Rakudai Kishi no Eiyuutan (Indonesia):Volume1 Chapter 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2 — Pengunjung dari Rumah Lama[edit]

Bagian 1[edit]

Awal pagi hari di bulan April yang masih dingin, dua orang sedang berdiri di luar Akademi Hagun. Salah satunya adalah Ikki Kurogane; ia mengenakan baju olahraga dan berdiri di depan gerbang utama, meneguk botol minuman sambil menggerakkan bahunya ke atas dan ke bawah. Yang lainnya adalah Stella Vermillion; dia benar-benar tertinggal dan bersuara terengah-engah karena kelelahan, kemudian berlari menuju gerbang utama.

Ikki tidak memiliki bakat sihir jadi ia mengatur rutinitas latihan beratnya sendiri, dan berlari sekitar dua puluh kilometer setiap pagi untuk melatih kemampuan fisiknya. Dua puluh kilometer itu bukanlah lari ringan; ia lari pada kecepatan penuh dan sering mengganti irama untuk menguatkan jantung serta paru-parunya. Stella, yang telah menjadi teman sekamarnya tiga hari lalu, juga bergabung dengannya dalam rutinitas harian ini.

Di hari pertama, Stella roboh di sepanjang jalan. Hari kedua, dia tertinggal. Karena itu, Ikki mulai menyamakan langkahnya untuk hari ini, di hari ketiga.

"Aku 'kan mengatakan jangan pedulikan aku!?"

Tapi ketika ia menghentikan kecepatannya, Stella berteriak pada Ikki dengan keras yang belum pernah dilihatnya, jadi ia lari seperti biasa hari ini juga. Dan hari ini, meski ada benar-benar penundaan, Stella memastikan untuk mengejarnya.

...Seperti yang kupikirkan, Stella benar-benar hebat.

Sambil Stella terhuyung-huyung ke gerbang, ia mengagumi sosok Stella. Stella mempunyai bakat besar dalam sihir, tapi juga melatih fisiknya sendiri. Ikki memiliki pengakuan kalau dia melanjutkan untuk meningkat tanpa mempercayakan semata-mata pada bakatnya.

"Haa, haaaa—! Saaaaaammpai...."

"Selesai."

"A-Aku baik-baik saja... se-seperti ini—"

Dia sangat kelelahan sampai bajunya basah dengan keringat. Itu ketekadan yang hebat. Ikki yang menonton Stella terengah-engah, dan menawarkannya minuman yang ia baru saja teguk.

"Ini, mau?"

Stella menatap pada botol dengan ekspresi kebingungan.

"Eh, itu... ciuman tak langsung...."

"Ada apa? ... Oh, maaf. Kau tidak bisa mengambil botol yang laki-laki gunakan."

"A-Aku tidak mengatakan apapun yang salah dengan itu! Malahan!"

"Malahan?"

"Bu-Bu-Bukan apa-apa, kau idiot! Berikan saja!"

Ah, dari semua tempat, kenapa dia minum dari bekas mulutku.

Stella mengambil botol dengan wajah memerahnya sehabis berlari, dan Ikki tidak cukup cepat menyerahkannya. Merasa minta maaf, ia menghindari tatapan Stella dengan melihat pada gerbang utama Akademi Hagun, di mana terdapat papan tanda yang menunjukan kedatangan upacara sekolah.

"Upacara pembukaan, sebentar lagi."

Ini akan sangat penting bagi Ikki. Tahun lalu ia melewatkannya, tapi tahun ini berbeda karena Kurono Shinguuji, kepala sekolah baru, memberikan seluruh murid kesempatan untuk belajar. Iaa dapat merasakan penantiannya bertambah. Dan juga—

"Kau terlihat begitu senang, Ikki."

"Aku? Sebenarnya, ada seseorang yang aku ingin temui."

"...Aku tidak menduga kau membicarakan tentang gadis?"

Huh? Aku merasakan niat membunuh.

"Umm, ini benar kalau dia gadis, tapi—"

"Selamat tinggal."

"Tunggu, tunggu! Turunkan Lævateinn dan dengarkan sampai selesai! Aku membicarakan tentang adikku!"

"Adik? Kalau gak salah, kau mengatakan sesuatu tentang seorang adik selama duel."

"Yah. Dia masuk sebagai kelas satu. Aku belum menghubunginya setelah kabur dari rumah, jadi aku agak senang untuk melihatnya setelah waktu yang lama."

Dia adalah gadis dengan rambut berkuncir dua, selalu mengikuti Ikki dengan langkah yang sedikit terombang-ambing. Dia manja dan suka menangis sendiri, tapi juga adik manisnya yang tidak meninggalkan dirinya ketika kakak, ibu, ayah dan sanak saudaranya mencemoohnya. Bagi Ikki, Shizuku Kurogane adalah satu-satunya keluarganya. Seberapa banyak dia tumbuh dalam empat tahun?

"Aku menantikannya."

"Aku punya satu pertanyaan tentang adikmu itu. Kau yakin kalau dia sebenarnya terhubung dengan darah?"

"Oh, dia hanya saudara kandung normal yang bisa kau temukan di keluarga manapun. Kenapa emang?"

"Lalu aku akan memaafkanmu."

Kenapa ia dimaafkan? Ikki tidak benar-benar mengerti, tapi kebijakannya adalah untuk menghindari hal-hal yang ia tidak bisa mengerti. Ikki memandang pada papan tanda lagi dan memikirkan tentang hari-hari itu akan datang. Pertarungan yang memutuskan hak untuk tampil di Seven Star Sword-Art Festival akan dimulai.

Bagian 2[edit]

"Oke☆! Kepada semua murid baru, selamat hadir—♥!"

* Bang!* Berdiri di atas panggung di depan murid-murid, seorang guru muda menyambut semua orang dengan tembakan konfeti dan senyum lebar.

"Aku Yuuri Oreki, orang yang mengajar di kelas satu. Ini adalah pertama kali untukku mengajar jadi wali kelas, jadi aku sangat senang jika kalian memanggilku Yuuri-chan☆ dan memperlakukanku seperti seorang teman—♪"

Hari-hari sekolah mereka dimulai benar-benar gembira. Stella, duduk di bangku sebelah seolah terhubung dengan Ikki oleh takdir, mengeluh pada semangat besar Oreki.

"...Dia tampak kelelahan."

"Haha, itu benar, tapi dia guru yang baik."

"Kau kenal dia?"

"Yah, sedikit."

Ikki tersenyum, dan memperhatikan kembali pada pidato guru.

"Berhubung hari ini adalah hari pertama, tidak ada pelajaran! Tapi aku harus membagi tentang perwakilan pertandingan penyelisihan untuk Seven Stars Sword-Art. Semuanya, bisakah kalian semua mengeluarkan kartu pelajar?"

Sebagai perintah, Ikki mengeluarkan sambungan kristal cair berukuran telapak tangan dari saku dadanya. Kartu pelajar Akademi Hagun adalah alat serba guna yang bisa digunakan sebagai ID, dompet, ponsel, jaringan internet dan lain sebagainya.

"Oke, seperti yang Ibu kepala sekolah katakan di upacara pembukaan, akademi Hagun menggunakan sistem angka untuk memilih perwakilan Festival sampai tahun lalu, benar? Tapi mulai tahun ini, pemilihan dengan angka telah dihapus! Sistem berubah pada turnamen dengan seluruh sekolah berpatisipasi, dan enam orang akan terpilih berdasar pada hasil dari pertarungan sesungguhnya! Wow, hebat! Panitia pelaksana pertandingan penyelisihan akan mengirim pesan ke kartu pelajar kalian, jadi kalian harus datang menuju tempat yang ditujukan ketika tanggal dan waktu ditentukan, ya? Jika kalian tidak datang maka dianggap kalah, jadi berhati-hatilah—♥"

Stella tiba-tiba mengangkat tangannya.

"Sensei[1]."

"Non non. Jika kamu tidak memanggilku Yuuri-chan☆ lalu aku tidak akan membalas."

"...Yu-Yuuri-chan."

"Yay! Apa itu, Stella-chan?"

"Berapa banyak kira-kira pertandingan penyelisihan itu?"

"Aku tidak yakin, tapi masing-masing murid harus bertanding sekitar 10 atau bisa lebih. Setelah pertandingan dimulai, kamu pastinya akan mempunyai satu pertandingan setiap tiga hari, jadi bersiaplah—♪"

Ikki merasa sedikit lega setelah mendengar itu, karena batas pemakaian sehari-sekali Ittou Shura membuat urutan pertandingan betul-betul keras. Tapi karena penetapan ini bagus untuk Ikki, ini sangat sedikit cocok untuk murid-muridnya.

"Hei, tidak mungkin."

