Boku Wa Tomodachi Ga Sukunai:Jilid1 Perburuan

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Perburuan[edit]

“Kita harus bermain games.”

Tiga hari setelah “Klub Tetangga” didirikan.

Yozora tiba-tiba berkata.

Saya berada di ruang klub dengan Yozora; Sebagai tambahan, Sena Kashiwazaki, yang baru bergabung dengan klub kemarin, juga hadir. Hari ini Sena membawa satu set peralatan teh dan sedang menuangkan secangkir teh dari teko tersebut pada saat Yozora sedang berbicara.

“Ha? Game?”

Sena menjawab dengan gelisah.

“Yozora… Hanya anak kecil yang akan tertarik dengan games.”

Setelah saya menjawab, Yozora sekali lagi menganggapku sebagai orang yang bodoh.

“Kamu terlalu naïf, Kodaka. Untuk murid-murid sekolah menengah atas pada zaman moderen ini, Super Famicon dan Omega Drive sudah kuno.”

“…Apa yang kamu maksud dengan Super Famicon dan Omega Drive[1]?”

“Mereka hanyalah sebuah nama konsol yang muncul di pikiranku. Hal yang berawalan dengan ‘Super’ dan ‘Omega’ terdengar cukup mengesankan.” “Saya setuju, nama-nama itu terdengar mengesankan.”

“Eh, siapa yang peduli dengan itu. Balik ke topik!”

Yozora membanting meja dengan tangannya.

Bantingan tersebut mengguncang teh yang berada di depan Sena dan menumpahkan isinya ke tangannya.

“Ah! Apa yang kamu lakukan, gadis musang?!”

“Cih… Dia tidak berbalik…”

“Kamu sengaja? Sialan!”

“Hm? Apa maksudmu? Ngomong-ngomong, balik ke games.”

Yozora mengabaikan tangisan keluhan Sena dan mulai mencari sesuatu di tasnya.

“Game yang paling popular akhir-akhir ini adalah… ini!”

Yozora mengeluarkan game konsol genggam dari tasnya.

Bahkan saya sendiri pun tahu apa itu-

Play Stati Portable

Adik perempuanku mempunyainya juga.

“Pada saat saya pergi ke restoran keluarga kemarin sendirian, mereka yang berada di belakang tempat dudukku sangatlah berisik dan menjengkelkan. Ketika saya berbalik, saya melihat empat anak SMA sedang bermain ini dengan senangnya.”

Saya belum pernah pergi ke restoran keluarga sendirian… Saya di luar topik.

“Kelihatannya akhir-akhir ini, sangat umum bagi murid SMA bermain game online bergenggam di restoran atau semacamnya.”

“Lalu kenapa?”

Sekali lagi Yozora mengabaikan pertanyaan Sena; Dia menyalakan PSP-nya.

Kemungkinan PSP-nya dalam keadaan sleep-mode; Layar game-nya menyala dengan cepat.

“Anak-anak SMA tersebut sedang bermain ini, ‘Monster Kariu do’[2]. Dari hasil penyelidikanku, inilah game yang paling terkenal akhir-akhir ini.”

Di sekolahku yang sebelumnya, lumayan banyak orang yang bermain game itu jadi saya lumayan tahu.

Monster Kariudo – disingkat menjadi “MonKari”

Di game ini kamu bermain sebagai seorang pemburu di dunia fantasi. Di dataran, padang pasir, dan pegunungan, kamu berburu dan berjuang melawan monsters.

“Kamu bisa bermain co-op dengan orang lain. Pemain yang biasa bisa meminta bantuan dari yang ahli. Kalau kamu bermain game ini, ga bakal lama kamu dapat meningkatkan hubunganmu dengan orang lain. Dan juga, kamu bisa barter barang – ‘Aku mau item ini; Kamu punya?’ ‘Saya bisa menukar barang berharga ini untuk item tertentumu.’ Menurutku, jika dengan melakukan ini, dapat memberimu kesempatan untuk berbicara dengan orang lain.”

