Rakudai Kishi no Eiyuutan (Indonesia):Volume1 Chapter 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1 — Kesatria Berbakat dan Kesatria Gagal[edit]

Bagian 1[edit]

Blazer.

Mereka adalah orang luar biasa, yang hanya terdapat satu per seribu, di mana masing-masing dari mereka bisa mewujudkan jiwanya sebagai senjata yang disebut Device.

Dahulu, mereka dijuluki penyihir. Yang terkuat di antara mereka dapat membentuk aliran waktu menggunakan kemampuan yang secara ilmiah tidak bisa dijelaskan, dan orang yang terlemah pun juga luar biasa. Meskipun mereka adalah manusia, mereka mempunyai kekuatan supernatural yang melampaui batas manusia, kekuatan yang tak dapat dicapai dengan orang biasa yang melalui latihan atau teknologi.

Saat ini, negara militer dan polisi lokal memerlukan tenaga Blazer. Terlebih kekuatan besar memikul tanggung jawab untuk menyesuaikan statusnya. Salah satu ekspresi tanggung jawab adalah susunan kesatria sihir, persiapan di mana para Blazer yang semestinya lulus secara internasional serta diakui pendidikan kejuruannya dengan menerima lisensi dan status sosial sebagai Kesatria sihir—dengan kata lain, persetujuan menggunakan kemampuan mereka.

Akademi Hagun adalah salah satu dari tujuh akademi kesatria sihir di Jepang, sekolah yang kira-kira luasnya lebih dari sepuluh kali area Tokyo Dome[1]. Di sini, para Blazer muda menghabiskan hari demi hari dengan rutin untuk mengasah kemampuan mereka sebagai kesatria pelajar.

Dan di Akademi Hagun, Ikki Kurogane—dituduh sebagai pemerkosa dan ditangkap oleh penjaga asrama—lalu dibawa menuju kantor kepala sekolah. Terdapat, wanita cantik dengan setelan sedang duduk di atas dipan dan merokok. Kurono Shinguuji, pemimpin baru Hagun, telah mendengar penjelasan Ikki pada rentetan kejadian itu, dan dia membalas dengan suara lelah.

"Aku tahu, jadi kau mencoba menebus kejadian dengan melihat gadis setengah telanjang kemudian melepaskan bajumu sendiri. Apa kau bego?"

"Kupikir itu wajar, ide yang jantan."

"Kau pastinya semacam orang yang jantan."

"Tidak, aku tidak ingin menjadi laki-laki yang cabul. ... Jadi, sekarang kalau aku memikirkannya, aku kira tiba-tiba berlebihan."

"Hah. Dengan kata lain, setelah melihat tubuh telanjang cantiknya, kau kehilangan kendali dan melepaskan bajumu tanpa berpikir?"

"...Mungkin seperti itu, tapi bisakah anda tidak mengungkapkannya seperti itu? Bukankah anda membuatku terdengar seperti laki-laki yang berbahaya?"

"Meski kau mengatakannya, Kurogane, coba bayangkan pemandangan itu jika kau sebagai dia. Di asrama dengan sulitnya orang-orang karena liburan musim semi, kau diganggu oleh laki-laki yang tak dikenal sementara mengganti baju, dan lalu dia melepaskan bajunya juga. Bagaimana mungkin kau melihatnya?"

"Seperti laki-laki yang sungguh berbahaya..."

Setelah menguji kembali sesuatu dari sudut pandang seorang gadis seperti yang Kurono sarankan, Ikki gemetar.

"...Haa. Aku pastinya melakukan sesuatu yang tidak bisa dimaafkan pada hari pertama Stella-san. Aku benar-benar berharap dia tidak membenci Jepang karena ini."

"Apa, anda kenal dengan Vermillion?"

"Aku sangat terkejut mengenal wajahnya ketika aku melihatnya dengan baik-baik, tapi aku ingat baru saja tadi."

Namanya adalah Stella Vermillion, dan dia adalah putri Kerajaan Vermillion, negara Eropa kecil. Ini adalah berita besar di media kalau dia adalah pelajar luar negeri di Jepang. 『Orang berbakat yang katanya hanya muncul sekali dalam sepuluh tahun! Stella Vermillion-sama (15), putri kedua Kerajaan Vermillion, mendaftar di Akademi Hagun setelah mendapatkan nilai tertinggi!』 Ikki masih mengingat artikel itu dengan jelas.

"Putri sungguhan, dan di atas semua itu dia didaftarkan sebagai murid. Dia hebat, bukan?"

"Dia menjadi peringkat satu dengan kesempatan luas, jauh melebihi angka rata-rata untuk seluruh kategori, dan kekuatan auranya, ciri paling penting seorang Blazer, sekitar tiga puluh kali daripada murid pendatang baru biasa. Blazer Kelas A terhebat.... Dibandingkan pada Kelas F tertentu yang mengulang setahun karena tingkat angkanya terlalu rendah, pastinya berbeda. Apa kau tidak setuju, 'Worst One'?"

"Ah sudahlah, lupakan."

Ia mengeluhkan sindiran Kurono dengan mengerutkan dahi, tapi tidak menyangkalnya. Ia tidak bisa menyangkalnya. Pada dasarnya, Ikki Kurogane satu-satunya yang memiliki satu per sepuluh kekuatan aura rata-rata.

"Tapi ini menjadi persoalan sungguhan. Aku diminta gadis itu yang ke Jepang meskipun secara resmi terlibat dalam pendaftarannya di sini, dan sesuatu seperti ini terjadi di hari pertama. Jika permasalahannya tidak ditangani dengan baik, hal itu bisa menjadi kejadian internasional. Jadi meski kau tidak salah, aku masih mengharuskanmu bertanggung jawab. Itu mungkin terasa tak beralasan, tapi jadilah seperti laki-laki."

"...Aku penasaran kenapa 'jadi laki-laki' akan terbiasa dalam situasi semacam ini."

Ikki mendesah, dan pada saat itu—

"Permisi."

Pintu ruangan kepala sekolah terbuka, dan orang yang sedang dibicarakan, Stella Vermillion, masuk.

Tidak seperti sebelumnya, dia dengan rapi berpakaian dalam rompi dan rok gelap. Seragam sekolah Akademi Hagun yang sesuai untuknya dengan benar-benar baik, karena melambaikan merah dari rambut berwarna apinya. Tapi apa yang menarik Ikki adalah dadanya. Itu cukup besar, dihiasi oleh pita, memancarkan kehadiran kuat yang dengan cepat mengingatkan Ikki dengan tubuh setengah telanjangnya... tapi napasnya terhenti setelah melihat ekspresi gadis itu. Dia mungkin telah menangis. Kulit di bawah matanya membengkak dengan kemarahan.

"Maaf."

Kata-kata itu kenapa permintaan maaf terucap dari mulutnya. Laki-laki tidak boleh membuat perempuan menangis. Walau bukan salahnya, kengerian yang dia rasakan dalam sesaat telah menjadi nyata.

"Apa yang terjadi adalah kejadian yang sangat disayangkan dan aku tidak mencoba untuk mengintipmu. Tapi aku melihat apa yang aku lihat, jadi itulah kenapa aku akan bertanggung jawab sebagai laki-laki. Bakar atau panggang aku, kau bisa melakukan apapun yang kau suka."

"Yakin sekali. Apa ini apa yang mereka panggil semangat samurai?"

"Lebih seperti semangat pembicara rendahan."

Ikki menunjukkan senyum penyesalan pada Stella, yang terlihat mengerti dirinya. Dia juga melunakkan ekspresinya dan berbalik tersenyum tipis.

"Haha.... Sejujurnya, bertemu orang mesum tepat setelah tiba di Jepang membuatku berpikir kalau ini adalah tempat yang hina. Aku mungkin mengubah hal ini menjadi kegaduhan antar negara, tapi aku tenang sedikit berkat kau. Karena kau menunjukkanku semangat kuat seperti itu, hal itu tidak akan berguna bagiku yang tak membalas secara sabar sebagai anggota keluarga kerajaan."

Sejujurnya semenjak gadis itu pertama kali memasuki ruangan yang kosong. Setelah melihat ekspresi yang menyenangkan, Ikki juga menjaga kelakuannya. Ia memikirkan putri kerajaan akan murung dan kesulitan, tapi sekarang dia terlihat seperti orang yang bisa diajak berbicara.

"Ikki, dengan rasa hormat untuk keberanianmu—aku akan memaafkan masalah ini jika kau melakukan harakiri[2]."

...Tapi kenyataannya, itu satu-satunya hal yang benar di kepalanya.

"Tidak, tolong tunggu sebentar! Bukannya harakiri hukuman yang terlalu berlebihan untuk kejahatan besar!?"

"Jadi, bukankah hukuman besar diharuskan setelah menyerang putri? Kau harusnya diikat pada batang kayu dan dilempari batu sampai mati oleh semua orang. Ini sungguh istimewa kalau aku membiarkanmu seperti ini sebaliknya."

"Melempari lebih sesuai untuk daging mentah daripada hukuman, bukan?"

"Membiarkan kau mati dengan kehormatan adalah keinginan hebat, pengorbanan berdarah atas bagianku."

"Aku orang yang berakhir dikorbankan!"

"Hahaha. Kurogane, kau memberikan jawaban tepat seperti itu."

"Tidak, jangan tertawa. Sebagai pembimbing anda seharusnya tidak membiarkan sekolah menjadi tempat hukuman mati!"

"Kurogane, kita bisa memperoleh perdamaian antara Jepang dan Kerajaan Vermillion hanya dengan menawarkanmu. Bukankah kau pikir ini transaksi yang sangat bagus?"

"Bagaimana bisa jadi bagus jika ini menjual hidup manusia!?"

Dari pandangan Ikki, seseorang merenggut di sini.

"He-Hei, Stella-san, apa kamu tidak bisa memikirkan cara lain untuk menyelesaikan ini?"

"Apa kau begitu tidak puas? Apa harakiri tidak dianggap layak untuk laki-laki Jepang?"

"Tidak, aku lahir di Heisei[3]! Dan aku tidak berhubungan dengan samurai! Dan aku melintas ke sebrang dulu, begitu!"[4]

"Itu terdengar benar-benar bohong."

"Jika anda tidak merasa mau menghentikan ini lalu tenanglah!"

Ikki berteriak pada lelucon Kurono, namun ekspresi Stella menjadi kelam lagi pada perlawanan Ikki.

"Ada apa denganmu!? Bukankah kau baru saja mengatakan kalau aku bisa melakukan apapun yang aku ingin, itu untuk membakar atau memanggangmu!? Jika kau adalah laki-laki lalu camkan kata-katamu!"

"Ti-Tidak, itu hanya kelakuan aneh orang Jepang. Aku tidak tahu kau benar-benar ingin membakar dan memanggangku!"

"Kurogane, kau sangat penuh alasan dan penyangkalan, ya? Mengingatkanku, apa itu yang kau bicarakan bertanggung jawab sebagai laki-laki?"

Kepala sekolah diamlah! Hidupnya lebih penting!

"...Ka-Kalau begitu, hanya karena aku melihatmu dengan pakaian dalammu, kau tidak harus membuatku menebus dengan hidupku!"

"Ta-Tadi, apa yang kau katakan!? Aku... Aku tidak mempercayainya! Aku tidak mempercayainya, kau cabul! Apa itu yang kau katakan setelah merampas tubuh putri yang belum menikah!? Bahkan ayahku tidak pernah melihatnya!"

Api kemarahan menyala dalam mata Stella pada perkataan sembrono Ikki. Tidak... bukan hanya matanya yang terbakar. Udara di sekitar Stella mulai melepaskan panas dan cahaya yang menghanguskan.

Kalau tidak salah, koran menulis sesuatu tentang kemampuannya—

"Tidak bisa dimaafkan! Aku akan sendirinya mengubah cabul, pemerkosa, rendahan kurang ajar kayak kamu menjadi abu! Keluarlah, Lævateinn[5]!"

Sebuah aura menyorot keluar untuk membuat lingkungan panas di dalam ruangan kepala sekolah, dan pedang panjang terbalut dalam api yang muncul di tangan Stella. Itu adalah Device yang dibuat dari jiwa Blazer.

Pedang Suci— Penjinak Iblis— Benda Terkutuk— Yang Diberkahi—

Berlalunya legenda-legenda dengan berbagai jenis dan bentuk, Device adalah tongkat sihir. Dengan menggunakan alat itu sebagai perantara, Blazer dapat menggunakan kemampuannya, Noble Art miliknya.

Dan kemampuan Putri Merah Tua ini menghasilkan api berpijar yang membakar apapun—!

"Persiapkan dirimu, orang rendahan! Aku akan menghilangkanmu dari dunia ini tanpa meninggalkan noda tersisa!"

"A-Apa kau serius!?"

"Alasan tak berguna—!"

Pedang api mengayun secara menurun. Manghadapi itu, Ikki juga menjaga jarak pertahanan.

"Muncullah, Intetsu![6]"

Sebuah pedang panjang bergaya Jepang yang terbuat dari baja gagak hitam. Kesatria Kelas F, Ikki Kurogane, menggunakan Device Intetsu nya untuk menghadang ayunan ke bawah Stella.

