Haken no Kouki Altina (Indonesia): Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Regis sedang tertidur nyenyak.


Sebuah suara memanggilnya dari jarak yang sangat dekat.


Dia tidak tahu apakah itu mimpi atau kenyataan, tapi itu suara seorang gadis.


"Dia benar-benar tidak bangun! Apa dia mati?"


"Fufufu ... Dia mungkin kelelahan. Putri, karena tidak ada tugas yang mendesak, biarkan dia beristirahat."


"... Mu, mau bagaimana lagi."


Beberapa saat kemudian, dia pun terbangun.


Regis terbangun oleh paduan suara teriakan marah.


"Hah!"


"... ugh?"


Regis membuka matanya.


Di depannya terlihat langit-langit yang tak dikenalnya.


Langit-langit itu terbuat dari batu yang melengkung, itu adalah sebuah langit-langit abu-abu tanpa dekorasi.


Sebuah garis melengkung dapat ditarik dari langit-langit ke dinding.


Ini terlihat seperti penjara, pikir Regis dalam keadaan linglung.


Regis sedang berbaring di tempat tidur terdalam pada ruangan tersebut.


Dia bisa menyentuh dinding tak rata jika ia mengulurkan tangan kirinya. Sebuah jendela terpasang di dinding yang dingin dan terbuka.


Sinar matahari bersinar melalui jendela itu.


Sebuah teriakan keras, jantan, dan penuh semangat dapat terdengar dari suatu tempat.


"Hya!"


Itu mungkin suara tentara yang berlatih; suara hembusan angin dari senjata yang terayun dan hentakan kaki juga dapat terdengar.


"... Ah ... Jadi begitu."


Aku dibuang ke Benteng Sierck - Regis kembali mengingat saat pikirannya mulai normal.


Tempat tidur yang lembut terasa seperti surga dibandingkan dengan kursi karavan. Dia senang bisa hidup setelah mengingat kejadian kemarin.


"... Apakah ini pagi hari?"


"Hoh!"


Kebisingan aneh mulai terdengar lagi.


Regis menutup telinganya.


"Apakah... Selalu seperti ini di sini? Alarm yang mengerikan ..."


Dia bangkit dari tempat tidur.


Dia membeku kaku pada saat ia telah mencapai Benteng Sierck tadi malam. Setelah mendapatkan air hangat, ia diperintahkan untuk menggunakan kamar ini - dia tidak bisa mengingat apa pun setelah itu.


Dia mengamati ruangan sekali lagi; ruangan itu cukup luas untuk meletakkan empat tempat tidur dan meja. Sebuah pilar ditempatkan tepat di tengah. 10 orang prajurit biasanya ditempatkan dalam satu ruangan. Seorang bintara (NCO)[1] seperti Regis ditempatkan ke dalam ruangan berisi empat orang.


Tapi hanya ada satu tempat tidur di samping dinding di ruangan ini.


Di samping tempat tidur terdapat meja yang sangat besar. Regis berpikir seseorang telah keliru mengira pangkat dan tingkatnya. Dan di ruangan itu terdapat sebuah rak!


Ruangan itu cukup luas, sehingga dari tempat tidur ke pintu masih cukup untuk mengakomodasi enam rak besar lagi.


Regis bukannya merasa senang, malah merasa gelisah.


"Apakah karena ada kelebihan kamar di pedesaan? Tapi benteng ini kecil dan sempit ... Apakah mereka benar-benar keliru mengira pangkat dan tingkatku?"


Seorang perwira administrasi tingkat kelima terpaut 10 pangkat dari bawah ke atas.


- Field marshal, jenderal, letnan jenderal, mayor jenderal, brigadir jenderal. Ini adalah pangkat-pangkat jenderal.


Perwira dibagi menjadi perwira administrasi dan perwira tempur, perwira adminsistrasi tingkat pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga merupakan perwira komisi.


Kemudian diikuti oleh bintara, dari tingkat 4 sampai 6.


Ini berarti perwira admin tingkat lima hanya berjarak dua pangkat dari bawah.


Untuk prajurit bukan perwira memiliki pangkat kopral dua, prajurit satu dan prajurit. Bahkan seorang prajurit biasa dalam tentara reguler kekaisaran akan menikmati kesejahteraan yang baik dan upah yang cukup. Petani wajib militer yang membentuk milisi dan tentara magang di bawah umur dianggap sebagai tentara sukarela dan tidak dibayar.


Jadi- untuk seorang perwira administrasi dua pangkat dari bawah ditugaskan ke tempat yang luas seperti ini, ini pasti sebuah kesalahan, Regis menyimpulkan demikian.


"Jika aku tidak menemukan seseorang untuk membawaku ke ruanganku yang benar... Ah, siapa komandanku?"


Komandan dari perwira administrasi akan mengajarkan Regis berbagai hal sebagai atasannya.


Regis belum bertemu dengannya.


Regis melepas pakaiannya di dalam ruangan.


Terasa dingin meskipun berada di dalam ruangan pada siang hari. Dia menyadari sekali lagi bahwa ini benar-benar di utara.


Dia mengenakan seragam baru yang diletakkan di atas meja.


Seragam militer Belgaria elegan dengan palet warna hijau, merah dan putih. Tapi seragam resimen perbatasan memiliki desain polos dengan warna hijau gelap hampir hitam sebagai warna dasarnya.


Namun bahannya tebal dan memiliki banyak kantong, sebuah desain yang praktis.


"Hmm, desain seragam dirancang dengan baik, seperti yang diharapkan dari resimen yang berada di posisi paling depan."


Setelah berdandan, ia mendengar teriakan dari segerombolan pria.


"... Sepertinya tidak ada yang datang. Aku pikir aku harus menemukan komandanku sendiri."


Dia meninggalkan ruangan.


Ketika ia membuka pintu, koridor batu membentang di sisi kiri dan kanannya.


Koridor tersebut hampir tidak bisa memuat dua orang yang berjalan berdampingan. Jalan di koridor tersebut sedikit berkelok-kelok, dengan beberapa pintu kayu yang menghiasi dinding.


Dia menuju ke ujung koridor kiri dan memasuki halaman.


"Hei!"


Sebuah paduan suara teriakan terdengar kembali.


Halaman yang dikelilingi oleh bangunan batu adalah tempat berlatih, di mana tanah telah dipadatkan oleh hentakan para tentara. Sekitar 30-an tentara sedang berlatih mengayunkan pedang mereka di sini.


Di depan barisan yang teratur, terdapat seseorang yang berbadan besar dan kekar.


Orang yang terdiri dari otot dan mengayunkan Fauchard[2] dengan keringat di sekujur tubuhnya itu berusia sekitar 40 tahun.


Dia memiliki jenggot hitam tebal dan kepala botak.


Regis merasa sangat kedinginan sehingga ia ingin mengenakan syal, tapi orang ini memamerkan tubuhnya yang penuh bekas luka pertempuran, dan juga memancarkan panas.


Dia tersenyum setelah melihat ke arahnya.


"Ugu, kau sudah bangun, anak muda!"


Benar-benar suara yang keras.


Pemuda-pemuda berotot yang sedang berlatih di depannya juga berteriak "hei!" dan "hah!".


Mereka juga bertelanjang dada, panas dan berkeringat.


Pria botak itu menyodorkan halberd[3] pada Regis.


"Bagus! Ke sini dan ayunkan ini juga! Semangat tempurmu akan meningkat dengan bang! Ayo, ayunkan itu ayunkan itu, buatlah deruan angin! Wahaha!"


Regis mundur dan berkata:


"Tidak, tidak ... Aku seorang perwira admin jadi menggunakan pedang dan tombak itu agak...


Omong-omong, kau adalah ksatria yang membantu kami kemarin kan?"


Pria itu mengangguk setelah Regis bertanya.


"Benar. Aku Evrard de Blanchard, perwira tempur tingkat 1. Aku komandan ksatria resimen Beilschmidt!"


"Aku Regis Auric, perwira admin tingkat 5. Aku berterima kasih atas bantuanmu... Kau benar-benar menyelamatkan kami."


"Wahaha! Aku bertanya-tanya mengapa aku tidak bisa menemukan tuan putri. Jadi dia menyamar sebagai sopir karavan dan menyelinap ke kota. Dan bandit-bandit merajalela akhir-akhir ini. Itu membuatku khawatir."


"Hahaha, aku juga."


Tak disangka bahwa sopir karavan ternyata putri kerajaan.


"Tapi jika itu tuan putri, dia mungkin akan menghabisi bandit-bandit itu!"


"Ah... Dia benar-benar kuat."


"Karena dia adalah seorang dewi!"


Setelah Evrard selesai, ksatria bawahannya mengangguk dan setuju. "Ya! Seorang dewi!"


Regis tidak mengerti apa yang mereka maksud.


"Aku pikir tuan putri adalah putri...?"


"Dia adalah seorang dewi!"


"...Ah, aku ingat ada agama La Victoire di utara."


"Ya! Seorang dewi!"


"Aku mengerti..."


Menyembah berhala dilarang oleh gereja, tetapi pengawasan tidak terlalu ketat di sini di daerah perbatasan. Doktrin pembatasan oleh gereja semakin berkurang pengaruhnya sejauh 100 Li (444 km) dari ibukota.


Dengan cara Altina memegang pedang raksasa dengan tangan yang ramping, tidaklah berlebihan bagi para prajurit untuk menganggapnya sebagai suatu keajaiban suci.


"Dia mengusir serigala abu-abu dengan satu serangan kemarin! Luar biasa! Wahaha ... Uhuk uhuk uhuk!"


Ketika Evrard tertawa begitu keras sehingga ia tersedak, para pemuda ini tersenyum gembira.


"Wahaha!"


Suara yang jantan.


Regis berterima kasih atas bantuan mereka, tapi ia tidak nyaman dengan suasana jantan ini.


"Haha... Aku permisi kalau begitu..."


Evrard menghentikannya dengan teriakan "tunggu!" sesaat Regis akan pergi. Dia memanggul halberd berat dan mendekat dengan langkah berat.


Dia menarik napas perlahan sambil mendekat.


"Aku ingin bertanya hanya untuk berjaga-jaga."


"A, apa itu?"


"Apa kau melakukan sesuatu yang aneh pada tuan putri?"


Tatapan para bawahannya berubah tajam seketika.


Pembuluh darah muncul di kepala botak Evrard.


Regis mundur beberapa langkah.


"Sesuatu yang aneh?"


"Tuan putri tampak berbeda kemarin. Apa yang kau lakukan?"


"Aku tidak melakukan apa-apa ... Hanya mengobrol dengannya."


"Apa yang kalian bicarakan!?"


"Erm, rumor tentang ibukota dan lain-lain ..."


Para pemuda bergumam di antara mereka sendiri. "Dia mengatakan rumor dari ibukota." "Pasti tentang dunia sosial." "Bagi petani, hal itu pasti tentang panen ubi dari beberapa keluarga atau sapi keluarga mana yang telah melahirkan." "Itu bukan rumor." "Sial, orang-orang dari ibukota membuatku kesal." "Ibukota menyebalkan!"


Regis merasa bahwa dia dalam bahaya.


Evrard lebih mendekatkan badannya lagi, sampai-sampai bibir mereka hampir bersentuhan.


"Ugh ~! Tuan Putri bertindak seperti seorang gadis yang baru saja menyelesaikan kencan pertamanya! Apa yang telah kau lakukan padanya, bocah!"


"Tunggu, tunggu! Aku mengatakan padanya tentang sudut pandang ibukota pada putri keempat dan hal-hal tentang politik. Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak...


Aku tidak membual, tapi aku tidak pernah berpegangan tangan dengan seorang gadis sekali pun!?"


Hening.


Suara gumaman menghilang.


Evrard tersenyum lembut seperti seorang santo yang digambarkan dalam lukisan.


Para ksatria bawahannya menunjukkan ekspresi bagaikan malaikat.


"Yang tabah, anak muda."


"Hal-hal baik akan terjadi satu saat nanti."


"Semangat."


Aku tidak perlu simpati kalian - pikir Regis.


Regis menerima ucapan penyemangat tidak berguna, namun itu membuat hatinya penuh dengan kekalahan, kemudian dia berjalan meninggalkan halaman.


Ia pergi menuju koridor di depan kamarnya dan berjalan ke arah kanan.


Dia mendengar senandung.


"Hmm ?hmm, hmm ~ ?"


"Huh?"


Dia mengintip dari pintu yang terbuka dan melihat sebuah ruangan besar.


Ada delapan meja panjang dan 50 kursi tersusun dalam barisan.


"Ini adalah ruang makan untuk perwira?"


Dinding berbatu memberi kesan kasar, tapi vas bunga yang menghiasi tempat ini membuatnya terlihat elegan.


Seorang pelayan membersihkan meja dengan lap.


Dialah orang yang bersenandung.


Dia mengenakan seragam pelayan dengan dasar merah, dan rambut cokelat diikat di belakangnya. Dia bergoyang mengikuti irama senandungnya.


Dia kira-kira seumuran dengan Regis.


Mata hazel[4] dan senyumnya yang indah meninggalkan kesan yang mendalam. Rambutnya yang indah dan kulit cerahnya benar-benar mempesona ketika ia bekerja.


"Mmm mmm, hmm hmm~? la, lalala ~ pelayan wanita seperti Cinderella mengatakan pada si tikus~? akankah ada pesta di istana malam ini~?"


Dia bernyanyi sekarang.


Tapi nadanya sedikit fals.


Dia berputar-putar dan remah makanan jatuh ke tanah. Apa dia sedang membersihkan atau menari?


Tatapan mata mereka bertemu.


Dia menyadari Regis berdiri di pintu.


Pelayan itu menjadi kaku.


Nyanyiannya berhenti.


Regis merasa suasana menjadi tegang.


"Oh ... lagu yang bagus."


"Eh, benarkah?! Kau tersentuh oleh laguku?"


"Aku tidak mengatakan aku tersentuh..."


"Ini adalah lagu populer yang sedang tren akhir-akhir ini~"


"Oh…, tapi ini adalah pertama kalinya aku mendengarnya... Apakah lagu itu populer di benteng ini?

Atau lagu itu terkenal di jalan-jalan Tuonvell?"


"Salah, lagu itu tren dalam hatiku!"


"Jadi cuma kamu!"


"Aku baru saja memutuskannya."


"Bukankah kau bilang itu tren akhir-akhir ini?"


Sembari mengabaikan balasan Regis, pelayan itu menjelaskan arti lagu tersebut dengan sebuah senyuman.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP4.JPG

"Hufufu ... Ini tentang seorang tuan kejam yang memperlakukan pelayannya dengan buruk. Dan kemudian, seorang nenek dengan kekuatan sihir muncul. Ini benar-benar romantis."


Dia pernah membaca kisah serupa sebelumnya. Regis mengangguk.


"Apakah nenek itu menggunakan sihir untuk membantu si pelayan menghadiri pesta di kastil?"


"Cerita apa itu? Lagu ini tentang si nenek menggunakan mantra tempur untuk mengubah tuan yang jahat menjadi percikan minyak."


"Dimana unsur romantisnya?! Benar-benar penggunaan sihir yang berani. Apakah kau tidak puas dengan perlakuan terhadapmu saat ini?"


Sihir hanya sesuatu dalam dongeng, jadi itu hanya lelucon. Tapi Regis bisa merasakan kegelapan di dalam hati pelayan itu dari kisah ini.


Pelayan tersebut tersenyum datar.


"Ahaha, bukan begitu. Tuan putri adalah anak yang baik. Peperangan memang menakutkan, tetapi kau aman berada di dalam benteng ini. Hanya saja masa depan terlihat agak suram."


Dia adalah seorang pelayan dengan lidah tajam.


Dia mengikuti etika yang tepat dan memperkenalkan dirinya sekali lagi.