“…Iya juga, gadis-gadis di kelasku juga memainkan ini. Dewasa ini, kaum wanita pun bermain video games.”

Sena berkata.

“Jadi, aktifitas klub ini adalah bermain game ini, melatih keterampilan, memperoleh barang berharga dan mendapatkan teman?”

Yozora mendengar apa yang saya katakana dan mengangguk menyetujui.

Apakah game ini begitu mudah? Saya masih agak meragukan hal ini. Tapi bagaimana pun juga, dengan ini kita mempunyai aktifitas klub yang konkrit dan itu baik.

“Jadi Senin depan bawa PSP dan disc MonKari.”

“Fuun, baiklah… Meskipun saya ga tertarik dengan games karena itu terlalu repot, mengikuti idemu menjengkelkanku juga sifatmu membuatku kesal, sesungguhnya keberadaanmu sendiri membuatku kesal, tapi saya akan bermain denganmu.”

“Ah, nyamuk. (Suara Monoton)”

*BA*

Pada saat Sena mengangguk sambil menggerutu, Yozora memukuli hidungnya Sena.

“Aduh!”

Sena mengusap hidungnya sambil menangis dan memprotes.

“Cukup dengan serangan langsungmu, Yozora… Ah, apa kamu punya PSP, Sena?”

Saya bertanya. Sena lalu menjawab dengan sedikit menangis.

“Untuk apa saya memiliki satu; Tetapi saya bisa mencari seseorang di kelas dan menyuruhnya untuk meminjamkannya untukku.”

“Sialan kau, cewe berdada.”

Dan seperti biasanya, setelah Sena menjawab dengan cara yang egosentris, Yozora mengutuk.

 


 

Hari Senin

Seperti yang dijanjikan, saya membawa PSP dan disc game tsb.

Saya meminjam PSP-nya dari adikku; game-nya saya beli sendiri.

Yozora dan Sena juga membawa barangnya masing-masing.

“Apakah kamu sudah biasa dengan kontrol-nya?”

“Ya.”

Saya menjawab pertanyaanya Yozora.

“Huh, saya sangat sibuk jadi saya hanya sempat bermain sedikit. Karena game ini sangat terkenal, saya seharusnya tidak kesulitan bermain ini. Yah, ini hanyalah sebuah game, mainan yang dibuat untuk anak kecil.”

Seperti biasanya, Sena tidak terus terang dan selalu mengatakan yang sebaliknya dari yang dia maksudkan sebenarnya.

“Jadi mari kita mulai.”

Yozora mengumumkan dan kita menyalakan PSP masing-masing.

“Siapa yang jadi host?”

Sena bertanya.

“Bagaimana dengan yang mempunyai level tertinggi?”

Saya mengangguk setuju dengan usulan Yozora.

Di game ini, host dapat menerima misi. Misi-misi biasanya adalah variasi dari ‘Bunuh monster xxx’ atau ‘Ambil item xxx’. Host dapat mengundang pemain lainnya untuk menerima ajakan tersebut.

Setelah anda menyelesaikan beberapa misi, hunter-mu akan naik level. Dan dari itu anda akan menerima lebih banyak misi.

Setelah anda naik ke level yang lebih tinggi, misi-misi akan meningkat kesulitannya. Tapi pada saat yang bersamaan, tingkat penurunan barang langka akan naik juga. Oleh karena itu, lebih baik jika pemain dengan level yang lenih tinggi dijadikan host.

“Kodaka dan Sapi, level kalian berapa?”

Dan pada titik tertentu, Yozora melompati kata ‘dada’ atau ‘cewe’ dan langsung memanggil Sena dengan kata ‘Sapi’.