Tapi—

"Pertahanan yang lemah!"

"Panas!"

"Tentu saja ini panas! Lævateinn-ku, terbungkus dalam api dari Noble Art Napas Naga milikku, mendidih sampai tiga ribu derajat celsius! Meski kau menghadangnya, aku mampu membakar musuhku sendiri dengan kekuatan kaisar naga sendiri!"

"Kemampuan yang tak masuk akal...!"

Perasaaan jengkel yang sedang mendekat, Ikki menggunakan semua tenaganya untuk memperlebar jarak di antara mereka. Tapi—

"Ha, hahaha.... idiot. Tidak mungkin aku membiarkanmu kabur dalam ruangan kecil ini. Aku akan menghancurkanmu segera, dan dengan itu aku akan menghapuskan penjahat yang merenggut kesucianku sebelum menikah!"

"Tunggu, tunggu! Tenanglah sebentar! Kau menyebutnya 'merenggut', tapi aku belum melakukan sesuatu yang hina, 'kan!?"

"Bohong! Kau memperkosa tubuh telanjangku dengan ma-mata mesum!"

"Memang, aku melihat, tapi itu... itu, erm... itu bukan karena aku memikirkan hal yang bejat! Ini hanya, bagaimana aku mengatakan ini—aku terpikat karena kau sangat cantik!"

"Fueh!?"

Dalam sekejap, wajah mendidih Stella bertambah merah. Ikki pikir kalau ia tak perlu dimarahi lagi, dan ia mulai berkeringat, tapi—

Rakudai Kishi no Chivalry Page 17.jpg

"A-A-Apa yang kau ka-katakan, idiot! Me-Memanggil gadis yang belum menikah ca-cantik. I-Inilah pastinya kenapa orang biasa rendahan sangat...!"

Lævateinn tiba-tiba kehilangan api mengamuknya dan berkurang menjadi percikan kecil. Gadis itu yang dipenuhi dengan permusuhan tadi sekarang mulai gelisah, terlihat tak tenang tapi juga sedikit senang. Ketika dia melihat wajahnya, alisnya yang berdiri sekarang mengkerut tak berdaya, dan matanya basah dari kebingungan. Dia tampak menjadi malu.

Itu mengejutkan. Kupikir orang secantik Stella-san akan terbiasa untuk dipuji.

Bagaimanapun, selagi semangat Stella menurun adalah kesempatan yang bagus. Mengambil inisiatif, ia mencoba menenangkan Stella.

"Di samping itu, ini terjadi karena kau salah kamar dan mulai berganti baju di kamarku, jadi tolong jangan paksa aku melakukan harakiri."

Tapi pada penjelasan Ikki. Wajah Stella menjadi suram sekali lagi.

"Penyangkalan macam apa itu!? Kaulah yang memasuki kamarku! Aku membuka kamar itu dengan kunci yang aku terima dari Ibu Kepala Sekolah, jadi tak mungkin salahku!"

"...Eh?"

Tunggu sebentar. Sekarang kalau dia memikirkannya, Ikki pastinya mengunci kamarnya sebelum pergi. Meski Stella membuat kesalahan, tidak mungkin dia bisa masuk, tapi dia telah di dalam. Kenapa?

Stella mengutarakan alasannya baru saja. Kurono memberikannya kunci.

"Apa maksudnya ini, kepala sekolah?"

"Ha, hahahaha...."

"...Ibu Kepala Sekolah?"

Ketika keduanya melihat padanya secara bersamaan, Kurono mulai tertawa seolah tidak bisa menahannya lagi—

"Heh, tidak, maaf tentang itu. Ini berubah menjadi sesuatu yang sangat menarik kalau aku merasa sedikit tidak sopan. Yah, kalian tidak harus bertanya, karena ini pastinya bagaimana itu terdengar. Asrama Akademi Hagun menempatkan dua orang per kamar. Kurogane harusnya sudah tahu itu. Dengan kata lain, tidak ada yang salah kamar. Intinya... kalian berdua adalah teman sekamar."

—dan dia mengatakan sesuatu yang tak masuk akal.

"EEEEEEEHH!?"

Bagian 2[edit]

"...Apa maksudmu, Ibu Kepala Sekolah? A-Aku, teman sekamar dengan cabul ini!?"

"Itulah maksudku, Stella Vermillion. Apa ada masalah?"

"Tentu saja!"

Ikki mengerutkan dahi.

"Aku setuju. Asrama Akademi Hagun pastinya menempatkan dua orang dalam satu kamar, tapi aku belum pernah mendengar laki-laki dan perempuan berbagi kamar."

"Itu mungkin benar setahun lalu, kepala sekolah. Kurogane, bukankah aku sudah memberitahumu tentang kebijakanku?"

"...Untuk mengajarkan kebenaran, didasarkan dengan benar-benar pada hasil pertarungan sesungguhnya... bukan?"

"Benar. Tidak seperti enam akademi kesatria lain, Hagun tidak menghasilkan orang hebat dalam beberapa tahun. Kita kehilangan tempat dalam Seven Star Sword-Art Festival, di mana ketujuh sekolah menyokong setiap tahun untuk memilih murid kesatria terkuat. Aku disuruh oleh dewan untuk menyusun ulang tempat ini, dan kamar itu adalah penetapan langkah pertama. Ini bukan tentang berapa banyak orang atau kelamin mereka. Aku menempatkan para kesatria dengan kekuatan serupa bersama dalam kamar yang sama. Ketika petarung sama rata satu sama lain, persaingan secara alami muncul di antara mereka. Penetapan kamar ini adalah rencana untuk melibatkan persaingan secara sengaja."

Kurono dengan tinggi hati mengungkapkan rencananya seolah mengatakan, "Bukankah itu hebat?" Ikki memiliki persoalan dengan penjelasan itu, meski.

"Lalu bukannya apa yang anda lakukan lebih aneh? Di antara murid pendatang baru, bukankah Stella-san nomor satu dengan kesempatan besar? Kenapa dia harus dalam kamar yang sama denganku, murid paling rendah yang mengulang setahun?"

"Me-Mengulang? Kau, kau mengulang di kelas yang sama?"

"Ini memalukan, tapi peringkatku secara keseluruhan adalah F."

"F.... Aku dan Kelas F, menyebut kami kesatria dengan kekuatan setara! A-Apa maksud anda dengan ini!?"

"Haha, yah... bagaimana aku mengatakan ini. Kalian adalah kasus spesial. Sebetulnya, tidak ada siapapun yang sehebat Vermillion, dan tidak ada yang serendah Kurogane. Dengan kata lain, kalian berdua adalah murid tersisa dengan pasangan yang tidak sesuai, jadi aku hanya dapat memasangkan kalian. Apa kalian mengerti sekarang?"

"Siapa yang bisa mengerti itu!?"

*Bam!* Stella menyambar meja kantor kepala sekolah dengan satu telapak tangan dan lanjut mengeluh.

"Per-Pertama, ini aneh bagi laki-laki dan perempuan seperti kami berbagi kamar ketika kita seumuran! Apa yang akan anda lakukan jika beberapa kesalahan terjadi!?"

"Oh, Vermillion memperkirakan kalau ketika laki-laki dan perempuan seumuran tinggal bersama, kesalahan akan terjadi? Aku mau untuk mendengar tentang itu~"

"I-Itu... erm... uuu...."

Bersimpati pada Stella yang matanya sudah berkaca-kaca dari perasaan malu, Ikki juga mengeluh pada Kurono.

"Kenapa anda bermain seperti pria tua mabuk?"

Kurono hanya tersenyum seolah dia bercanda, tapi tidak merubah keputusannya.

"Kalau begini, keputusan ini telah dibuat. Ada juga pasangan laki-laki dan perempuan selain kalian, tapi kalian tidak harus mempertimbangkan hal itu untuk memilih. Vermillion, aku tidak memberikanmu perlakuan khusus hanya karena kau adalah putri. Jika kau tidak menyukai rencana ini, kalian cuma harus D.O dari sekolah, kalian mengerti?"

D.O dari sekolah, Stella tampak terkejut dengan ucapan itu. Dia dengan bebas melintasi benua dan datang ke Jepang untuk belajar, dan Ikki tidak tahu tujuannya atau maksud untuk melakukan hal itu, dia pasti tidak akan rela keluar.

Pada akhirnya, Stella pun hanya bisa berpangku tangan.

"...Aku mengerti."

Ikki melihat pada wajah kekalahan Stella.

"Apa kau tak apa dengan itu?"

"A-Aku tidak mempunyai pilihan jika itu adalah kewenangan sekolah, bukan?"

Stella membalas dengan nada yang mengecilkan hati, lalu mengangkat tiga jarinya.

"Tapi untuk kita tinggal bersama, kau harus mengikuti tiga kondisi!"

Ikki juga tidak yakin tentang susunan sekolah baru ini, jadi ia tidak memiliki kewajiban untuk menepati permintaannya... tapi karena ia adalah laki-laki dan senior yang setahun mengulang, paling tidak ia dapat bekerja sama.

"Jika mereka tidak menawarkan apapun seperti tanda-tanda akademi kelas atas, penghasilan tinggi atau bertambah besar, lalu aku bisa berusaha."

"Aku tidak ingin hal semacam itu. Meski anda bisa memenuhi kondisiku dengan cukup mudah."

Dia lalu mengatakan hal yang ketiga.

"Jangan berbicara padaku, jangan membuka matamu, dan jangan bernapas."

"Jika dia melakukan itu, Kurogane mungkin akan mati, benar?"

Tapi Stella mengabaikan komentar Kurono.

"Jika kau bisa mengikuti tiga aturan itu lalu aku tak masalah kalau kau tinggal di depan kamar!"

"Dan pada akhirnya aku masih diusir!?"

"Apa, kau tidak bisa melakukannya?"

"Mana mungkin aku mengikuti kondisi seenaknya itu! Setidaknya biarkan aku bernapas?"

"Tidak akan! Kau mungkin akan menciumku menggunakan itu (hidung) sebagai alasan, kau cabul!"

"Aku akan bernapas dengan mulutku! itulah kenapa aku tidak bisa menciummu—"

"Tidak boleh! Kau mungkin akan mencoba merasakan udara yang aku hembuskan dengan mulutmu, kau mesum!"

"Aku tidak akan melakukan itu! Aku tidak akan melakukan hal-hal tak masuk akal seperti itu!"

"Lalu keluarlah dari sekolah! Jika kau melakukan itu, aku bisa tinggal di kamar sendiri!"

"Itu adalah keputusan sepihak!"

Kurono, yang hanya menonton, telah memikirkan sebuah solusi.

"Ya ampun. Kalau begini, pertengkaran tidak akan berakhir tidak peduli berapa kali kalian berdebat. Lalu ayo lakukan ini. Kalian harus bertanding, dan pemenangnya memutuskan aturan. Sebagai Kesatria yang menyiapkan jalan dengan pedangnya sendiri, kalian tidak keberatan, ya 'kan?"

Dengan kata lain, keduanya akan bertarung terus terang, dan yang menang akan memiliki jalannya—solusi yang sangat mudah. Itu adalah latihan umum bagi kesatria untuk menyelesaikan perselesihan di antara mereka.

"Yah, itu terlihat adil ya? Lalu ayo lakukan itu, Stella-san."

Ikki dengan cepat menerima, dan Stela dengan cepat setuju, tapi—

"A-Apa!?"

—tapi Stella mengalihkan matanya ke arahnya, dan suaranya terlempar dalam nada.

"Eh? Kau masih tidak menyukainya?"

"Ti-Tidak, ini bukan soal suka atau tidak suka.... Ka-Kau... apa kau mengerti apa yang kau katakan?"

"...Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"

"Kelas A! 'Kesatria Gagal' yang tidak naik kelas di sekolah! Tidak mungkin kau bisa menang melawan Kesatria Kelas A sepertiku, 'kan!?"

Ikki mengerti apa yang Stella coba katakan. Memang, seorang gagal sepertinya—yang tidak dapat memenuhi standar kemajuan sekolah—dengan mengatakan "Ayo selesaikan dengan Latihan Tanding" untuk sebenarnya, janji, orang berbakat yang muncul sekali dalam sepuluh tahun, tantangan seperti itu akan lebih sembrono.

Tapi... Ikki tersenyum.

"Tapi kau tahu, ini tidak akan jelas jika kita tidak bertanding."

Stella tidak rela menyerah, dan Ikki tidak bisa berhenti. Dia juga mempunyai alasan untuk menjadi kesatria sihir. Sejak itu adalah perkaranya, rintangan ini mungkin tidak dapat diselesaikan tidak peduli seberapa banyak mereka membicarakannya, yang tersisa tidak ada pilihan melainkan mencoba sesuatu yang lain.

Itulah kenapa Ikki mengatakan Stella kalau mereka harus bertanding. Pada kata-kata itu... Stella terkejut.