"Aku adalah pelayan yang melayani tuan putri, namaku Clarisse. Silakan memanggilku 'hey' atau 'perempuan'."


"Aku tidak akan menggunakan sapaan kasar seperti itu untukmu!? Hah~... Izinkan aku untuk memanggilmu Nona Clarisse. Aku Regis Auric."


"Ya! Aku mendengar banyak tentangmu dari tuan putri."


"Benarkah? Apa yang kau dengar?"


"Membiarkan tuan putri menggunakan satu-satunya selimut yang ada dalam badai salju, dan berbagi rotimu dengannya. Dan menghadapi serigala abu-abu dengan berani, yah hal-hal seperti itu. Aku pikir tindakanmu luar biasa."


"Kau menyanjungku... Ini memalukan. Ada lagi?"


"Kau juga lebih payah dalam berpedang daripada seorang anak kecil, dan pecundang yang menghabiskan semua uangnya untuk membeli buku~"


"Maaf."


Dia seharusnya tidak meneruskan pembicaraan.


Clarisse tersenyum seakan dia tidak punya niat buruk.


"Apakah aku bisa melayanimu? Meskipun aku terlihat seperti ini, aku sebenarnya cukup sibuk. Hanya bercanda."


Dia tidak bermaksud jahat. Mungkin.


"Apakah kau tahu siapa komandanku? Apakah kau pernah mendengarnya?"


"Aku tidak tahu tentang hal-hal seperti itu."


"Kau benar. Kalau begitu Altina ... Ah, bukan ... Bisakah kau memberitahuku di mana tuan putri berada?"


"Fufu ... Aku tahu tentang nama panggilan itu, jadi tidak masalah. Tapi tolong jangan berkata seperti itu jika kau berhadapan dengan orang selain aku ataupun putri."


"Aku mengerti. Sangat sedikit orang yang memiliki izin untuk memanggilnya seperti itu?"


Aku harus berhati-hati pada para ksatria di halaman, pikir Regis.


"Aku pikir dia memberikanku hak istimewa itu ... Orang lain yang boleh berkata begitu.... mungkin ibunya?"


Itu lebih sedikit dari perkiraannya.


Regis merasa bingung, bukannya gembira.


"Lalu… Kenapa?"


"Apakah kau bertanya mengapa tuan putri memiliki sedikit teman? Itu karena karakternya~"


"Betapa jahat lidahmu... Bukan itu yang aku maksud, kenapa dia mengizinkanku untuk memanggilnya dengan panggilan akrabnya? Mungkin aneh bagi keluarga kerajaan untuk ditanya nama mereka, tapi menanyai nama seorang sopir karavan adalah hal yang normal. Aku mungkin bukanlah satu-satunya orang biasa yang berkenalan dengannya... "


Clarisse memiringkan kepalanya.


"Aku tidak tahu apa yang putri pikirkan ... Apakah dia menganggapmu sebagai orang kepercayaannya? Meskipun tampilannya seperti itu, dia berada dalam posisi yang sulit."


"Orang kepercayaan..."


"Ya, tingkat kepercayaan yang sama seperti ibunya..."


"Apakah begitu..."


Regis teringat pertemuannya dengan si gadis berambut merah.


Karena dia membeli buku yang sangat mahal - Altina bertanya apakah dia idiot - apakah itu berhubungan?


Clarisse melambaikan tangannya sambil tersenyum.


"Mah, kau cenderung untuk membuat kesalahan ketika kau masih muda~"


"Kau menyimpulkan kepercayaannya padaku adalah 'kesalahan masa muda'?! Aku tidak bisa membuktikan kalau itu salah, tapi bukankah terlalu dini untuk menilai begitu?"


"Aku bercanda. Karena Tuan Regis bereaksi terhadap semua yang ku katakan. Sepertinya kata-kata itu memiliki dampak yang besar padamu."


"Jangan menggodaku ..."


"Karena kalau aku mengatakannya pada Evrard dan anak buahnya, mereka hanya akan menjawab 'ya, dewi!', Jawaban yang benar-benar tidak jelas."


"Ah, jadi itu yang biasa dilakukan oleh komandan ksatria."


Regis tersenyum pahit saat ia mengingat komandan ksatria yang bertelanjang dada dan berkeringat yang ia temui di halaman.


Kembali pada topik, ia bertanya tentang dimana Altina berada.


Clarisse menatap jam di dinding.


"Dia sedang keluar. Dia akan kembali dalam beberapa saat."


"Keluar dari benteng? Ini terlalu pagi jika ia hendak pergi ke kota. Dia memiliki karakter yang serius sehingga dia mungkin tidak pergi keluar untuk bermain... Apakah dia berburu atau patroli?"


"Mungkin saja. Omong-omong, yang lainnya sudah sarapan, bagaimana denganmu, Tn. Regis?"


"Terima kasih, aku hampir pingsan karena kelaparan."


"Aku mengerti, pasti berat bagimu, lagipula makan siang masih cukup lama."


"Mengapa niatmu untuk menawarkan sarapan menghilang?!"


"Ahaha, mau bagaimana lagi, ini adalah layanan khusus untuk kali ini."


Meskipun Clarisse adalah pelayan yang suka bercanda, dia melaksanakan pekerjaannya dengan cepat, lantas dia pun membawa keluar beberapa makanan dalam waktu singkat.


Menu sarapan berupa roti lembut dan sayuran rebus dengan daging ayam.


Itu adalah makanan mewah karena mereka berada di garis depan.


"Luar biasa ..."


"Silakan menikmati makananmu."


Clarisse melanjutkan tugasnya dengan senyum. Dia bersenandung sambil membersihkan meja dengan kain lap.


Regis menikmati sarapannya dengan santai.


Saat Regis sedang menyelesaikan sarapannya yang kesiangan -


Altina muncul di ruang makan.


"Ara, Regis. Sangat menyenangkan bahwa kau masih hidup."


"Berkat dirimu, aku selamat."


Altina tidak berpakaian seperti seorang sopir karavan atau memakai pedangnya hari ini.


Dia mengenakan gaun one-piece dengan tali, dilengkapi dengan armor minimalis yang berupa sarung tangan dan pelindung bahu.


Dia membawa jas putih bersalju di bawah lengannya, yang diambil oleh si pelayan Clarisse sambil membungkuk.


"Selamat datang kembali putri."


"Terima kasih Clarisse. Bisakah aku meminta teh?"


"Dimengerti."


Clarisse membungkuk lagi dan meninggalkan ruangan dengan tenang.


Yang mengejutkan, dia bertindak seperti pelayan dengan serius.


Altina duduk di seberang Regis.


"Hah, hari ini juga tidak berhasil..."


"Aku mendengar kau berada di luar?"


"Aku berpatroli di jalan-jalan. Beberapa waktu lalu, bandit-bandit yang menargetkan karavan muncul."


"Aku juga mendengar tentang itu saat perjalanan. Semakin kau berada jauh dari pusat kota, maka kemungkinan serangan bandit akan semakin besar."


Memburuknya keamanan di kota adalah salah satu alasan inflasi harga. Hal ini menyebabkan pengiriman gagal dan biaya tambahan untuk menyewa pengawal bersenjata.


"Hal ini menyusahkan bagi para pengembara dan warga."


"Pernahkah kau mendengar desas-desus tentang serangan yang akan dilancarkan oleh orang barbar?"


"Bagaimana situasi yang sebenarnya? Aku tidak bisa menemukan bukti yang relevan di sini, jadi aku juga tidak yakin. Tidak mungkin bagi para prajurit yang ditempatkan di benteng untuk melindungi semua karavan."


"Itu sebabnya komandan sendiri berpatroli sepagi ini. Waktu ketika kau terbangun, terasa dingin."


"Karena semua orang membenci shift ini, sehingga komandan harus memimpin dengan contoh."


"Oh... Mengesankan."


"Aku tidak benar-benar ingin melakukan patroli. Akan lebih baik jika para bandit itu menghilang saja!"


"Aku pikir juga begitu."


Buku-buku akan lebih murah jika kondisi lebih aman.


Altina menggunakan seluruh kosakata umpatan miliknya untuk mengutuk bandit-bandit yang bersembunyi.


Setelah dia selesai, Regis mengganti topik.


"Omong-omong, aku ingin menyapa perwira komandanku ... Siapa kira-kira? Apakah itu sudah diputuskan?"


"Perwira Komandan... Maksudmu pemimpin perwira admin?"


"Ya."


"Tidak ada."


"Tidak ada perwira komisi yang menginginkan aku?"


"Hmm. Selain dirimu, tidak ada perwira admin lain dalam benteng ini."


Regis terduduk kaku karena dia tidak bisa memahami kata-kata yang didengarnya.


Regis mengucapkan beberapa kata setelah beberapa saat.


"... Apa katamu?"


"Resimen ini selalu di bawah komando jenderal Margrave Jerome Jean de Beilschmidt. Dia mengusir semua perwira admin setengah tahun yang lalu."


"Apa yang terjadi? Dapatkah mereka berperang dengan hanya mengandalkan perwira tempur...?


Siapa yang bertanggung jawab atas pembukuan dan suplai? Laporan pertempuran? Pengumpulan pajak dan penyerahan pajak?"


"Bendahara keluarga Margrave yang melakukannya."


Bendahara adalah administrator yang bertugas mengurus harta bangsawan.


Mereka menangani pengumpulan pajak dalam wilayah tuan mereka, serta pembelian dan penjualan barang. Mereka bahkan menangani distribusi gaji bagi pegawai. Mereka sering dditugaskan untuk menangani pekerjaan akuntansi, sehingga tidak ada masalah membiarkan mereka menangani sejumlah besar dokumen.


"Seorang bendaharawan yang luar biasa, seperti yang diharapkan dari keluarga Margrave.


Apakah ia seorang mantan perwira admin?"


Dokumen yang berhubungan dengan militer bersifat unik dan rumit; bahkan Regis menghabiskan dua tahun di akademi militer untuk mempelajari ini.


Saat Regis merasa terkesan...


Altina menggeleng.


"Kami menerima surat keluhan setiap bulan karena kesalahan, dan para inspektor bahkan datang untuk mengaudit kami."


"Apa?! Bagaimana ini bisa... Apakah ini benar-benar Kekaisaran Belgaria?"


"Orang-orang yang ditempatkan di sini adalah tentara pribadi Jerome."


"Aku pikir aku membaca hal itu dalam sebuah buku. Ketika penugasanku ke perbatasan dikonfirmasi, aku mengambil kesempatan untuk menyelidiki banyak hal."


"... Kau benar-benar aneh. Biasanya, kau akan merasa kesal tentang tempat dimana kau dibuang."


"Apakah kau merasa kesal?"


"Aku... Memiliki sebuah tujuan..."


Altina tergagap tidak seperti biasanya.


Regis juga merasakannya kemarin, dia menyembunyikan sesuatu.


Dia tidak mengatakannya karena dia menilai bahwa itu tidak pantas. Regis menghentikan pemikirannya.


"Dari buku-buku dan rumor, aku tahu tentang tindakan berani Jerome... Tapi berita tentang dia mengusir perwira admin tidaklah tersebar luas. Apa yang terjadi?"


"Aku pernah bertanya padanya sebelumnya ... Tapi dia tidak memberitahuku. Karena Jerome tidak menyukaiku."


"Dia tidak menyukaimu?"


Altina mengangguk dengan ekspresi lemah.


"Jika seorang gadis muda menjadi bosmu karena perebutan kekuasaan yang tidak melibatkanmu, maka kau akan tidak menyukai gadis itu juga kan?"


"Jadi itu sebabnya..."


Komandan baru dan komandan lama yang tidak akur adalah kejadian yang biasa terjadi.


Biasanya, komandan lama akan ditugaskan ke unit lain. Tapi Altina adalah seorang pemula sedangkan Benteng Sierck adalah posisi strategis di utara. Mungkin itu bisa terjadi dengan adanya dekrit dari kaisar, tetapi memindahkan Jerome merupakan sebuah langkah yang sangat bodoh.


Altina tampak tidak puas.


"Jika resimen beroperasi secara normal dan melindungi warga, aku tidak punya niat untuk ikut campur..."


"Aku tidak tahu tidak ada perwira administrasi."


"Jerome juga tidak bekerja dengan keras."


Keduanya menghela napas.


Clarisse membawa teko teh porselen putih dan dua cangkir.


Dia meletakkan cangkir dan menuangkan cairan merah bening ke dalamnya.


Aroma teh yang kuat.


"Maaf membuat putri menunggu. Beberapa banyak gula yang kau inginkan?"


Barang-barang itu digunakannya dengan santai, tapi daun teh merah, gula dan porselen merupakan barang kelas tinggi di kekaisaran. Barang-barang itu tidak mungkin merupakan barang yang diberikan oleh militer, sehingga kemungkinan barang itu adalah simpanan pribadi putri.


"Terima kasih Clarisse."


"Sama-sama- bagaimana denganmu Tn. Regis?"


"Kau menyiapkan bagianku juga? Terima kasih."


"Apa yang kau katakan? Aku bertanya tentang rencanamu untuk masa depan."


"Ugh..."


Pelayan itu menusuknya dengan kata-kata tajam sambil memasang wajah tak berdosa.


"Ahaha, itu adalah pertanyaan penting."


Rencana Regis untuk masa depan adalah pertanyaan yang sulit; ia menggaruk kepalanya dan berpikir.


"Erm ~, mengapa Jerome mengusir perwira admin ...? Aku harus memahami hal ini ..."


"Itu bagus, tetapi apakah kau ingin membantu pekerjaanku?"


"Ada yang bisa kubantu?"


Dia ingat Altina mengatakan bahwa dia akan dipekerjakan dengan keras.


"Aku butuh bantuanmu untuk sebuah tugas penting ~ Cari para bandit yang bersembunyi!!"


"Jadi kau telah berpatroli."


"Ya. Baik pedagang dan warga merasa terganggu dengan ini, dan para prajurit juga kerepotan. Bisakah kau memikirkan cara untuk mengatasi ini Regis? Kau seorang taktisi kan?"


"Tidak ... Aku bukan taktisi..."


"Jadi, kau tidak bisa membantuku?"


"Maksudku aku bukan taktisi, tapi aku punya sebuah rencana ... Seberapa banyak prajuirt dan tenggat waktu yang tersedia?"


Altina menunjuk kedua jari telunjuknya, dia pun gelisah dan berkata:


"Untuk tenggat waktu, sesegera mungkin... Para bandit mulai merajalela setengah tahun yang lalu, tetapi mereka tidak meyebabkankan terlalu banyak masalah sehingga tidak perlu terburu-buru. Persoalan sebenarnya adalah pasukan yang tersedia."


"Hanya sebagian kecil yang tersedia?"


"Apakah akan baik-baik saja jika hanya aku yang membantumu?"


"Huh? Apa yang kau katakan...?"


"Aku yakin dengan teknik berpedangku."


"Aku tahu kau kuat, tapi ada banyak bandit. Jika kau berhasil menangkap beberapa, sisanya akan melarikan diri."


"Ugugu... Kau benar."


"Apa kau ingin menangkap mereka semua sendirian?"


"Tidak... Hanya saja sangat sedikit tentara yang mau mendengarkan perintahku."


Dia mengatakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan.


"Kenapa begitu?"


"Mm... Aku bilang Jerome tidak menyukaiku kan?"


Wajah Altina terlihat kesusahan seperti gadis berusia 14 tahun.


Komandan lama yang handal tidak menyukai perintah komandan baru, sehingga sangat sedikit tentara yang mau mengikuti perintah komandan baru.


"Sangat mengejutkan. Aku bertemu komandan ksatria Evrard dan anak buahnya, Mereka tampaknya memujamu kan? Mereka bahkan mengklaim bahwa kau adalah seorang dewi."