Meskipun nama panggilan biasanya hanya ada di antara teman dekat, saya rasa ‘Sapi’ dan ‘Cewe Berdada’ yang dikatakan oleh Yozora tidak dihitung dalam kategori tersebut – kata-kata tersebut lebih mirip sindiran menurutku.

“Saya masih di level 1.”

Dalam 2 hari ini, saya menghabiskan waktu lima jam memainkan game ini. Bermain solo memang sulit, jadi saya tidak menyelesaikan begitu banyak misi.

Oh ya, level tertinggi adalah level 5. Ketika anda mencapai level tersebut, misi-misi yang diterima sulit dan tidak mungkin bisa diselesaikan sendiri.

“Fuu, saya di level 3”

Yozora membalas dengan bangga.

Dari awal permainan, musuh-musuh sudah kuat, dan biasanya mereka mengepung anda. Oleh sebab itu, mencapai level 3 sendirian tidaklah mudah; Saya bisa mengerti kenapa dia bangga.

“Saya sudah level 5.”

Sena menjawab dengan muka yang puas sambil membelai rambutnya yang bersinar.

“5?!”

Yozora dan saya terkejut.

“Game ini sangat sederhana. Bahkan dalam gaming saya jenius, apakah ada batas dari kesempurnaanku?”

“Diam tutup mulutmu ke nereka sana dasar kamu cewe berdada daging mentah sana dipanggang sampai menjadi daging matang dan mati.”

Dan seperti biasanya, setiap kali Sena memulai membanggakan betapa hebat dirinya, Yozora akan, seolah-olah itu adalah gerekan refleksif seperti bernafas, mulai mengutuk Sena.

Oh ya, ‘daging mentah’ dan ‘daging matang’ kedua-duanya adalah items yang ada di permainan. Memakan ‘daging matang’ akan memulihkan stamina dan memakan ‘daging mentah’ akan menyebabkan sakit perut.

“… Sena, kamu bilang kamu hanya ‘bermain sedikit’? Apa yang kamu lakukan sampai kamu bisa semaju ini?”

“Sa-Saya tidak bermain lama kok!”

Wajahnya sedikit memerah, Sena mengulang penjelasannya; tetapi jelas saja dia berbohong.

Di antara misi-misi yang ada di permainan itu, terdapat beberapa misi yang dapat memakan waktu hingga satu jam untuk menyelesaikannya. Sekalipun dia menyelesaikan seluruh misi-misi dalam percobaan pertama, semua itu setidaknya akan memakan perpuluhan jam untuk mencapai level 5.

“Coba saya lihat total waktu bermainmu, Meat.”

Yozora merampas Meat – maksudku PSP Sena dari tangannya.

“Ah, tunggu! Jangan lihat!”

“Total waktu bermain 53 jam…apa?!”

Yozora tertegun.

“Dan kamu mempunyai begitu banyak items yang ga pernah kulihat di inventarismu! Dan equipment-mu sangat lucu! Kamu hanyalah sepotong daging mentah, jangan terlalu sombong!”

Yozora melempar PSP Sena kepadanya.

“Apa yang kamu lakukan, idiot! ~~~~~~~!”

Pada saat Sena mencoba menangkap PSP-nya, kakinya kesandung meja.

Dia berjongkok kesakitan sambil menangis.

Kemungkinan Yozora sadar bahwa perbuatannya mungkin terlalu berlebihan, dia menyerahkan sapu tangannya ke Sena – itulah yang saya kira awalnya. Tetapi malahan Yozora mengangkat sapu tangannya dan dengan kasar mengusapnya ke wajah Sena.

“Tunggu, berhenti, dasar musang bodoh!”

… Beberapa detik kemudian, Yozora berhenti menggosok. Sena lalu berdiri agak terguncang.

Dan saya melihat sepasang lingkaran hitam pekat di matanya.

Disebabkan oleh Yozora yang menggosok dandanan Sena dari wajahnya, lingkaran hitam matanya kelihatan.

“Sejak kamu pulang Jumat yang lalu, kamu bermain nonstop di akhir pekanmu, bukan?