"Nmounyaa~! Aku tidak tahan lagi~! Rendahan ini! Tidak hanya dia melihat dan membuka baju pada putri sepertiku, tapi Kesatria Gagal ini mengatakan dia bisa menang melawanku! Aku... Aku belum pernah ternodai seperti ini seumur hidupku! Sebagaimana menyedihkan negara ini!?"

Stella menghadap Ikki dengan mata membunuh dan menyatakannya.

"Oke, aku mengerti. Aku akan bertarung denganmu. Tapi setelah membodohiku, kau tidak akan hanya mempertaruhkan hak untuk membuat aturan tinggal bersama! Yang kalah akan mengajukan permintaan pada pemenang, menjadi budak yang mematuhi permintaan tuannya seperti anjing tidak peduli semenghinanya mereka! Bagaimana itu!?"

"EEeeehh? I-Itu, bukankah itu terlalu berlebihan...."

"Kehilangan keberanianmu adalah tak berguna pada saat ini. Jika kau ingin mengutuk sesuatu, kutuklah kesembronoanmu yang membuatku serius. Ini bukan lagi Latihan Tanding, tapi duel!"

"Terdengar begitu sulit. Karena kau melakukannya, gunakan arena latihan tiga. Aku yang akan mengajukan hak otoritas."

"Ke-Kepala Sekolah! Jangan bermain-main!"

Tapi keluhan Ikki datang terlambat, dan Stella memberikan "Persiapkan dirimu! Hmph!" sebelum mengikuti keluar ruangan, dan meninggalkannya di belakang. Dia mungkin sudah menuju ke arena ketiga.

"...Haa. Ini menjadi sesuatu yang mengerikan, ya? Hal seperti ini benar-benar merepotkan, Kepala Sekolah...."

"Ha ha ha. Kau benar-benar tidak ingin menjadi budak?"

"Tentu saja tidak. menang atau kalah, aku tidak ingin melakukannya."

"Menang atau kalah.... Kau baru saja melihat kekuatan gadis itu, bukan? Api merah menghanguskan yang menunggu ketika kau mendekat, yang mengancam lawannya langsung. Tidak banyak orang di dunia ini yang memiliki kemampuan yang sangat terfokus pada kehebatan, tak seorang pun memastikan itu adalah buatan. Tapi setelah melihat itu, apa kau masih ingin menang? ...Laki-laki yang menarik."

"Dia adalah orang yang akan aku hadapi pada akhirnya. Anda pastinya tahu hal itu, karena anda adalah orang yang mengatakan, 'Jika kau menjadi juara dalam Seven Star Sword-Art Festival, aku akan membiarkanmu lulus dengan nilai buruk.' Stella-san pastinya akan muncul di Festival. Ini hanya pertanyaan menghadapinya lebih cepat atau nanti."

"Lalu tidak perlu untuk ragu, benar? Jika kau menang dan menyiapkan syarat-syarat yang kau ingin, kau bisa berbalik berbicara tentang menjadi budak. Selesaikan semuanya dengan cara itu."

Menampar bahu Ikki dengan *pah*, Kurono juga keluar dari kantor. Ikki, yang meninggalkan ruangan, membiarkan orang lain yang mengetahui berapa kali mengeluh di hari itu.

Yah, pastinya... aku harus menang.

Tentu saja, ia tahu itu akan sulit. Lawannya adalah terkuat di antara yang paling kuat, hebat di antara yang terhebat. Ikki mengerti hal itu, meskipun menyaksikan kekuatannya sebentar. Bakat Stella sangat besar. Kekuatannya keluar dalam persetujuan dengan emosinya, aura besar yang muncul tanpa dia sadari, dan sihir Ikki kosong jika dibandingkan, layaknya semut menghadapi gajah. Tidak perlu memperkirakan bagaimana hasilnya; bahkan menjelaskannya pada tingkat yang sama akan menyakitkan hati. Belum lagi....

Tidak peduli sia-sia situasinya, pertandingan yang aku tak bisa kalah ataupun hindari akan pastinya datang.

Dia telah memutuskannya sendiri tadi. Di hari dia melihat senyum pria itu, dia memutuskan akan melangkahi jalan ini.

"Jadi aku harus melakukan ini, ya?"

Menggumamkan hal itu, Ikki juga meninggalkan kantor kepala sekolah. Menuju ke panggung duelnya, membentuk takdirnya sendiri dengan pedang jiwanya.

Bagian 3[edit]

Kesatria sihir mendukung kekuatan bertarung negara mereka, dan mereka normalnya mencoba kemampuan bertempur. Kemampuan seperti itu diperlukan tidak hanya untuk perang, tapi juga melawan kelompok teroris dan sindikat kriminal yang menyalahgunakan kekuatan Blazer. Untuk latihan kesatria sihir, sejumlah arena berbentuk kubah yang tersebar di sekolah Akademi Hagun. Bagian dalam masing-masing kubah termasuk ruang untuk pertarungan dengan diameter yang kira-kira ratusan meter, dengan kursi penonton di atas stadion membentuk di sekitar ruang itu.

Dalam arena latihan ketiga, Ikki Kurogane dan Stella Vermillion berdiri dua puluh meter terpisah dengan Kurono Shinguuji yang menunggu di antara mereka sebagai wasit. Di atas mereka, dua puluh atau jadi murid-murid kelas dua dan tiga yang telah terlatih, dan banyak pengunjung yang telah mendengar tentang latihan tanding yang tiba-tiba diumumkan di saat liburan musim semi, memfokuskan tatapan mereka di lapangan. Mereka semua memandang pada bintang idola yang memasuki akademi dengan keriuhan besar, Stella Vermillion.

「Jadi gadis itu adalah 'Putri Merah Tua' Vermillion?」

「Benar-benar gadis yang cantik, ya?」

「Rambutnya itu loh.... sangat menawan, seolah benar-benar terbakar....」

「Tapi siapa lawannya?」

「...Tunggu, bukannya itu Kurogane, laki-laki yang mengulang di kelas satu?」

「Mengulang? Kenapa dia melawan orang seperti itu? Bukankah Stella-san kayaknya jadi Kelas A berbakat?」

「Entah... hei, apa tidak ada kelas dua yang berbagi kelas dengannya? Aku penasaran kesatria seperti apa dia.」

「Aku di kelas yang sama, tapi karena laki-laki itu tidak memenuhi prasyarat untuk latihan bertarung, aku belum pernah melihatnya bertanding sebelumnya.」

「Lupakan tentang kelasnya... nilainya tidak cukup tinggi untuk latihan juga? Bukannya itu terlalu dungu?」

「Apa-apaan, itu membosankan. Putri pasti akan membunuhnya langsung?」

Stella tersenyum miring sembari gosip itu turun perlahan dari penonton.

"Lebih yang aku dengar, lebih tak berguna kau terdengar. Bukannya kau cuma harus berhenti mencoba menjadi kesatria sihir dan hidup sebagai orang biasa?"

"Yah, mungkin bisa, tapi aku tidak yakin jika belum bertarung."

"Apa kau tidak mengerti? Kau akan jadi budakku jika kau kalah, ya."

"Tentu saja aku mengerti, tapi itu jika aku kalah. Ini tak masalah jika aku menang."

"...Sekarang pun, kau masih mau mengalahkanku?"

"Itulah kenapa aku berusaha untuk datang kemari."

Ikki kembali ragu tapi mengangkat senyum pada kata-kata menyengat Stella, namun ia tidak melangkah mundur dari tempat mulanya. Ia sudah siap melakukan ini. Itu, untuk suatu alasan, yang semakin menjengkelkan Stella.

Berusaha... apa?

「Jika aku berjuang keras lalu aku bisa mengalahkan orang berbakat.」

Stella membenci orang biasa yang berpikir seperti itu. Kapanpun mereka kalah pada orang seperti dirinya, mereka berkata,

「Aku berjuang keras tapi masih tak bisa mengalahkan orang berbakat.」

Seolah mereka adalah satu-satunya yang berusaha.

Seolah... aku menang hanya dengan bakatku.

Itu membuatnya marah. Stella tidak memiliki kekuatan ini sejak dari awal. Tidak, dia sungguh sebaliknya dulu. Selama masa kecilnya, dia tidak mempunyai bakat yang diperlukan untuk menjadi seorang kesatria. Dia tidak mampu mengendalikan kekuatan yang besar, dan kerap kali membakar tubuhnya sendiri. Ayah dan ibunya, dan semua di sekitarnya, berpikir kalau dia tak bisa menjadi kesatria.

Tapi meski begitu... Stella tidak menyerah. Dia tahu kalau dia memiliki potensi. Blazer kuat adalah menentukan bagi negara kecil seperti Vermillion, dan hanya seperti Samurai Ryouma yang memimpin tanah sederhana ini dari Timur Jauh untuk menang dalam Perang Dunia Kedua, kesatria sihir yang cukup kuat menguasai negaranya untuk berunding dengan negara besar sebagai sederajat. Jika dia dapat mempelajari untuk menangani kekuatan itu, hal tersebut akan menjadi aset penting untuk melindungi orang-orang dari kerajaan, jadi Stella tidak menyerah. Dia melanjutkan latihan tidak peduli berapa banyak orang di sekelilingnya keberatan. Dan setelah tiga tahun berlalu, dia menguasai Dragon Breath. Dia terluka serius beberapa kali saat latihan, tapi meski begitu, dia menjadi orang yang saat ini dengan usaha besar.

Itulah kenapa aku tidak bisa membiarkan kata-kata rendahan seperti bakat atau kehebatan!

"Kemudian, kita akan mulai latihan tanding. Kedua pihak, wujudkan Device kalian dalam bentuk ilusi."

"Muncullah, Intetsu."

"Keluarlah, Lævateinn."

Stella memanggil Lævateinn, pedang yang dibentuk dari jiwanya, menjadi bentuk yang tidak memberikan kerusakan fisik pada manusia tapi memotong stamina dan kekuatan fisik secara langsung. Dan dia bersumpah pada laki-laki di depannya—kalau dia harus menghancurkannya.

Bakat tidak dapat dikalahkan. Bakat adalah spesial.

Untuk menghilangkan muslihat sendiri itu, dia harus harus menghancurkannya sepenuhnya.

"Baiklah. Lalu, AYO MULAI!"

Dan akhirnya, pertandingan antara kesatria berbakat dan kesatria gagal dimulai.

Bagian 4[edit]

"Haaaaa!"

Pertandingan dimulai, dan Stella dengan sekejap melesat ke arah Ikki, mengayunkan ke bawah pedangnnya yang sekarang terbungkus dalam api kemerahan. Ayunannya mungkin terlihat biasa untuk tidak diamati, tapi itu adalah serangan yang akurat dan kuat.

Dan ayunan lebar hanyalah ayunan lebar. Ikki yang melihat pergerakannya lalu mengangkat Intetsu untuk menerimanya—tapi ia dengan segera menggagalkan serangan itu dan melangkah mundur. Sesaat kemudian, Lævateinn meremukkan lantai arena dengan kuat dan meninggalkan ruang kosong yang gemetar seperti gempa bumi.

"Tindakan yang bagus. Jika kau menerima serangan itu, itu tidak akan berakhir dengan hanya beberapa luka kecil."

"Serangan yang menyakitkan. Jadi kau tidak serius di kantor Kepala Sekolah?"

"Itu benar. Jika aku serius di tempat seperti itu, seluruh bangunan sekolah akan hancur."

Menyeringai dengan lebar, Stella dengan langsung mengejar, dan Ikki mundur lagi untuk memperlebar jarak. Jika ia mencoba untuk menghentikan ayunan lurus itu, lengannya akan ditebas. Senjata Stella adalah pedang panjang, senjata berat, dan itu adalah hal normal ketika menghadapi senjata berat yang ia punyai kesempatan dengan kecepatan mundur.

Tapi hal normal tidak akan mempan pada lawan hebat seperti Stella.

"Lambat. Lambat sekali!"

"Ap—"

*Whoosh!* Angin yang bergema, dan Stella dengan cepat mengejarnya.

"Apa kau kira bisa mengalahkanku ketika itu dalam hal kecepatan? Sayang sekali, tapi sihir tidak terbatas pada serangan sendiri. Aku dapat memperluas keseimbanganku beberapa kali dengan memusatkan sihir di bawah kakiku dan melepaskannya dengan tumbrukan. Dan daya aura milikku tiga puluh kali lebih besar dari Blazer biasa, jadi tidak akan cepat habis dengan lawan sepertimu. Dengan kata lain, kau tidak bisa mengalahkanku dengan kekuatan atau kecepatan!"

Jika Ikki membandingkannya dengan sesuatu, lalu "keseimbangan tank berat yang sangat tinggi dengan bahan bakar tak terbatas" akan jadi tepat. Ikki tertawa dengan pahit pada kemampuan tak adil semacam itu, yang pemiliknya tepat sekarang melawannya.

Jadi ini Kelas A, ya?

Bahkan generasi sebelumnya dari pemenang Sword-Art Festival, Raja-raja Pedang Seven Star, sebagian besar adalah Kelas B atau C. Mereka merupakan lawan ideal bagi Ikki, tapi Kelas A tidak terbatas pada bagusnya murid kesatria. Kesatria Kelas A mengalami hari-hari baru, tanpa pengecualian, menjadi pahlawan besar yang mengukir nama mereka ke dalam sejarah.