Regis ingat. Kelompok di halaman terasa berbahaya.


Altina tersipu.


"Sungguh memalukan disebut sebagai seorang dewi ... Beberapa orang bersedia untuk mendengarkanku. Aku sangat bersyukur."


"Berapa banyak? Bagaimana sisanya?"


"Selain situasi normal, mereka hanya akan mengikuti perintah Jerome di medan perang."


"... Yah, ketika hidupmu dipertaruhkan, perkataan seorang jenderal terkenal lebih dipercaya daripada dewi."


"Benar."


Ada prajurit yang menyukai Altina, tetapi mereka hanya memperlakukan dia seperti seorang putri.


Altina belum mendapatkan kepercayaan mereka sebagai komandan.


Lumrah saja, karena dia belum memiliki prestasi.


"Aku ingat bahwa resimen perbatasan Beilschmidt memiliki 500 kavaleri, 500 tentara artileri dan 2000 infantri."


"Itu ... Kau benar-benar melakukan pekerjaan rumahmu."


"Berapa banyak dari mereka yang bersedia untuk mendengarkan perintahmu? Aku hanya perlu 300 orang untuk melaksanakan rencanaku agar membuahkan hasil."


"Sekitar 300...?"


Altina menjawab dengan nada menyesal.


Regis mengangkat lengannya dan bersandar di atas tempat duduknya.


"... Bukankah kau bilang 'ini resimen perbatasanku' ?"


Regis bertanya dengan takut.


Mata Altina berair.


"Itu ... Meskipun rasanya seperti sebuah gelas kosong sekarang ... Tapi aku akan mencapai sesuatu suatu hari."


"Kau hanya perlu gelar dan upah untuk mengumpulkan tentara. Tapi popularitas hanya akan datang ketika kau menunjukkan kemampuanmu."


"Ketika aku menunjukkan kemampuanku..."


Altina mengulangi kata-katanya seperti seorang murid yang mencerna ajaran gurunya.


Merasa tidak nyaman, Regis pun melanjutkan perkataannya.


"Aku tidak yakin tentang teknik berpedang, tapi aku tahu bahwa kemampuanmu luar biasa. Tapi itu sia-sia jika orang yang bersaing denganmu lebih baik daripada dirimu. Seorang komandan membutuhkan lebih dari sekedar kekuatan tempur... Tapi kekuatan adalah cara sederhana untuk menunjukkan bahwa kau lebih baik dari semua orang."


"Itu berarti Jerome lebih baik dibandingkan denganku?"


"Jelas, dia adalah 'pahlawan di Erstein'."


"Pahlawan?"


Altina memiringkan kepalanya heran.


Tetapi justru Regis lah yang terkejut.


"Kau tidak tahu? Jerome adalah seorang perwira berpangkat jenderal terkenal selama perang melawan negara-negara tetangga."


"Benarkah?"


"Aku tidak melihatnya sendiri sih-"


Clarisse menempatkan cangkir teh di depan Regis untuk menyuruhnya bergegas melanjutkan ceritanya.


Regis meminum teh harum sembari ia menceritakan sejarah Jerome.


"Jerome Jean de Beilschmidt adalah anak tertua dari seorang ksatria."


Ia meraih kemenangan pertamanya di usia 14, dan melengkapi kehidupan aristokratnya. Dia melanjutkan prestasinya dengan serangkaian penghargaan perang.


Di antara penghargaan ini, yang layak disebutkan adalah pertempuran di Erstein melawan negara tetangga Germania Federation.


4 tahun yang lalu-


Untuk menghalau tentara Germania yang berjumlah 20.000 orang yang melintasi perbatasan, kekaisaran mengirim 30.000 tentara untuk mencegat mereka. Tempat pertempuran itu adalah dataran Erstein.


Germania Federation adalah aliansi dari beberapa negara yang lebih kecil di bawah pimpinan kerajaan St. Prussia, mereka secara terus-menerus melakukan perang sipil dan saling menginvasi. Negara-negara anggota aliansi miskin, tapi tentara mereka veteran dan dipersenjatai dengan baik.


Garda depan musuh memiliki 3000 kavaleri berat.


Dengan mengenakan armor kuning yang menyimbolkan kehormatan, mereka membentuk formasi seperti tombak, lantas menyerbu.


Tentara Belgaria merasa terintimidasi oleh pertunjukan kekuatan mereka. Musuh mengincar celah antara tentara dua bangsawan, namun hal itu berubah menjadi sebuah adegan dari para bangsawan berebut untuk keluar dari serbuan- formasi tentara kekaisaran menjadi kacau balau.


Jika musuh menerobos formasi, markas komando akan terbuka dan mudah diserang.


Pasukan utama juga akan menghadapi bahaya diserang dari sisi lain. Jika itu terjadi, para prajurit akan kehilangan pemimpin dan mundur. Tentara Belgaria berada di ambang kekalahan.


Pada saat ini, sebuah unit maju ke arah musuh yang menyerbu dari depan.


Jerome memerintahkan 500 kavaleri dengan gerakan tangannya.


Dan orang yang mempin serbuan adalah sang black knight sendiri.


Orang-orang bertanya-tanya apakah dia mengulur waktu agar markas komando mundur dengan mengorbankan dirinya secara terhormat ... Tapi bukan itu yang terjadi.


Black knight Jerome mengalahkan kavaleri lawan satu persatu.


Dengan pemimpin berani mereka memimpin kavaleri hitam, mereka menghancurkan formasi musuh dan terus menyerbu.


Tentara Germania Federation menarik unit-unit pada sisi sayap mereka untuk bertahan, tetapi mereka tidak dapat bergerak dengan cepat untuk menghentikan serangan kavaleri.


"- Dengan begitu, Sir Jerome menghancurkan unit komando musuh, memimpin pasukan Belgaria menuju kemenangan sebagai 'pahlawan di Erstein'. Sebagai pujian atas tindakannya, ia dipromosikan dari perwira tempur tingkat satu menjadi brigadir jenderal. Itu adalah ketika dia berusia 20 tahun."


"Dia seorang ksatria yang kuat?! Sulit untuk dibayangkan..."


Altina mengerutkan kening dengan ekspresi bingung.


Clarisse berkata tanpa ekspresi.


"Saat ini, ia tidak tampak terlihat seperti itu."


Regis berkomentar.


"Apakah begitu? Kesan apa yang dia berikan di benteng? Aku belum pernah melihat dia sebelumnya, tapi dia cukup populer di kalangan bangsawan wanita sebagai pria elegan dan tampan."


Clarisse diam.


Altina mengerang.


"Hmm ~~ Mungkin lebih baik kau melihatnya sendiri."


"Ugh, sepertinya hidupnya kacau... Kehidupnya tidak terlalu bagus setelah ia menjadi jenderal."


"Apakah sesuatu telah terjadi?"


"Mereka yang dipromosikan karena kemampuannya sering dikucilkan oleh para penguasa yang iri. Para pahlawan lain waspada terhadap Jerome yang diangkat menjadi jenderal dalam waktu kurang dari setengah tahun. Dia dianugerahi gelar bangsawan Margrave dan Wilayah Utara ini... Tapi diusir dari tanah kelahirannya di kekaisaran."


“Hadiah”-nya adalah mengubah nama wilayah tersebut dengan nama keluarga Jerome, yaitu Beilschmidt - tapi itu sebenarnya hanya alat untuk mengucilkan dia.


Setelah ini, nama pahlawan Jerome memudar.


Altina menghabiskan tehnya yang sedikit dingin.


"Aku mengerti ... ini terjadi cukup sering ..."


Mungkin dia melihat beberapa kesamaan dengan situasinya sendiri. Altina termenung sembari menggerakkan jarinya di sepanjang tepi atas cangkir.


"... Kau benar-benar tidak tahu?"


"Ya. Dia mungkin kuat seperti yang aku pikir. Evrard dan yang lain juga tidak memberitahuku tentang Sir Jerome."


Clarisse berkata dengan tenang.


"... Karena semua orang di dalam benteng peduli dengan tuan putri, sehingga mereka akan menghindari mengatakan hal-hal yang mungkin membuatmu marah."


"Ara, apakah semua orang khawatir tentang aku? Hubunganku dengan Jerome tidak baik, tetapi hanya menceritakan kisahnya tidak akan membuatku marah."


"Kau mungkin tidak menyadarinya putri... Tapi para prajurit menganggapmu sebagai tamu penting."


"Itu jahat, Clarisse. Bagaimana pun, mereka tidak akan bertindak sejauh itu.... Mungkin."


"Benarkah? Apa yang baru saja dikatakan Tn. Regis ... Aku mendengarnya dari para prajurit sebelumnya."


"Apa katamu?"


Altina tertegun ketika mendengarkan kalimat mengejutkan yang disampaikan dengan tenang oleh Clarisse.


Pelayan itu tersenyum dan melanjutkan.


"Lagi pula, aku adalah orang yang mudah didekati."


"Apa, itu berarti aku adalah orang yang tidak dapat didekati?"


"Bukan begitu. Putri adalah putri. Bukan yang lain."


"Yah ... Kau benar tapi... Ugugu."


"Tenang saja. Bahkan jika para prajurit di benteng mengucilkanmu, aku akan selalu berada di sisimu. Aku satu-satunya rekanmu, putriku. Tuan putri hanya milikku... Fufufu ~"


Clarisse menghibur sang putri seolah-olah dia melantunkan sebuah mantra sihir.


Meskipun beberapa konteksnya tampak tidak pantas.


Tapi berdasarkan sifatnya, dia mungkin bercanda.


Regis melanjutkan topik.


"Yah, itu saja yang aku tahu tentang Sir Jerome. Wajar saja para prajurit di benteng percaya padanya lebih dari tuan putri. Dia tidak seharusnya memerintah resimen perbatasan, namun divisi."


"Ugh ... aku mengerti. Aku tidak berpikir aku telah mendapatkan kepercayaan lebih darinya. Tapi itu tidak akan lama sampai aku mengubahnya nanti!"


"Itu kalimat bagus untuk diucapkan ketika kalah. Meskipun dalam buku-buku yang aku baca, mereka yang mengatakan itu adalah karakter sampingan..."


Altina memelototinya dengan kesal.


"Itu saja untuk permasalahan otoritas komando. Sekarang, pikirkan cara untuk menangani para bandit."


"Mm ... Aku butuh sejumlah tentara untuk menangkap para bandit. Jika memungkinkan, aku lebih memilih infantri dari pada kavaleri. Oleh karena itu ... aku perlu Sir Jerome memberikan ijin terlebih dahulu."


Regis merenung sembari menundukkan kepalanya.


Baik itu mengusir perwira admin atau hubungannya dengan Altina, Jerome pasti sulit untuk didekati.


Sejujurnya, Regis merasa tertekan.


Altina berdiri dengan semangat.


"Sekarang adalah kesempatan bagus! Mari kita coba berbicara dengan baik pada Sir Jerome. Dia pasti terganggu oleh bandit juga."


"Kau benar-benar antusias."


"Tentu saja! Itu lebih baik daripada depresi sepanjang waktu."


Dia berkata sambil tersenyum.


Altina menarik Regis dan berjalan menuju ruang Jerome pada ruang makan perwira di menara pusat.


Mereka meninggalkan Clarisse yang lanjut melakukan tugas-tugas yang lain.


Langkah kaki mereka bergema di sepanjang koridor, Altina dengan riang mengobrol dengan Regis.


"Kau benar-benar populer."


"Populer dengan siapa?"


"Clarisse. Kau tidak sadar?"


"Apa kau salah paham? Dia terus menggodaku."


"Seseorang hanya akan bercanda dengan orang yang mereka anggap akrab. Ini adalah bukti kau membuatnya senang. Clarisse biasanya pendiam dan tetap di kamarnya sepanjang waktu."


"Pendiam?! Tinggal di kamar sepanjang waktu?!"


"Ya. Tanpa ekspresi, seperti boneka."


"... Apakah orang yang berbicara denganku adalah pelayan yang berbeda dengan nama yang sama? Atau dia bercanda denganmu juga? Aku tidak bisa mempercayai apa pun lagi."


"Ahaha!"


Altina tertawa seperti anak kecil saat ia menaiki tangga spiral.


Mereka menuju ruang Jerome di lantai tiga.


Mereka mencoba mengetuk pintu kayu beberapa kali - tapi tidak ada jawaban. Altina cemberut.


"Orang itu tampaknya sedang keluar."


"Sebagai komandan secara de facto, dia mungkin sibuk."


"Hmm ~ Aku tidak berpikir dia begitu bersemangat menjalankan pekerjaannya... Lupakan. Aku akan menunjukkanmu tempat-tampat di benteng selagi mencari Jerome!"


"Itu akan menjadi bantuan besar."


"Ke sini Regis! Cepat!"


Altina menyuruhnya bergegas.


Mereka menaiki tangga lagi menuju puncak menara.


Napas Regis menjadi terengah-engah.


Lantai atas adalah ruang konferensi berisi sebuah meja hitam.


Baik itu peta wilayah perbatasan yang ditempelkan di dinding, bendera kekaisaran atau lantai batu ...


Ruangan ini memberi kesan suasana perang.


Kondisi meja rapat yang memiliki banyak goresan memperingatkan Regis akan fakta bahwa di sini adalah benteng lini terdepan.


"Sini!"


Altina menyeberangi ruangan dan membuka jendela besar.


Jendela itu terbuka dengan suara “bang”.


Angin bertiup melalui jendela membuat bendera dan peta bergetar.


Altina membiarkan rambutnya berkibar tertiup angin dari jendela. Rambutnya terpapar sinar matahari. Altina menunjuk ke kejauhan.


"Hei, lihat!"


"Hati-hati, aku mungkin menambrakmu dan membuatmu jatuh."


"Yeah, yeah ..."


Regis menuju balkon, angin yang membawa aroma hutan berhembus melalui rambutnya.


Pemandangan hijau membuat Regis terkesima.


Langit biru tak berawan dan pegunungan berselimut salju membentuk sebuah lukisan megah.


Matahari bersinar hangat di seluruh dunia.


Langit dan pegunungan berada dalam jangkauannya, ia merasa seperti burung yang terbang tinggi di langit.


"Luar biasa", kata Regis dengan suara tertahan.


Altina yang tampak puas mengangguk.


"Bukankah ini bagus?"


"Aku akhirnya menemukan sebuah harta karun setelah menantang badai menuju tanah yang jauh ini. Meskipun aku tidak bisa menyimpannya di kantongku, itu tidak akan pernah hilang dari hatiku. Aku dapat mengingat pemandangan langit ini bahkan ketika aku menutup mataku."


"Apa itu?"


"Dikutip dari otobiografi Frenson. Dia adalah seorang pelukis yang sangat aktif dalam kekaisaran, tetapi dia bekerja sebagai pekerja jasa pengiriman karena karyanya tidak terjual ketika dia masih muda. Setelah melewati badai yang kencang, dia terinspirasi oleh langit yang indah saat dia sampai di tempat tujuannya. Keraguan dalam hatinya dan kelelahan tubuhnya lenyap pada saat itu, dan ia mengucapkan kata-kata ini sambil menangis. Setelah itu, ia fokus untuk melukis langit. Tak lama setelah itu, 'langit Frenson' menjadi lukisan yang sangat bernilai tinggi."


"Aku mengerti. Itu berarti kau tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik jika kau tinggal di rumah sepanjang hari."


"Eh? Tidak, ini berbicara tentang bagaimana dia tergerak oleh pemandangan saat itu..."


Dengan mengalihkan pandangannya lebih dekat, ia bisa melihat benteng dengan jelas. Tentu saja karena pos pengamatan ini digunakan bagi komandan untuk memahami situasi pertempuran dan membuat keputusan taktis.