"Terlalu merepotkan~. Lalu aku tidak bisa keluar!"

"Aku tidak benar-benar ingin latihan di Festival juga."

Suara-suara tak nyaman didengar melewati ruang kelas, tapi tentu saja tidak semuanya tertarik dengan Sword-Art Festival seperti Ikki. Untuk satu hal, bentuk ilusi tidak digunakan di sana, membuat bahaya pertarungan. Beberapa orang tidak ingin mengambil resiko terluka hanya demi manaikkan peringkat mereka. Lulus dengan damai dan memperoleh sertifikat kesatria sihir, menemukan pekerjaan berpendapatan tinggi dan mengikuti dengan ketentuan biasa—banyak murid yang mencari jalan lurus tersebut.

Salah seorang murid berbicara.

"Apa ada hukuman untuk kalah atau mundur?"

"Tidak~♪ Tidak ada hukuman, dan tidak ada nilai hitam di kelulusanmu juga, tapi ada bonus jika kalian menang~☆ Dan tentu saja, kalian juga bisa mundur, yang tidak tertarik ikut dalam Festival harus menulis email pada panitia pelaksana yang mengatakan mereka tidak berpartisipasi. Kalian akan langsung dihilangkan dari daftar nama. Tapi ya..."

Oreki melihat kearah Ikki sejenak, dan tersenyum dengan lembut.

"Meskipun akan sangat sulit, aku tetap berpikir ini sistem bagus yang memberikan kalian masing-masing kesempatan yang sama untuk memenangkan Sword-Art Festival dan menjadi Seven Stars Sword King. Itulah kenapa aku ingin semua berpartisipasi dengan segenap kemampuan kalian. Aku yakin semuanya akan menyimpan pengalaman ini dengan baik-baik."

Ikki mengangguk dengan penuh terima kasih untuk tatapan yang diarahkan padanya. Ikki kenal Oreki dari saat menjadi penguji penerimaan, dan ia sekarang menghadiri Hagun karena dia menilai Ikki dengan baik.

Sambil pikirannya menyimpang menuju kejadian dari setahun lalu, ia mengingat sesuatu.

Tunggu, bukannya Oreki-sensei—

"Jadi semuanya, berjuanglah mulai sekarang! MARI KITA ABUUAAABUFUUU"

—tubuhnya sangat lemah? Tapi dengan waktu ia mengingatnya, Oreki sudah memuntahkan darah di atas lantai.

"Yu-Yuuri-chaaaaan!?"

Teman-teman sekelasnya berteriak pada ledakan merah tua dari mulut guru, dan Ikki melompat dari tempat duduknya untuk menopang Oreki.

"Ah, dia baik-baik saja, dia baik-baik saja. Semuanya tenanglah. Kalian tidak perlu khawatir. Oreki-sensei cuma sangat tidak enak badan."

"Tidak, malah mengkhawatirkan! Bagaimana bisa ada begitu banyak darah!?"

Berbatuk dengan keras, Oreki menunjukkan murid-murid keadaan menderita dengan senyum rapuh.

"Oh, aku baik-baik saja, seperti yang Kurogane-kun katakan. Gurumu... telah memuntahkan literan darah setiap hari sejak dia kecil..."

"Apanya yang baik tentang itu!?"

"...Yah, aku hidup dengan tubuh ini selama hampir dua puluh tahun. Itu akan baik-baik saja dalam seminggu. Haha... hebat, 'kan?"

Ikki mendesah.

"Tolong jangan membanggakan sesuatu yang sangat sedih. Erm, aku akan mengantarnya ke perawat sekarang, jadi kenapa tidak kalian membersihkan genangan darah di sini?"

"Siap. Serahkan pada kami!"

Setelah melihat anggukan gadis pirang yang baik, Ikki menyandarkan Oreki pada kedua bahunya dan pergi menuju klinik.

Di jalan, ia menanyakan gurunya tentang sesuatu yang mencemaskan dirinya untuk sementara.

"Oreki-sensei, anda kelihatan dalam suasana yang baik hari ini. Apa itu sambutan untuk murid-murid baru?"

*Uhuk uhuk* "...Ya, ini hari pembukaan... jadi untuk mengucapkan selamat dan menyemangati mereka, aku memaksakan diriku."

Jadi itulah kenapa, benar. Ini adalah sesuatu yang guru baiknya akan lakukan.

"Oreki-sensei, ada sesuatu penting yang mau aku katakan."

"Apa itu?"

"Mungkin anda jadi mencemaskan mereka."

"Urgh..."

Ini kurang berkenan, tapi demi kebaikannya sendiri. Orang-orang harus bertindak sesuai usia mereka.

Bagian 3[edit]

"Sensei mengatakan kita bisa pulang hari ini."

Homeroom pertama semester berakhir dengan Ikki mengirimkan pesan itu.

Mungkin aku akan mancari Shizuku? Aku tidak perlu tetap di sini lebih lama juga.

Ia telah merasakan tatapan bingung sejak kelas dimulai, dari orang-orang yang ingin tahu bagaimana untuk berurusan dengannya. Oreki pingsan sebelum murid-murid dapat membagi perkenalan, tapi tanpa diragukan mereka sudah tahu ia mengulang tahun ajaran ini.

Kayaknya aku bertingkah lebih terbuka dari biasanya.

Memikirkan perasaan teman sekelasnya, Ikki berbalik pergi, tapi—

"Senpai[2]!"

"Whoa!"

—salah satu teman sekelas perempuannya merangkul padanya. Yang segera menarik perhatian Stella.

"Ap—!? Tu-Tunggu dulu! Apa maksudnya ini, Ikki!"

"Itu apa yang aku ingin tahu! He-Hei, apa yang kau lakukan tiba-tiba?"

"Ah, ketika aku menyadari punya kesempatan berbicara pada Senpai dengan baik, aku semakin gembira dan... permisi sebentar."

Gadis pirang baik imut itu yang minta maaf padanya adalah gadis sama yang setuju membersihkan. Menjilat mulutnya sendiri dengan manis, lalu melepaskan diri dari Ikki.

"Aku Kagami Kusakabe. Aku penggemar beratmu~!"

"Penggemar?"

Dunia memandang tinggi para Blazer, dan kesatria sihir selalu berada di pusat perhatian. Ini termasuk murid kesatria, dan bahkan ada mereka yang media awasi dengan tertarik seperti Stella. Selain itu, Seven Star Sword-Art Festival, pertarungan tertinggi bagi murid-murid, disiarkan keseluruh negara lewat jaringan internet. Tidak jarang untuk murid-murid mendaftar setelah menjadi penggemar salah satu artis tersebut.

Tapi... itu tidak ada hubungannya dengan Ikki, sehingga ia memiringkan kepalanya dalam bingung setelah mendengar balasan ini.

"Aku tidak berpikir melakukan sesuatu untuk sampai mendapat penggemar, Mungkin kau keliru aku dengan orang lain?"

"Oh tolongah, Senpai! Bercanda nih, kamu~. Aku membicarakan tentang ini, loh?"

Ikki tidak mencoba bercanda, tapi ketika ia melihat kartu pelajar Kagami, lidahnya tersangkut dalan tenggorokannya. Stella, yang melihat pada sesuatu, berteriak dengan terkejut.

"Hei, itu 'kan duel kami!?"

"Mungkinkah kalau Senpai dan Stella-chan sebenarnya tidak tahu? Atau lihat di internet 'gitu?"

"Yah, aku gak bagus dengan mesin dan sejenisnya."

"Aku tidak terbiasa dengan hal itu. Dan aku tidak punya komputer juga."

"Huh, oh jadi. Ini di-upload langsung ke situs 'video share' setelah kalian berdua menyelesaikan duel. Itu menyebabkan keributan. Semuanya tahu tentang itu, bukan?"

Semua teman kelas yang mendengar pada pembicaraan mereka mengangguk.

"Yap, aku melihat video itu."

"Dan sangat banyak artikel di-post-kan. Bukannya sebagian orang tahu ya?"

"Aku melihatnya juga. Aku ingin menanyakan tentang banyak hal, tapi kamu setahun lebih tua, jadi sulit untuk berbicara. Hahaha...."

Jadi itu alasan sebenarnya untuk tatapan yang aku rasakan sebelumnya?

"Ah... Aku minta maaf untuk mengganggumu. Tapi silahkan bicara padaku dengan biasa, karena kita teman sekelas."

"Benakah!?"

Seluruh gadis di kelas langsung mendekatinya.

"Untunglah! Terima kasih banyak, Kurogane-san!"

"Aku ingin berbicara pada Kurogane-san sejak melihat pertandingan itu!"

"Aku juga! Maksudku, kamu sangat keren!"