“Ughh…”

Dibawah serangan Yozora, Sena mengeluh. “Fuu-n… game ini sederhana, huh…”

Saat Yozora melotot Sena, wajah Sena tersipu merah dengan cepat.

“S-Si singa pun tidak akan menahan diri pada saat berburu! Musang sepertimu ga akan mengerti!”

Ah, mulai lagi deh.

“Oke, saya yang akan menjadi host! Yuk kita lakukan misi level 3 untuk pemanasan, jadi siapkan peralatan kalian!”

“Fuu-n, wah saya sudah dewasa kok, tetapi akan saya temani deh memainkan permainan simpel ini dengan gadis kecil penggemar game ini.”

Yozora menjawab sambil mengecam gembar –gembor, mulai mempersiapkan PSP-nya.

Saya juga sudah terkoneksi ke PSP Sena.

…Meskipun saya belum bias berpendapat apa-apa tentang Yozora, tetapi di pikiranku, pandanganku tentang Sena sudah berubah sedikit.

Untuk ‘game sederhana’ ini, Sena mengorbankan seluruh waktu tidurnya untuk memainkannya tanpa berhenti. Ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang normal.

Meskipun Sena bermulut tajam, tindakannya yang bersungguh-sungguh menyiapkan diri untuk kegiatan ini – sesungguhnya lumayan layak.

Tetapi jika dia terus melewatkan waktu istirahatnya, tubuhnya akan melemah, jadi dia sebaiknya menahan diri.

 


 

Setelah kita bertiga siap, kita menggunakan desa sebagai pangkalan operasi dan bergerak menuju daerah pegunungan mencari monsters.

Saat level-mu naik, tempat berburumu juga akan bertambah. Khususnya map ini, saya sudah pernah berada di sini saat menyelesaikan beberapa misi.

Diwakilkan oleh karakter kami masing-masing, kita tiba di daerah permulaian misi.

Di permainan ini, kita bias memilih jenis kelamin permburumu, wajah, ukuran tubuh, gaya rambut, warna rambut, dll. Tergantung dari equipment-mu, penampilan karaktermu juga akan berubah.

Karakter Sena dan Yozora masing-masing adalah wanita. Karakter mereka masing-masing telah dilengkapi dengan senjata dan armor yang mencolok dan kuat. Dibandingkan dengan karakterku, terlihat lebih lemah dari mereka berdua. “Apa itu?”

Yozora mengejek dengan nakal.

“Apa boleh buat, saya baru memulai permainan ini.”

“Maksudku bukan equipment-mu, ada apa dengan karaktermu?”

“……..”

Saya memilih karakter laki-laki dengan rambut perang muda.

“Heh, jangan-jangan Kodaka ingin menjadi orang asing berambut panjang?”

Sena mengikuti sesi ejekan.

“Wajahnya juga feminism. Tragisnya, karakternya tidak mirip dengan orang aslinya sama sekali.”

“Nama karakternya “Hawk”, memalukan sekali. Apa itu karena namamu ‘Taka’ [TL Note: ‘elang’] jadi kamu memilihnya?”

“Siapa yang peduli! Ini kan hanya sebuah game, pasti dong ada sedikit perbedaan antara realitas dan game!”

Saya menjawab dengan tidak sabaran.

““Hanya sedikit?””

Omong-omong, karakter Sena dari wajah, rambut dan tubuh semua mirip dengannya. Namanya juga ‘Sena’. Senarsis apa orang ini?

Karakter Yozora juga dari rambut sampai tubuh sama dengan orang sebenarnya. Tetapi tatapan matanya lebih lembut dan wajahnya tersenyum menyerupai anak kecil. Nama karakternya ‘Night’. Karena namanya Yozora [TL Note: ‘Langit malam’] jadi dia menamai karakternya ‘Night’, bukannya sama-sama memalukan?