Setengah bagian Benteng Sierck dibangun di atas gunung.


Dari lereng landai sampai ke utara, enam dinding terhubung dengan menara pengamatan.


Di tengah adalah menara pusat untuk komandan dan staf. Regis dan Altina berada di balkon lantai atas gedung ini.


Baik itu blok bintara di timur atau bangunan untuk prajurit di barat, bangunan-bangunan itu berbentuk persegi panjang dan terbuat dari batu.


Sebagian besar tentara tinggal di area barat, mereka menempati banyak ruang dengan 20 bangunan persegi panjang yang terhubung.


Halaman dimana Regis bertemu Evrard terletak di antara menara pusat dan blok timur. Di bagian utara yang paling dekat dengan musuh, terdapat gerbang utama dan alun-alun.


Beberapa tempat tidak bisa dilihat dari posisi ini, tapi gudang makanan, gudang senjata dan kandang kuda berada di selatan benteng, Begitulah Altina menjelaskan.


Regis memfokuskan pandangannya pada pekerjaan konstruksi dinding luar. Tangga kayu didirikan di bagian dinding luar.


"Apakah sedang ada perbaikan dinding di sana?"


"Ya. Republik Varden menyerang tiga bulan yang lalu, dinding rusak akibat tembakan meriam mereka. Biasanya dinding luar baik-baik saja, tetapi sepertinya lawan menggunakan meriam yang sangat kuat kali ini, sehingga dinding sedikit jebol…"


"Meriam yang kuat? Tolong beritahu aku lebih jelas."


"Mm ... Aku baru saja menempati pos-ku saat itu, jadi aku tinggal di dalam kamarku. Aku diberitahu untuk tidak keluar. Jadi aku tidak melihat apa-apa."


"Tapi kau adalah komandan..."


"Ketika aku berdiri dari kursiku, mereka akan mengatakan 'tuan putri, mohon serahkan ini pada kami' lantas aku pun dikawal kembali ke dalam kamar, mau bagaimana lagi!"


"Yah, aku bisa membayangkan itu. Apakah negara-negara tetangga sering menyerang?"


"Kira-kira setiap tiga bulan sekali. Tapi sulit untuk melintasi hutan selama musim dingin, sehingga mereka mungkin tidak akan menyerang saat ini."


Jarak antara Republik Varden dan kekaisaran hanya 30 Li (133 km), tapi ada hutan dengan suku-suku barbar tinggal disana- Regis telah membaca tentang ini dalam sebuah buku.


"Bagaimana dengan orang barbar?"


"Aku belum melihat mereka sebelumnya, tapi aku mendengar mereka memanjat dinding luar ketika mereka menyerang di musim panas, itu adalah pertempuran yang sengit."


"Ugh ..."


Ketika berperang melawan orang barbar yang tidak bersenjata lengkap, situasi mungkin dapat berubah secara tiba-tiba baik menguntungan atau merugikan bagi mereka. Kavaleri kekaisaran sangat unggul di dataran terbuka, akan tetapi pernah terjadi orang-orang barbar melakukan serangan balasan terhadap kavaleri di dalam hutan.


Pernah juga terjadi orang-orang barbar memanjat dinding dengan tangan kosong. Mereka adalah lawan yang tidak bisa kau sepelekan.


Altina berbalik.


"Itu saja. Sudah waktunya kita mengunjungi tempat berikutnya."


"Ah, terima kasih. Kau menunjukkan pemandangan indah."


"Itu bagus. Tapi ke mana orang itu pergi?"


Mereka tidak menemukan Jerome di menara pusat.


Setelah berputar melalui alun-alun dan blok timur, Regis dan Altina menuju bagian selatan benteng.


Mereka pergi ke kandang kuda.


Itu adalah serangkaian bangunan kecil yang dibuat untuk kuda. Kuda kerja dan kuda perang berjumlah 600 yang dipelihara di dalam kandang.


Bau tajam binatang tercium kuat.


"Ini mengejutkanku."


"Kenapa?"


"Kau adalah putri, Altina ... Tapi kau tidak menunjukkan reaksi apapun setelah mencium bau ini."


"Daripada belajar musik dan tari, aku lebih suka kelas berpedang dan nenunggang kuda. Jadi aku bisa mengurus kuda juga."


"Itu mengesankan."


Altina berlari ke salah satu kuda.


"Selamat siang! Bagaimana kakimu? Maaf yang kemarin!"


Kuda kurus itu meringkik sebagai balasan.


Sulit untuk membedakan mereka, tetapi tampaknya itu adalah kuda yang menarik karavan kemarin.


Kaki belakang kanan kuda itu diperban.


Altina membelai kepala kuda saat ia memberi makan kuda itu beberapa sayuran.


Luar biasa. Pemadangan kuda mengunyah makanannya sangat menarik.


"Bukankah dia lucu? Apakah kau ingin mencoba memberinya makan?"


"Lupakan, rasanya kuda itu akan menggigit tanganku juga, jadi jangan..."


"Ahaha, anak ini tidak akan melakukan itu. Kuda itu pintar lho, oke?"


"Jika itu benar, aku adalah tipe orang yang tidak disukai oleh kuda. Mereka terus melemparku dari punggung mereka selama kelas berkuda."


"Eh? Jadi kau tidak bisa menunggang kuda?"


"Ini bukan hal yang bisa dibanggakan. Aku tidak pernah membuat kuda berlari sebelumnya."


"Itu benar-benar sesuatu yang tidak bisa dibanggakan."


Altina mulai tersenyum.


"Kalau begitu, biarkan aku mengajarimu!"


"Aku tidak ingin merepotkanmu."


"Kuda mana yang harus kita pilih? Kuda yang kecil dan baik?"


"Hey hey ... Apakah aku tidak punya pilihan? Aku memiliki hak untuk menolak perintah yang berada di luar kemampuanku. Lagi pula, hirarki dibuat untuk dilanggar..."


Altina pergi ke belakang kandang, mengabaikan protes Regis.


Mereka tiba di tempat yang penuh dengan makanan kuda.


Tiba-tiba, seorang wanita muncul dari balik bayangan.


Dia adalah seseorang yang tidak cocok berada pada tempat seperti kandang kuda. Dia tidak berpakaian militer atau pelayan, tapi mengenakan pakaian petani, dengan keranjang apel. Dia mengalihkan matanya dengan panik saat melihat Altina.


"Ah, putri?"


"Hmm? Siapa kau?"


"Saya ... Anu... Per, permisi!"


Dia melarikan diri terburu-buru setelah berpamitan.


Altina melihatnya pergi dengan diam.


"...Siapa dia? Sepertinya warga sipil dari kota?"


"Apakah dia datang untuk berjualan?"


"Dia membawa sekeranjang apel."


"Ah. Ini masih siang ... Jadi dia bukan pelacur."


Regis keceplosan.


Gadis muda di sampingnya bertanya.


"Apa itu?"


"Eh?"


"Pelacur apa yang kau sebutkan barusan?"


Dia ceroboh. Altina masih di bawah umur.


Tapi tidak juga. Dia bisa menikah pada usia 15, sehingga tidak mengherankan baginya untuk mengetahui hal-hal seperti itu pada umur 14.


Tapi dia adalah keluarga kekaisaran.


Dia mungkin tidak memiliki teman yang "mecurigakan" atau orang dewasa di sekelilingnya.


Mengapa jadi seperti ini! Jika hal ini terus berlangsung, ia akan menjadi orang jahat yang mengajarkan hal-hal tidak berguna pada gadis muda naif- Regis menggigil ketika ia berpikir tentang itu.


Altina mendesaknya:


"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa, Regis? Ajari aku dengan benar."


"Ugugu ... Itu ... Itu ... berarti pedagang wanita yang bekerja di malam hari..."


"Hmm ~? Benar juga, toko-toko biasa hanya buka pada siang hari."


"Benar."


Saat Regis sedang bercakap-cakap dengan Altina-


Seorang pria yang tampaknya telah bertemu dengan pedagang perempuan tadi, keluar dari tempat wanita itu muncul.


Dia mengenakan pakaian jenderal.


Otot bisa terlihat dari dada yang terbuka karena gaya berpakaiannya yang berantakan. Pria itu berpostur tinggi dengan bahu lebar.


Rambut hitamnya disisir kebelakang dan ia memiliki jenggot pendek. Umurnya sekitar pertengahan 20-an.


Dia memiliki kulit coklat muda dan mata yang tajam.


Meskipun selera setiap orang berbeda, tetapi Regis harus mengakui bahwa secara objektif, dia adalah seorang pria tampan.


Tapi orang ini memiliki sikap pemabuk.


Terdapat sebuah apel di tangan kirinya, dan botol bir di tangan kanan.


Cegukannya berbau alkohol.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP5.JPG


"Eh ... Aku bertanya-tanya siapa itu ... Jadi itu kau, hey gadis kecil."


"Kau tidak ikut serta dalam patroli untuk membeli apel dari pedagang? Seriuslah ketika melaksanakan pekerjaanmu, Sir Jerome!"


Regis yang terkejut tidak membuat suara.


Dia menunjuk pada pria itu dengan jari telunjuknya untuk mengkonfirmasi:


"Maksudmu pemabuk ini adalah Sir Jerome?! Dia Margrave Jerome Jean de Beilschmidt?! Pahlawan di Erstein?!"


Pria itu memiringkan botol di tangannya dan menenggak cairan kuning. Kemudian dia melotot ke arah Regis dengan matanya yang tajam dan keruh.


Fuuu~.... Dan kau adalah?


"Ah, Aku Regis Auric… perwira admin tingkat 5."


"Pergi sana."


"Baik, Aku akan menyiapkan surat pindah. Aku hanya membutuhkan tanda tanganmu."


"Regis?!"


"Hanya bercanda. Penugasanku berada dibawah perintah tuan putri."


Karena Jerome hadir, Regis mengubah caranya memanggil Altina. Meskipun ia barusan keceplosan.


"Jangan, jangan pernah bercanda tentang itu!"


Tak disangka Altina khawatir tentang hal ini.


Regis yang tidak pernah merasakan nilai dirinya, bingung dengan reaksi Altina. Dia menyimpulkan bahwa Altina tidak ingin perwira admin baru pergi.


Juga, ia sedang membantunya mengatasi masalah bandit.


Aku mengerti, itu karena pekerjaan yang dia berikan belum selesai-Regis memikirkannya seperti itu.


"Nah, begitulah situasinya... Sayangnya, aku tidak bisa kembali ke ibukota kekaisaran tanpa izin tuan putri."


"Hmmp ... Tidak ada makanan bagi perwira admin tidak berguna di sini. Pergi dan makan jerami sana."


"Aku punya pertanyaan tentang ini juga ... Bisakah kau memberitahuku mengapa kau mengusir perwira-perwira admin? Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama."


"Jangan pikirkan tindakanku. Itu saja sudah cukup."


"Aku mengerti. Sepertinya bendaharamu yang menangani dokumen sekarang... Dapatkah kau mengalihkannya padaku? Sulit bagi satu orang untuk menangani semua pajak dan pekerjaan akuntansi, jadi aku ingin membantu... "


"Lakukan saja apa yang kau inginkan. Aku akan menggunakan uang itu ketika aku ingin dengan caraku."


Pada titik percakapan ini, Regis mulai memikirkan sesuatu yang menjijikkan.


Atau lebih tepatnya, tindakan Jerome membuat Regis 'menyadari hal ini'.


Altina memiliki ekspresi kosong, dan tidak mampu memahami hal ini.


Regis bertanya dengan serius.


"Maafkan aku... Mungkinkah perwira admin sebelumnya kehilangan pekerjaannya karena penggunaan dari anggaran militer Margrave bentrok dengan pendapatnya?"


"Kukuku ... Begitulah. Aku menggunakan uang itu untuk alkohol dan perjudian, orang itu terus menegurku, jadi aku mengusinya."


"Oh ... ini adalah penggelapan."


Regis melihat ke atas.


Pernyataan kriminal yang sangat berani.


Dia bahkan mungkin akan dieksekusi jika terbukti bersalah di pengadilan militer.


"Apa yang salah dengan itu? Bajingan-bajingan dari negara-negara tetangga dan orang-orang barbar tidak bisa masuk jika benteng ini masih berdiri. Uang tersebut diberikan karena benteng ini masih berdiri kokoh di sini. Jadi, semua penggunaan uang itu terserah padaku."


Dia meneguk bir.


Dan menggigit apel.


Altina menunjukkan wajah bingung.


"Regis ..."


"Ya?"


"Apakah benar bahwa kau dapat menghabiskan anggaran dengan bebas jika kau melindungi kekaisaran? Apa itu benar?"


"Jawabannya tentu saja tidak. - Departemen keuangan kekaisaran menetapkan dana militer 20% dari total anggaran. Karena uang itu dikumpulkan untuk pertahanan kekaisaran, menggunakannya untuk hiburan yang tidak perlu adalah bertentangan dengan perintah."


"Jika kau memikirkannya lagi, maka semuanya sudah jelas. Kaulah yang salah, Sir Jerome."


Altina mengkritik.


Tapi Jerome menyeringai dan menjawab:


"Hmmp, seorang perwira admin dengan pola pikir yang rusak. Bahkan jika kau membeberkan ini, kalian akan mengatakan hal yang sama."


"Bolehkah aku bertanya tentang apa maksudmu?"


"Kukuku ... Kau berencana untuk mengatakan 'beri aku uang dan aku akan tutup mata', benar? Kalian para perwirwa admin semua sama saja."


Jerome tertawa dingin.


Regis melihat ke atas sekali lagi.


"Oh ... Selain penggelapan, bukankah ini intimidasi, ini ... terlalu berlebihan ..."


"Bohong! Kau pasti tidak akan mengatakan ini Regis, ya kan?"


Altina tampak lebih cemas.


Regis pernah dinasehati sebelumnya bahwa orang-orang jujur pasti akan diganggu- tapi ia senang menjadi orang yang jujur. Karena dia bisa menyelesaikan masalah ini tanpa membuat Altina sedih.


Dia mengatakan kepada Sir Jerome dengan jelas:


"Aku tidak tertarik dengan penggelapan."


"Huh? Kau tidak mau uang? Kukuku ... Berhentilah berpura-pura. Ada hal-hal lain yang kau inginkan bukan?"


Ada hal-hal yang Regis inginkan.


Tentu saja.


Tapi itu tidak ada hubungannya dengan penggelapan.


Untuk sesaat, harga buku terlintas di benaknya, tapi ada hal-hal lain juga.


"Aku tidak akan melakukan hal-hal tercela seperti itu. Itu sama seperti menyerah pada hidupku."


"Haha, kau tidak akan berbicara sejujurnya saat gadis kecil ini hadir di sini, kan? Tenang, dia tidak bisa melakukan apa-apa."


"Mu ..."


Altina cemberut, dan menyerehakan pada Regis untuk menyelesaikan masalah ini.


"Aku pikir, aku telah salah paham, Sir Jerome."


"Apa katamu?"


"... Tidak peduli siapapun yang ada di sini. Jika kau tanya alasannya, maka jawabannya adalah: semua orang harus memutuskan cara untuk menjalani hidupnya sendiri."


"Haha, kau meniru pendeta?"


"Tidak, ini adalah masalah keuntungan dan kehilangan sosial - jika seseorang melakukan hal-hal buruk, orang lain akan harus menanggung kesulitan itu. Ini menciptakan perasaan bersalah yang dalam. Mereka yang mendapatkan keuntungan melalui cara-cara terlarang tidak bisa lepas dari rasa bersalah ini. Tidak peduli seberapa baik kehidupanmu, hatimu akan tetap suram. Itu adalah suatu kehidupan yang tragis ... "


Jerome terdiam.


Altina mendengarkan dengan serius.