"Erm, Kurogane-senpai. Jika mau, bisa gak ajari aku teknik berpedang? Aku ingin lebih kuat sepertimu!"

"Ah! Itu tidak adil! Aku juga ingin!"

Ikki dimintai oleh sorakan gadis-gadis itu yang kedua mata mereka menyorot dengan kasih-sayang dan hormat.

"Tu-Tunggu bentar. Aku mengatakan boleh berbicara dengan bebas, tapi ini membingungkan jika kalian semua datang padaku seperti itu."

Karena Ikki menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk latihan daripada berinteraksi dengan lawan jenis, tentu saja ia merasa tidak enak. Gadis-gadis seumurannya tidak pernah mendekatinya seperti ini, dan kekaguman berkilau dalam mata mereka yang membuatnya lebih memalukan.

Kagami terkikih pada ekspresinya.

"Apa menjadi populer segitu mengejutkan? Senpai, kamu sekarang pusat perhatian loh. Terutama dari populasi perempuan, mengenai dataku!"

"Eh? Ke-Kenapa?"

"Maksudku, bukankah kamu suka, su~per kuat? Gadis-gadis yang ingin menjadi kesatria sihir semuanya menyukai laki-laki kuat. Dan meski kamu sekuat itu, kamu disebut Kesatria Gagal. Sesuatu yang sangat misterius mendebarkan hati. Tapi yang paling penting, Senpai, kamu punya wajah menggemaskan—"

"A-Aku tidak berpikir itu benar juga."

"Dan wajah menyusahkan itu juga mendorong naluri keibuan seorang gadis yang kuat—"

Pada perkataan Kagami, semua gadis-gadis yang mengepungnya bersorak "Benar! Benar!" dan "Meski dia lebih tua, dia imut sekali!"

I-Imut? Aku tahu wajahku tidak begitu tampan, tapi disebut imut oleh gadis-gadis yang lebih muda dariku... sebagai laki-laki, itu memberikanku perasaan rumit!

Yah, disukai adalah cara terbaik dari dibenci. Ikki memikirkan itu dengan senyum, ketika Kagami mendadak merangkul tangan kanannya.

"Ka-Kagami-san!?"

Setelah menempel padanya, Kagami muncul pada jarak titik buta dan memohon dengan mata bersedih.

"Jadi, Senpai. Aku ada permintaan penting pada kakak kelas super populerku. Akankah kamu mendengar pada permintaan adik kelas manismu?"

"A-Apa itu? Jika aku bisa membantu... lalu aku akan mencoba...?"

"Yay~♪ Terima kasih! Sebenarnya, aku ingin memulai klub koran, Koran Dinding SMA Hagun, dan aku mau menaruh semua tentangmu di terbitan pertama! Judulnya akan jadi... itu benar, bagaimana tentang 『Jeratan mengancam! Penakluk baru Beken yang dikabarkan!』, atau sesuatu seperti itu?"

Dia ingin menulis cerita mengerikan ini bahkan dengan Stella berdiri tepat di sini? Ikki meneteskan keringat dan melihat ke sampingnya.

"Oo~h. Hebat bukan? Menjadi sangat populer. Cerita itu, kenapa tidak membantunya dengan itu? Senpai."

Stella memiliki ekspresi masam yang luar biasa, tapi tentu saja dia tidak akan senang tentang kekalahannya menjadi artikel berita. Ikki tidak punya keberanian untuk menerima setelah melihat wajahnya.

"Aku sungguh minta maaf, tapi aku tidak terbiasa pada hal semacam itu."

Tapi Kagami tidak mundur satu langkah, dan merangkul lengan Ikki bahkan lebih sempit.

"Tenang saja! Aku akan membimbingmu pelan-pelan~"

*Nyet* Dia menekan lengan Ikki melawan dadanya, dan perasaan manis merambati tubuhnya.

Rakudai Kishi no Chivalry Page 101.jpg

"Ap... erm... Kusakabe-san."

"Tolong jangan perlakukan aku seperti orang aneh. Kagami baik. Hubungan kita 'kan seperti itu~?"

Hubungan macam apa yang tiba-tiba kita punya? Bukannya kita baru bertemu?

"Kagami-san, err, lepaskan dulu. Itu menyentuh."

"Oh? Menyentuh? Apa ya?"

Apa Kagami tidak menyadarinya? Dia berkedip, tapi setelah menyadari lengan Ikki berada pada dadanya, dia memahami situasi dan mengungkapkan pemikiran terdalamnya dengan seringai jahat yang menakutkan.

"Tidak bisa, aku tidak akan melepaskanmu sampai setuju untuk wawancara~"

Dia menekan pada Ikki dengan lebih kuat.

"Waaah!"

"Beritahu aku semua... tentang... mu...♡"

Suara bisikan manis, napas hangat menyentuh telinganya—untuk memancing Ikki, dan ia mengetahuinya.

...Ma-Manis!

Tapi Ikki adalah laki-laki. Bagaimana bisa ia tetap tenang dengan gadis manis yang mendekatinya dengan sangat agresif? Meski Ikki tahu dia membimbingnya, seruan tegasnya membuatnya kewalahan.

Kesabaran Stella akhirnya mengenai batasnya setelah melihat Ikki dalam keadaan itu.

"Hei Ikki—!"

Kenapa dia sayang-sayangan begitu!? Orang menyedihkan ini! Dia mencoba mengomeli Ikki seperti itu.

"Hei Senpai, kami juga ingin berbicara denganmu."

Tapi sebelum dia bisa melakukannya, suara kurang ajar seperti raungan binatang buas tanpa mencoba menyembunyikan permusuhannya.

Bagian 4[edit]

Lima laki-laki dengan mata terbeliak mendesak melewati kumpulan gadis-gadis untuk berdiri di depan Ikki, dan seorang laki-laki tinggi yang menonjol di antara mereka berbicara dengan suara lebih keras dari sebelumnya.

"Kau benar-benar populer, tapi bukannya bermain dengan semua cabe-cabean di kelas itu kelewatan?"

Monopoli Ikki terhadap gadis-gadis tampak menggelisahkan lelaki lain, jika urat nadi pada kulitnya adalah suatu tanda. Teman sekelas mereka tidak mengambil sikap seperti itu.

"Ada apa denganmu, Manabe!? Apa kau cemburu?"

"Jangan mulai kelas hanya karena kau tidak populer! Menyedihkan!"

Kata-kata mereka sepertinya juga ditempatkan pada kelompok laki-laki yang tersisa.

"Jalang, apa yang kau katakan!? Jangan mengejek pada Ma-kun!"

Pengikut Manabe sekarang mengejek pihak gadis, tapi jika mereka ingin bertengkar, Ikki pikir terbaik jika ia tetap menjadi target. Ia membungkuk di depan mereka dengan sopan, mencoba untuk menenangkan mereka.

"Jika aku mengganggumu, aku minta maaf tentang itu. Seperti yang kau katakan, menyebabkan kegaduhan sepulang sekolah pastinya tidak pantas."

"Apa? Apa kau mencoba jadi baik, dasar gadungan?"

"Gadungan? Apa maksudmu?"

"Meski kau bisa membodohi gadis-gadis idiot itu, kau tidak bisa menipuku. Tidak mungkin peringkat F mengalahkan peringkat A. Pertandingan itu mungkin palsu, untuk populer seperti ini."

"Err, aku tidak menipu siapapun. Dan kau tidak sopan pada Stella."

"Jadi kau masih mengatakan bisa mengalahkan peringkat A? Sangat tidak tahu malu. Jika kau kuat, ayo latihan sebentar dan lihat."

Pada perkataannya, mereka berlima mulai mengelilingi Ikki seperti anjing hutan yang mengepung mangsanya, dan empat orang dengan Manabe memanggil Device mereka. Kagami berteriak pada pemandangan itu.

"Hei tunggu! Apa kalian serius!? Kalian akan diskors jika menggunakan Device di sini!"

"Berisik, jalang! Mundurlah jika kau tidak ingin terluka."

Empat pengikut Manabe mengabaikan peringatannya dan mengacungkan senjata mereka. Menilai dari ekspresi galaknya, mereka tidak menggunakan bentuk ilusi. Tapi dalam situasi ini pun, Ikki menahan kesabarannya dan mencoba mengendalikan situasi.

"Tidak, kita tidak bisa melakukannya di sini. Seperti yang Kusakabe-san katakan, bertarung di ruang kelas menentang aturan sekolah. Kekuatan kita sebagai murid kesatria dibatasi di akademi ini, dan kita tidak diijinkan menggunakannya di luar wilayah yang ditentukan. Jika kau mau bertarung, ayo pergi ke tempat lain. Aku akan menemanimu bermain sampai malam di salah satu lapangan latihan."