Saya membalas mengejek Yozora ‘Oh jadi kamu ingin mempunyai wajah menawan seperti itu huh, hehe’. Tentu saja saya hanya tergoda untuk mengatakannya, tetapi saya tidak mengucapkannya.

“Oke, mari berburu!”

Yozora mengumumkan. Dia mengendalikan ‘Night’ untuk maju.

Kemudian-

*Zubasyu*!!

‘Sena’ menggunakan pedang yang sebesar tubuh dan mengayunkannya ke belakang tubuh ‘Night’ yang tidak terlindungi.

 

“APA?!”

 

Yozora berteriak karena serangan tak teduga tersebut. Pada saat yang bersamaan, darah bersembur dari tubuh ‘Night’ dan dia tumbang.

Pedang tersebut benar-benar kuat sesuai untuk pemakaian level 5 – kekuatannya tidak bisa dilebih-lebihkan. ‘Night’ dikalahkan dalam satu hit.

Ketiga layar permainan kami menjadi gelap dan kita kembali ke titik awal. (Saya sendiri belum lagi bergerak sedikit pun sejak memulai misi ini)

Di permainan ini, kita tidak hanya dapat menyerang musuh, kita juga dapat menyerang sesama pemain di satu rombongan yang sama.

Jika kita mati tiga kali, misi gagal.

“Apa yang kamu lakukan Meat!”

“Aha, maaf. Saya ga sengaja menekan dengan kontrol yang salah. Oke, mari kita sambung!”

Sena menjawab dengan gembira.

MonKari mewajibkan pemainnya untuk menguasai setiap kontrol yang ada di PSP. Itu adalah satu set prosedur yang sangat rumit. Jadi tidak mungkin pemain level 5 seperti Sena secara tidak sengaja menekan tombol yang salah seperti amatiran.

...Jangan-jangan dia bermain 50 jam hanya untuk melakukan ini kepada Yozora?...

Di game online, memang ada pemain yang menikmati membunuh pemain yang lain, tetapi tidak dalam kasus MonKari!

“...Kalau memang ga sengaja ya ga apa-apa... oke, yuk...”

Yozora berkata dengan pelan dan menahan godaan untuk membunuh.

‘Sena’ berjalan dahulu dan ‘Hawk’-ku bergerak dekat dengannya.

Tetapi ‘Night’ tanpa alasan berjalan menjauh dari kami. Pada saat dia berada di jarak yang cocok dari kami-

“Ah-, saya menekan tombol yang salah- (Nada monoton)”

Dia menembakkan anak panah ke arah ‘Sena’.

*Busuu*!

Kepala ‘Sena’ tertusuk panah. Kepalanya mulai berdarah banyak.

“Hey! Itu jelas-jelas disengaja!”

Sena berseru.

“Saya ga membidikmu kok. Saya dengan tulus berharap kamu tidak menuduh tanpa bukti.”

“...Huh, karena kamu cukup sopan, kali ini saya maafkan.”

Meskipun anak panah tersebut masih tertancap di kepala ‘Sena’, dia berhasil berdiri dengan cepat. Dia menggunakan obat penyembuh.

Pertahanan ‘Sena’ sangatlah tinggi, jadi tidak langsung tewas.

“Chitsu...”

“Kamu barusan memukul bibirmu kan? Jadi itu memang disengaja!”

“Hey! Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertengkar!”

Kemungkinan mereka mencium darah. Empat serigala yang besar muncul dari kawasan gelap dekat kami.

Dengan terburu-buru saya menyiapkan ‘Hawk’ dalam posisi menyerang.

“Huh, mundurlah Kodaka. Biar saya yang urus sampah-sampah ini.”

Sesaat setelah dia mengatakan itu, ‘Sena’ maju menuju gerombolan serigala dengan pedangnya.

*Zubaa*! Seekor serigala tewas dalam satu tebas.