Regis melanjutkan:


"- Orang-orang yang mendapatkan keuntungan secara jujur dapat menikmati hasil kerja mereka walaupun itu hanya sedikit. Tapi mereka yang melakukan hal-hal buruk akan membawa rasa bersalah ini tidak peduli seberapa mewah gaya hidup mereka. Aku ingin bertanya pada Sir Jerome, yang mendengarkanku dengan sabar, sisi mana yang menurutmu yang akan mendapatkan kebahagiaan sejati? "


"..."


Jerome mengeratkan giginya dengan keras.


Tatapannya menusuk Regis seperti tombak.


Tatapan ini mengingatkan orang pada makhluk mitos yang bisa mengubah manusia menjadi batu hanya dengan satu tatapan.


Seakan jantung Regis telah berhenti berdetak. Dia menahan keinginan untuk melarikan diri dan berdiri tegak.


Altina melotot ke arah Jerome.


"Sir Jerome, bisakah kau menjawabnya?"


"Cih ... Ceramah yang membosankan ini membuat bir terasa hambar."


Dia melemparkan botol itu ke samping.


Pada saat yang sama, ia meraih garpu rumput yang berada dalam tumpukan jerami. Itu alat pertanian seperti garpu, dan dimaksudkan untuk mengatur jerami bagi kuda.


Garpu rumput itu seperti tombak bercabang tiga di tangan Jerome.


Setelah suara angin yang tiba-tiba berlalu.


Apel di udara tertikam di depan mata Regis.


Ujung logam tajam menunjuk ke arah hidung Regis.


"Wah!?"


"Kukuku ... Kau mengatakan banyak kata-kata yang mengesankan, tetapi itu saja!"


Regis hanya bisa bertahan walaupun itu tidak menyelesaikan masalah. Perbedaan dalam kekuatan terlalu besar. Jerome bisa membunuh Regis bahkan tanpa garpu rumput sekalipun.


Punggungnya basah oleh keringat dingin.


- Apakah dia salah menilai Jerome? Meskipun sikap Jerome begitu kasar dan keras, Regis memutuskan untuk memperlakukan dia sebagai seseorang yang bisa diajak berkomunikasi. Tapi itu berdasarkan hanya beberapa kalimat. Jerome seharusnya bukan tipe orang yang menggunakan kekerasan tanpa sebab. Jika demikian, mengapa ia bertindak seperti ini?


Dalam pikirannya, Regis membalik-balik buku-buku yang telah dibacanya.


Dia memiliki beberapa teori, tetapi saat ia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, Altina bergerak.


Gadis itu berdiri di depannya seperti perisai. Tangan kirinya menghalau garpu rumput sambil tangan kanannya bertumpu pada gagang pedangnya.


"Jangan bertindak seperti anak kecil, Sir Jerome! Janganlah menggunakan kekerasan hanya karena kau kalah berargumen."


"Kau pikir aku kalah?! Apa kau memperlakukanku seperti seorang pecundang?!"


Jerome memutar garpu rumputnya.


Suara angin menggema di dalam ruangan.


Ujung yang tajam mengarah pada dada Altina.


Dengan suara berderik, sesuatu yang putih terbang ke udara.


Itu adalah salah satu kancing Altina.


Altina mengerutkan kening.


"Mu ..."


"Kukuku ... begitulah gadis kecil ... Kau akan mati jika ini adalah medan perang.


"Jika kau memiliki niat membunuh, maka sudah pasti......"


"... Huuu."


Keduanya saling menatap, tidak bergerak sepanjang waktu.


"Apa kau mencoba untuk mengintimidasiku dengan trik seperti ini?"


"Hmmp ... Dasar perempuan berisik."


Meskipun Jerome mengintimidasi Altina, ia tidak menyakitinya.


Regis mengamati diam-diam.


- Dia bukan orang yang akan menyakiti seorang gadis kecil karena emosi tinggi. Jika dia memiliki karakter seperti itu, mereka pasti telah saling bertarung. Dia mungkin mengayunkan garpu rumput dengan keras, tapi dia masih berbicara kepada kami dengan kepala dingin.


Jika ia khawatir dengan reputasinya, Jerome akan mencoba untuk menyembunyikan fakta bahwa ia bolos kerja dan mabuk-mabukan pada jam kerja. Jika dia melakukan korupsi, dia akan menutupi penggelapan dana tersebut.


Tapi dia tidak.


Apakah dia tidak peduli tentang apa pun? Mungkin saja ini benar, mengingat keadaan Jerome saat ini ... Tapi kalau dia benar-benar berpikir bahwa ini bukanlah hal yang penting, maka ia sudah mengakhiri pembicaraan ini sejak tadi.


Pasti ada alasan mengapa dia menyebutkan kata “berisik”.


"Apakah kau mengujiku?"


"Cih!"


Jerome menyipitkan matanya.


Regis merumuskan rencananya.


Alih-alih mencari tahu motif Margrave yang sebenarnya, dia malah berpikir bahwa menyelesaikan tujuan utama adalah prioritas. Mereka telah menemukan peluang, tapi belum mengungkapkannya.


Dia menenangkan detak jantung dan napasnya.


"Yang mulia... Aku telah selesai dengan pertanyaanku. Aku mengerti mengapa benteng ini tidak membutuhkan perwira admin."


"Aku mengerti. Aku tidak datang ke sini untuk mendapatkan musuh."


Altina mengangguk.


Jerome tampak terkejut.


"Apa ada sesuatu yang lain? Kau ingin memintaku untuk melakukan sesuatu?"


"Ini tentang para bandit. Aku pikir cara yang kita lakukan sekarang tidaklah efektif. Kita harus mencari cara lain. Oleh karena itu, aku ingin mengaktifkan beberapa tentara."


"Cara lain kau bilang?"


"Itu sebabnya kami mencarimu, Sir Jerome."


"... Keh, tidak ada gunanya."


"Apa yang tidak berguna?"


"Aku tidak tahu cerita apa yang perwira admin itu katakan, tetapi itu hanya teori di atas kertas. Aku bertanya-tanya apa yang akan kau rencanakan, jadi kau ingin menangkap para bandit! Biarkan saja mereka! Para pedagang juga tidak banyak merugi!"


"Apa yang kau katakan? Melindungi warga sipil adalah tugas dari militer!"


"Jangan terus mengomel tentang idealisme, gadis kecil. Para prajurit di benteng tidak mungkin berhasil. Jangan mengeluarkan perintah untuk menyiksa mereka!"


Jerome membuang garpu rumput dan berbalik pergi.


Altina menjauhkan tangannya dari gagang pedang.


Dia tidak menarik pedangnya sampai saat ini . Dia mungkin terintimidasi oleh lawan dan tidak bisa bertindak... Tapi setelah Regis mengamatinya, bukan itu yang sebenarnya terjadi.


Altina menghentikan Jerome yang beranjak pergi.


"Kemana kau pergi?"


"Ke kota. Aku ingin bermain di kasino untuk menyegarkan diri."


"Begitu kah... Kalau begitu perintahkan para prajurit untuk mendengarkan perintahku terlebih dulu."


"Aku menolak. Aku tidak ingin para pasukan menyia-nyiakan usaha mereka."


"Ini bukan usaha yang sia-sia!"


"Kuhahaha! Ini sia-sia, buang-buang waktu! Aku yakin mereka pasti tidak dapat menemukan para bandit!"


"Tidak, tidak mungkin... Aku punya ahli strategi disini!"


Eksptesai Altina semakin berat. Wajah Regis terlihat pucat.


"Hmmp, apa kau menguji perwira admin ini? Kalau begitu aku tidak akan meminjamkanmu pasukan!"


"Jangan memutuskan seenaknya, dengarkan rencananya dulu!"


Jerome akan pergi ke kota jika Regis tinggal diam. Jika semua berjalan buruk, mungkin ini bisa mengakibatkan pertumpahan darah.


Tidak ada cara lain.


Sejujurnya, ia tidak menyukai memainkan peran sebagai taktisi.


- Tapi sudah waktunya untuk bekerja.


Regis terdiam sejauh ini, tapi sekarang dia ikut ambil bagian dalam dialog ini.


"Sir Jerome kehabisan ide, dan dia hanya berjalan-jalan di malam hari. Tapi para prajurit harus berpatroli di malam hari. Mereka begitu menyedihkan."


"Apa yang kau katakan? Aku kehabisan ide? Para prajurit menyedihkan? Kau pikir mereka menyedihkan karena menjadi bawahanku? Kau menghinaku dengan kata-katamu, tolol ... Coba katakan itu lagi, aku akan mematahkan leher tipismu itu. "


Kuda-kuda di kandang juga meringkik gelisah.


Jerome terlihat menakutkan di matanya.


Aura mengintimidasi membuatnya tampak seperti orang yang berbeda.


Apakah ini murka? Niat membunuh? Aura setan?


Pokoknya, Regis sekarang tahu bahwa Jerome hanya bermain-main ketika ia memutar-mutar garpu rumput tadi.


Altina menahan pria yang mendekati Regis.


"Hentikan, Sir Jerome!"


"Hmmp! Ini adalah lini depan. Dua orang mati bukan masalah besar."


"Jika kau serius, Aku juga akan ..."


Regis menegur dirinya sendiri.


- Jangan terintimidasi oleh auranya! Berhenti gemetar!


Teknik berpedang Regis sangatlah buruk, ia juga tidak bisa menunggang kuda dan tidak berguna dalam perkelahian, namun ia tidak boleh takut dan membeku di tempat.


"Sir Jerome ... Aku punya banyak cara untuk menangkap para bandit. Jika kau tidak menggunakan rencana ini dan bersikeras melakukan patroli yang sudah terbukti tidak efektif, bukankah itu berarti prajurit memang menyedihkan?"


"... Hmmp ... Kukuku ... Kau mengklaim bahwa dirimu memiliki metode yang tak ada habisnya?"


"Benar."


Jerome mendekat dengan cepat. Aura berbahaya menghilang secara tiba-tiba - itulah yang Regis rasakan tapi ia dicengkram dengan keras sesaat berikutnya.


"Kau tolol! Apa kau berani bertaruh nyawamu karena kau yakin rencana itu akan berhasil?"


Altina melangkah di antara Regis dan Jerome, kemudian memisahkan mereka.


"Hentikan perilaku kasarmu!"


"Hmmp!"


"Uhuk uhuk..."


Altina memeriksa Regis.


"Apakah kau baik-baik saja?"


"... Sepertinya aku memang bukanlah seorang taktisi yang sanggup memenuhi harapanmu. Tapi tidak ada masalah untuk isu ini. Aku sudah bisa melihat akhirnya."


                                                             ***


Para prajurit berkumpul di alun-alun atas perintah Jerome.


600 tentara telah berkumpul untuk saat ini.


Regis berdiri di depan para prajurit bersama Altina dan Jerome di sampingnya.


"Hmmp ... Apakah ini semua cukup? Tidak ada kavaleri, hanya infantri di sini."


"Ya, misi ini tidak memerlukan kavaleri ... Tapi untuk mengumpulkan pasukan hanya dengan sekali perintah ... Aku belum pernah melihat kedisiplinan, pelatihan dan kekuatan komando seperti ini pada unit dimana aku bertugas."


"Berhenti dengan sanjungan tak berguna, kau menganggap ini terlalu santai. Itu sebabnya perwira admin tidak populer."


"Be, begitu kah?"


Pujian tadi adalah kata-kata tulus dari Regis.


Jerome adalah seorang perwira berpangkat jenderal yang suka mabuk-mabukan pada siang hari dan membiarkan pasukannya patroli tanpa rencana. Regis mengkhawatirkan reputasi Jerome di mata para prajurit, tapi sepertinya itu tidak perlu.


Apakah itu karena ketenarannya dari tindakan heroiknya di masa lalu, atau keterampilan tempurnya yang kuat? Dari cara dia peduli terhadap prajuritnya, Jerome mempertahankan kemampuan komando yang luar biasa.


Altina bergumam lirih.


"Bukankah karena Jerome akan melakukan hal-hal mengerikan sehingga para bawahan tidak lagi mendengarkannya?"


"Haha..."


Itu seperti menjinakkan hewan - pikir Regis, tapi dia tidak menjawab.


Jerome yang menakutkan memelototi mereka.


"Hei, kau mengerti? Kau akan kehilangan nyawamu jika kau mengacaukannya. Aku akan menempatkanmu di posisi paling depan selama serangan orang barbar yang akan datang nanti. Itu adalah posisi kehormatan, jadi korbankan dirimu dengan mulia."


Garda depan dari kelompok penyerang adalah tempat bagi mereka yang percaya diri pada keterampilan tempur mereka.


Para prajurit terkuat akan bentrok dengan musuh terlebih dahulu.


Orang lemah seperti Regis mungkin tidak akan sanggup bersaing dengan kecepatan tim penyerang, lantas jatuh dan terinjak sampai mati.


"Sungguh menakutkan ... Omong-omong, bagaimana jika rencana ini berhasil?"


"Kukuku ... Sungguh berani. Aku akan mengakuimu jika kau berhasil, dan aku juga akan membiarkanmu hidup."


"Hadiah yang sangat menarik."


Dengan demikian - Regis mulai melakukan pengarahan rencana pertempuran untuk para tentara.


Cukup mudah untuk memahami rencana ini.


Regis berpikir bahwa rencana yang terlalu rumit akan gagal sebelum dijalankan. Rencana sederhana adalah taktik terbaik ketika kau menangani prajurit dalam jumlah besar.


Penjelasan usai.


Mereka mestinya mampu memahami.


Tapi para prajurit terlihat kebingungan setelah memahami rencana tersebut.


"Jadi rencananya adalah ... Kami harus meniru karavan?"


"Ya. Lebih tepatnya, adalah untuk menyamarkan diri kita menjadi seperti karavan, bukan meniru mereka."


"Kami tidak pernah mendengar tentang rencana seperti ini sebelumnya!"


"Mari kita berharap bahwa para bandit juga belum pernah mendengar tentang rencana seperti ini. Tolong tarik gerobak dan kereta, kemudian berjalanlah bersama kuda-kuda kalian. Jangan memakai armor lengkap, hanya pakai senjata ringan yang dapat disembunyikan di balik pakaianmu. Itu adalah kerugian selama pertempuran. Tapi itu seharusnya tidak masalah jika lawan adalah para bandit - kalian bisa mengalahkan mereka kan? "


Jerome menjawab pertanyaan Regis dengan keras.


"Pasti! Armor hanya untuk pertunjukan. Aku tidak akan membiarkan kalian kabur bahkan jika kalian harus bertarung dengan tangan kosong. Jika ada yang berani menyebutkan kemungkinan kalah, aku akan mencekik leher mereka dan mengirimnya pulang dalam peti mati. Ayo maju jika kalian ingin mencoba!"


"Ya Pak! Kami pasti menang Pak!!"


Para prajurit menjawab serempak.


Sebuah suara yang sepertinya bisa diandalkan.


Regis tidak pernah merasakan suasana seperti ini selama penugasannya dalam satuan Marquis Tennessee. Para prajurit menghabiskan waktu mereka menjaga ibukota kekaisaran atau kediaman bangsawan, sehingga memberikan kesan penampilan yang elegan.


Tampaknya sebagian besar dari mereka disewa oleh bangsawan lain setelah kematian Marquis.


Apakah mereka bekerja keras di unit baru mereka?


Pikiran Regis melayang ke arah rumah, ia pun menggelengkan kepalanya, kemudian fokus pada tugas di hadapannya.


Dia harus menjelaskan pada mereka perintah secara detil.