Ikki mengatakan ia bisa latihan di salah satu arena latihan. Ia akan menemani laki-laki itu meski mereka tidak serius bertarung dan lebih ingin menemukan adiknya. Ikki bertindak sebagai kakak kelas, yang menuruti kehendak adik kelasnya.

"Brengsek..."

Dan urat nadi lain pada kulit Manabe, karena Ikki membuat kesalahan besar. Apa yang Manabe dan pengikutnya inginkan bukan latihan, tapi untuk melihat kepengecutan peringkat F di kaki mereka dan memohon maaf untuk berbohong yang membuat dirinya populer dengan para gadis. Sebaliknya, peringkat F ini mengatakan ia ingin bertarung setelah berganti lokasi? Itu merupakan penghinaan jelas.

"Jangan sombong, pengulang bajingan! Serang dia, kawan-kawan!"

Huh? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?

Terlambat untuk penasaran. Mereke tidak bisa lagi dihentikan dari mencoba mengeroyok Ikki, dan gadis-gadis berteriak pada pemandangan yang terpampang. Ini bukan lagi kekacauan yang ia bisa selesaikan dengan damai. Ikki mendesah. Ia harus menggunakan kekuatan sekarang.

"Senpai! Aku akan menjamin keselamatanmu, cobalah menghentikannya dengan baik!"

Kagami mendesaknya bertarung dan menjanjikan untuk membebaskannya jika wewenang sekolah menyelidiki. Itu usulan yang bagus, tapi—

"Tidak, tidak perlu."

Tidak perlu, karena ia tidak akan menggunakan Device-nya dalam pertarungan singkat ini.

Dalam sekejap, Ikki memusatkan pandangannya. Ia tidak membutuhkan warna, jadi Ikki tidak mempedulikan itu, dan melihat dunia bergerak dalam keabuan, ia memindahkan ketajaman perasaan warnanya untuk sentuhan gerakannya. Ini bukan kekuatan spesial, hanya dorongan dalam kesadaran yang orang biasa pun akan terima dari bahaya, kecuali kalau Ikki dapat mengaktifkannya dengan sadar sejak itu, jelasnya, ia tidak bisa mencapai tingkat konsentrasi yang diperlukan untuk menang bertarung dalam satu menit tanpa kemampuan semacam ini.

Dunia kelabu di sekitar perlahan dan mengecil seolah tenggelam menuju dasar laut, dan Ikki mengamati sekelilingnya. Ada empat musuh ke kiri, kanan, depan dan belakangnya.

Yang paling cepat akan jadi orang yang memegang pedang Jepang datang langsung dari depannya.

Melihat itu, Ikki perlahan menggunakan belakang tangan kanan kosongnya untuk memukul pusat pedang, dan dengan sebuah gerakan yang benar-benar santai, ia merubah lintasan ayunannya.

"Eh—?"

Keterkejutan muncul pada wajah laki-laki itu yang mengayunkan pedang. Pedangnya menghempas secara mendatar melewati Ikki, dan di saat bersamaan, Ikki menggunakan satu kaki untuk menjegalnya.

"Waaah!"

Sambil dia terjatuh, dia menabrak menuju kawannya yang datang pada Ikki dari belakang dengan Device berbentuk pedang panjang, dan keduanya terjungkir kearah beberapa bangku di dekat.

Dua tumbang.

"Kau siiaaaalann!"

"Maatiiiii!"

Dua laki-laki di kiri dan kanannya menyerang secara serentak dengan kapak. Mereka berdua mengarahkan untuk kepala Ikki, jadi balasannya mudah.

"Hup—"

Ikki melipat lutut dan membungkuk. Sedetik kemudian, suara keras baja bersilangan berbunyi di atasnya. Itu suara dentaman antara dua orang yang memberikan kekuatan penuh mereka.

"Gaaaaaaaah!"

Keduanya langsung berteriak. Pengaruh goncangan segera mematikan kedua lengan mereka.

Satu kiri.

"Si-Sial!"

Keangkuhan Manabe menghilang. Dia tidak dapat memahami bagaimana kawannya dikalahkan dengan sangat mudah, jadi dia memanggil Device-nya dengan putus asa. Sebuah pistol berkaliber besar, Device tak biasa untuk orang Timur, dan dia mengarahkan moncongnya pada Ikki. Dia bisa menembak peluru sihir dengan hanya menekan pelatuk.

Ikki sudah bergerak. Dia mengambil penghapus dari bangku seseorang dengan menjentikkannya ke atas dengan ibu jarinya. Bagian karet mengenai langit-langit, yang mental ke bawah, dan—menjepit dengan sendirinya dalam ruang antara penekan senapan dan menyumbat mesiu.

Manabe meningkatkan jeritan tak bersuara seolah melihat hantu. Ikki melumpuhkan senapan dengan cara yang benar-benar tak disangka.

Ikki masuk menuju sisi buta tanpa pertahanan Manabe sekarang, dan—

*Bam!*

—menepuk telapak tangannya bersama di depan mata Manabe.

"Hii—"

Tapi itu cukup. Meski Ikki hanya menepuk sekali, Manabe jatuh di atas punggungnya dan menatap pada Ikki dengan mata menggigil. Dan kenapa tidak? Tepat di depan mata mereka, peringkat F bertangan kosong mengalahkan lima Blazer yang memegang Device seperti bukan apa-apa. Tidak mungkin Manabe akan bertarung dengan tenaga tersisanya, jadi Ikki tidak perlu memberikan serangan terakhirnya. Tanpa bertarung menggunakan Device. Tanpa pertarungan pun juga.

Dengan hasil tersebut. Ikki melihat ke bawah dengan senyum yang menurut Kusakabe yakin untuk meledakkan naluri seorang gadis.

"Mari berteman, karena kita akan jadi teman sekelas untuk setahun."

Manabe hanya bisa menganggukan kepalanya yang gemetar. Teman sekelas di sekitarnya juga berdiri kebingungan setelah melihat Ikki melumpuhkan lima Blazer tanpa terluka.

"E-Eh? Stella, bukankah suasananya sedikit sangat dingin?"

"Sewajarnya! Apa yang kau pikir terjadi ketika menunjukkan banyak kekuatan?"

"Menunjukkan apa? Aku 'kan cukup menahan agar tidak menyakiti mereka."

"Bukankah itu pastinya apa yang membuat semuanya terkejut?"

Stella mendesah dengan keheranan. Tapi di saat itu—

*Pok pok pok*

Tepuk tangan datang dari pintu masuk ruang kelas. Semuanya berbalik, ingin tahu siapa itu, dan melihat gadis kecil berdiri di ruang depan. Dia memiliki rambut perak pendek dan mata hijau permata, menunjukkan daya tarik cukup untuk mempesonakan semuanya, dan dia mengenakan senyum ringan pada bibir merah mudanya yang seperti kuncup bunga.

"Kekuatan besar yang tak akan membiarkan orang lemah mendekat. Hanya sepertimu, Onii-sama[3]."

Suara nyaringnya yang menggema seperti lagu.

Onii-sama. Pada kata itu, mata Ikki melebar.

"Kau...."

Tidak, ia tidak perlu bertanya. Suara, ciri-ciri, model rambut dan semuanya yang lain tentangnya berubah sangat banyak, tapi hanya satu orang di dunia ini yang memanggilnya begitu. Dia penghuni satu-satunya klan Kurogane yang baik padanya, satu-satunya adik yang mengikutinya kemana-mana dengan langkah kecil.

"Shizu...ku?"

"Ya. Lama tak jumpa, Onii-sama."

Bagian 5[edit]

"Shizuku!"

Ikki buru-buru menuju adiknya dan menggenggam kedua tangannya.

"Wow, ini benar-benar kau! Kau bertambah besar, aku tidak menyadarimu!"

"Tentu saja, sejak kita belum bertemu dalam empat tahun. Akan lebih aneh jika aku tidak berubah."

"Ahaha, itu benar. Tapi masih, aku sangat senang! Kalau Shizuku akan datang untukku! Aku mau mencarimu sendiri, tapi aku punya sedikit masalah di kelas dan—tidak, itu bukan masalahnya, ya? Maaf, aku terlalu gembira."

Ia ingin mengatakan banyak hal, minta maaf untuk tiba-tiba meninggalkan rumah, berbagi kesenangannya dalam pertemuan kembali ini. Tapi semua hal itu mencoba meninggalkan mulutnya bersama, jadi ia tidak bisa berbicara dengan baik. Ini sungguh menyusahkan.

"Hei Ikki. Mungkinkah dia adik yang kau sebutkan pagi ini?"

Pertanyaan Stella menyelamatkannya, memberikan Ikki kesempatan mempertahankan dirinya.