“Ahaha, beraninya kamu menantangku, dasar gerombolan setengah anjing! Kalian sepuluh bilyun terlalu awal untuk melawanku, dasar goblok!”

Serigala yang kedua juga sudah diurusi. ‘Sena’ lalu menghadap ke serigala yang selanjutnya.

Saya memperhatikan bahwa Sena cukup terampil di game ini.

Pedang tersebut memang kuat, tetapi gerakannya lambat. Dengan keadaan yang merugikan ini, Sena belum sekalipun tidak kena sasaran meskipun serigala-serigala ini gerakannya cepat.

“Serigala yang terakhir!”

Pada saat ‘Sena’ melaju ke serigala yang terakhir-

*Dosu*! *Dosu*! *Dosu*!

Satu anak panah mengenai kepala dan duanya lagi mengenai punggung. Sesuatu tertembak... Darah ‘Sena’ menyembur dan dia tumbang ke tanah.

Pelakunya Yozora tertawa dengan gila.

“Bagus! Usahaku yang hati-hati dalam membidik belum hilang- Ah tidak...maksudku, saya berusaha melindungimu, tetapi tembakanku meleset. Maaf.”

HP ‘Sena’ habis dan layar berubah gelap lagi- Kita kembali ke titik awal.

“Kamu sengaja menyerangku!”

Begitu kita kembali, ‘Sena’ menusuk pedangnya ke ‘Night’.

*Zubisyu*!

‘Night’ tewas.

Karena kami sudah tewas tiga kali, misi kita gagal. Kita kembali ke desa.

“...Dasar kamu...Meat....”

“Apa masalahmu, musang bodoh...”

Kedua cewe dengan wajah yang megejang, saling melotot dengan marah.

“Eh...ini adalah game co-op, yuk kita kerja sama, oke?”

Bagaimanapun juga, setidaknya saya berusaha bermediasi di antara mereka berdua.

Mengejutkan, mereka berdua setuju.

“.....Yah, yuk kita bekerja-sama dalam misi selanjutnya.”

“.....Huh, bersyukurlah hunter level 5 yang jenius dan cantik ini rela membantu hunter yang cacat sepertimu.” Dengah hati yang gelisah, kita mengulang misi tersebut.

 

“MATILAH!”

 

Kegelisahanku hanya bertahan 3 detik.

Saya rasa mereka bedua ga bakal bergaul dengan baik terhadap sesama. Sesaat setelah layar selesai loading, ‘Sena’ menebaskan pedangnya ke ‘Night’.

“Ha, lemah!”

‘Night’ berguling ke samping dan menghindari serangan ‘Sena’.

Setelah ‘Night’ menjaga jarak dari ‘Sena’, dia menarik busurnya dan mulai menembak.

Sena berhasil menghindari semua kecuali satu dari tembakan tersebut – Perut ‘Sena’ tertembak.

Saat ‘Sena’ kembali menyerang ‘Night, karakternya berhenti bergerak.

“A-Apa?! Kok saya lumpuh?! Kamu benar-benar menembaki panah beracun ke sesama temanmu sendiri! Ga bisa dipercaya!”

Dibandingkan dengan keluhan Sena yang menyakitkan, wajah Yozora berubah menjadi seperti pembunuh yang gila.

“Saya ga pernah sekalipun menganggapmu di sisiku, dasar potongan daging sialan!”

‘Sena’ yang saat ini masih lumpuh karena racun, mulai ditembaki beberapa anak panah oleh ‘Night’.

‘Sena’ tewas dan layar game mulai menggelap lagi.

“Dasar musang....! Saya akan memburumu!”

Saat game mulai lagi, ‘Sena’ meluncur melawan ‘Night’.

Setelah ‘Night’ menghindari seluruh serangan-serangan tersebut, dia mulai tersenyum dengan gila.

“Rupanya potongan daging ini bisa bergerak, betapa menjengkelkan. Biarku cincang kamu menjadi daging cincang!”