"Intinya adalah membuat semua orang terlihat seperti karavan normal. Kita harus mengangkut peti kayu, agar mereka mengira bahwa kita sedang membawa benda-benda berharga. Jika kuda berjalan terlalu cepat, maka itu akan mencurigakan, karena mereka mengira bahwa kita membawa benda ringan. Jadi, tolong isi dengan sesuatu, bahkan batu-batu juga tidak masalah. Letakkan senjata di bagasi. "


Ada beberapa tentara yang lebih mengedepankan reputasi mereka. Ksatria yang merupakan aristokrat tidak hadir, tapi masih ada berbagai macam orang di antara pasukan.


"Tidak dapat diterima! Bukankah ini sama saja dengan meminta kami bertindak seperti pekerja transportasi! Bagaimana bisa bagi kami prajurit yang menyandang kemuliaan kekaisaran dapat menerima ini!?"


"Yah ... Aku tidak memaksa kalian semua untuk berpartisipasi ... Tapi dibandingkan dengan tentara yang berpakaian plente, aku lebih memilih prajurit yang membawa perdamaian dengan menyamarkan diri mereka sendiri. Mana yang kalian pikir lebih memiliki kebanggaan dan kemuliaan?"


"Ugh ... Mu ... Tidak, tapi ..."


"Ini adalah konsep yang sama seperti bersembunyi dan menunggu kesempatan selama penyergapan. Setelah menyembunyikan diri, apakah mulia jika kau mengumumkan namamu dengan lantang?"


Jerome menjawab untuk para prajurit yang terdiam:


"Jangan berani berpikir tentang hal itu. Setiap idiot yang mengekspos dirinya selama penyergapan akan dibungkam olehku. Dengan tombak menembus jantungnya!"


"Aku mengerti, mati tanpa mengetahui sebab adalah tindakan mulia."


Tidak ada lagi protes. Jika Jerome ingin melakukannya, para pasukan tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti.


Altina bertanya:


"Terus? Bagaimana denganku?"


"Hah?"


"Menyamar sebagai sopir karavan lagi?


"... Yang Mulia, rambut dan matamu terlalu menonjol, jadi harap tunggu di sini."


"Apa? Kau ingin aku tinggal di sini?!"


"Ya ... Ah, tidak ..."


"Jadi yang mana?"


"Aku tidak ingin para bandit tahu perubahan rencana kita, jadi tolong lanjutkan patrolimu, tuan putri."


"Eh ... Kau ingin aku melakukan patroli meskipun kau tahu itu sia-sia?"


"Ya. Tolong pertimbangkan itu sebagai patroli rutin untuk menjaga perubahan rahasia. Aku juga tidak ingin warga berpikir bahwa pihak militer bermalas-malasan."


"Ugugu ... aku mengerti ..."


Dia mengerti, tapi Altina merasa depresi karena perannya tidak seperti yang ia harapkan.


Para prajurit menyelesaikan persiapan mereka dan berangkat dari Benteng Sierck.


Dengan ini, beberapa karavan samaran bergulir di jalanan.


Sekitar seminggu kemudian, usaha mereka terbayar.


Meskipun awalnya Jerome skeptis akan rencana pertempuran ini, tak disangka ia ikut menyamar dan bergabung.


Dia mungkin memiliki pertimbangan sendiri.


Dia menyamar sebagai pekerja transportasi, mendorong gerobak yang sarat dengan muatan.


Dan untungnya (bagi kubu lawan tentu saja mereka menganggapnya sebagai suatu kesialan) para bandit menyerang karavannya.


Seperti yang Regis rencaanakan.


Para bandit tampak seperti tentara bayaran yang sedang mengalami masa-masa sulit.


"Kuhaha! Serahkan kargomu! Aku akan membunuhmu dengan cepat jika kau melakukan apa yang kukatakan!"


Para bandit menyeringai.


Sebuah tombak menerjang ke depan.


Tapi ujung tombak dihentikan oleh seorang pria dengan jari-jarinya. Dia tampak seperti seorang pekerja transportasi.


"Melakukan seenaknya sendiri di daerahku ... Dasar kau hama sialan!!"


Para bandit menatap dengan mata terbelalak.


Si pekerja transportasi adalah sang 'pahlawan Erstein', yaitu black knight Jerome.


Para pekerja lainnya menarik pedang mereka dari bagasi.


Pada saat yang sama, seseorang berteriak dengan putus asa.


Itu adalah sebuah pembantaian.


Itu bahkan tidak layak didefinisikan sebagai suatu pertarungan.


Jerome dan anak buahnya kembali dari Tuonvell dengan kemenangan yang disambut sorak-sorai oleh orang-orang kota.


Malam itu-


"Kuhaha! Aku mengizinkannya! Minumlah sampai kau puas, makanlah sampai kau senang!"


Jerome tertawa sembari membawa botol di tangannya.


Para perwira yang memegang kunci berkumpul di ruang makan perwira, dan mereka bersulang.


Altina berpartisipasi juga. Tapi dia tidak memiliki kinerja yang signifikan, sehingga ia duduk di ujung meja. Tapi dia benar-benar senang bahwa rencana tersebut berhasil.


Bagi yang lain, komandan ksatria Evrard hadir. Ia tidak terganggu dengan gelar bangsawannya, bahkan dia memberikan bantuan secara aktif sebagai anggota yang menyamar.


Pesta berlanjut.


Orang-orang kuat itu tertawa, berteriak dan mengobrol.


Para prajurit yang mengambil bagian dalam rencana itu mungkin berbicara tentang eksploitasi mereka di alun-alun.


Sebagai bintara, Regis seharusnya bergabung dengan pesta di alun-alun.


Tapi rencana itu diusulkan olehnya, jadi dia diundang ke ruang makan perwira.


Dan ia duduk di meja milik Jerome dan tim inti. Tapi Regis merasa seperti anak anjing yang tersesat di antara serigala.


Dia merasa tidak nyaman.


Jerome berteriak marah.


"Hei, Regis!!"


"Eh ... Anda memanggilku?"


"Kau adalah satu-satunya yang bernama Regis di resimenku!"


"Ah, Aku mengerti ... Omong-omong, Aku adalah bawahan tuan putri dalam..."


Altina yang duduk di sampingnya mengangguk dengan hati-hati.


"Berisik, diam."


"..."


Seperti biasa, dia mengatakan hal yang tidak masuk akal.


"Hei Regis ... Bagaimana kau bisa merencanakan ini?"


Aku lebih memilih untuk tutup mulut karena kau bertanya, pikiran kekanak-kanakan terlintas di benak Regis. Tapi dia benar-benar akan mati jika dia mengatakan lelucon seperti itu. Dia memutuskan untuk tidak mempertaruhkan hidupnya pada lelucon ini.


"... Karena sebelumnya aku membaca tentang hal itu pada sebuah buku."


"Hah ... Ada sebuah buku tentang cara menangkap bandit?"


"Tidak, Aku belum melihat adanya laporan yang menyatakan penggunaan metode tersebut. Mereka menulis laporan pertempuran, lantas meninggalkannya untuk generasi mendatang. Sepertinya merekalah orang-orang yang berpikir tentang rencana tidak lazim tersebut. Buku yang menginspirasiku adalah tentang bajak laut. Para perompak menyamarkan kapal mereka, sehingga terlihat seperti sebuah kapal dagang. Kapal-kapal lain atau pelabuhan kecil menjadi terlena sebelum akhirnya para perompak menyerang. Ada banyak cerita yang membahas tentang muslihat melalui penyamaran. Itu mungkin adalah cerita yang sudah kuno, tapi hal-hal yang klasik sangatlah..."


"Diam."


"Ugu ..."


Regis sering kali berbicara tentang buku, dan ia terus berceloteh tanpa sadar.


Jerome hanya bisa termenung.


Si pelayan Clarisse meletakkan piring penuh dengan potongan daging tebal.


"..."


Dia benar-benar pendiam sekarang, dan bahkan tidak tersenyum.


Para pria kekar bersorak ketika dia meletakkan piring.


Altina mengatakan "Terima kasih, Clarisse" dan dia membalasnya dengan membungkuk, sebelum akhirnya kembali ke dapur.


Apakah itu seorang pelayan yang hanya berpenampilan mirip seperti Clarisse – Regis pun meragukan matanya sendiri.


Jerome meneguk anggur.


"Hmmp ... Lupakan. Aku akan membalas mereka yang berguna dengan adil. Tidak peduli seberapa banyak dia membuatku kesal. Atau, walaupun ia hanyalah seorang perwira admin."


Regis pikir, dia seharusnya bahagia.


Tapi dia merasa seolah-olah ia sedang diceramahi.


"Hei Regis! Kau tidak hanya memiliki satu trik, kan? Jika kau tidak bisa memikirkan ide-ide lebih banyak, maka kau hanya akan menjadi ayam yang tidak bisa bertelur."


"Ah ... Maksudmu rencana? Memikirkan ide adalah suatu hal yang sangat situasional ..."


"Bisakah ayam bertelur ketika turun salju?"


"Aku berpikir tak seorang pun akan membunuh ayam yang bertelur selama cuaca baik."


"Kuhaha! Sepertinya pemikiranmu cukup ruwet. Baiklah, aku mengakuimu! Kau boleh hidup."


"Begitukah... Terima kasih."


Jerome tidak menggubris Regis setelah itu.


Regis tidak bisa menebak makna di balik kata-katanya.


Namun para perwira yang selama ini mengabaikannya, kini mulai berbicara kepada Regis sambil membawa gelas.


Tapi Altina kehilangan tempatnya di perjamuan, sehingga membuatnya kehilangan muka.


Regis akhirnya kembali ke kamarnya saat fajar.


Dia melepas pakaian, lantas menggantungnya di belakang kursi.


"Ini adalah malam yang sangat panjang."


Regis merasa bahwa rambutnya pun bau. Bau itu mungkin tidak akan hilang tanpa menyekanya dengan kain basah.


"Erm ~ ... baik ... Aku akan mandi setelah bangun ... Lagi pula aku tidak bisa tidur lama-lama dalam keadaan seperti ini."


Dia bergumam pada dirinya sendiri sembari menguap dan berbaring di tempat tidurnya.


Regis menutup matanya.


Dan seseorang segera mengetuk pintu kayu kamarnya. Ketukan Itu tidak begitu keras.


Siapa itu?


Tapi dia benar-benar ingin tidur.


Pintu tidak terkunci; akan lebih mudah jika mereka bersedia untuk masuk sendiri.


Bangun dan membuka pintu, atau melanjutkan tidur? Saat Regis sedang memikirkan ini, suara ketukan mulai lagi.


Dia tidak punya pilihan.


Regis bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu sebelum ketukan ketiga terdengar.


Seorang gadis dengan rambut merah berdiri di depan pintu.


Regis bertanya-tanya apakah dia sedang bermimpi.


Dia mengenakan gaun one piece selama pesta perayaan, tapi armornya dan sarung tangannya tidak dipakai. Jika ia mengetuk sembari memakai peralatannya, maka suara keras akan terdengar.


"... Erm ... Malam Regis. Atau haruskah aku katakan pagi?"


"Altina ... Apa aku bermimpi?"


"Aku pikir tidak. Boleh aku masuk ...?"


Dia melihat ke kedua sisi koridor.


Regis tidak tahu alasan dibalik kunjungannya, tapi dia juga tidak punya alasan untuk mengusirnya. Dengan begitu, Regis mengantarnya masuk.


"Apa yang terjadi? Ini larut malam. Tidak, maksudku pagi."


"Sudah mulai tenang sekarang. Kita bisa bicara nanti jika kau ingin tidur... Karena ini adalah sesuatu yang penting."


"Tidak masalah. Aku tadinya memang mengantuk, tapi kejutan karena kedatanganmu membuatku kembali terjaga."


"Ya, inilah Regis yang seperti biasa. Kau masih saja mengatakan berbagai hal secara rasional, dan berbelit-belit."


"Apakah kau datang untuk memperbaiki sifatku?"


"Bukan itu ... Jika kau mabuk dan mengigau, maka aku akan kesusahan."


"Aku tidak minum banyak sehingga aku baik-baik saja. Apa yang kau maksud dengan sesuatu yang penting?"


"... Regis, kau ingat percakapan kita di karavan waktu itu? Hal-hal yang kita bahas ketika pertama kali bertemu."


"Apa kau ingin menangkapku karena merendahkan kaisar?"


"Aku tidak bercanda, oke?"


Beberapa sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Cahaya pagi yang samar terpantul dari mata merahnya, dan itu semakin menegaskan bahwa sikapnya sangatlah serius.


Regis menggeser sebuah kursi ke sisi tempat tidur. Tidak ada kursi untuk tamu di sini, jadi dia mempersilahkan Altina duduk di kursi sementara ia duduk di tempat tidur.


"... Apa ini tidak masalah?"


"Terima kasih."


Mengingat status sosial mereka sebagai putri dan orang biasa, Regis tidak seharusnya duduk di tempat tidur. Tapi Altina tidak membangun hubungan seperti itu dengan Regis. Itu sebabnya dia bahkan tidak membawa pelayan bersamanya pada kunjungan ini.


Seorang wanita menyelinap ke kamar pria - Sebuah kejadian umum pada novel fiksi populer di ibukota kekaisaran. Adegan selanjutnya hanya bisa dilakukan setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain di sekitar.


Regis memandang Altina dengan serius.


Altina membelai wajahnya.


"Hmm? Ada apa Regis? Ada sesuatu di wajahku?"


"... Tidak, aku sedang memikirkan sesuatu yang bodoh, aku sedang membuang itu jauh-jauh dari pikiranku."


"Yah, mungkin tebakanmu benar?"


"Apa katamu?!"


"Katakan apa yang kau pikirkan?"


"Tidak, itu ... semacam hal yang ... buruk, dan ... Kau masih di bawah umur ..."


"Ini tidak ada hubungannya dengan usia. Aku serius."


"Ha?!"


"Aku telah memutuskan. Tidak peduli seberapa besar halangannya... Walaupun aku masih belum pantas. Aku masih ingin melakukannya."


"Me, melakukan apa?"


Jantung Regis berdegup tak karuan.


Jantungnya berpacu bagaikan kuda.


Altina bingung, tapi ia tetap melanjutkan kalimatnya.


"Waktu kita berada di karavan yang terhenti, kau mengatakan - bangsawan terus melakukan perang yang tak berarti, menyia-nyiakan hidup dan sumber daya dari warga."


"Jadi aku memang salah ya!! Ya kau benar!! Jadi itu tentang politik. Aku ingat semua yang aku katakan."


"Apakah yang kau katakan tidak benar?"


"Tidak."


Dia akhirnya mengerti apa yang Altina ingin diskusikan dengannya.


Regis menenangkan dirinya, mengangguk dan berfokus pada diskusi.


"Apakah kau masih merasa frustrasi terhadap para bangsawan?"


"Tentu saja. Orang barbar akan ragu-ragu untuk menyerang benteng ini, karena keberadaan Pahlawan Jerome, namun situasi di tempat-tempat lain lebih buruk. Kehilangan wilayah melalui pertempuran, mendapatkannya kembali melalui kampanye perang, dan korban semakin meningkat. Setengah dari teman sekelasku di akademi yang bertugas di garis depan telah tewas saat bertugas. Mereka semua orang hebat... "


Pasti ada sesuatu yang salah dengan arah berkembangnya kekaisaran.


"... Aku juga tidak berpikir bahwa kekaisaran melakukan tindakan yang benar. Keluarga kekaisaran dan bangsawan yang harusnya bekerja untuk membuat bangsa ini lebih baik, malah terlibat dalam perebutan kekuasaan yang menjijikan."


"Benar. Aku merasa lebih baik setelah mendengar itu dari keluarga kekaisaran sepertimu..."


"Eh, mengapa begitu?"


"Di bawah sistem saat ini, sulit bagi aspirasi masyarakat untuk diterapkan dalam kebijakan negara. Beberapa negara tampaknya menggunakan sistem voting nasional untuk menentukan kebijakan penting dari negara mereka..."