"Eh? Ah! Ya! Stella, aku akan mengenalkannya pada kalian se—"

Tapi ketika Ikki berbalik ke kelas, Shizuku menangkap lengan bajunya untuk menarik tatapannya kembali, dan mendekatkannya.

"Onii-sama... Aku sangat kangen denganmu...."

Menyentuh kedua pipi Ikki, Shizuku menciumnya dengan bibir merah muda.

Rakudai Kishi no Chivalry Page 113.jpg

Pada ciuman terang-terangan ini, anggota kelas yang lain berteriak.

"APA—!?"

"Tu-Tunggu sebentar! Ikki! Ka-Ka-Kau! Apa yang kau lakukan!?"

Tentu saja, Ikki-lah yang paling kebingungan tentang dicium oleh adiknya. Ia dengan segera melepaskan kedua tangan Shizuku dari jaketnya.

"A-A-Aku tidak tahu apa yang terjadi juga! Shizuku! Tadi, apa yang kau...!?"

Rakudai Kishi no Chivalry Colour 03 (EN).jpg

"Apa? ...Ini ciuman, loh?"

"Aku tahu itu! Aku terkejut karena sudah jelas tentang itu! Tapi kenapa kau menciumku!?"

"Apa perlu alasan? Ciuman adalah bukti cinta mendalam, sesuatu yang dilakukan bahkan oleh orang-orang yang berbagi dasar, berubah-ubah dan ikatan sederhana dari cinta romantis, jadi bukankah hal wajar bagi saudara kandung berciuman? Dan, ini aneh jika tidak. selain itu, ciuman adalah hal biasa seperti sapaan di negara lain."

"Tentu saja tidak! Kenapa kau percaya saja!? Pertama, mulut ke mulut adalah sapaan yang tak dapat dibenarkan bahkan di negara lain! Memangnya Jepang negara di mana saudara kandung berciuman!?"

Teman sekelas mereka langsung berkesimpulan pada pertanyaan Stella dan mulai bergumam di antara mereka sendiri.

『Tidak, itu pastinya salah.』

『Benar-benar mustahil.』

『Aku memikirkan yang tidak-tidak.』

"Oh, lalu Shizuku, kaulah yang aneh. Mereka sepakat."

Shizuku tertawa dengan lembut.

"Tidak masalah sama sekali, Onii-sama, karena mereka adalah mereka, dan kita adalah kita. Aku yakin ikatan saudara kandung yang lain di sini sedingin tanah kutub. Zaman modern kita lemah seperti itu. Tapi kamu dan aku berbeda. Ciuman itu tidak bisa mengungkapkan cinta yang aku rasakan selama empat tahun lamanya. Meskipun kita enam tahun di sini, itu tidak lebih dari sekedar sapaan."

"MANA MUNGKIN BISA BEGITU!!!"

Semester pertama di hari pertama sekolah, tapi murid Kelas Satu sudah mempersatukan pikiran dan semangat.

"Tidak, Shizuku, apa yang kau katakan!? Untuk nona muda mengatakan ha-hal tak senonoh dengan mudah, bagaimana itu pantas!?"

"Bercanda. Kamu sangat imut, malu seperti itu."

Siapa... siapa ini!? Senyum memikat Shizuku membuat Ikki jatuh ke dalam keringat dingin. Adik dalam ingatannya sangat malu dan takut dengan keramaian. Bagaimana dia berubah menjadi seperti ini?

"Jadi, Onii-sama, mari kesampingkan hal sepele tersebut. Tolong rasakan lebih tentangku, dan biarkan aku merasakan lebih tentangmu juga."

Shizuku mengatakan itu, dan kedua lengannya membelit di sekitar leher Ikki seperti ular putih. Mata permatanya, tidak jatuh cinta pada siapa pun lain sejak dia memasuki ruang kelas, menyorot pada Ikki layaknya seekor burung yang berdoa.

"Selama empat tahun, aku begitu kesepian...."

"Wa...ah!"

Bibir merah mudanya mendekat untuk ciuman kedua. Ini buruk. Lebih jauh lagi akan tambah buruk. Ini bukan hubungan yang sehat untuk saudara kandung. Tapi meski Ikki tahu itu, ia tidak bisa bergerak. Adiknya mengunci mata hijaunya padanya dan tidak akan melepaskannya, jadi mereka berdua sekali lagi—

"TIIDAAAAAAAAAAAAAAKK!!!"

Tapi Stella mengenyahkan Ikki dari posisi bahaya itu.

"Hei Ikki! Kenapa kau tidak menghentikannya!? Tahan dirimu!"

"Ma-Maaf! Maksudku, terima kasih untuk menyelamatkanku Stella!"

Untuk pertama kali, Shizuku melihat pada orang lain dari Ikki, seolah dia baru saja menyadari keberadaan gadis lain itu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Itu harusnya aku! Kau itu!? Kenapa kau mendekati Ikki?"

"Apa? Aku akan menciumnya."

"I-Itu benar! Kenapa kau akan melakukan itu!?"

"Kenapa? Yah jika aku harus menjawab, lalu—"

Shizuku mendesah pada pertanyaan Stella.

"—aku melakukannya dengan kakakku semauku."

"Ikki! Adikmu aneh! Bagian apa yang saudara kandung biasa!?"

"Tidak, aku terkejut juga!"

"Kau mengganggu kami lebih dari sekali sekarang. Putri Stella itu, benar? Kenapa bangsawan mengganggu pada pembicaraan antara orang biasa?"

"Mana ada orang biasa yang berbicara cabul seperti itu!?"

"Seperti yang aku katakan, mereka adalah mereka dan kami adalah kami."

"Kau hanya memperumit masalah! Pikirkan dengan masuk akal sebentar!"

"...Orang yang berisik. Baiklah, meski—ayo anggap jika—ini aneh untuk seorang adik mencium kakaknya, dan aku melakukan sesuatu yang bertentangan dengan masuk akal... kenapa itu masalah untukmu?"

"Err...."

"Masalah ini antara dia dan aku. Putri berotak kecil yang tidak terlibat dengan urusan kami harus menjauh."

Shizuku mengatakan itu dengan tatapan setengah menutup, dan Stella berkedip. Ketetapan adik ini berasal dari keinginan besar untuk kakaknya Ikki setelah empat tahun terpisah. Stella pastinya tidak memiliki hubungan langsung, dan dia tidak harusnya mengganggu pada pertemuan kembali mereka dari sisi samping, tapi—

"Onii-sama, kayaknya ada bedebah di sini, jadi ayo pergi di suatu tempat yang lebih tenang dan mengembalikan tahun-tahun kita yang hilang."

—tapi gadis ini tidak bertingkah seperti seorang adik. Dia berbicara pada Ikki dengan cara yang melintasi di luar hubungan yang seharusnya, dan Stella tidak bisa meninggalkan orang semacam itu sendiri dengan Ikki.

Jadi Stella menguatkan dirinya.

"...Jika ini hubungan yang kau butuh, lalu aku punya satu."

Wajahnya terwarnai merah seperti yang dia katakan.

"Kita punya hubungan, jadi dia menciummu, aku tidak bisa mengijinkan itu!"

"Eh!?"

Kata-kata itu mengejutkan Ikki, karena Stella barusan menyatakan itu masalah baginya untuk mencium gadis lain.

Apa itu... mungkinkah... artinya kalau Stella, padaku—

"Karena Ikki adalah Tuan-ku! Jika Tuan-ku berubah menjadi sis-con[4] mesum dan menjadi sampah masyarakat, itu jelas menggangguku!"

"Itu alasanmu—!?"

"Skandal super besar—! Aku akhirnya bisa melihat terbitan pertama, 『Menggeliat di atas Dadaku! Putri dan Sang Biadab Terkunci di Kamar Hampir 72 Jam!』 pastinya begitu!"

「Kurogane terlihat dewasa, tapi mungkinkah dia...?」

「Wow, mungkin dia menyembunyikan nafsu yang betul-betul kuat?」

「Membuat putri pelayanmu? Itu permainan keji yang cukup tinggu.」

I-Ini buruk. Stella baru membalikkan semuanya dalam arah yang mencengangkan.

"Tu-Tunggu sebentar, Stella! Apa yang kau katakan di depan semua orang!?"

"Ta-Tapi bukankah itu benar!? Kita berduel sementara mempertaruhkan semua yang kita miliki, dan aku kalah padamu. Yang berarti, meski aku enggan, tubuh dan hatiku milikmu! Kau bisa mengatakan kita berada dalam tubuh dan jiwa yang satu. Tidak mungkin aku bukan bagian urusanmu! Dan menjaga satu-satunya tuannya di jalan yang benar adalah kewajiban seorang budak!"