Bakat hebat yang muncul sekali dalam sepuluh tahun—pemandangan umum yang seluruhnya sempurna. Bagi Ikki, yang telah menyadari kenyataan itu, Putri Merah Tua yang mengacungkan pedang membaranya dan mengayunkan hantaman yang tak dapat dielakkan yang bisa memecah tanahnya sendiri.

Sekarang kalau ia tidak bisa menghindari tebasannya lagi, Ikki juga membalas dengan senjatanya. Persilangan pedang dimulai, dan suara jelas logam yang berbenturan menggema seperti musik dalam telinga penonton arena.

「Oooooh...!」

Sorak sorai mereka meningkat sembari mereka menonton sosok yang membuat percikan api Lævateinn.

Ini adalah kesatria yang telah mengasah teknik pedangnya. Beberapa kesatria sihir melampaui teknik bersenjatanya atau pendekar pedang, karena mereka dapat menjadi jauh lebih kuat dengan melatih kemampuan Blazer daripada kemampuan fisik. Kepercayaan itu dipegang oleh para pengajar dan pengawas, sehingga penilaian kesatria tidak termasuk kemampuan seperti itu, dan sementara kesatria sihir biasa berbagi pemikiran seperti itu, kesatria biasa adalah hal yang lumrah.

Sebagian kecil adalah kesatria kuat sebenarnya, yang akan menguasai kemampuan fisik bersama kemampuan Blazer, karena mereka memiliki banyak hal yang akan diperbaiki. Mereka akan menyerap setiap rencana yang memperkuat mereka, mengembangkan kekuatan mereka, dan mencapai puncak tertinggi.

Stella Vermillion berdiri di antara minoritas itu. Dia, yang memenangkan turnamen pedang Kerajaan Vermillion, menggunakan Imperial Art[7]-nya seolah dia menari, tapi dengan tenaga yang cukup untuk menekan Ikki. Dia mendorong Ikki, yang masih mencoba membuka celah di antaranya, semua yang ia lakukan hanya bertahan melawan tebasan-tebasan itu. Ia tetap mundur kebelakang lagi dan lagi.

「Tentu saja itu akan menjadi seperti ini. Mundur, dia benar-benar tak berkutik.」

「Yah, itu terasa semua yang dia lakukan kabur.」

「Hanya masalah waktu sekarang, ya?」

Pada hasil tak mengejutkan ini, suasana dingin menyebar kepada para penonton. Tapi—

Apa... ini?

Stella Vermillion merasakan sesuatu yang aneh tentang situasi ini. Pedang itu memberikan tebasan yang bisa menghasilkan getaran, dapat menghancurkan musuh dengan satu hempasan tanpa gagal. Menaklukkan lawan tanpa menghancurkannya pastinya mustahil, karena serangan tidak bisa dihadang secara biasa. Tapi apa yang terjadi pada duel ini? Stella harusnya seseorang yang memukul mundur lawannya, tapi dia juga berkeringat.

Kenapa menjadi seperti ini? Kabur? Hanya masalah waktu? Kesan itu adalah keputusan yang salah. Stella sendiri menyadari hal itu.

Aku sedang... bersemangat!

"Haaa!"

Stella membawa Lævateinn-nya ke bawah menuju musuh di depannya. Ikki menerima serangan itu dengan Intetsu miliknya—tapi tanpa berhenti di sana, ia mengangkat kekuatan hempasan dan dengan cepat melompat mundur, lalu melebarkan jarak di antara mereka sekali lagi.

...Lagi!

Dari kejauhan pastinya tampak seperti tikaman Stella mendorong Ikki mundur, tapi kenyataannya berbeda. Menentang rencananya, serangannya benar-benar sedang diniadakan. Menggunakan pertahanan lembut yang perlahan mengalirkan kekuatan—mungkin itu terdengar mudah, tapi melakukannya sungguh sulit. Jika tenaganya di hadang sedikit terlalu tinggi maka lengannya akan melumat, dan jika sedikit terlalu rendah lalu ia jadi terbelah ke bawah. Perhitungan kekuatan, sudut, penempatan waktu—kehilangan salah satu faktor ini berarti gagal, belum lagi lawan Stella menangani semua itu tanpa banyak menghasilkan keringat. Pada reaksi ini, Stella merasakan kegelisahan tak terlukiskan. Ini adalah bunyi peringatan, indra keenam miliknya memperingati kalau musuh di depannya adalah sangat berbahaya!

"Apa kau hanya bagus dalam melarikan diri!"

Seolah mencoba menghilangkan perasaan itu, Stella tetap menebas pada Ikki.

Tapi ia tidak membalas. Terganggu tapi senyum yang ia pasang baru saja tadi menghilang. Sekarang ia mengenakan ekspresi yang sangat serius yang menjadi mengerikan, dan ia dengan tenang menonton setiap pergerakan Stella.

Mata yang menjengkelkan!

Seakan serangan, kulit dan ototnya sedang dibaca, setiap tindakan kecil sedang dipelajari. Dan dari tatapan itu, dia menyadari kalau Ikki mencoba memahami Imperial Art dari gerakannya.

"Teknik pedangku tidak semudah itu kau bisa melihatnya!"

"...Tidak, aku sudah mengerti."

Dalam sekejap, arus pertarungan berubah. Baru lima menit berlalu sejak awal pertandingan ketika Ikki Kurogane mulai menyerang untuk pertama kali.

Itu mungkin terlihat seperti tindakan bunuh diri di penglihatan awal. Dengan beradu di antara pendekar pedang, apa yang bisa ia lakukan dengan hanya mengasah teknik melawan musuh dengan kekuatan serang sebesar itu? Ia hanya bisa roboh di depan kekuatan api menghanguskan itu. Ini pastinya tak dapat dielakkan, tapi—

"Kuh!"

Namun Stella adalah orang yang mundur. Ikki memaksa Stella mundur dengan senjatanya. Bagaimana? Cara membuat dengan melontarkan Intetsu seperti cahaya yang meniru. Itu adalah Imperial Art Stella.

"Mustahil...! Bagaimana bisa kau menggunakannya?"

Sambil dia menanyakan, sesuatu melintas melewati pikiran Stella.

"Maksudmu, kau menyalin teknikku selama persilangan (pedang) itu!?"

"Sesuatu seperti itu. Aku diremehkan sejak aku kecil, jadi tidak ada seorangpun yang mengajariku, dan semua yang aku bisa lakukan hanya menonton orang lain dan mencuri teknik mereka. Itulah kenapa aku benar-benar bagus pada rencana seperti ini. Aku mampu memahami sebagian teknik berpedang dalam satu menit dari saling menukar serangan."

Pendekar pedang membayangkan pengetahuannya sendiri, teknik membayangkan sejarahnya sendiri, dan bernapas membayangkan dasarnya sendiri. Jika seseorang mengikuti cabang dan meninggalkan teknik berpedang dan sampai di bawah akar, kemudian itu tidak akan sulit untuk memahami teknik atau kombinasi semacam itu, atau ini menghampiri situasi yang berbeda. Inilah apa yang Ikki katakan.

"Dan jika aku bisa mengerti teknik sejauh itu, aku juga dapat membuat teknik yang dibuat lawanku."

Apa itu cara paling akhir untuk mengungguli teknik pedang seorang musuh? Sederhananya tepat sekali merusak teknik itu untuk membuat lagi yang lebih sempurna, dan yang baru akan dengan normalnya melampaui yang lama. Teknik baru akan mencatat untuk semua kesalahan teknik lama, dan mengganti kelemahannya. Hal itu akan memundurkan pendahuluan dengan setiap situasi menyerang dan bertahan.

"Membuat teknik pedang itu di saat pertarungan adalah teknikku, Blade Steal. Karena teknik Stella-san ditanam dengan sangat baik, itu memakan dua menit untuk menirunya dan tiga puluh detik untuk melebihinya. Tapi sekarang aku memiliki pemahaman yang kuat, jadi aku juga akan menyerang dari sini."

「He-Hei. Bukannya putri terlihat seperti sedang dipaksa mundur!?」

Stella roboh di belakang. Penonton mulai terkejut pada perkembangan tak terduga, tapi seseorang yang paling terkejut adalah Stella sendiri, dan tidak hanya karena dia kehilangan kemampuan berpedang. Dia terkejut karena teknik berharga miliknya telah disalin, dan selain itu, Ikki telah membenahi teknik itu yang cukup untuk mengunggulinya. Hanya dengan melihat pada ayunan pedangnya, dia bisa memahami teknik apapun, membaca sejarahnya, dan menemukan rahasianya. Itu pengertian yang jahat, itu dapat disebut cermin sihir. Dan yang paling penting, ia melakukan semua ini tanpa menggunakan sedikitpun sihir.

Untuk laki-laki ini, menerima serangan dahsyat dari Stella Vermillion dan melampaui Imperial Art-nya bukanlah lagi daripada kekuatan pendekar pedang biasa. Berapa banyak latihan yang harus ia miliki untuk memperoleh keahlian seperti itu?

Kuat...!

Dia tidak dapat lagi menyangkalnya. Membandingkan kemampuan pedang mereka saja, laki-laki ini beberapa tingkat di atasnya. Jika duel membatasi senjata sendiri, itu tidak akan jadi pertarungan yang adil.

Stella mengerti itu. Satu-satunya kekuatannya yang mengakui hal tersebut. Tapi juga kekuatan kesatria Kelas A Stella Vermillion, Putri Merah Tua, yang dia lanjutkan untuk berjuang melawan musuh yang lebih kuat.

Jika teknik pedang telah dilihat, lalu dia dapat memanfaatkan fakta itu. Stella mengambil jarak untuk mengayunkan Lævateinn ke bawah. Ikki mengayunkan Intetsu ke atas dengan membalas. Dia mengirimkan ke bawah percikannya untuk membobol pertahanannya, dan Ikki sudah memahami kecepatan dan kekuatan tebasan ketika ia mengambil jarak awal, jadi balasannya tak dapat dihindari. Tapi itu sendiri adalah jebakan Stella.

Pasti bisa!

Stella meninggalkan ayunan dan melompat kebelakang dengan menyeringai. Jika Ikki mengetahui tekniknya, maka ia pastinya melengahkan penjagaannya, karena Stella, orang yang hanya menyerang sampai sekarang, mundur untuk pertama kali.

Ikki mengambil inisiatif setelah melihat tekniknya, ia dengan langsung merasakan gerak tipu. Tebasannya gagal dengan kesempatan besar. Mengarah untuk saat itu, Stella menikam dengan Lævateinn miliknya pada sisi terbuka Ikki. Berbagai taktik tiba-tiba untuk Stella, yang hanya menyerang seraca lurus sampai sekarang.


Pedang hitam Intetsu, yang mengenai ruang kosong, tidak bisa membalas perubahan ini dengan tepat waktu. Pedang Lævateinn dengan pelan menyabet menuju tubuh tanpa penjagaan Ikki.

Itu pastinya berhasil, tapi—

"Pedangmu setengah tertidur, loh."

—Pedang Lævateinn tidak pernah mencapai samping Ikki. Itu telah dihadang.

Ti-Tidak mungkin!?

Dia mengganti iramanya, lalu menghentikan kedatangannya, dan memasuki titik butanya. Pedang Intetsu memperkirakan menjadi sangat jauh untuk kemungkinan bereaksi pada potongannya, tapi tebasannya masih dihadang!

Bagaimana!? Jawaban untuk pertanyaan itu adalah—pangkal pedangnya. Ikki menghadang gerak tipu Stella yang menebas dengan pangkal pedangnya, menggunakan celah sempit di antara tangannya sambil mereka mendekap cengkramannya.

Baru saja pengamatan macam apa yang laki-laki ini miliki!?

"Bermaksud untuk menang dengan ceroboh setelah merasakan tekanan? Menebas sementara mundur bukanlah teknikmu. Bahkan orang sepertiku bisa menghentikan serangan lemah seperti itu. Gerakan itu adalah kehancuran bagimu."

Mengatakan hal itu, Ikki mendorong Lævateinn, yang membuat celah besar di penjagaannya.

"Haaaaa!"

Dan dengan pedang Intetsu, ia menebas ke bawah pada kondisi pasrah Stella.

Bagian 5[edit]

「Apa ini berakhir!?」

「Itu balasan yang sempurna. Itu pasti mengakhirinya.」

「Tidak mungkin, Kelas A Stella-san dikalahkan seperti ini....」

「Bukannya dia cuma belum siap? Malahan, ini mustahil....」

「...Tidak, tunggu! Lihat itu!」

Penonton yang kebingungan mengalihkan tatapan mereka menuju bahu kanan Stella. Pedang Intetsu memang telah mendarat di sana, tapi itu benar-benar berhenti. Tebasan berkekuatan penuh Ikki tidak bisa melukai Stella sama sekali.

"...Jadi pada akhirnya, menjadi seperti ini."