"Itu sistem yang menarik... Apakah kau pikir, akan lebih baik bagi kekaisaran untuk mengadopsi sistem ini?"


"Tidak, itu masih terlalu dini. Bagi masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan penting pada masalah hukum, militer, dan ekonomi untuk memiliki hak suara, ada kemungkinan tinggi mereka akan menuntun negara ke jalan yang salah. Kau tidak dapat melakukan politik di dalam bar."


"Hal ini meresahkan memang."


"Itu sebabnya jika seseorang dengan status yang tinggi seperti keluarga kekaisaran bersedia untuk membimbing bangsa ke jalan yang benar, masyarakat akan merasa berterima kasih."


"Apa kau benar-benar berpikir begitu?"


"Bagi kebanyakan orang, mereka tak pernah berpikir bahwa keluaraga kekaisaran sepertimu memiliki pendapat demikian."


Bagi Altina, hal-hal seperti itu adalah normal, tapi itu adalah hal langka bagi keluarga kekaisaran. Bagi mereka kalangan atas, mereka biasanya menjauhkan diri dengan rasa superioritas dan menuntut perlakuan istimewa.


"Aku diberitahu oleh ibuku bagaimana kehidupan rakyat biasa."


"Selir kekaisaran Claudette adalah rakyat biasa. Mungkinkah dia telah mengusulkan perbaikan dalam kekaisaran?"


"Tidak, ibuku bukanlah seseorang yang akan memikirkan hal seperti itu. Walaupun dia mengalami hal yang menyedihkan atau kesulitan, ia akan menerima segala sesuatu tanpa keluhan atau ambisi. Dia adalah orang normal yang tidak bergerak untuk keinginannya sendiri."


"Itu memang normal..."


Kekaisaran terbentuk karena sebagian besar warga tidak protes tentang ketimpangan sistem aristokrat.


Altina tampak murung.


Dia mengepalkan tangan di atas lututnya erat-erat.


"Aku ingin mengubah kekaisaran ... Tapi jika ini berlangsung ... Ini akan berakhir tanpa mencapai apa-apa ..."


Dia membisikkan nama pria itu dari mulutnya.


Pangeran kedua Latreille.


"Pendukungnya kuat ... Dalam waktu dekat, pangeran pertama Auguste mungkin akan dipaksa menyerahkan posisinya sebagai putra mahkota."


"Ya, jika perkembangan saat ini terus berlanjut."


"Dan orang itu akan menjadi kaisar. Jika itu terjadi, orang itu akan memutuskan masa depanku ... Orang itu tidak akan membuat kesalahan, dan memberikan setiap kebebasan atau kekuasaan untuk keluarga kekaisaran. Dia pasti akan menikahkanku dengan salah satu klan besar dari faksi ratu."


"... Itu benar-benar mungkin terjadi."


Altina sudah melihat masa depannya sendiri.


Sangat disesalkan, tapi dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan pandangannya tentang situasi kekaisaran saat ini.


"Aku akan menjalani kehidupan seperti penjara sejak saat itu."


Altina mengertakkan giginya.


Dia berharap kekaisaran berubah. Tapi dia akan kehilangan kebebasannya jika Pangeran Latreille berhasil naik takhta.


Regis menggeleng.


"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Karena aku merasa frustrasi juga... Tapi meskipun demikian, apa yang bisa kita lakukan? Rakyat jelata hanya memiliki gaya hidup rakyat jelata. Hal yang sama berlaku untuk putri keempat."


"Kau benar. Semuanya telah diputuskan oleh orang lain ... Aku tidak bisa melakukan apapun jika aku terus menunggu."


"Ya, memang seperti itu."


"Meskipun demikian ... Aku ingin mengubah kekaisaran. Aku tidak bisa berpangku tangan di sini, sembari menunggu dilemparkan ke dalam sel penjara."


Regis menenangkan semangat Altina.


"Tunggu, Altina ... Latreille menjadi kaisar dan masa depanmu ditentukan oleh arus kuat yang dikenal sebagai kekaisaran. Apakah kau ... berencana untuk melawan arus ini?"


"... Jika diperlukan."


Nadanya tenang tapi semangat masih berkobar di dalam hatinya.


Regis mulai gemetar.


"Itu terlalu sembrono. Terlalu bersemangat kadang-kadang akan membuat pandanganmu menjadi sempit... Kau bisa kehilangan nyawamu karena ini."


Tapi mata merah Altina tidak menunjukkan tanda keraguan.


Ekspresinya memberitahu Regis bahwa ia telah memantapkan dirinya.


"Merevolusi kekaisaran. Itu adalah tujuan yang menopang keinginanku untuk tetap hidup. Jika aku menyerah, itu sama seperti menyerah pada hidupku."


"Ah..."


Regis tersentak.


Dia tidak berharap untuk mendengar kata-kata yang pernah diucapkannya di masa lalu.


Mengapa Altina menganggap Regis sebagai orang kepercayaan?


Regis merasa bahwa ia akhirnya mengerti.


"Aku hanya bisa mewujudkan perasaanku melalui tindakan."


"Jangan memutuskan terlalu cepat, Altina ... Kau harus lebih memikirkannya dengan baik..."


"Aku telah banyak berpikir tentang hal itu. Ada banyak warga yang menderita selama ini. Ada banyak hal yang aku butuhkan untuk merevolusi kekaisaran, namun elemen yang paling penting adalah waktu! Kita tak boleh menyia-nyiakan waktu lagi."


Regis melemaskan bahunya.


Dia tahu dengan jelas bahwa dia tidak bisa menghentikannya.


Dan ia merasa sangat sedih atas hal ini.


"Altina ... Kau benar-benar cerdas ... Kau bisa hidup bahagia jika kau sedikit leboh bodoh. Dengan kecantikan dan garis keturunanmu, pasanganmu akan menuangkan semua cintanya untukmu. Kau dapat terhibur oleh lagu-lagu indah, merasakan anggur yang menakjubkan, menonton opera, mengunjungi bukit di musim semi, sungai di musim panas, hutan di musim gugur dan tinggal di dalam kastil di musim dingin. Kau dapat menghiasi diri dengan perhiasan favoritmu, memakai gaun yang indah, dan menikmati kehidupan seorang bangsawan wanita dengan apa pun yang kau inginkan."


"Tidak peduli seberapa mewah hidupku, Aku tidak bisa lepas dari rasa bersalah atas politik yang mengeksploitasi masyarakat."


"Ha ... aku mengatakan sesuatu seperti itu juga ..."


"Keraguan dalam hatiku terjawab olehmu."


"Aku benar-benar ... yang terburuk. 'Pengetahuan tidak akan membawa kebahagiaan' -. Itu adalah sebuah kalimat dari buku favoritku."


Regis tidak bisa melakukan apapun selain menatapnya.


Kebulatan tekad di wajah Altina begitu indah dan murah hati menunjukkan tekad di hatinya.


"Aku membutuhkan kebijaksanaanmu jika aku menjadi kaisar."


Regis lupa bernapas saat sosok sang putri dengan rambut dan mata merah tua memenuhi pandangannya.


Ini adalah kata-kata yang berat bagi seorang gadis berusia 14 tahun.


Ada banyak kesulitan menunggu jika dia mengambil jalan ini.


Dia tahu tentang ini sejak awal, namun dia masih saja memilih untuk terus maju.


Kaisar pendiri Belgaria telah membangun kerajaan setelah mengalahkan semua suku barbar. Apakah orang-orang disekitarnya merasakan hal yang sama?


Jika tanganku memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, Aku ingin memenuhi impiannya - Regis mengungkapkan itu dari lubuk hatinya.


"Tapi ... Altina ... Aku tidak berpikir aku memiliki bakat yang kau harapkan."


"Regis, aku mendengar rumor tentangmu tiga bulan yang lalu."


"Rumor? Apa yang mereka katakan?"


"Seorang ahli strategi yang intelektual dengan wawasan yang luas."


Siapa yang menyebarkan rumor ini?


Regis merasa begitu malu, sehingga membuatnya ingin bersembunyi dalam lubang.


"Rumor adalah hal-hal yang dilebih-lebihkan dari waktu ke waktu. Mereka mungkin keliru."


"Sisi lemah darimu juga tidak masalah. Setelah bertemu dan berbicara denganmu, aku yakin. Aku tidak bermaksud untuk memahami segala sesuatu tentangmu, tapi aku pikir kau bisa dipercaya. Baik itu kemampuanmu, karaktermu atau nilai-nilaimu."


"Itu terlalu sederhana ..."


"Tidak. Aku bahkan berpura-pura menjadi sopir karavan untuk mengetahui perasaanmu yang sebenarnya dan itu membutuhkan banyak usaha."


"Oh, benar."


"Itu sebabnya aku memiliki alasan untuk percaya padamu. Mempercayai orang lain bukanlah sesuatu yang membosankan, kan?"


"Apakah begitu?"


"Iya!"


"Erm ~ ... Tapi ... Tapi ..."


Regis tidak tahu harus berkata apa.


Keduanya terdiam.


Ruangan itu hening.


Keheningan itu dipecahkan oleh suara gedoran pintu.


Sebuah teriakan datang dari luar pada saat yang sama.


"Hei! Regis! Apa kau masih bangun!? Aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu!"


"Jerome mencariku…?!"


"Apa?!"


Wajah Altina berubah menjadi hijau. Dia baru saja membuat pengakuan yang akan mempengaruhi hidupnya sendiri. Segala macam kegelisahan tertumpuk dalam hatinya, tidak mungkin dia bisa segera tenang.


Regis mendekat pada Altina dan berbisik sehingga kata-katanya tidak akan terdengar dari luar.


"... Tenang Altina ... Sekarang sembunyilah."


"... Apakah dia mendengar ... apa yang kita katakan?!"


"... Dia tidak akan mengetuk jika ia dengar."


"... Oh."


"Bukan itu yang harus kau khawatirkan, hal yang lebih berbahaya akan terjadi jika orang lain tahu bahwa kita sedang berduaan pada jam segini."


"... Eh?"


"... Baiklah, tolong bersembunyi untuk saat ini."


"... Sembunyi, sembunyi di mana!? Tidak ada celah di antara rak-rak atau di bawah tempat tidur, yang bisa kugunakan sebagai tempat sembunyi."


"... Di,di mana saja tidak masalah."


Ketukan keras dan teriakkan terdengar lagi.


"Apa kau tidak di dalam!? Hei! Aku masuk oke!?"


"Hyaa ~ tunggu! Tunggu. Aku sedang berganti baju sekarang dan aku telanjang..."


"Hah! Tidak apa-apa. Aku tidak tertarik dengan tubuh kurusmu. Aku masuk!"


Pintu terbuka.


Ketika Jerome masuk, Regis berada di tempat tidur dengan bagian tubuh di bawah dada tertutup selimut.


"Ah ... maaf ... aku mudah malu..."


"Hmmp, terserah. Dengarkan saja, walaupun kau sedang berganti baju atau makan."


"Apakah begitu ... Ugu ..."


Sesuatu menggeliat di bawah selimut.


Kehangatan tubuh disalurkan melalui baju tipis.


"Hah ..."


Dia bisa merasakan hembusan napas.


Regis berbaring di tempat tidur sembari bersimbah keringat dingin.


Altina bersembunyi di bawah selimut.


Mereka sebisa mungkin menghindari kontak fisik, namun posisi itu telah berubah; Altina memeluk Regis dari sisi kiri. Sedangkan Jerome berada di sebelah kanan dari sudut pandangnya.


Altina melakukan ini untuk menyembunyikan dirinya.


Jantung Regis berdebar seperti drum.


Tangan kiri Altina berada pada perut Regis, tangan kanannya di bawah punggung Regis. Kepalanya terbenam pada sisi tubuh Regis. Altina pasti akan ketahuan jika seseorang mencurigai benjolan aneh pada selimut, sehingga Regis membuka sebuah buku besar dan meletakkannya di dadanya.


Meskipun posisi tubuhnya aneh-


Tapi Jerome tidak mengatakan apa-apa tentang benjolan selimut aneh tersebut.


"Dengarkan aku, Regis."


"Baik..."


"Aku tidak menyukaimu. Aku pikir perwira admin semua hanya bisa mengoceh dan tidak berguna."


"Apakah ... Apakah kau akan mengirimku kembali ke ibukota kekaisaran?"


"Walaupun aku ingin melakukannya, kau pasti akan menolaknya sekuat tenaga."


"Karena aku bawahan tuan putri ... Uguu ..."


Kaki Altina berkait dengan kaki Regis. Dia tahu Altina menempel dengan dekat untuk menyembunyikan diri.


Tapi ini tidak baik untuk jantung seorang pria.


Sensasi lembut pahanya disalurkanikan ke paha Regis. Bagian dalam kakinya menempel dekat dengan paha seorang gadis, dan itu adalah sensasi yang Regis tidak pernah rasakan sebelumnya.


Kaki kiri Regis dijepit oleh kaki Altina.


Jantungnya berdetak cepat seperti suatu penyakit. Dia mungkin akan mati karena serangan jantung jika ini terus berlangsung.


- Ini adalah penyebab kematian yang indah ... Tidak tidak, mati seperti ini terlalu menyedihkan!


Regis semakin panik.


Jerome mendekati.


"Ah tunggu Margrave... sabar-"


"Dengarkan baik-baik!"


"Baik."


Bang!! Jerome menghentakkan kaki kanannya ke kursi dengan keras.


"Kau adalah sampah. Tapi kau adalah sampah yang berguna. Dan prinsipku adalah menggunakan semua orang yang berguna, bahkan jika mereka hanya setitik debu."


"Ha ha..."


"Tapi siapa pun yang tidak mendengarkan perintahku, bukanlah bawahanku. Kau mengerti?"


"Itu berarti kau akan marah jika aku tidak mengikuti perintahmu, Margrave. Benar?"


"Ya, Aku marah! Aku sangat kesal! Hanya mendengar kau mengatakan bahwa kau adalah bawahan si gadis kecil itu saja sudah membuatku marah!"


"Erm ... Margrave, kau juga bawahan tuan putri lhooo."


"Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kuterima!!"


"Aku rasa begitu."


"Kalau begitu, kau harus meminta izin dari gadis kecil itu untuk berada di bawah komando langsung dariku."


"Oh, aku mengerti ..."


Margrave adalah orang yang melanggar aturan bahkan saat mengenakan seragam militer, dan dia bersedia untuk mengabaikan protokol jika diperlukan.


Jika Jerome menjadi komandan Regis, ia akan dapat memerintah Regis sesuka hatinya. Dan posisi Regis sebagai bawahan Altina akan tetap sama ...


Tapi kenyataan bahwa Jerome dipilih sebagai komandan adalah hal yang penting.


"Kukuku ... Aku ingin kau bekerja dibawahku, Regis."


"Tentang itu..."


Sebagai bentuk protes, gadis di bawah selimut memeluk Regis dengan erat. Regis tahu perasaan Altina - tapi dia akan ketahuan jika dia terus melakukan hal itu!!


Regis memukul kepala mungil Altina dengan pelan, dengan sudut buku dari atas selimut.


Dia mungkin tidak menyakitinya.


Altina menjadi tenang.


Dia berharap ini menenangkannya.


Jerome berbicara terus terang. Dia jarang melakukan hal ini sebelumnya.


"... Dan untukku ... Aku tidak ingin membeku di utara selamanya."


Wajar baginya untuk ingin memberontak.


Tetapi sistem kolosal yang dikenal sebagai kekaisaran bukanlah sesuatu yang manusia biasa bisa lawan.


"Apa kau punya rencana?"


"Tentu saja ... Tidak ... Rencanaku tidak ada hubungannya denganmu. Jangan belagu, dasar perwira admin tingkat 5."