"Aku 'kan mengatakan kita harus melupakan tentang janji itu!?"

"Tidak! Kebanggaan kerajaanku tidak memperbolehkannya, dan bukankah kau sudah memberikan putri ini perintah untuk 'Hidup bersama denganku'!?"

"Aku tidak mengingat mendengar seperti itu! Dan aku tidak bermaksud melakukan hal tak senonoh juga!"

"Tapi apa yang kau katakan tidaklah sangat berbeda!"

Yang berarti ia tidak dapat membantah, tapi....

"Apa itu benar?"

Suara dingin es memukul punggung Ikki, dan mendinginkan tubuh Ikki seolah air dituang ke dalam urat nadinya. Daya tarik Shizuku menghilang. Suara dinginnya bergema lagi.

"Apa itu benar?"

Shizuku berdiri menatap pada Ikki, wajahnya sekaku topeng Noh.

Menakutkan!

"Onii-sama. Aku menanyakan itu benar atau tidak."

Pertanyaan yang berat. Ia ingin menyangkalnya. Jika tidak, sesuatu yang buruk akan terjadi. Ikki tahu itu, tapi sayangnya hampir seperti yang Stella katakan, jadi—

"Ya-Yah, kupikir beberapa nuansa iri bertambah, tapi... seperti yang dia katakan."

Kejujuran Ikki hanya memberikan jawaban itu, meski orang jujur tidak bisa hidup lama.

"Oh, jadi ini benar? Fu... fufufu... fufu—hii!"

"Shizuku...?"

"Pembohong."

Shizuku tersenyum dengan mata sempit, dan ketakutan—seolah seseorang menjilat tulang belakangnya—yang dipacu melewati tubuh Ikki.

"Kenapa kau akan berbohong seperti itu, Onii-sama? Tidak mungkin kau melakukan itu. Kamu tidak pernah membuatku sedih, tidak pernah mengatakan sesuatu yang bisa menyakitiku. Itu tidak—"

"E-Erm, Shizuku...-san?"

"—kamu sama sekali. Ah! Aku mengerti. Aku yakin wanita ini memerasmu untuk kencan dengannya. Dan kamu menutupi itu jadi kau tidak membuatku khawatir, benar? Ya, betul 'kan—"

"Tunggu, dengarkan dulu aku—"

"—Jadi? Onii-sama yang malang. Wanita mengerikan. Inilah kenapa aku tidak ingin kau meninggalkan rumah. Kamu sangat hebat dan mengagumkan, kenapa orang lain yang cabul dan bodoh—"

"Shizuku, aku mohon tenanglah sedikit dan kita akan menyelesaikannya baik-baik—"

"—yang hanya memiliki dada besar mendekatimu? Kau tidak salah. Kamu hanya terpikat dan melamun. Jadi ini semua salah wanita ini. Ini semua salah wanita ini. Itulah mengapa aku akan membebaskanmu. Memerciklah, Yoishigure[5]!"

"He-Hei Shizuku, itu bahaya! Kau tidak bisa melakukan itu! Turunkan benda berbahaya itu dan dengarkan aku! Aku tidak sedang diperas—hei, apa kau dengar aku!?"

Ikki hanya bisa berdiri di sana dengan wajah memucat sambil Shizuku memanggil Device berbentuk kodachi[6], Yoishigure.

"Oh, Onii-sama. Aku mendengarkan.Bagaimana bisa Shizuku tidak mendengar sesuatu yang Onii-sama katakan? Itu lebih mustahil dari dunia terbalik. Aku mungkin peringkat kedua di antara kelas satu dan peringkat B di bawah Stella-san, tapi elemenku adalah air, lawan alami pada apinya. Masih, aku berterima kasih untuk kekhawatiranmu. Aku mencintaimu, Onii-sama."

"Kau pastinya tidak mendengarkan sama sekali! Kau berbicara tidak masuk akal sejak awal!"

"Layanilah aku, Lævateinn."

"Ap!? Kenapa Stella malah ikutan juga!?"

"Maaf, tapi tidak sepertimu, aku tidak begitu lembut menahan sementara seseorang menunjuk Device padaku. Jika dia ingin bertarung, lalu aku siap dan bersedia."

Dengan waktu Ikki menyadarinya, Shizuku ataupun Stella tidak melihat padanya lagi. Satu-satunya musuh adalah mata permata dan merah tersebut. Ia tidak bisa lagi menghentikan mereka dengan kata-kata, sekarang kalau mereka bersiap untuk mengalahkan satu sama lain.

"Okeee! Semuanya, pergi keluar pintu. Jika tetap di sini kalian akan mati, loh~!"

Kagami sudah memulai pengungsian, menunjukkan penyesuaian hebat seorang jurnalis. Segera, satu-satunya orang lain yang tersisa di ruang kelas adalah dua gadis itu yang menatap satu sama lain.

"Tapi, kau punya Device biasa... hanya seperti dadamu."

"Dan kau, senjata dengan tanpa keindahan sama sekali, hanya seperti dada mesummu. Cuma besar tak berguna. Cocok sekali."

"Orang yang sangat kekurangan hanya bisa membicarakan prasangkanya, tapi aku akan memaafkannya, karena aku gadis yang berhati sebesar dadanya."

"...Gemuk."

*Tak*

Ikki mendengar suara tak menyenangkan dari arah Stella.

Ahh, tak beguna.

Ikki meninggalkan ruang dengan bahunya yang merosot, dan peristiwa yang tak dapat dihindari pun dimulai.

"Aku akan membunuhmu!"

Kedua Blazer itu mengubah kelas satu menjadi reruntuhan.

Bagian 6[edit]

Tanpa perlu ditanyakan, ruang kelas yang dihancurkan adalah malapetaka. Setelah berunding, guru-guru memutuskan hukuman pada kedua pelaku: yaitu tahanan seminggu—dan jadi, dua kelas satu pendatang baru hebat diskors di hari pertama sekolah. Perkara ini menjadi cerita pengukuhan untuk majalah dinding Kagami dan menyebar melewati murid-murid dengan cepat.

Yah, Ikki senang menahan cerita 『Menggeliat di atas Dadaku! Putri dan Sang biadab Terkunci di Kamar Hampir 72 Jam』, tapi—

"...Dia tidak seperti itu sebelumnya."

Ia terkejut tentang banyak hal, dan tidak berhenti mendesah setelah kembali ke kamarnya malam itu. Shizuku benar-benar seorang yang terlindungi, betul-betul gadis kecil yang pemalu. Dia selalu mengikuti Ikki dengan langkah kaki kecil, dan bersembunyi kapanpun sesuatu memalukan terjadi—sungguh anak yang penurut. Bagaimana dia bisa menjadi remaja memikat yang jahat?

Stella, sekarang di bawah penahanan, mengeluh di sampingnya dengan suara tidak senang.

"Mungkin nggak, tapi kau kelihatan senang. Kau sebenarnya gembira bukan?"

"Tidak mungkin."

"Ya. Jika aku tidak menghentikannya, kau akan dicium dua kali."

"Ugh."

Jika bukan untuk Stella, ia pastinya akan dicium kedua kali.

"Ta-Tapi bukan seperti aku tidak mencoba karena aku ingin dicium. Bagaimana aku menjelaskan ini... Shizuku sangat dewasa dan feminim sampai aku kewalahan."

"Dengan kata lain, kau terpesona oleh adikmu sendiri yang menjadi begitu cantik setelah empat tahun."

"Tidak, bukan seperti itu..."

Shizuku masih adik Ikki. Ia tak pernah memikirkannya lebih dari itu, dan pastinya tidak akan. Tapi hari ini, melihatnya lagi setelah empat tahun... kedua mata basah menawan itu, wajah yang sedikit memerah dan bibir yang lengang... jika ditanya apakah ia melihat Shizuku sebagai wanita sekarang, ia tidak bisa menyangkalnya dengan pendirian penuh.

"...mungkin."

"Sis-con."

"Erk."

"Cabul."

"Aku...menyesal."

Oh tidak, mungkin aku jomblo ya. Terpikat dengan adikku sendiri setelah empat tahun...

Stella Menyorot sambil Ikki tersandung menuju kamar mandi berbagi mereka.

"Dan mau ke mana kau?"

"Aku mau mendinginkan wajahku sebentar."

Ia menerima begitu banyak cobaan hari ini. Membersihkan dan mending langsung tidur.

Bagian 7[edit]

"Menjengkelkan."

Setelah Ikki memasuki kamar mandi, Stella menggigit bibirnya dan cemberut. Apanya yang "mungkin"? Dia harusnya menyangkalnya!

"...Meski kau mengatakan aku cantik."