Menempatkan suara rendah kejengkelannya, Ikki sekali lagi mengambil langkah besar mundur untuk lepas dari panas menghanguskan, meningkatkan celah di antara mereka. Lawannya menggunakan sihir sebagai pelindung, dan kekuatan tanpa sihir kuat yang sama tidak dapat merusak pelindung Blazer. Sihir Ikki sangat terbatas, terlalu lemah. Namun kehebatan tekniknya memungkinkan, kekurangan Blazer yang paling penting adalah sifat yang berarti ia tidak bisa menembus kekuatan sihir Stella yang terlepas tanpa sadar.

Jumlah aura—seluruh energi roh yang Blazer dapat keluarkan dengan menggunakan kemampuannya. Sifat itu tidak bisa ditingkatkan dengan usaha. Itu disegel saat kelahiran, batas oleh penahan takdir... manusia yang menentukan awal nilai.

Sebagian besar orang diberikan kehebatan untuk membuat prestasi besar. Dari waktu mereka dilahirkan, setiap orang memiliki tempat dalam hirarki yang tak dapat dijawab. Dengan kata lain, bakat Stella yang dibawa sejak lahir menjadi dinding kokoh dan menghentikan pedang Ikki.

"Ini menyisahkan perasaan yang buruk, kemenangan seperti ini...."

"Seperti yang kuduga, Stella-san mengerti hal itu. Intetsu ku tidak dapat melukaimu sama sekali."

"Normalnya. Dan karena aku mengerti, aku menantangmu pada duel ini yang bukan hanya dengan sihir, tapi juga dalam pendekar pedang, untuk menunjukkan kalau kekuatanku berasal lebih dari bakat itu. Tapi ini bukanlah bagaimana aku ingin... aku ingin mengakuinya. Pertandingan ini, aku hanya akan menang karena bakat itu."

Ikki kuat. Kata-kata tentang usaha yang ia ucapkan dipertimbangkan lebih dari lawan masa lalunya. Dengan bakat dari Blazer biasa, atau bahkan sedikit, ia akan dikalahkan Stella di pertandingan ini. Ini menjengkelkan, tapi Ikki tidak mempunyai itu. Jika dia memberikan "Aku kalah pada bakatnya" sebagai alasan untuk kekalahannya, Stella tidak akan menyangkalnya. Ia memiliki hak untuk mengatakan hal seperti itu.

Dia... sekuat itu. Itulah kenapa—

"Aku akan menyelesaikan ini dengan sungguh rasa hormat."

Mendadak, Stella mengambil lompatan jauh kebelakang. Dia mundur ke garis batas arena yang berbentuk lingkaran, pada dinding yang memisahkan arena dari bangku penonton.

Dengan penuh rasa hormat. Ikki merasakan kegelisahan tentang Stella yang mundur jauh setelah mengatakan kata-kata itu—tapi kegelisahan itu dengan segera dibatalkan oleh sensai yang lebih berat.

"Menembus langit biru, api penyucian."

Sesaat Stella menusuk Lævateinn miliknya di udara, api yang menutup pedang terbakar dengan geram dan panas—dan segera pedang itu kehilangan bentuknya, mengambil bentuk tiang cahaya yang melelehkan atap arena yang melingkar.

「Ap-Apa iniiiiii!!!」

「Ini sangat gila! Apa dia masih manusia!?」

Pedang yang dengan cepat meluas ratusan meter ke atas yang menyinari dengan cahaya cemerlangnya, tak dapat menentang kebakaran merah menyala. Bagi kesatria Kelas A, Putri Merah Tua, ini adalah Noble Art terkuatnya. Stella bukan lagi bermaksud bertarung dengan pedang. Dia tidak akan lagi percaya. Ikki adalah pendekar pedang yang jauh melampauinya, dan karena dia mengakui itu, dia memilih akhir pertandingan ini dengan menghancurkan arena bersama bakat tidak adilnya.

"Ini berakhir. Terima kekalahanmu. Itu pastinya lebih mudah untukmu juga."

Hanya sebelum melepaskan serangannya, dia berbicara dengan semangat naga. Stella percaya kalau siapapun yang cukup kuat untuk melampauinya seperti ini akan menang di tempat lain tidak peduli sulitnya, tapi dia tidak menilai untuk laki-laki ini yang kekurangan bakat memaksanya menuju jalan Kesatria Gagal. Itulah kenapa Stella akan mengalahkan Ikki deminya juga, menggunakan kekuatan mutlak bakatnya!

"Katharterio SalamandraΚαθαρτήριο Σαλαμάνδρα―!!!" [8]

Menurunkan cahaya pedang yang hanya mengetahui kehancuran, membakar seluruh arena.

「Uh, uwaaa!」

「Lari! Kita akan terkena juga—!」

"Hei hei.... Apa ini benar-benar berubah menjadi pertarungan satu lawan satu?"

Sembari arena remuk ke bawah, murid-murid yang menonton mulai melarikan diri dalam sekumpulan jeritan, dan Kurono yang menyaksikannya semua dengan ekspresi pahit.

Rakudai Kishi no Chivalry Colour 02 eng.jpg

Tapi berdiri di depan kehancuran yang menghampiri ini, Ikki Kurogane tersenyum.

"Adik perempuanku sering mengatakan, 'Nii-san bisa menjadi apapun lebih dari kesatria sihir, jadi dia pastinya menginginkan itu.' Pastinya dia mungkin juga benar, karena aku tidak memiliki bakat."

Jika Ikki Kurogane ingin menjadi kesatria sihir, ia setidaknya memenangkan Seven Star Sword-Art Festival, tapi mencoba demi kemenangan itu adalah senekat menanjaki air mancur dengan perahu bambu. Ikki mungkin mengetahui hal itu lebih baik dari siapapun.

"Tapi aku tidak bisa mundur sekarang, karena menjadi kesatria adalah impianku. Jika aku menyerah, aku tidak bisa memaafkan diriku untuk memutuskan janji yang mengikat kami."

Jadi—

"Jadi aku ingin tahu, bagaimana bisa yang terlemah mengalahkan yang terkuat? Bagaimana bisa aku melampaui kelemahanku sendiri? Di sini dan sekarang, aku akan menunjukkanmu jawabanku."

Ikki mengarahkan ujung Intetsu pada Stella dan berbicara,

"Di sini, dengan kelemahan terbesarku, aku akan mengalahkan kekuatan terbesarmu—!"

Pada saat itu, sekujur tubuh Ikki dan panjang utuh Intetsu mulai bersinar.

Kilauan biru yang berkelap-kelip sampai sedikit seperti nyala api—apa itu kekuatan dasar yang mirip dengannya? Stella memikirkan untuk sesaat tapi segera mengabaikannya. Bukan, itu adalah cahaya kekuatan sihir sendiri yang meningkat pada titik penglihatan.

Kekuatannya... meningkat...!?

Mustahil. Kekuatan sihir tidak dapat naik ataupun turun dari tingkat pemiliknya saat lahir. Lalu apa yang terjadi? Stella tidak bisa memahaminya. Dia tidak pernah mendengar kemampuan yang meningkatkan kekuatan sihir. Tapi dia mengerti satu hal: Intetsu saat ini menghangatkan dengan cahaya biru yang memiliki kekuatan untuk merobohkannya.

—Tapi apa!? Tidak peduli kekuatan macam apa yang ia miliki, semua benda dari surga dan bumi membakar menjadi abu di depan matahari!

Tikam dia! Aku bisa menang dengan hanya melakukan itu!

Jarak antara mereka lebih dari enam puluh meter. Tidak peduli apa yang lawannya coba, karena pedang cahayanya akan menjangkaunya pertama.

Tapi laki-laki ini—ia mengatakan harus menghancurkan alasan itu!

"Ap!?"

Dalam sekejap pedang cahaya itu jatuh menuju Ikki, ia lenyap. Tidak, ia baru saja melompat cukup cepat sementara mengelaki cahaya itu yang tampak seperti menghilang.

Stella tercengang setelah kehilangan targetnya.

Apa itu, baru saja!?

Meskipun terkejut, dia dengan cepat menyerang Ikki dengan ayunan kedua. Katharterio Salamandra yang membuat pedang panas yang tidak memiliki tubuh fisik, dan itu akan mencapai sasaran lebih dari ratusan meter. Ini bukanlah sesuatu yang daging dan darah manusia bisa dengan mudah hindari.

Tapi Ikki melakukannya.

Tebasan kedua, dan lalu ketiga. Di sini dan di sana di atas lapangan pertandingan, Ikki masih bergerak seperti angin topan di antara tikaman cepatnya, benar-benar menghindari setiap serangan. Gerakannya mustahil untuk diikuti. Melupakan pedangnya, matanya tidak bisa menangkap pada kecepatan Ikki. Secepatnya, Stella tidak dapat lagi menjaga pandangan buruk posisinya.

"Kuh, ada apa dengan kekuatan itu!? Bagaimana bisa kau bergerak seperti itu tiba-tiba!?"

"Karena itulah kemampuanku. Hanya seperti bagaimana Stella-san bisa mengendalikan api, aku juga memiliki kemampuan sebagai Blazer."

Kemampuan Ikki adalah... menggandakan sifat fisiknya.

Ini disebut paling buruk di antara semua kemampuan Blazer yang bisa dimiliki, karena tanpa mendorong sifat fisik, Blazer bisa menambah lebih jauh tenaga atau keseimbangan dengan memakai sihir. Tentu, Stella menggunakan sihir seperti itu selama pertandingan ini, dan sifatnya melipatgandakan lima sampai enam kali, tidak harus digandakan terus. Dengan kata lain, kemampuan Ikki adalah versi lebih rendah dari apa yang setiap Blazer bisa lakukan hanya dengan menggunakan sihir.

Seseorang bisa mengatakan kalau ini adalah sangat pantas bagi Kelas F.

"Itu bohong! Gerakan itu, jauh lebih dari cuma digandakan! Dan selain itu, aku belum pernah mendengar kekuatan sihir juga meningkat bersama kekuatan fisik!"

Sementara mengayunkan pedangnya pelan, Stella protes. Melepaskan kekuatan sihir yang bisa terlihat dengan mata telanjang, dan kemudian pergerakan itu tidak biasa? Hal seperti itu tidak bisa disebabkan hanya dengan menggandakan sifat fisik. Meski ialah satu-satunya yang berbicara tentang kekuatan fisik, Ikki pastinya melompat lebih dari sepuluh kali lipat.

Ikki, masih bergerak di sekitar seperti angin topan sementara menghindari pedang Stella, memberikan senyum kecil dan angkuh pada apa yang Stella tunjukkan.

"Itu benar, tapi aku tidak menggunakan kekuatanku secara biasa. Sebaliknya, aku menggunakan kekuatan penuh."

"Hah!? Tidak mungkin kau akan meningkat seperti ini hanya karena semangat!"

"Bukan.. aku tidak membicarakan tentang semangat, melainkan secara sungguh-sungguh."

"Eh...?"

"Aku memikirkan tentang ini untuk waktu lama. Ayo katakan kau untuk lari ratusan meter setelah mengatakan kalau kau akan melakukannnya dengan kekuatan penuh. Meski kau melakukannya seperti yang kau maksud, kau masih akan menghemat energi setelah itu. Kupikir itu aneh. Jika kau benar-benar lari sementara menggunakan seluruh kekuatanmu, bukankah aneh untuk tetap sadar setelah itu?"

Bagaimana bisa itu terjadi? Jawabannya adalah karena manusia hidup, dan makhluk hidup secara naluri ingin mempertahankan hidup mereka, naluri mereka memberikan prioritas untuk selamat. Tidak peduli berapa banyak orang tetap untuk menggunakan kekuatan penuhnya, hati kecilnya tidak akan pernah mengijinkannya. Meskipun dia mengeluarkan semua tenaganya, seberapa penuh masih akan tersisa kalau tubuhnya berlanjut digunakan. Perbatasan ini adalah kawat keras menjadi biologi hidup.

Karena batasan itu, manusia tidak bisa dengan normal menggunakan setengah stamina, kekuatan, atau kekuatan sihir mereka. Ini merupakan aturan mutlak.

Bagaimana jika seseorang bisa menembus aturan mutlak itu? Bagaimana jika seseorang, menggunakan ketekatannya sendiri, bisakah melepaskan pembatas yang menjaga dia dari memaksakan kekuatan penuhnya?

"Kau... maksudmu berarti—!"

"Ya. Kekuatan sihirku tidak ditingkatkan. Aku hanya menyalurkan kekuatan yang aku tidak bisa sebelumnya, setelah melebihi pembatasku."

Ikki kekurangan bakat lebih dari siapapun, dan ia mengerti fakta itu lebih dari siapapun. Ia tidak bisa mendekati celah antara dirinya dan berbakat hanya dengan berusaha keras, karena berbakat juga berjuang keras, dan itu adalah penghinaan untuk mengatakan kalau mereka menang hanya dengan bakat. Usaha yang tidak cukup dapat melebarkan celah, tapi memberikan usaha yang tidak bisa menyembunyikannya dengan mudah. Berbeda dalam bakat adalah faktor penting, secara normal.

