang-Undang Pengendalian Pedang dan Senjata Api, aku tak tahu seberapa kuat tembakannya, tapi tentu saja hal itu akan membuatku sedikit ketakutan.

Ada begitu banyak benda yang tersebar di ruangan ini, tapi mau tak mau pikiranku terfokus ke satu benda.

Pelat logam (1500p).

Tingginya 2 meter, lebarnya 1 meter, dan tebalnya sekitar 3 cm. Sepertinya pelat seperti ini digunakan di konstruksi. Pelat ini sendiri sepertinya dapat menahan laju peluru dari sebuah pistol.

Tapi…

“Aku tak bisa membeli pelat meskipun aku menjual semua benda lainnya.”

Ketika kuhitung pelan-pelan poin dari tiap-tiap benda, jelas sekali aku takkan mendapat 1500p. Kalau aku tidak berhenti untuk berpikir terlebih dahulu, dan menjual benda-benda lain begitu saja untuk membeli pelat logam, maka semuanya akan segera berakhir.

Tapi di sisi lain, papan kayu (15p) dan akuarium (15p) jelas tidak akan mampu menghentikan peluru.

Peluru.

Aku berhadapan dengan sebuah peluru.

Untuk dapat menghadapi peluru yang ditembakkan langsung ke arahku, aku perlu sejenis logam.

Aku tidak dapat membeli pelat logam (1500p), tapi pemotong kuku (15p), map berkas (3p), dan beberapa benda lainnya menggunakan bagian yang terbuat dari logam. Aku perlu mengumpulkan benda-benda itu sampai aku mendapat perlindungan dengan kekuatan yang sama seperti pelat logam.

“Kalau kau bertanya padaku, sebaiknya kau memisahkan barang yang bisa digunakan dan tak bisa digunakan.”

“Diam. Aku tak bertanya padamu.”

“Misalnya, ada cincin (100p) dan jam tangan (40p). Benda-benda itu tak berguna tapi punya nilai yang tinggi. Menurutku kau harus menjual benda-benda itu.”

“Kubilang tutup mulutmu.”

Kalau aku menjual pelat logam (1500p), aku bisa membeli semua benda lainnya. Dan baik cincin (100p) dan jam tangan (40p), keduanya menggunakan logam. Akan berbahaya sekali menjual sesuatu hanya karena ia bernilai tinggi. Karena ia tak menjelaskan yang seperti ini, kupikir dapat diasumsikan si gadis kelinci ini ingin aku mati.

“Pertama-tama aku membutuhkan selotip (10p) dan obeng minus (10p).”

“Eh? Bisakah kau menghentikan peluru dengan selotip? Dan obeng? Bukankah lebih sulit untuk menahan peluru dengan alat itu daripada dengan katana seperti yang dilakukan di film-film action konyol itu?”

Bukan itu rencanaku.

Obeng minus (10p) akan kupakai untuk mengambil logam dari semua benda dan selotip (10p) digunakan untuk menyatukan semuanya.

Itu berarti aku harus menentukan benda mana saja yang akan kuambil logamnya.

“Aku benar-benar tak mengerti,” kata si gadis kelinci dengan suara manis yang terdengar seperti suara latar belakang sambil menggoyangkan pinggulnya. “Semua ini hanya untuk 200 juta yen. 200 juta. Meskipun itu jumlah yang tak sedikit, namun jumlah sebesar itu masih cukup kecil, dan seorang pekerja kantoran biasa bisa mendapatkannya jika ia bekerja cukup keras. Dan bahkan lebih dari 20 orang mempertaruhkan nyawanya di arena ini untuk uang sebesar itu. Apa yang sebenarnya terjadi?”

“Aku yakin masing-masing dari kami punya alasan sendiri-sendiri untuk mendapatkan uang itu.”

“Benar, tapi bukankah kau memenangkan 5 miliar yen dari lotere? Kenapa kau ingin mendapatkan lebih banyak uang lagi? Hidup benar-benar penuh dengan misteri.”

“…”

Orang bilang kau tak perlu khawatir selama kau masih punya uang, tapi itu hanyalah omong kosong belaka.

Tak ada yang memenangkan lotere setelah beberapa lama, sampai-sampai nilai hadiah utamanya naik menjadi 5 miliat. Dan ketika seseorang memenangkan hadiah utama itu, ia menjadi bahan perbincangan di seluruh Jepang. Seharusnya mereka menyembunyikan informasi mengenai diriku, tapi informasi itu segera bocor setelah aku mentransfer uang hadiah itu ke rekening bank milikku. Aku tak tahu bagaimana mereka melakukannya, tapi sepertinya ada celah yang membuat seseorang bisa mendapatkan informasi semacam itu.