“Sebagai makhluk rendahan kamu berani melawan dewi? Biar kuajari kamu artinya penyesala!”

 Yozora dan Sena memulai berburu sesama sendiri lagi.

“Matilah! Seseorang hanya akan mengalami realitas kehidupan dengan membunuh orang lain!” Yozora meneriaki sebuah baris dari ‘Ningen Shikaku’. Pada saat yang bersamaan tanpa menahan diri, dia mulai menggunakan susunan barang-barang berharga seperti dart beracun, peledak, perangkap, dll untuk membatasi gerakan ‘Sena’ lalu membidiknya dengan panah.

Teknik pemasangan perangkap Yozora sangatlah brilian. Sebagai contoh saat Sena menunduk menghindari panah, dia akan jatuh ke perangkap binatang yang menunggu di arahnya. Atau contoh lainnya, Yozora akan memasang perangkap di daerah map yang tidak kelihatan. Metode yang dia gunakan tidak berguna untuk monsters – tetapi khusus untuk musuh seperti manusia.

“Potongan kotoran sepertimu harus bertindak seperti kotoran- berlututlah dan jilati jari kakiku!”

Lawannya ‘Night’, ‘Sena’, juga menggunakan sebuah barisan yang sepertinya berasal dari overlord yang jahat. Dia mempunyai obat penyembuh khusus dan eliksir-eliksir yang langka untuk menghadapi apapun yang Yozora bakal lakukan.

‘Night’ tetap menjaga jaraknya dengan lincah; Pada saat yang sama, hujan panah tidak berhenti menyerang.

Meskipun pedang adalah senjata yang sangat kuat untuk melawan monsters, tetapi jika musuhnya adalah manusia, panah mempunyai kelebihan daripada pedang.

Tetapi Sena patut dipuji, dia mencapai level 5 sendiri. Setelah Sena mulai biasa dengan serangan gerilya Yozora, dia bergegas menuju arah ‘Night’ untuk memberi serangan kritisnya.

“Bergulinglah kesakitan di tanah dan matilah mengenaskan!”

“Akan kuhantam ususmu sampai keluar, dasar musang!”

Soal keterampilan dan equipments, Sena lebih hebat; Tetapi dalam soal perangkap, Yozora jauh lebih hebat.

Yozora, yang berkonsentrasi dalam memanfaatkan kelemahan musuh; Sena yang lebih menikmati serangan langsung.

Tanpa menyerah, keduanya memulai pertarungan yang hebat untuk saling melawan. Tetapi siapa juga mau bermain MonKari untuk ini? Saya tidak mengerti.

Kalau saya, saya cuekin kedua cewe bodoh tersebut dan mengelilingi map untuk mengumpulkan bijih tambang dan ramuan-ramuan (meskipun misi gagal, saya masih dapat membawa hasil barang kumpulan pulang.)

...Oh, beruntung. Saya menemukan Dragon Ore[3]

 


 

Setelah waktu sekolah habis, juga peperangan yang bodoh ini.

Skor akhirnya adalah 36 banding 31, dengan Yozora sebagai pemenangnya- dia sudah cukup banyak menggunakan semua barang berharga yang dia dapat sebagai hunter level3. Kalau dia melanjuti pertarungan tersebut, Sena-lah yang akan mendominasi.

“Fu, seperti yang aku kira, games ga bisa.”

“Wah, saya membuang banyak waktu.”

Keduanya mengeluh saat mematikan PSP-nya.

“Dan juga, kenapa konsol genggam zaman sekarang dilengkapi dengan jaringan bermain. Buat apa saya bermain dengan yang lain?”

Yozora baru mengeluh tentang semua game multiplayer.

Sena mengangguk setuju.

“Fu, iya. Buat apa saya memenuhi pemikiran orang lain, meskipun di dunia maya?”

“Benar. Games seharusnya menjadi sesuatu dimana seseorang dapat bermain semaunya.”