Jika ia ingin mendekati celah, ia tidak bisa jadi normal lagi. Ia tidak punya pilihan tapi menjadi Shura[9]. Ikki tidak bisa memalingkan matanya dari kebenaran tersebut. Memusatkan pada reaksi ini, ia mengetahui sebuah cara. Untuk melebihi bakat, ia tidak bisa meninggalkan kekuatan yang tak terpakai.

Satu menit cukup. Ini tak apa untuk mengabaikan apa yang terjadi setelah itu, tapi selama satu menit ia menjadi cukup kuat untuk mengalahkan siapapun.

Itu adalah jawaban yang Ikki Kurogane temukan, jadi kalau kelemahan terbesarnya bisa mangalahkan kekuatan terbesar orang lain. Dengan sengaja menggunakan seluruh kekuatan dan staminanya setelah melewati batasnya, ini adalah Noble Art yang membawa semua kekuatan kurangnya selama tidak lebih dari satu menit dan menggandakan kekuatan itu beberapa puluh kali.

"Ittou Shura.[10]"

Tiba-tiba Ikki, yang bergerak ke sekitar arena dengan gerakan yang tidak bisa diikuti oleh mata manusia, menggunakan kecepatan kejutnya untuk muncul di sisi tersembunyi Stella, dan mengakhiri semuanya.

Dengan sebuah *tebasan*.

Pada kecepatan yang tidak dapat lagi dihindari ataupun dihadang, tanpa kesempatan untuk berteriak, Stella mengambil serangan langsung dari Intetsu.

"Ah—"

Dia merasakan tanah di bawah kakinya hancur, dan lalu pikiran Stella tenggelam menuju kegelapan. Ini adalah semacam tidak kesadaran khusus yang dibebankan oleh luka ilusi fatal. Hanya seperti nama yang diusulkan, Ittou Shura merobohkan Putri Merah Tua dengan hanya satu tikaman, dan Stella pingsan tanpa tenaga.

"Itu cukup! Pemenangnya, Ikki Kurogane!"

Walau Kurono menyebut kemenangan Ikki, dan menarik perhatian hasil di depan setiap mata mereka, murid-murid di arena masih belum benar-benar memahami apa yang terjadi. Semua yang bisa mereka lakukan cuma menatap pada sosok Kesatria Gagal yang dengan tenang berdiri di sana.

Bagian 6[edit]

"...Nn."

Muncul melalui cahaya yang kabur, Stella secara perlahan bangun, dan apa yang memenuhi pandangannya sembari dia membuka matanya adalah rendahnya langit-langit dan—Kurono duduk di sebelah tempat tidur Stella sementara menghisap rokok.

"Apa kau bangun, Vermillion?"

"Ibu Kepala Sekolah... di mana aku?"

"Kamarmu. Kau pingsan dari kelelahan yang mendapat serangan oleh Device dalam bentuk ilusi. Ini bukan sesuatu yang kita harus gunakan iPS capsule[11] atau memanggil doktor, jadi kau harus istirahat di sini."

Mengatakan hal itu, Kurono melepaskan isapan rokok dari lapisan lipstik bibirnya.

...Bukankah asrama murid melarang merokok?

Tapi Stella tidak benar-benar dalam suasana untuk mengatakannya sangat keras.

"Jadi itu berarti... bukankah itu semua mimpi?"

Dengan reaksi itu, perasaannya menjadi suram. Tampaknya harapannya tidak akan menjadi benar. Dia telah dikalahkan, dan dikalahkan dengan benar-benar kalau dia tidak bisa membuat alasan untuk kekalahannya.

"...Haa. Kupikir aku melupakannya tadi. Kekalahan... pastinya terasa seperti ini."

"Yah, kau tidak perlu sampai terganggu. Selain rintangan, Kurogane adalah laki-laki yang menang secara jujur melawanku. Dia bukan orang yang bisa kau kalahkan sekarang."

"Menang menentang 'Jam Dunia', mantan tiga teratas di dunia... apa - apaan itu?"

Terdapat batas menjadi monster.

...Tidak, dia tidak bisa mengatakan itu. Mengalahkannya dalam satu menit adalah puncak ketekatannya, sesuatu yang secara biasa tidak dapat dipikirkan. Keputusan atau kebulatan tekat yang mengerikan seperti apa yang akan seseorang perlu untuk mencobanya? Cara bertarung itu memang seperti Shura. Itu bisa disebut melampaui manusia.

Ah.

Memikirkannya, apa yang terjadi pada laki-laki itu setelah menggunakan dirinya?

"Ibu Kepala Sekolah. Laki-laki itu, apa dia baik-baik saja?"

Kurono dengan ringan mengangguk pada pertanyaannya.

"Dia baik-baik saja. Dia banyak lebih serius terluka daripadamu, tapi ini tidak begitu buruk sampai hidupnya dalam bahaya."

Setelah mengatakan hal itu, dia melihat ke atas tingkat tempat tidur.

Stella merayap dari bawah tempat tidur dan menengadah untuk melihat wajah pucat Ikki yang berbaring di atas dengan kemeja latihan. Tenaganya tampak sangat lemah sehingga Stella tidak mendengar napas sedikitpun, Stella pastinya mengira dia sebuah mayat.

"Yah, dia memiliki energi tersisa untuk kembali ke kamarnya dan mengganti bajunya. Jika dia tidak bisa meninggalkan banyak hal itu dengan sikap hati-hati, akibat tekniknya akan jadi jauh lebih parah. Kurogane mencoba memperkirakan hal yang terjadi nanti, setidaknya."

"Aku tidak berpikir itu benar-benar dihitung sebagai energi tersisa."

Ittou Shura adalah Noble Art yang membawa kekuatan penuh seseorang sementara mengabaikan naluri kelangsungan hidup. Penggunanya tidak akan bisa bernapas setelah hanya satu menit menggunakannya, jadi Ikki tidak dapat menggunakannya untuk bertarung secara lama. Jika dia tidak menang dalam satu menit itu, cedera pastinya tak bisa dihindari—rencana menghancurkan diri sendiri. Tapi dengan menguasai teknik berubah-ubah seperti itu, laki-laki ini menunjukkan dia mampu menaklukkan dirinya.

"Ibu Kepala Sekolah, siapa sebenarnya laki-laki ini?"

"Apa maksudmu?"

"Tolong jangan bercanda! Ini pastinya tidak normal untuk bergerak sangat cepat sampai mataku tidak dapat melihat! Mungkinkah dia salah satu dari mereka? Ninja dari Jepang!?"

"Bukan, kau benar-benar ngawur..."

"Kalau begitu, ini aneh untuk orang seperti dia menjadi Kelas F dan mengulang setahun! Tolong jelaskan padaku secara pasti apa yang terjadi!"

"Meski kau mengatakan itu, dia menjadi Kelas F adalah sebenarnya penilaian yang sah, karena susunan peringkat yang menilai kemampuan Blazer. Biasanya kemampuan seperti pendekar pedang, kemampuan fisik, dan teknik persenjataan tidak termasuk dalam penilaian itu, karena hal seperti itu mungkin akan tidak berguna melawan Noble Art."

Memang benar, kemampuan biasa bukanlah apa-apa dibandingkan pada kekuatan supernatural yang luar biasa. Misalnya, terdapat sosok ahli pendekar pedang yang bisa membelah baja. Bagaimana dia akan melawan pedang api Stella? Menguasainya adalah tidak berguna; dia hanya dapat terbakar menjadi abu. Kemampuan biasa hanya berguna pada Blazer ketika melawan orang dengan kemampuan sihir sama.

"Itu adalah cara umum memikirkan hari-hari itu. Sederhananya, tidak ada susunan untuk menilai Kurogane dengan tepat. Dan Kurogane, yang hanya unggul dalam kemampuan fisik... yah, dia hanya bisa disebut paling buruk. Ini jarang untuk seseorang memiliki keadaan buruk ini. Jika kau adalah berbakat yang muncul sekali dalam sepuluh tahun, lalu dia adalah orang dungu yang muncul sekali dalam sepuluh tahun juga. Tidak ada yang bisa benar-benar dilakukan dengan itu. Kau harusnya juga mengerti setelah menghadapinya langsung, karena serangan berkekuatan penuh tidak dapat mengenaimu sementara kau tanpa pertahanan."

"...Yah, ada hal seperti itu... tapi kau belum menjelaskan kenapa dia mengulang."

"Benarkah?"

"Aku dari keluarga kerajaan. Aku tahu berapa banyak negara yang menilai Blazer kuat, akademi bertanggung jawab untuk melatih kesatria sihir yang harusnya memikirkan hal yang sama. Tidak memiliki penilaian yang bagus bukanlah alasan yang bagus untuk membuatnya mengulang setahun."

Karena kelompok pemberontak akhir-akhir ini mulai muncul, negara-negara selalu mempromosikan perkembangan kesatria kuat. Tidak ada alasan yang cukup untuk menjual rendah prioritas tersebut.

Untuk keluhan Stella, Kurono memberikan senyum tak enak dan mendesah sambil dengan setuju.

"Haha... yah yah. Kau benar-benar tepat sasaran di mana itu menyakitkan."

"Seperti yang aku pikirkan, ada suatu alasan lain, ya?"

"Yah, nilainya tidak cukup hanya pura-pura mendaftar sekolah."

"Pura-pura...?"

"Benar. Vermillion, bukannya nama Kurogane mengingatkan sesuatu?"

Dia tidak harusnya tahu. Itulah apa yang ingin dia katakan, tapi seseorang dengan nama panggilan itu muncul di pikirannya.

"Tunggu, tidak mungkin... Samurai Ryouma?"

"Pastinya. Pahlawan yang menuntun Jepang untuk menang di Perang Dunia Kedua, Samurai Ryouma. Nama aslinya adalah Ryouma Kurogane, dan dia adalah kakek Kurogane Ikki. Tanpa dia, klan Kurogane adalah keluarga berbeda dari era Meiji yang menghasilkan Blazer unggul untuk generasinya, dan menahan kekuasaan lingkungan kesatria sihir. Klan itu menaruh tekanan langsung pada Akademi Hagun dan mengatakan, 'Jangan membiarkan Ikki Kurogane, bajingan yang menghilangkan kediaman Kurogane, lulus.'"

"Kenapa mereka melakukan sesuatu seperti itu?'

"Demi menegakkan keluarga yang membedakan. Jika pembohong seperti Kelas F lahir dari garis keturunan mereka, itu akan menodai nama mereka. Mereka memikirkan sesuatu seperti itu, karena kesatria saat ini menekankan peringkat lebih dari siapapun lain. Kepala sekolah sebelumnya menuruti, dan memulai aturan edan tentang pembatasan syarat untuk mengambil pelajaran praktek. Dengan cara itu, dia mengeluarkan Kurogane, dan mengulang setahun adalah hasil tak adil itu."

Sesaat Stella mendengar cerita kelam itu, dia merasakan kemarahan besar yang tak terbayang di dalam dadanya.

"Apa itu sesuatu yang keluarga atau guru harus lakukan!?"

"Ini sangat disesalkan, tapi ada orang dewasa seperti itu di dunia ini. Tentu saja, aku tidak bermaksud memaafkan tindakan mereka. Setelah mengambil posisi ini, aku secara menyeluruh membersihkan orang-orang yang memasukkan tangan mereka dalam sampah itu... tapi itu tidak mengembalikan setahun yang dilewati Ikki. Dan, laki-laki itu tidak putus asa. Meskipun ditarget oleh keluarganya, diperlakukan tidak adil, kekurangan peluang, dan diejek seperti sampah, dia tidak berhenti percaya dengan nilainya sendiri. Tidak melihat berbakat sebagai tidak dapat diatasi, tidak kabur dari kekurangannya. Setelah berjuang melalui ketidakadilan, dia mencapai puncak di mana dia berdiri sekarang. Dengan memiliki kepercayaan dalam diri dan nilainya, dia mempertaruhkan seluruh nilainya dan akhirnya mencapai 'satu menit tak terkalahkan' itu, yang bisa mengalahkan Putri Merah Tua yang dijuluki bakat sepuluh tahun sekali. Sejujurnya, dia benar-benar istimewa."

Percaya dengan diri sendiri dan nilai seseorang, tak peduli bagaimana tak berharapnya situasi. Stella tahu sangat baik bagaimana sulitnya itu, memahami dengan baik kesakitan itu, Tapi sayangnya, dia memiliki bakat. Dia percaya kalau jika dia menguasai api yang tinggal di dalam dirinya, kekuatannya akan membantu negaranya dengan hebat. Itulah kenapa dia bisa mendorong dirinya maju.

Bagaimana dengan Ikki? Dia benar-benar tidak memiliki apapun sama sekali. Tak cukup memilki kekuatan sihir dan Noble Art-nya, kartu as Blazer, hanya menggandakan kekuatan fisik. Itu cukup menyakitkan, tapi orang-orang dewasa di sekeliling Ikki mereka semua dapat menghadang jalannya juga. Bagaimana dia tetap yakin dan mempercayai dirinya?

"Hanya... hanya saja apa yang mendorongnya sampai sejauh itu...!?"

"Siapa tahu? Ini bukanlah sesuatu yang kau pahami tanpa menanyakan Kurogane sendiri. Aku hanya memiliki beberapa harapan. Apakah dia benar-benar akan menggapai puncak Seven Star, seperti itu."