"Yah, kau benar."


"Aku mengatakan bahwa kau dapat berguna, meskipun kau hanya setitik debu. Kau seharusnya bersyukur."


"Aku akan melakukan tugasku dengan cukup baik sesuai dengan gajiku. Untuk perubahan dalam atasan perwira, kau harus meminta tuan putri..."


"Apa kau mengatakan bahwa kau akan memilih putri daripada aku?"


"Yah ... Aku tidak bisa membuat keputusan dengan segera."


"Baiklah kalau begitu, pikirkan tentang hal ini. Sebenarnya ini bukanlah hal yang harus kau pikirkan dengan segera."


Jerome meindahkan kakinya dari kursi dan berjalan menuju pintu.


Regis bertanya serius:


"Jika aku ... menolak tawaran itu, apa yang akan terjadi?"


"Aku adalah seorang pria yang murah hati. Aku akan memberikanmu kematian tanpa rasa sakit."


Setelah mendengar jawaban mengerikan ini, Altina menggigil sembari terus memeluk Regis.


Regis menekan kepala Altina pelan.


"... Seperti itukah ... pahlawan yang murah hati?"


Jerome tersenyum, dia yakin bahwa ia tidak akan ditolak, lantas dia pun pergi.


"Fu ha!"


Altina membuka selimut dan bangkit.


Suhunya terlalu panas dan wajahnya merah.


"Apa kau baik-baik saja?"


"Hah ... hah ... Aku tidak baik-baik saja!"


"Kau, kau terlalu keras."


"Hmmp."


Altina mendekatkan wajahnya.


Dia sekarang naik di atas tubuh Regis di tempat tidur.


Situasi yang menegangkan.


Apa dia tidak menyadari hal ini?


Altina mungkin tidak tahu tentang banyak hal, jadi dia tidak mengerti apa yang dia lakukan.


Regis bisa merasakan berat badan Altina di sekitar perutnya.


Regis lah yang wajahnya memerah karena malu.


"Erm, Altina ... Tolong tenang dan turun dari perutku ..."


"Kau ingin bekerja dibawah perintah Jerome?!"


"Tidak mungkin!"


"Bukankah dia mengatakan dia akan membunuhmu jika kau menolak?"


"Itu hanya sebuah ancaman..."


"Tapi ... kau tidak menolaknya."


"Tidak, karena kau berada di sini ..."


Jerome mungkin mengancam dengan kekerasan jika ia ditolak saat itu. Altina yang bersembunyi di bawah selimut pasti akan ditemukan.


Dia pasti kehilangan ketenangannya sehingga tidak menyadari itu.


Altina meraih baju Regis dengan erat.


Mata merahnya basah.


Air matanya berlinang.


Tidak ada permata yang sebanding dengan keindahan ini - Regis memikirkan sesuatu yang tidak pantas.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP6.JPG

Air mata jatuh dari pipi gadis itu.


"Bantu aku! Aku sangat memerlukanmu!"


"...?!"


Regis tersentak.


Altina menatapnya dengan serius.


Dia bisa merasakan wajahnya memerah.


Sepertinya mereka berdua masih belum tenang - pikir Regis sambil menarik napas dalam-dalam.


Namun dia mencoba berbicara setenang mungkin.


"Dengarkan aku Altina ... Aku tidak menolak tawaran Margrave agar kau tidak ketahuan."


"Ah ... begitu kah. Aku minta maaf."


"Juga, membunuhku jika aku menolak hanyalah ancaman kosong ... Aku mengerti karakternya sekarang."


"Tapi kau bahkan belum tinggal seminggu penuh di benteng ini?"


"Dia adalah orang yang sulit untuk ditangani. Lagi pula dia adalah pria yang spesial."


"Benarkah? Bagaimana denganku?"


"... Untukmu ... Aku belum benar-benar mengerti."


"Apa ini ... Apa kau berbohong?"


"Aku tidak pernah berbohong."


"Yah, tampaknya kau benci berbohong. Kalau begitu jawab aku dengan jujur ... Apa kau bersedia untuk membantuku dengan hal yang kubicarakan tadi?"


Wajahnya menampakkan campuran kegelisahan dan harapan.


Mereka begitu dekat sehingga mereka bisa merasakan napas masing-masing.


Sangat dekat sehingga Regis bisa melihat bayangannya sendiri di mata merah Altina.


Tak seorang pun membutuhkan dia sebelumnya.


Tak seorang pun mengakui dia seperti ini sebelumnya.


Tapi Regis masih tidak percaya diri.


"... Kalau begitu aku akan memberitahumu apa yang benar-benar aku pikirkan ... Apa yang kau lakukan adalah memberontak terhadap sistem kekaisaran. Banyak orang yang berkuasa akan memperlakukanmu sebagai musuh dan menyerangmu. Mereka bahkan akan mengabaikan perintah kaisar dan menekanmu. Bahkan jika kau memiliki hak waris... Abaikan masyarakat, bahkan sebagian besar klan bangsawan tidak akan mendukungmu. "


"Jadi kau tidak akan membantuku dalam hal-hal berbahaya seperti itu?"


"Kebalikannya. Aku ingin membantumu karena itu merupakan mimpi yang sulit diwujudkan."


"Benarkah?!"


Altina yang sedih bersorak.


Regis mulai menahannya.


"Tunggu sebentar. Tapi ... tapi ... menurutku, keahlianku tidaklah berguna bagimu."


"Mengapa? Kau sudah menunjukkan kemampuanmu dengan mengajukan proposal kepada Marquis Tennessee, meyakinkan Jerome, dan menangkap para bandit, kan? Kau memiliki prestasi karena wawasanmu yang begitu luas."


"Aku melakukan semua itu karena kebetulan aku memiliki pengetahuan yang relevan. Aku hanya suka membaca. Aku tidak bisa membantu dalam situasi yang tidak kuketahui ... Kau begitu ambisius, namun kau sangatlah ceroboh jika percaya pada orang yang tidak kompeten sepertiku. Aku memahami kemampuanku, itu sebabnya aku tidak ingin mengambil pekerjaan ini. Bagaimana jika aku gagal dalam masalah yang penting? Hal-hal yang kau rencanakan sangatlah berbahaya, bahkan nyawamu sendiri bisa menjadi taruhan. Tidak ada kesempatan kedua. Kau harus memilih sesuatu setelah memikirkannya dengan kritis dan matang. Aku bersyukur telah bertemu denganmu. Kau mungkin akan bertemu ahli strategi yang sebenarnya suatu hari nanti ... Hanya saja kau kebetulan bertemu denganku di awal... "


Bahu Altina terkulai.


Dahinya menyentuh dahi Regis dengan bunyi lembut.


Regis tersentak.


Bibir mereka begitu dekat.


"Regis ..."


Sebuah suara lemah terdengar.


Apakah dia tertegun karena kekecewaan? Mau bagaimana lagi.


"Altina ...?


"... Apakah kau benar-benar ingin menjadi ahli strategiku?"


"Kesampingkan itu, Aku benar-benar ingin membantumu ... Tapi aku tidak bisa menjamin bahwa aku akan melakukan pekerjaan dengan baik."


Kehangatan tubuh Altina tersalurkan melalui dahi mereka.


Dia merasa bahwa Altina lebih hangat daripada tubuhnya sendiri.


"Nah, bagaimana dengan ini? Walaupun kau tidak percaya pada kemampuanmu sendiri, aku tetap akan percaya padamu. Menyatukan keduanya sama saja dengan membuat seseorang percaya padamu, kan?"


Ini adalah argument yang keliru.


Tapi dibandingkan dengan mempercayai dirinya sendiri, dia lebih bersedia untuk percaya pada Altina.


"... Kau percaya padaku ... Dan aku akan percaya padamu, bukankah itu cukup?"


Altina mendorong dirinya.


Dahi Regis masih merasakan sensasi kehangatan dari sentuhan mereka.


Tapi satu-satunya hal yang terpisah adalah dahi mereka; Tubuh Altina masih duduk di sekitar perut Regis.


"Ya, Aku percaya padaku - Aku ingin mengatakan seperti itu. Tapi aku masih tidak yakin terhadap diriku sendiri.."


"Kenapa?"


Sebuah perubahan mendadak dalam hatinya.


Altina baru saja menyatakan dengan tegas bahwa dia akan menjadi kaisar.


Dari sorot matanya, tidak ada tanda-tanda dia akan menyerah.


Regis bisa merasakan ketetapan hati Altina dari ekspresinya.


"Sir Jerome mengatakan bahwa dia ingin kau bekerja untuknya, kan?"


"Ah..."


Itu adalah satu-satunya hal yang terjadi setelah dia menyatakan itu.


Dia mungkin membandingkan dirinya dengan Jerome.


Memang benar bahwa ada kesenjangan besar pada prestasi mereka.


"Sebagian besar tentara lebih percaya pada Jerome daripada diriku. Tapi aku hanya memintamu untuk percaya padaku -. Bukankah itu adalah suatu permintaan yang terlalu arogan."


"Aku pikir, kemungkinan sukses Sir Jerome lebih besar. Dia mungkin akan bangkit dan kembali ke ibukota kekaisaran."


"Mungkin dia akan menjadi kaisar?"


"Tidak..."


Sulit untuk mengambil alih tahta kekaisaran.


Jerome mungkin kuat, tapi itu tidak berarti pasukannya juga terampil. Divisi pertama yang menjaga ibukota kekaisaran bukan hanya unit yang berisi dengan pasukan elit kekaisaran, tetapi peralatan mereka juga berkualitas tinggi.


Dan yang terpenting, seseorang tidak bisa mendapatkan dukungan dari orang lain hanya dengan kemenangan saja.


Salah satu hal yang paling penting adalah memiliki keadilan di sisimu saat berkampanye untuk perang.


Regis menghentikan jalan pikirannya.


"Tidak, Aku tidak bisa mendukung dia ... Bahkan jika Jerome menjadi diktator, perang masih belum akan berakhir. Meskipun wilayahnya akan tumbuh lebih besar."


Altina setuju.


"Ya. Aku tidak bisa menyerahkan ini pada Sir Jerome. Aku harus mengubah diriku untuk mencapai cita-citaku sendiri."


"Apakah begitu ... kau tidak boleh menyerah..."


Altina merespons tajam pada perkataan Regis.


Dia menganggap serius perkataan Regis, lantas dia pun bertanya:


"Itu kasar! Aku mengatakan itu dengan gugup, sampai-sampai aku kira jantungku akan berhenti! Apa kau berpikir bahwa aku mengatakan itu dengan sembrono, dan aku mudah menyerah!?"


Berat Altina menekan Regis karena dia meregangkan tubuhnya.


Menuju perut Regis.


"Ugh fu!?"


"Minta maaf~"


Altina menggoyangkan tubuhnya saat ia duduk di perut Regis.


Setiap gerakan menyebabkan nyeri di perutnya.


Tempat tidur berderit.


"Aku muntah, muntah, makanan yang ku makan di pesta akan keluar ... Maaf, aku benar-benar minta maaf!!"


"Baik."


Serangan pada perut berhenti.


Dia menghela napas.


"Mendapatkan kepercayaan dari semua orang adalah tanggung jawabku. Itu sudah cukup bagiku untuk mengetahui bagaimana perasaanmu untuk saat ini."


"Aku merasa mau muntah..."


"Bukan perasaan semacam itu."


"... Kau berencana melakukan apa?"


"Seorang ahli strategi tidak dapat menunjukkan keterampilannya tanpa pasukan, benar?"


"Normalnya begitu."


"Serahkan padaku, Aku akan menyelesaikannya."


"Altina ... Aku menentangmu melakukan sesuatu yang berbahaya."


"Apa ini saranmu sebagai ahli strategi? Atau saran dari teman dengan aspirasi yang sama? Atau sebagai teman? Ah, atau mungkin..."


"Erm, yah ... sebagai perwira admin tingkat lima."


"Aku mengerti."


Dia mengulurkan tangannya dan dengan lembut meremas hidung Regis.


"Hmmm?!"


Altina turun dari perut Regis ketika ia melepaskan tangannya dari hidung Regis.


Dia melompat turun dengan lembut seperti seekor kucing.


Sebelum Regis sempat menyadarinya, tiba-tiba Altina sudah berada di dekat pintu.


"Selamat malam Regis."


Saat dia meninggalkan ruangan, senyumnya tampaknya menunjukkan bahwa ia yakin akan sesuatu.


Pintu ditutup.


Ruangan itu hening.


Regis mendorong bagian atas tubuhnya, melepaskan semua ketegangan dan membenamkan tubuhnya ke tempat tidurnya.


Tubuhnya seberat timah.


Kicauan burung terdengar di luar jendela.


Itu tidak begitu berisik, tapi itu mencegah Regis untuk menutup mata.


"Apa-apaan ini..."


Regis memahami situasi resimen perbatasan melalui insiden bandit, dan dia yakin akan satu hal. Masalah mendesak berikutnya adalah pembenahan sistem komando. Dan prioritas utamanya adalah menyelesaikan hubungan yang rumit antara Altina dan Jerome.


Skenario terbaik adalah Jerome mengakui Altina sebagai komandan.


Jika itu terlalu sulit, rencana berikutnya adalah membiarkan Altina menerima perannya sebagai pemimpin dekoratif.


Regis tidak membayangkan kata-katanya akan memacu Altina mengambil jalan untuk menjadi kaisar.


Altina mungkin lebih memilih mati darapa menjadi sebuah vas cantik.


Sebagai seorang perwira admin yang ceroboh, dia masih tidak percaya bahwa dirinya mendapatkan kepercayaan dari kedua pemimpin di benteng ini.


Regis berada pada percabangan dua jalan. Altina dan Jerome yang menginginkan Regis berada pada faksi yang berlawanan.


Regis merasa ingin menangis.


"... Apa ini ... mungkinkah aku adalah pelaku yang membuat hal-hal bertambah buruk? Bagaimana bisa jadi seperti ini? Aku hanya ingin membaca buku-buku ku..."


Itu benar, mari membaca buku.


Dia terlalu terjaga dan tidak akan bisa tidur, tidak peduli berapa lama ia menunggu.


Regis mengambil sebuah buku baru dari rak dan membukanya.


"Membaca memang menyenangkan... Hal ini membuatku melupakan segalanya ..."


Ini seharusnya membuatnya melupakan masalahnya.


Tapi dia menyadari matanya hanya menelerusi teks sementara pikirannya berada di tempat lain.


Regis harus mengambil tanggung jawab dan memperbaiki hubungan antara Altina dan Jerome.


Memiliki seorang komandan dekoratif dan seorang komandan de facto adalah hal yang berbahaya.


"Aku sudah mengatakan ... bahwa aku orang yang tak berguna ..."


Dengan pikiran yang menyedihkan ini, Regis meninggalkan buku terbuka dan tidur seolah-olah dia pingsan.


Catatan Penerjemah=[edit]

  1. Di eropa perwira yang belum memiliki surat penugasan/komisi (commission dlm bhs Inggris) disebut NCO (Non-Commissioned Officer). Bandingannya dengan kemiliteran Indonesia setara dengan bintara. Contoh pangkat bintara dari tertinggi ke rendah: Pembantu Letnan Satu, Pembantu Letnan Dua, Sersan Mayor, Sersan kepala, Sersan satu, dan Sersan dua. Di eropa & US NCO lebih ditugaskan ngurusin tugas administrasi. Yah, di Indonesia juga sih.
  2. https://en.wikipedia.org/wiki/Fauchard
  3. <https://en.wikipedia.org/wiki/Halberd
  4. https://en.wikipedia.org/wiki/Hazel


Sebelumnya Bab 1: Gadis Dengan Rambut dan Mata Berwarna Merah Kembali ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 3: Ketetapan Hati Altina