Mereka berdua mulai mengekspresikan gagasan-gagasan yang egosentris.

“...Kapan juga kalian berdua bekerja sama dengan orang lain?”

[Note: Sena dan Yozora menjawab bersamaan] “”Apa?””

“....Ga apa-apa.”

Mereka berdua saling melotot, saya mengangguk dengan capek.

 

Dan hanya dengan begini, sesi latihan gaming Klub Neighbor yang melelahkan ini selesai.

 


 

Yang berikut ini hanyalah omongan yang ga berarti.

Karena perbuatan Yozora dan Sena yang memalukan, sesi gaming klub diakhiri dengan menyesalkan. Tetapi MonKari tetap sebuah game yang terkenal dan menyenangkan. Saat saya tiba dirumah, saya melanjuti permainan tersebut.

Saya hanya kekurangan satu item lagi untuk sintesiskan sebuah armour, tetapi mau betapa banyaknya musuh yang kulawan, saya tetap tidak mendapati item tersebut.

Akhirnya, saya menyerah dan tidur. Tetapi keesokan harinya pada saat istirahat makan siang di sekolah-

Saya melihat kedua murid laki-laki sedang bermain PSP di sudut kelas.

Saat saya mendengarkan percakapan mereka berdua, saya menyadari kalau mereka juga bermain MonKari.

 

Mereka berdua kemungkinan sedang barter jarahan mereka. ‘Saya mau item ini, apa kamu punya?’ ‘Bagaimana jika aku menukarkan barang berharga ini untuk barangmu yang itu?’ Saya ada perasaan kalau saya bisa menggunakan ini sebagai pemulai pembicaraan.

 

Saya teringat dengan apa yang dikatakan Yozora. Saya menguatkan tekadku, mengeluarkan PSP-ku dari tas dan mulai berjalan menuju mereka berdua.

Saat mereka berdua menyadariku berjalan menujunya, mereka mulai ketakutan.

Sial, tetapi saya tidak boleh mundur sekarang...Kalau saya bisa beritahu mereka saya hanya ingin bergabung jaringan game, mereka akan kembali tenang.

Saya berusaha sebaik mungkin untuk terlihat tidak berbahaya dan berkata dengan hati-hati-

“Hei, saya juga bermain MonKari. Bisakah kalian menukarkan barang ‘ドラス ポスの頭[4]’?”

...Saat mereka mendengarkanku, mereka tersenyum dengan tegang di wajahnya. ‘T-Tentu saja’ ‘A-Apa kamu mau barang yang lain juga?’ ‘ギドスノスの角?’ ‘スイ一オスドの頭?’ ‘Kamu boleh ambil apa saja yang kamu mau!”

“Ah, tapi saya ga punya barang yang bagus untuk ditukarkan dengan kalian.”

“D-Daging pun ga apa-apa! Atau obat penyembuh!’ ‘K-Kalau gag ada, herbs pun ga apa-apa!”

“....Benarkah? Trims.”

Dengan lega, saya terima tawaran mereka.

Karena mereka, saya akhirnya menyempurnakan satu set equipment yang kuat-...

 

....Dan segera, rumor “Kodaka Hasegawa mengancam murid lain dikelas pada siang bolong” mulai menyebar mengelilingi sekolah.

Oh kenapa....





Referensi[edit]

  1. Ini adalah sebuah permainan kata di Super Famicom (alias Super Nintendo/Super Nintendo Entertainment System/SNES) dan Sega Mega Drive, keduanya game konsol pertengahan tahun 1990.
  2. Note: Monster Hunter.
  3. Dragon Ore: Translasinya Bijih Naga, sebuah ore yang berwarna hijau dan lumayan langka.
  4. Kepala Doroporosu, kepala seekor naga di MonKari.


Mundur ke Sena Kashiwazaki Kembali ke Halaman Utama Maju ke Selamat Datang Di Dunia Galgame