Kurono menekan rokoknya menuju putung wadahnya dan sekali lagi menanyakan Stella.

"Vermillion. Kapan kau datang ke kantorku pagi ini untuk menyapaku, apa kau ingat bagaimana kau membalas pada pertanyaanku, 'Kenapa kau datang kemari untuk belajar mandiri?'"

"Ya. Karena jika aku tetap tinggal di negara itu... aku akan secepatnya melupakan bagaimana untuk melangkah lebih tinggi."

Itu adalah alasan Stella meninggalkan Vermillion: orang-orang dari pulaunya, dari persetujuan mereka sendiri, menjebaknya dalam sangkar "berbakat". Bahwa dia dapat melakukan apapun, dan tidak akan kalah pada siapapun. Jika Stella tetap tinggal bersama mereka, dia mungkin mulai mempercayai mereka. Dia menjadi sombong, dan hatinya akan membusuk. Kesombongannya akan membangun tanpa dasar, dan dia akan memperbaiki yang telah terpotong. itu menakutinya lebih dari apapun, sangat banyak kalau dia tidak bisa melepaskan dirinya yang menyisakannya lagi. Dia harus menjadi kesatria yang lebih kuat untuk melindungi Kerajaan Vermillion yang dicintainya.

Itu adalah alasan Stella untuk datang ke Jepang: untuk mencari orang-orang yang lebih kuat dari dirinya. Untuk melawan kesatria-kesatria kuat, mengalahkan mereka, dan menjadi Seven Star Sword King.

"Kalau begitu, Stella Vermillion, coba kejar Kurogane dalam setahun. Aku yakin itu tidak akan membuang waktu."

Pada udara kuat Kurono, Stella tidak bisa memberikan jawaban pasti.

"Aku masih... tidak mengerti. Aku masih tak mengerti apapun tentangnya di luar perkataanmu..."

"Yah itu benar juga, aku kira."

Itu tidak jelas apakah balasan Stella telah memuaskan Kurono, tapi Kurono berjalan menuju pintu keluar setelah memberikan anggukan.

Memutar ganggang, dia membuka pintu.

"Lalu kau harusnya mempelajari siapa dia dengan dirimu sendiri. Seperti yang aku katakan, Ittou Shura adalah teknik hebat yang hanya bisa digunakan sekali dalam sehari, jangan menahan sedikitpun sihir, kekuatan atau ketekatan. Dan ini sebuah kemampuan, seperti menunggangi kuda, tidak bisa berhenti di tengah jalan. Dia pastinya tidak bangun untuk sementara... jadi, semoga dia tidak benar-benar mati, hanya terlihat seperti itu. Dia akan bangun segera atau nanti, dan jika kau masih tidak ingin tinggal dengannya setelah mencoba kata-kataku, bicaralah. Aku akan menyiapkan kamar VIP untukmu."

Setelah mengatakan itu, Kurono pergi.

Bagian 7[edit]

Stella, sekarang sedikit ditinggalkan, menengadah ke atas tempat tidur dan memikirkan laki-laki yang mengalahkannya.

Aku... pastinya tidak lemah.

Dia tidak cukup seenaknya untuk memikirkan kalau dia terkuat di dunia, tapi dia tidak pernah kalah pada orang dengan kemampuan biasa. Ikki kuat, dan dia ingin tahu tentang sumber kekuatan itu. Dia ingin tahu bagaimana dia bisa terus percaya dengan dirinya tanpa semua penganiayaan itu membebaninya.

"...Kurogane Ikki."

Sembari menyebut nama itu, perasaan manis misterius membuat hatinya sedikit berdenyut. Bagi Stella, ini adalah pertama kalinya dia ingin sangat mengenal orang lain. Dia tidak bisa menahan harapan untuk mempelajari tentang laki-laki yang tertidur, dan penundaan dari penyembuhannya tak dapat tertahankan. Itulah kenapa, setelah dibanjiri oleh keingintahuan yang mendidih di dalamnya, dia memanjat tangga tempat tidur.

Ikki masih tertidur. Dia mungkin berbaring ke samping sementara tidur, tapi sekarang dia berbaring di atas perutnya, dan Stella tidak bisa lagi melihat wajahnya. Dia dapat mendengar napas kecil yang bertemu gerakan pelan dari punggung kokohnya, jadi dia harusnya benar-benar mulai sembuh sedikit sejak tadi, karena perasaan yang dia tidak mungkin bangun lagi tidak lagi ada di sana. Stella merasa agak lega pada itu.

"...Ikki."

Dia memanggil namanya, tapi seolah menentangnya, dia tidak bangun dari tidur nyenyaknya. Dia tertidur dengan suara, jadi itu akan tidak enak untuk membangunkannya dengan paksaan. Karena kelelahannya masih belum mereda, Stella memutuskan dia harus jalan-jalan keluar dan kembali nanti.

Ya, sambil Stella memikirkan hal itu—dia dengan tak sengaja mengintip ke dalam celah antara kemeja dan tenggkuk leher Ikki. Dia memiliki punggung yang lebar, dan penglihatannya mempunyai pengaruh kuat yang dia tidak dapat bayangkan dari senyum malunya.

Tidak, tubuhnya tidak kekar seperti itu. Mungkin, agak ramping, tapi tenaga laksana baja membuat punggungnya tampak jauh lebih besar dari sebenarnya.

...Cu-Cuma sebentar, ini boleh, ya 'kan? Lagi pula dia menghadap ke arah lain juga.

Setelah merundingkan beberapa selubung dalam hatinya, Stella mengulurkan tangannya menuju punggung Ikki, dan dia perlahan mulai menyentuh.

"Wo-Wow...."

*Thump thump*

Ketika Stella menyentuh dengan telapak tangannya, sensasi aliran darah Ikki mulai merasukinya. Kuat, dan cukup hangat sampai membakar, tetapi tubuhnya terasa benar-benar berbeda dari baja, seolah dia merasakan panas gairahnya.

Jadi ini punggung... laki-laki.

Ini adalah pertama kalinya menyentuh laki-laki, dan Stella merasa seperti dia bermimpi.

"N...mn...."

"Eek...!"

Ikki tiba-tiba berbalik, dan sekarang menghadapnya. Karena itu, tangan kanan Stella tersangkut dan terjepit di bawah tubuh tidurnya.

Oh tidak!

Jika Ikki bangun sekarang, Stella tidak bisa memberikan penjelasan. Tubuh yang tak disangka berat, sehingga dia tidak dapat menarik tangannya dan kabur. Dia bisa menyentaknya, tapi itu mungkin mengganggunya, dan jatuh dari tangga karena menariknya sangat keras juga akan lebih berbahaya.

...Apa yang harus aku lakukan?

Stella menahan napasnya dan memanjat lagi anak tangga. Berdiri di atas lututnya sementara berhati-hati untuk tidak menyentuhnya, dia menggunakan tangan kirinya untuk mengangkat samping Ikki dengan pelan... pelan... begitu pelan.

"Uun...n! ...Kuh."

I-Itu hampir saja!

Stella merasakan keringat dingin menjalar di belakangnya. Dia entah bagaimana berhasil untuk mengangkat samping itu dengan tangan kosongnya dan... cara satu-satunya atau lainnya berhasil dengan menarik salah satu yang menjeratnya. Berhasil! Tapi... meski begitu, Stella masih melihat pada Ikki yang tidur di bawahnya.

"Laki-laki ini tidak bangun sama sekali."

Yah, sejak dia kelelahan, Stella bisa mengerti kenapa dia tidur begitu nyenyak. Melihat Ikki yang masih tidak bergerak, Stella menelan ludah. Saat ini kalau dia membalikkan badan, dia melihat sedikit perut yang menyingkapnya.

Perut laki-laki....

Meskipun dia mungkin melihat beberapa kali sebelumnya, dia belum pernah menyentuh sekalipun. Perasaan macam apa yang akan terbawa?

"A-Apa yang kau lakukan , Stella!? Itu tidak bisa! Untuk yang belum menikah, dan putri yang kurang tertarik dengan tubuh laki-laki yang belum jadi pa-pa-pacarku atau apalah... Itu tidak senonoh!"

Tunggu, itu tidak seburuk itu, ya? Bukan seperti Stella benar-benar menahan pemikiran mesum atau apapun. Ikki Kurogane, lawan pertama yang berhasil untuk mengalahkannya—dia ingin mempelajari lebih tentang kesatria yang Stella harus hadapi di masa depan, keingintahuan murni.

Itu saja. Kayaknya. Kurang lebih begitu.

"I-Itu karena dia melihatku telanjang, jadi ini membuat kita impas, benar 'kan...?"

Ini cara berpikir yang menyesatkan, tapi Stella seperti harus membenarkan dirinya begitu. Sudah pasti dengan rasa penasarannya terhadap kesatria pertama yang mangalahkannya, dia sekali lagi mengulurkan tangannya ke arah perut Ikki dan memasukkan melewati celah kaosnya. Dia dengan pelan menurunkan pembuluh darahnya dan... dengan lembut menyingkap kaosnya.

"...Ini adalah... tubuh... laki-laki...."

Ketika Ikki tiba-tiba telanjang saat ketika mereka bertemu, dia tidak benar-benar tahu karena kebingungannya, tapi sekarang kalau dia merayap lebih dekat, dia bisa mengatakan tubuhnya mempunyai sifat tidak biasa. Bayangan-bayangan kecil dari otot melintasi tubuhnya terlihat sungguh berbeda dari dirinya sebagai wanita. Tentu saja, perasaan mereka pastinya berbeda juga.

"Haa... haa...."

Otak Stella mulai mendidih dengan dorongan kuat untuk menyentuh. Kepalanya terasa pusing, dan pernapasannya menjadi berat serta tak menentu. Dia tidak mampu lagi menghentikan dirinya.

"...Oke."

Rakudai Kishi no Chivalry Page 67.jpg

Dengan tangan gemetar, dia mencapai perut Ikki, dan selagi menyentuhnya, sensasi elektrik menyebar menembusnya dari kerangka kulit dan otot Ikki. Ini kuat sementara memiliki kelenturan yang halus, sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, tetapi dia mengerti tenaga besar di dalamnya.

"Hebat...."

Ini bukan tubuh kesatria yang tertelan dalam kegelapan, tapi seseorang yang berjuang keras demi tujuannya. Stella selalu mengatakan kepada dirinya untuk menjadi kesatria sebelum menjadi seorang wanita. Dia tahu bagaimana sulitnya mengasah tubuh sampai seperti ini, dan betapa sulit melatih hal itu.

Dia tidak bisa meragukan Kurono lagi. Ikki pastinya tidak pernah menyerah dalam keputusasaan. Tubuhnya, secara menyeluruh sekeras kehendaknya, dan dibuktikan.

Tapi karena Kurono tidak melebih-lebihkan, Stella berharap untuk mempelajari lagi tentang Ikki yang bertambah kuat. Lebih dia mengetahui, lebih dia ingin tahu. Harapan ini mulai sangat panas, cukup untuk membuatnya mati lemas.

Dia menjadi terpesona, berubah demam tanpa sebab atau alasan, dan lagi itu menyenangkan, yang mana mengejutkannya lebih lanjut.

"Haa... Apa yang aku lakukan, aku ingin tahu...."

Sementara meraba perutnya dengan jari-jari lembut, dia menanyakan hal itu pada beberapa bisikan setan di hatinya, terdengar seperti dia meronta melawan kegilaannya. Tapi lalu—

"Err, itu sesuatu yang aku ingin tanyakan juga. Stella-san, apa yang kau lakukan?"

Pada Stella yang sedang menunggangi pinggangnya dan menyentuh kulitnya di mana-mana, Ikki melemparkan pertanyaannya kembali dengan wajah yang menunjukkan ia tidak tahu apa yang terjadi.

"A-Aieeeeeeeeeeeee!?"

Stella dengan segera melepaskan teriakan mengerikan dan mundur dari Ikki.

"Tunggu! Jika kau melompat seperti itu kamu akan—"

Peringatan Ikki tak berguna. Setelah berdiri sangat cepat, kepala Stella membentur menuju langit-langit dengan tenaga menggetarkan dan dia jatuh dari atas tempat tidur, dengan suara mendengking, rubuh ke lantai.

"S-Stella-saaaaaan!? Apa kau baik-baik saja!? Kepalamu terlihat seperti—!"

"A-A-A-A-Aku tak apa! Aku hanya jatuh dan beberapa jus tomat jatuh di atas kepalaku, itu saja!"

"Itu tidak baik sama sekali! Karena jus tomat itu datang dari dalam kepalamu! Duduklah sekarang! Aku akan menyiapkan pengobatan pertama jadi duduk saja ya!"

Bagian 8[edit]

"Ini harusnya baik-baik saja."

Ikki mengobati Stella dengan kotak darurat dari lacinya, pada terima kasih Stella yang sedang malu.

"Kau benar-benar baik."

"Aku tinggal sendiri sejak SMP, jadi setidaknya bisa melakukan hal ini."