Tapi dikacaukan oleh adiknya? Sangat menjengkelkan sampai ia tidak bisa tenang. Walaupun mengatakan dia ingin menjadi teman dan berbagi ruang yang sama, kenapa dia masih belum mendekatinya? Stella bersiap untuk Ikki, bangun sebelumnya setiap pagi untuk merapikan rambut berantakannya sehingga dia tidak akan melihat penampilan jeleknya, dan ia siap setiap malam untuknya demi ikut dalam tradisi "yobai" Jepang legendaris tersebut[7].

Tunggu, ini bukan seperti aku ingin melakukan itu! Jika itu terjadi, lalu tentu saja aku menolak! Aku akan menendangnya! Putri tidak bisa melakukan hubungan seksual sebelum menikah! Tapi ....

Tapi ia tidak bisa menahan hal semacam itu.

"Meski kau memanggil gadis cantik belum menikah! Meski kau memberitahuku ingin bergaul lebih baik!"

Rencana yang hebat, membuang semua omong kosong itu dan lalu membiarkannya begitu saja? Apa ini yang mereka sebut "tidak memberikan umpan ikan yang sudah ditangkap"? Ia ingin penjelasan, dan dia lebih baik minta maaf untuk nafsu dengan adiknya setelah dicium.

"Ah, kampret! Idiot! Ikki, kau idiot! Sis-con! Mati sana!"

Stella merasa seperti menangis sambil memukul bantalnya, menyemburkan bahasa hina setiap saat.

Bagaimana jika Ikki tidak tertarik dengan Stella sebagai wanita? Bagaimana jika ia bukanlah apa yang Ikki inginkan? Bagaimana jika dia lebih tertarik dengan gadis-gadis loli[8] seperti Shizuku? Itu buruk, karena meski Stella tidak tinggi, ia yakin dengan tubuh dewasanya, tapi bagaimana jika Ikki sangat tertarik dengan sis-con dan dia menjadi lolicon[9] juga? Lalu Stella menyadari akan benar-benar bertentangan dengan seleranya.

Itu akan buruk sekali. Ia tidak menginginkan itu. Ia tidak bisa mengijinkan itu.

"—Baiklah."

Jadi Stella membuat sebuah rencana.

Bagian 8[edit]

「Siscon.」

"Haaaa...."

Ikki membenamkan diri lebih dalam di bak mandinya setelah mengingat kata-kata Stella, dan perasaannya tenggelam bersamaan.

"Mungkin dia membenciku sekarang...."

「Cabul.」

"Wow...."

Adakah laki-laki yang tak sakit hati oleh gadis yang memanggilnya cabul? Sejujurnya, ini sungguh menyakitkan, terutama karena kata-kata kasar itu berasal dari Stella. Ikki menghormati Stella Vermillion sebagai kesatria sejati, karena selain dari bakat hebatnya, dia selalu mengarah lebih tinggi dan tidak pernah meremehkannya. Mungkinkah ia melakukan hal yang sama jika diberikan sesuatu seperti itu? ...Tentu saja, dia adalah perempuan yang mengagumkan juga, dan dibenci oleh orang yang ia kagumi baik sebagai kesatria dan seorang perempuan yang meninggalkannya tertekan. Ikki harus membuang jauh-jauh kesan buruk ini segera mungkin.

"Tapi aku juga harus berbicara dengan shizuku besok."

Sementara mengubah kesan Stella adalah penting, ia juga harus membuat Shizuku mengerti dia bukan lagi anak kecil, jadi dia tidak bisa selalu mencium kakaknya. Tidak ada yang bagus dengan Shizuku dewasa yang sangat imut hanya untuk merusak reuni bahagia mereka seperti itu.

Seperti yang Ikki pikirkan, Stella—mengenakan bikini—memaksa masuk ke dalam kamar mandi.

"A-Aku masuk ya."

Apa ini? Untuk suatu alasan, Ikki merasa telah membuat kesalahan besar, seperti memikirkan ia baru saja melihat paus dalam kolam. Ah, tentu saja. Aneh bagi Stella mengenakan pakaian renang di kamar mandi. Aneh dan tidak benar, bahkan tidak praktis. Sebuah handuk, meski tampak memalukan, membuatnya lebih—

"—Tidak tidak tidak tidak tidak!"

Ikki hampir terpeleset ke bawah pada perkembangan tiba-tiba yang bukan main ini.

"Itu bukan masalahnya 'kan! Pertama, kenapa kau akan masuk ke sini!? Aku gak mengerti situasinya!"

"A-Apa!? Kau tidak perlu sekejut itu, 'kan?"

"Aku terkejut lah! Tentu saja! Ya ampun, apa yang terjadi!? Kenapa kau akan memakai bikini dan masuk kamar mandi pas aku sudah di dalam!?"

"Kau... tidak tahu?"

"Aku tidak bisa memperkirakannya!"

"Itu... A-Aku mau membasuh tubuh Ikki...."

Kepeningan memukulnya. Kepalanya berputar. Tubuhnya mendidih. Ia harusnya berkhayal.

Stella ingin mambasuh tubuhku? Hahaha, yah benar. Video macam apa yang aku mainkan?

"Maaf Stella, kayaknya aku bukan diriku lagi saat ini. Sepertinya aku mendengar sesuatu yang konyol. Bisa kau mengulanginya?"

"Maksudku... itu... kau tahu? Aku budakmu, bukan? Lalu membersihkan tubuh Tuan-ku adalah kewajiban sebagai pelayan, yah."

"Oh-ho, jadi itu saja. Menjadi pelayan pasti susah."

...Apa!?

"Ti-Tidak, tu-tunggu sebentar! Aku tidak pernah meminta itu!"

"Aku melakukannya tanpa kau meminta! Bukankah Hideyoshi menghangatkan sandal Nobunaga[10] meski dia tidak meminta!? Ya 'kan!"

"Apa yang kau bicarakan!?"

"Pokoknya! Ini adalah kewajibanku sebagai budakmu! Jadi cepatlah dan duduk!"

Rakudai Kishi no Chivalry Colour 04 (EN).jpg

"Tidak mungkin aku bisa melakukan itu! Tidak mungkin aku bisa membiarkanmu melakukan itu! Semua hal ini tentang tuan dan budak pastinya salah! Pertama Shizuku, dan sekarang Stella, apa yang terjadi pada kebaikan alami seorang gadis!?"

"Santai saja! Lakukan saja seperti yang aku katakan! Jika tidak—"

Stella terhenti sejenak, dan api mulai menyebar dari rambutnya.

"Aku akan merebusmu!"

Bagian 9[edit]

*Zeg zeg zeg*

Stella, putri Kerajaan Vermillion, saat ini mengenakan pakaian dalam dan berlutut di depan Ikki, membasuh tubuhnya yang hanya memiliki handuk di sekitar dua pangkal pahanya.

A-Apa yang terjadi...? Kepala Ikki ingin meledak. Atau mungkin malah jadi rusak dari tadi. Jika tidak, ia pasti mau.

"Pastikan untuk menepati janjimu. Aku akan bermain hanya untuk hari ini, tapi pastinya aku tidak akan melakukannya mulai besok."

"A-Aku sudah mengerti. Aku tidak mau mengalami ini karena aku ingin, ya. Aku kalah, dan menjadi budakmu, jadi itulah mengapa ini terjadi."

...Ya, kenapa harus dilakukan sih?

Tapi menanyakannya tidak akan bagus, tidak setelah beberapa permintaan terakhirnya. Mengenai Stella, membersihkan memang menjadi kewajiban seorang budak, jadi dia tidak akan tenang sampai menyelesaikannya. Ikki tidak mengerti, tapi dengan kebanggaan bangsawannya yang membara, ia tidak bisa langsung membantah alasannya.

Intinya, hanya hari ini. Aku akan menahannya hanya untuk hari ini dan lalu melupakan semua ...!

Ikki bersumpah pada dirinya sembari Stella membasuh tubuhnya. Namun—

"...Uh."

Matanya ditarik menuju tubuh pakaian bikini Stella. Akal sehatnya memberitahu untuk tidak menatapnya, tapi nalurinya tidak akan mendengar. Ia berpura-pura mengalihkan diri, tapi emosinya memaksa untuk mengintip.

Kini, ia melihat pada sosok mulus teman sekamar mempesona ini yang Ikki tidak dapat pahami. Stella jauh lebih terbuka ketika ia melihatnya setengah telanjang hari pertama itu, membuka bayangan-bayangan gelap tulang selangkanya pada bagian bawah panjangnya, tetapi leher rampingnya, dengan kuat meluruskan kedua bahunya, dan kedua pahanya itu menarik garis segar dari ujung rambut sampai ujung kaki putih mulusnya. Dan dia antara berbagai bagian berbahayanya, yang paling menonjol adalah... dadanya. Dada putih dan raksasa, cukup besar sampai menonjolkan dengan ketat dari bikininya. Sangat matang dan buah segar yang tidak bisa disembunyikan oleh seragamnya. Tonjolan yang mengayun ke kiri dan ke kanan sambil menekan setiap kali Stella menggerakkan tubuhnya bahkan dengan perlahan. Melihat itu, Ikki merasa otaknya kehilangan darah, dan tenggorokannya kering dengan haus.