Menerimanya sekaligus adalah sebuah kesalahan yang besar.

Tengah malamnya, sekelompok pria bertopeng merampok rumahku, mereka masuk lewat jendela.

Aku berhasil kabur hanya dengan pakaian yang menempel di badanku, tapi ketika aku kembali pagi harinya, rumahku telah terbakar habis. Tentu saja, buku rekening dan capku hilang. Petugas polisi yang kelihatan diam-diam menikmati kesialanku menyarankan padaku untuk membekukan rekeningku, tapi ketika aku melakukannya, ternyata rekeningku telah kosong. Aku mendapat berbagai penjelasan yang membingungkan, penuh dengan kata-kata seperti “bank asing” dan “bank online”, tapi intinya adalah aku tak bisa menyelamatkan uang hadiah lotere itu.

Dan meski begitu, aku masih dikejar-kejar oleh orang karena berbagai alasan: mengundangku ke agama mereka, memintaku untuk menolong anak-anak yang malang, memintaku untuk membayarkan utang mereka, memohon padaku untuk membelikan mereka obat, dan sebagainya.

Apa yang kubutuhkan sekarang adalah uang.

Aku perlu uang untuk menghapus segala informasi mengenai "aku" yang sekarang, sehingga aku bisa memulai lagi hidup yang baru.

“Pemotong kuku (5p), alat cukur listrik (30p), kereta bayi (15p), map berkas (3p)…oh, dan kaleng bir (5p) dan tangki oksigen (100p), juga. …Kurasa benda-benda itu adalah benda dengan bagian logam yang dapat digunakan.”

“Oh? Tapi bukannya tangki oksigen akan meledak kalau ditembak?”

“Kalau aku mengosongkannya dulu, maka tangki itu akan menjadi tabung logam biasa.”

Meski begitu, aku bukanlah penyelam, jadi aku juga tak tahu seberapa tebal tangki itu.

“Yah, tak ada hubungannya juga denganku. Tapi jangan lupa, kau perlu poin untuk membeli alat-alat itu. Apa yang akan kau jual?”

“Pelat logam (1500p).”

“Eh? Serius? Kelihatannya benda itu yang paling tebal dan aman menurutku.”

“Kubilang aku akan menjualnya, jadi aku akan menjualnya! Pelat itu adalah jebakan yang paling mencolok!!”

“Baiklah, baiklah. Tapi, kau bisa menggunakannya dengan cara lain selain tebalnya, lho. Misalnya, kau bisa menggunakan beratnya untuk menghancurkan tangki oksigen (100p) supaya menjadi pelat rata.”

Entah berapa banyak cara ia dipakai, aku takkan mendapat poin yang cukup untuk membelinya.

Benda paling besar yang kupunya adalah tangki oksigen (100p). Kukosongkan gas yang ada di dalamnya dan lalu menempelkan berbagai alat yang mempunyai bagian logam di sisi luarnya dengan selotip.

“Baiklah, apakah tangki itu cukup tebal? Kau sering melihatnya meledak setelah ditembak di film-film.”

“Diam. Kau tak bisa mempercayai apa yang kau lihat di film.”

“Sampai bagian dimana kau mengosongkan isi tangki itu adalah ide yang bagus, tapi…”

“?”

Dengan suara klik yang nyaring, Jam di tangan gadis kelinc itu berhenti berdetak.

Batas waktu 30 menit sudah usai.

Waktu penembakan yang sudah ditunggu-tunggu telah tiba.

Berpikir seperti itu saja membuatku berkeringat sampai seluruh tubuhku basah. Nafasku menjadi semakin pendek dan cepat.

Awalnya kukira aku akan dibawa ke ruang lainnya, tapi ternyata tidak.

Si gadis kelinci meraih ke balik bra-nya dan menarik sebuah pistol semi-otomatis berwarna hitam mengkilap.

Pistol itu terbungkus plastik dan nyaris terlihat seperti mainan.

Tapi situasinya berubah setelah si gadis yang tersenyum itu mengangkat pistolnya ke atas.

Jari telunjuknya bergerak.

Bunyi ledakan yang keras menulikan telingaku sesaat.

Suaranya seperti petir yang menyambar pohon yang letaknya berdekatan. Aku sampai mengira badanku terangkat beberapa sentimeter dari lantai. Kepalaku sakit. Ada yang salah dengan detak jantungku. Aku tak bisa menggerakkan satu jaripun, apalagi kepalaku, jadi aku hanya bisa melihat sekeliling dengan menggerakkan mataku.

Si gadis kelinci terus menerus tersenyum.

“Oke, sekarang, silahkan pindah ke bagian belakang ruangan, di belakang tanda selotip di lantai itu. Kau tak harus melakukannya, tapi jarak yang lebih dekat tentu akan sangat merugikan untukmu.”

Aku segera bergerak, tapi lebih karena ketakutanku pada pistol yang berasap itu, bukan karena keinginanku sendiri untuk tetap mengikuti permainan ini.

Aku tak dapat menggantungkan nyawaku sendiri dengan benda tahan peluru buatanku sendiri ini.

Aku mulai khawatir apakah rencanaku akan bisa berjalan.

Benda ini buatan sendiri, dan hanya berdasarkan perkiraan belaka, bukan data yang sesungguhnya. Rasa percaya diriku langsung runtuh ketika melihat kemampuan pistol yang sesungguhnya.

Apapun yang kutempelkan di luarnya, benda ini tetaplah tangki oksigen yang kosong.

Seperti yang gadis kelinci itu katakan, tangki seperti ini seringkali meledak ketika ditembak di film-film action.

Apakah aku akan baik-baik saja?

Apakah aku benar-benar akan baik-baik saja?

Apakah pelurunya benar-benar, benar-benar tak akan menembus tangki ini dan membunuhku?

“Baiklah, bagaimana kalau kita mulai sekarang?”

“Tung-…”

“Dor.”

Dalam sekejapan mata, aku mendengar suara ledakan, mataku berkunang-kunang, dan nafasku berhenti.

Dadaku sakit. Aku tak bisa bernafas. Rasa sakit yang bahkan tak bisa kupikirkan segera menjalar ke seluruh tubuhku seolah-olah seluruh pembuluh darahku ditarik hingga putus.

Pandanganku tertuju pada plafon ruangan ini.

Setelah beberapa detik, aku baru sadar kalau aku telah rubuh, terbaring di atas lantai.

Tapi tak ada yang terjadi.

Kulihat si gadis kelinci melirik ke arahku.

“Hmm… Oh, kau masih hidup. Kalau begitu kurasa kau berhasil.”

“…?”

“Ketika aku menembak dan kau terjatuh, kupikir kau sudah mati, tapi sepertinya kau hanya pingsan karena suara ledakan. Tak ada bukti peluru bisa menembus benda tahan peluru yang kau buat. Kau benar-benar berhasil.”

Aku tak merasa seperti telah selamat.

Aku tak merasa seperti masih bernafas.

Aku sedikit merasa kalau semua ini tak nyata, kalau seseorang mengatakan padaku bahwa aku sedang mengalami sesuatu yang paranormal, maka aku akan percaya saja.

Tapi si gadis kelinci di depanku baru saja mengumumkan kemenanganku.

Yang…

Yang berarti…

“Aku memenangkan permainan ini…”

Kalau memang itu yang terjadi, aku sudah mendapatkan 200 juta yen. Aku dapat memulai lagi hidupku yang lenyap karena informasi tentang diriku yang bocor setelah memenangkan lotere. Aku masih tak bisa membayangkan apa yang harus kulakukan untuk menghapus informasi tentang diriku, tapi kurasa aku akan bisa melakukannya dengan 200 juta yen.

Akhirnya aku bisa melihat secercah harapan.

Aku mencoba meraihnya sembari tetap berbaring, tapi si gadis kelinci itu mengatakan sesuatu dengan senyuman seperti biasa.

“Baiklah, dengan ini babak pertama permainan ini telah usai. Sekarang, mari kita memulai babak kedua.”

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Apa?

Kali ini, bukan nafasku yang berhenti; rasanya seakan-akan waktu telah berhenti. Dan meski begitu, si gadis kelinci tak menariknya.

Ia tak menarik kata-katanya barusan.

“Oh, kali ini bukan sesuatu yang sulit. Kau tak perlu mempelajari aturan yang baru. Kau hanya perlu mengulangi hal yang sama dengan yang barusan, itu saja.”

“T-Tidak! Jangan bercanda!! Kau bilang aku akan mendapat 200 juta yen kalau aku memenangkan permainan ini!! Kau sendiri yang mengatakannya di awal tadi!!”

“Ya, dan kau akan mendapatkan uangnya ketika kau telah menyelesaikan seluruh rangkaian permainan ini,” kata si gadis kelinci sambil memiringkan kepalanya seolah-olah ia kebingungan. “Ingat aturannya?”


Permainan Peluru Mematikan.

Batas waktu anda adalah 30 menit.

Setelah batas waktu terlewati, anda akan ditembak dari jarak 15 meter.

Silahkan buat peralatan tahan peluru sebelum penembakan dimulai.