Ini... mustahil untuk bertahan....

Tidak mungkin ia bisa mengalihkan atau menutup matanya. Ikki lebih berkepala dingin dari laki-laki rata-rata, mungkin juga terlalu serius, tapi ia masih anak laki-laki enam belas tahun yang waras. Ia tidak cukup dewasa untuk menjauhkan perhatiannya dari tubuh menawan gadis yang lebih muda tepat di depannya. Ikki hanya bisa menatap dengan diam-diam pada setiap sudut dan celah menariknya, anggota badan yang menggairahkan. Untunglah Stella tidak menyadarinya.

Sungguh, Stella betul-betul cantik.

Tentu saja, Stella cantik sebagai perempuan, tapi tubuhnya juga cantik sebagai kesatria. Ikki bisa melihat bagaimana Stella menyiksa dirinya sampai sejauh itu. Dia memiliki kemauan yang keras terlepas dari mempunyai bakat besar. Tubuhnya bisa mengukir jiwanya.

Cantiknya.

Ini adalah pertama kali Ikki menyadari sosoknya yang secantik ini. Juga pertama kali ia sangat ingin menyentuhnya. Tentu saja, ia tahu kalau menyentuhnya akan tak dimaafkan, tapi—

Di saat yang sama, dari pandangan Stella....

Dia ditatap dengan serius untuk sementara....

Stella menyadari lirikan Ikki tadi, karena perempuan sensitif pada mata laki-laki, terutama dari seorang lelaki di pikirannya. Mungkin itu yang disebut "intuisi perempuan", perasaan yang laki-laki tak miliki, dan dia dengan langsung merasakan tatapan terburu-buru Ikki dan memberitahu Stella, Oh tidak! Dia melihat! Dia melihat!

"...Uu...fu...uu."

Dia menyadari tatapan kuat itu, dan tubuhnya mulai memanas dengan cepat. Garis pandangannya yang bergerak dari tengkuk sampai tulang selangka, dada, pusar serta pahanya—seolah ia menghubungkan keseluruh tubuhnya secara perlahan.

Memalukan sekali... aku mau pingsan....

Tapi Stella tidak peduli. Tidak, dia lega, karena ini adalah bukti kalau Ikki bukan tidak menyukai badannya, atau setidaknya ia tidak tertarik. Melihat tubuh Ikki yang gerogi, dan membuat hati Ikki berdegup dengan cara yang sama. Stella tenang tentang ini, dan sangat senang. Dia tidak akan kalah. Dia pastinya tidak akan kalah pada adik itu.

"Lalu, berikutnya... punggungmu. Aku akan membersihkannya...."

Stella berbalik menghadap belakang Ikki setelah menyelesaikan bagian atasnya. Tentu saja, dia tidak akan membersihkan bagian bawahnya. Masih terlalu awal untuk itu. Benar. Masih belum.

"Ya-Yah, aku akan menyerahkannya padamu."

Ikki berhati-hati tidak menyebutkan Stella mengabaikan pinggangnya. Jika situasi mengharuskannya melepas handuknya, ia bersiap melarikan diri meski harus menghantam dinding.

Hanya tinggal punggung. Semuanya akan berakhir setelah itu....

Selama ia tidak melihat pada tubuh Stella, mengendalikan dirinya betul-betul mudah. Punggungnya yang sedang dibersihkan membuatnya sedikit tak tenang, tapi ia tidak perlu menggerakkan dada atau perutnya. Ikki bisa bertahan. Ia bisa melewati siksaan misterius ini. Dan lalu melupakan semuanya, tidak pernah mengingat apa yang terjadi di sini hari ini atau membicarakannya pada siapapun. Mungkin itu terpendam dan tertinggal di sudut paling dalam ingatannya.

Sambil Ikki menyelesaikan permasalahannya, Stella tiba-tiba berbicara di belakangnya, suaranya selembut kepakan sayap kupu-kupu.

"Hei, Ikki."

"Apa?"

"Um. Kau, tahu... erm, maksudku, ada sesuatu... yang aku mau... tanyakan...."

"Ya, tentu. Apa ya?"

"Ikki... kau... apa kau suka... gadis dengan buah dada?"

Ikki merasa palu memukul belakang kepalanya.

"Ap! Ah, kau—! A-A-Apa yang kau...!"

"Maksudku... bukannya kau menatap... tadi?"

Waaaaaaaah!

Ia ketahuan! Dia mengetahuinya mengintip!

Ikki ingin mati. Menghilang. Biarkan ia menjadi angin dalam sekejap.

"Maaf! Aku tahu tidak bagus menatap seperti itu! Tapi kau harusnya mengerti—!"

"Ka-Kau tidak perlu minta maaf. Jawab saja pertanyaanku."

Pertanyaan? Ia mending memasukkan wajahnya dulu sendiri ke dalam tanah sebelum menjawab itu. Ditanyakan tentang pilihannya oleh seorang gadis tepat di belakangnya, hukuman game macam apa ini? Mengerikan, hanya terlalu mengerikan. Haruskah ia memanggil dewa murka?

Ia malu, tapi—Ikki tidak kabur, jadi ia menghentikan dirinya dan menekan balasan kecil.

"Aku... ya."

"...Hmph."

... ......

.........Ka-Katakan sesuatu!

"He-Hei, Stella—"

Ikki hampir mati dari keheningan, tapi sesaat ia berbicara—

*Nyet!*

—dua buah lingkaran, lebih elastis dari spon dan jauh lebih lembut dari telapak tangan seseorang, menekan belakang punggungnya. Mati rasa menopang tulang punggungnya dan ke dalam otaknya, yang menghubungkan singkat kesadaran Ikki secara langsung.

Tidak dapat dimengerti. Semua yang terjadi di belakangnya dalam pikiran tak beresnya. Seberapa hebat penglihatannya, Ikki tidak bisa melihat suatu tempat yang ia tak dapat lihat. Tapi meski ia begitu samar-samar, ia masih tidak tahu apa yang terjadi.

"S-Stella... baru saja... kau...!"

Sebelum ia bisa meminta penjelasan, Stella lari dari kamar mandi dengan kecepatan cahaya, wajah sampai telinganya memerah.

"Kenapa!?"

Pertama Shizuku, dan sekarang Stella. Hanya dengan menjadi jenis kelamin lain, apa orang-orang sesulit itu untuk mengerti!?

Ikki tidak bisa memahami satu hal pun yang terjadi sejak bangun hari ini. Tapi satu hal ia bisa katakan: ia tidak akan pernah melupakan sensasi itu.


Referensi[edit]

  1. Sensei: "Guru" dalam bahasa jepang, digunakan sebagai sebuah panggilan.
  2. sebutan untuk kakak kelas
  3. "Kakak laki-laki", sebuah bentuk panggilan hormat tinggi.
  4. sis-con: Orang dengan "sister complex", yang menggemari terlalu banyak pada adiknya
  5. Yoishigure, 宵時雨: "Hujan Malam"
  6. Kodachi: Pedang pendek Jepang, terutama katana pendek
  7. Tradisi latihan Jepang, di mana laki-laki menyelinap ke dalam rumah seorang perempuan dan tidur selama malam untuk setuju dan berhubungan seksual diam-diam, lalu keluar rumah sebelum pagi tanpa mengganggu penghuni lain. Ini sering dilakukan dengan pengetahuan rumah tangga, seperti sebelum bermaksud menikah.
  8. Singkatan "Lolita", tapi hanya berkenaan pada sebutan anak-anak gadis di anime.
  9. Daya tarik seksual pada gadis muda, dan biasanya merujuk ke hal erotic
  10. Selama bagian akhir periode Perang Jepang mendekati pertengahan 1500 masehi, pemimpin samurai Oda Nobunaga memulai penggabungan berbagai wewenang Jepang. Hideyoshi Toyotomi adalah pelayan Oda kelahiran petani, pada awalnya bekerja sebagai pembawa sandal Oda, tapi kecakapan Toyotomi sebagai negosiator dan secara umum mengangkat derajat status rendah serta kelahirannya, dan dia hari ini dianggap salah satu tiga tokoh utama yang mempersatukan Jepang bersama Oda dan anggota pendukung Oda, Tokugawa Ieyasu.
Balik ke Chapter 1 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Chapter 3