Namun, anda tidak bisa menggunakan benda-benda yang ada di panggung begitu saja.

Situasi sekarang ini seperti dengan ketika anda diberi sekaleng makanan tanpa pembuka kaleng. Namun, perlu diingat bahwa anda dapat menjual "kaleng yang belum terbuka" tanpa perlu menjual pembuka kaleng.

Semua benda di panggung ini memiliki harganya masing-masing.

Untuk mendapatkan benda yang anda butuhkan, anda harus membelinya. Anda dapat menjual benda apapun yang tidak anda butuhkan untuk mendapatkan poin yang dapat anda gunakan untuk membeli benda yang anda butuhkan.

Benda yang telah anda jual atau anda pakai sekali tidak dapat digunakan lagi di arena ini.

Peserta yang masih bertahan hingga permainan ini berakhir akan dibayar 200 juta yen.


Tidak dapat digunakan lagi.

Tidak dapat digunakan lagi.

Tidak dapat digunakan lagi.

Itu berarti…!!!!

“Permainan ini memiliki beberapa babak. Itu artinya. Oh, tapi karena melakukan hal yang sama akan membosankan, jadi kaliber senjata yang dipakai juga akan bertambah. Babak pertama adalah kaliber .38[1], babak kedua adalah kaliber .45, dan babak ketiga...yah, di babak ketiga pistol saja tak lagi cukup.”

“Babak...tiga? Berapa banyak babak di permainan ini!?”

“Aku tak bisa mengatakannya padamu. Tapi kau bisa berasumsi, setidaknya ada tiga babak di permainan ini.”

Orang-orang dapat tetap gembira ketika dihadapkan dengan sesuatu yang tak masuk akal, hanya dengan menolaknya dan lalu berusaha lari dari kenyataan.

Tapi pada akhirnya mereka akan sadar bahwa mereka tak bisa kabur selamanya.

Bagiku, saat itu tiba ketika aku meendengar detak jam.

Entah sejak kapan, jam di tangan si gadis kelinci itu mulai bergerak sekali lagi.

Batas waktunya.

Batas waktu berikutnya mulai mendekat.

Permainannya sudah dimulai lagi.

Aku seperti merasakan angin dingin yang berhembus di dalam ruangan yang panas itu.

Masalah yang perlu kupikirkan pertama kali adalah…

“Tunggu. Tunggu!!”

“Apa?”

“Aku sudah memakai semua yang kupikir bisa kugunakan untuk membuat benda tahan peluru. Aku tak punya apa-apa lagi untuk babak kedua!!”

“Begitu. Kalau begitu sekarang kau sedang dalam masalah.”

Jelas sekali apa maksud dari senyumannya.

Ia tahu.

Ia tahu dari awal kalau hal seperti ini akan terjadi!!

“Dasar, kau…!!”

Darah melaju dengan cepat ke kepalaku, tapi perasaan itu segera lenyap beberapa saat kemudian.

Aku melihat sebuah lubang yang gelap.

Aku melihat laras dari pistol kaliber .45 yang akan dipakai di babak ini.

Ia jelas-jelas lebih besar dari yang sebelumnya.

Dan jelas-jelas lebih kuat.

“Kau punya 24 menit dan beberapa detik lagi,” kata si gadis kelinci, sambil tersenyum.

Ia tahu aku tak bisa melakukannya.

“Aku akan menembak dengan cara yang sama ketika waktunya tiba, jadi lakukan yang terbaik, buatlah pelindung yang benar-benar kuat.”


Seseorang berbicara di suatu ruang yang gelap, entah dimana.

“Bagaimana menurutmu?”

“Kau tak mengerti? Ia menjual pelat logam (1500p), supaya ia bisa membeli barang-barang yang lain.”

“Apakah itu bisa membuatnya berhasil?”

“Kalau ia sadar bahwa ia bisa menghentikan peluru dengan mengisi akuariumnya dengan air atau dengan menumpuk semua kertas-kertasnya, mungkin ia akan bisa mengatasi babak ini.”

“Tapi sepertinya ia benar-benar terfokus pada logam karena petunjuk dari 'karyawati' yang kita kerahkan.”

“Memang itu yang seharusnya ia lakukan. Menjadi karakter antagonis memang sulit.”

“Jadi, bisakah ia bertahan hingga 10 babak?”

“Ia akan kesulitan untuk bertahan. Tapi memang tak ada cara untuk kaya dengan cepat.”



Catatan Penerjemah[edit]

  1. Angka kaliber menunjukkan diameter dari selongsong peluru, dalam hal ini, kaliber .38 berarti peluru memiliki diameter selongsong 0.38 inchi, atau 9.6 mm.