Yah, ini bukan seperti siapapun membantuku sementara aku tinggal di rumah itu pun.

Sembari Ikki mendesah, Stella mengatakan sesuatu yang aneh.

"...Aku dengar tentangmu. Dari Kepala Sekolah."

"Tentangku?"

"Tentang bagaimana kau diperlakukan di sekolah, juga oleh keluargamu."

"Ap... kenapa orang itu menyebarkan masalah keluarga orang lain? Maaf, itu mungkin bukan cerita yang menyenangkan."

"Bukan itu. Lebih seperti, aku ingin kau memberitahuku."

"Memberitahumu apa?"

"Bagaimana bisa kau berharap menjadi kesatria ketika semuanya memperlakukanmu seperti itu?"

"...Kenapa kau ingin mendengar tentang itu?"

"I-Ini bukan seperti, ini bukan seperti aku mau tahu lebih tentangmu! Jangan bangga dulu ya! Aku hanya ingin tahu kenapa orang baru dengan kekuatan sihir rendah sepertimu masih ingin menjadi kesatria! I-Itu apa yang aku ingin ketahui!"

"Mengatakan sesuatu langsung tepat ke wajahku... itu terasa entah bagaimana membangkitkan kenangan."

Yah, ceritanya tidak benar-benar perlu disembunyikan. Ikki sedikit malu tentang menceritakannya, tapi jika Stella sangat ingin tahu, dia tidak bisa menolaknya.

"Ada seseorang yang aku ingin capai."

"Orang? Apa maksudmu Samurai Ryouma?"

Seorang yang dikenal pahlawan, siapapun dari keluarga Kurogane akan berusaha melampauinya—Ikki memikirkan normal untuk nama itu muncul.

"Yah, pastinya seperti itu. Aku tidak pernah memiliki bakat, jadi keluarga dan saudaraku menolakku sejak aku kecil. Garis keturunan pahlawan milikku melebarkan mundur generasi, di mana anak tak berbakat adalah beban. Aku tidak diijinkan untuk mengikuti pelajaran sihir keluargaku. Sebaliknya duduk di pesta Tahun Baru, Aku terkunci dari pemandangan setiap saat."

「Kau tidak bisa melakukan apapun, jadi jangan mencoba.」

Di hari ulang tahun kelimanya, itu adalah kata-kata terakhir yang ayah Ikki ucapkan padanya, dan setelah itu tidak pernah berbicara atau mengalihkan tatapan padanya lagi. Semenjak pemandangan kepala keluarga membentuk seluruh rumah tangga, Ikki Kurogane diperlakukan sebagai "orang yang tidak ada" oleh semua orang juga.

Ini cukup menyakitkan kalau dia sejujurnya ingin menghilang.

"Tapi pada saat itu, Ryouma-san berbicara padaku."

Bahkan sekarang, Ikki Kurogane bisa dengan jelas mengingat hari bersalju itu. Tahun Baru dan seluruh keluarga berkumpul, tapi hari libur tidak berarti apapun bagi Ikki. Mendengarkan tawa kegembiraan meski sedang dikurung, tinggal di rumah begitu menyakitkan, jadi dia melarikan diri ke gunung di belakang rumah kediaman keluarga.

Dan... dia tersesat. Sinar matahari berkumpul dan udara bertambah dingin. Turunnya salju yang tenang berubah menjadi badai salju.

Tidak ada siapapun yang datang mencarinya. Alasannya jelas: siapa yang membantu anak yang tidak ada itu? Walau Ikki membeku sampai mati, tidak ada keluarga atau saudaranya yang akan bersedih.

Dalam keluarga ini, hanya adik perempuannya yang akan tersakiti jika dia mati... tapi dia hanya satu orang.

Sambil dia memikirkan itu, ia tidak bisa melakukan apa-apa melainkan menangis. Bukan karena dia tidak memiliki bakat, tapi karena tidak ada seorangpun yang mempercayainya.

...Kemudian Ryouma Kurogane itu, lelaki tertua dengan tubuh besar dan kumis kerajaan putih, muncul di depan Ikki. Dia memberitahu pada Ikki yang menangis—kalau Ikki harus menghargai air mata itu.

Air mata itu adalah bukti kalau Ikki tidak menyerah pada dirinya.

「Dengar nak. Kau masih kecil sekarang. Ketika kau dewasa, jangan menjadi dewasa yang membosankan seperti itu yang memuji suatu bakat yang tak berarti. Jangan menjadi dewasa lemah yang menyerah tanpa mencoba dan memanggilnya dewasa. Jadilah dewasa yang berjalan melebihi mereka yang tidak bisa melintasi langkah kakimu. Laki-laki yang bisa mencapai tujuan apapun jika dia tidak menyerah. Terlebih, manusia pernah bisa terbang ke bulan meski tidak memiliki sayap.」

Pria tua itu mengatakan padanya dengan senyum kekanakan, dan menyeka salju yang berdiam di atas kepala Ikki.

"Aku... sangat senang. Itu adalah pertama kali seseorang mengatakan padaku aku tidak boleh menyerah pada diriku sendiri. Meski aku kecil, aku tahu kalau itu adalah kata-kata yang mudah diucapkan, dan kalau dia tidak akan menjamin apapun tentang masa depanku."

Tapi masih, dia senang. Meski itu hanya beberapa kata, dia merasa benar-benar diselamatkan.

"Jadi aku memutuskan dulu. Jika aku menjadi dewasa, aku akan dewasa menjadi seperti dia. Dan jika aku bertemu seseorang dalam situasi yang sama, lalu tidak seperti keluargaku, aku mengatakan 'Kau tidak boleh menyerah', dan menyampaikan pada orang-orang itu yang tidak hanya bakat mereka. Aku akan menjadi dewasa yang memikul kata-kata laki-laki itu pada orang lain. Aku masih tidak cukup bagus untuk melakukannya tepat sekarang. Aku harus lebih kuat, sekuat dia, atau kata-kataku tidaklah lebih hampa dari lemah. Itulah kenapa aku tidak bisa dengan mudahnya menyerah di tempat seperti ini. Jika aku ingin menjadi sekuat Ryouma Kurogane, lalu menang dalam Sword Art Festival adalah setidaknya yang aku harus lakukan."

"...Aku mengerti. Jadi itu adalah impian Ikki."

"Kau pikir ini percuma ya?"

Mata yang kosong. Ekspresi Stella terpenuhi dengan kecanggungan. Dia sungguh memikirkan mimpi Ikki adalah hebat, tapi... untuk mencapainya—

"Kau tidak harus mengatakannya, atau membuat wajah seperti itu. Aku tahu ini bukanlah sesuatu yang aku bisa lakukan dengan mudah. Tapi meski begitu—Stella-san, jika kau mempunyai mimpi kau tidak dapat meninggalkannya, dan jika seseorang mengatakan padamu 'ini mustahil untukmu, menyerahlah' lalu... apa kau akan setuju?"

"Ah—"

Mata Stella terbuka lebar. Bola mata merah tuanya bersinar terang, seolah akhirnya memahami sesuatu. Dan seakan menerima sesuatu.

"Hehe, hahaha."

Pernyataan menyesal Stella tampak menghilang dan dia tertawa terbahak-bahak.

"Ya, itu benar. Aku tidak akan menyerah. Meski aku sampai dibakar, kenapa aku harus menyerah?"

Setelah mendengar kata-kata Ikki, Stella teringat kalau dia sama tahun lalu.

"Jadi itu alasannya. Ini benar, kita tidak perlu khawatir mencapai mimpi kita. Jika usahaku tak berguna setelah aku memberikan semuanya, lalu begitulah, tapi kita tidak bisa memutuskan mereka tak berguna sebelum kita mencoba."

"Pastinya. Tidak peduli berapa banyak aku kekurangan bakat, dan berapa banyak orang mengatakan aku tak berguna, aku tidak akan menyerah pada diriku karena itu. Terutama sejak aku benci untuk kalah."

"Meski aku tidak berpikir ada orang lain yang benci kalah sekali seperti yang aku lakukan."

Mengatakan hal itu, Stella mulai tertawa lagi. Ini tertawa yang terdengar sangat mengejutkan, tapi sangat senang.

Dia lega dan mengangkat tangannya.

"...Ahh, aku kalah. Aku menganggapmu pada tingkat yang membodohi diriku sendiri dari bakat dan biasa, dan tidak melihat kau yang sebenarnya. Mustahil untukku menang dengan kesombongan itu, perasaan setengah hati. Ini menyelesaikan kekalahanku, Ikki."

Dengan mengatakan kata-kata itu, Stella merasa agak terbebaskan. Dia tidak memiliki keraguan lagi tentang nasehat Kurono. Ikki adalah orang yang berbagi semangat yang sama, dan dia kuat—itulah pastinya kenapa dia bisa mempelajari darinya, dan jika dia mengikutinya dia pastinya menjadi lebih kuat sendiri. Dengan pendirian jujur, dari bawah hatinya, Stella berterima kasih untuk bertemu Ikki. Bagaimana bisa tidak, ketika dia melintasi dunia untuk ini?

Dan Ikki, setelah melihat ekspresi gembiranya, terasa kalau Stella telah mengerti dia. Stella tampak lega dengan jawabannya. Kalau begitu—

"Lalu, karena kita mencapai persetujuan di sini—akankah kita membahas tentang masalah penting lain?"

"Hah? Masalah apa?"

"Yah, maksudku... aku menang duel, 'kan?"

"Tentu saja. Meski aku benci kalah, aku tidak sangat keras kepala bahwa aku menyangkalnya ketika itu terjadi."

"Lalu itu berarti Stella-san adalah budakku dari sekarang, benar?"

"...Eh?"

Mata Stella mendadak membelalak, seperti tembakan menukik dengan peluru.

"Apa kau tidak ingat membuat taruhan? Siapapun yang kalah akan tunduk pada pemenang, dan mematuhi perintah apapun."

Dengan sekejap, kulit wajah Stella menjadi merah mendidih, kemudian memudar sampai putih kebiruan. Itu terlihat dia benar-benar lupa tentang perjanjian karena banyak hal telah terjadi.

"Jadi sejak aku menang, ayo mulai dengan—"

"Ap, i-i-itu, itu! Ka-Kata se-se-seperti itu, dan, aku cuma terlalu bersemangat, dan...!"

"Hmm, aku ingin tahu apa yang aku akan minta pertama. Kau akan mendengar apapun, benar?"

"Ap-Ap-Apapun!? Ti-Tidak, i-i-itu, aku mengatakan akan melakukan apapun, tapi apapun tidak semuanya! Benar-benar tidak, ya!?"

Stella bersembunyi ke sudut tempat tidurnya dan menutup dirinya dengan selimut, seolah bersembunyi dari Ikki. Apa yang dia katakan tentang tidak menjadi keras kepala?

"Eh? Lalu Stella-san, kau akan menarik kembali kata-katamu?"

"Ugh...."

"Yah, jika kau enggan seperti itu, ini baiklah. Ahh, aku kira keluarga kerajaan Vermillion tidak bisa menepati janjinya?"

"Aa, ugh...."

"Ini sedikit mengecewakan."

"Tu-Tunggu sebentar!"

Seperti yang diduga, Stella bereaksi pada ejekan terang-terangan Ikki. Merambat dari selimutnya, dia menatap pada Ikki dengan mata setengah menangis.

"Siapa yang mengatakan tidak bisa menepatinya! Ba-Baiklah! Aku akan menjadi budakmu atau anjing! Aku akan melakukan apapun yang kau minta! Aku akan melakukan hal-hal yang tak senonoh! Kau mesum! Idiot! Aku membencimu!"

"Kau menjadi seperti ini dan sekarang kau marah!?"

...Yah, mungkin aku sedikit berlebihan.

Ikki ingin menghukum Stella untuk berbicara dengan sembrono dan mempertaruhkan dirinya dengan mudah, tapi dia tampak kelewat batas. Dari awal, dia tidak pernah bermaksud untuk menjadikan Stella budaknya. Permintaan sebenarnya adalah—

"Lalu ini permintaannya. Stella-san, jadilah teman sekamarku."

—untuk mereka tinggal di kamar ini bersama.

"Eh... itu... itu saja?"

"Yah. Aku memikirkan sementara kita bertarung kalau kita mungkin bisa berhubungan dengan baik, dan aku ingin menjadi teman dengan Stella-san juga. Lebih dari sebuah permintaan, ini lebih seperti harapan."

Ikki ingin tahu lebih, dan lebih lagi, tentang gadis ini yang semangatnya menirukan dirinya sendiri. Pada perkataannya—

"Fuah...."

—gadis itu yang memikirkan hal yang sama merasa otaknya mendidih.

"Ka-Kamu, ha-hanya... hanya apa yang kau... memanggilku cantik... dan kalau kau ingin jadi teman... dengan putri yang belum menikah, ini bukanlah apa-apa. Sebenarnya, kamu tidak benar-benar baik sama sekali...."

Mungkin dia tidak bisa mendongak lurus pada Ikki lagi. Bahkan telinganya tercelup merah sambil mengalihkan tatapannya. Di sisi lain, Ikki membuat reaksi seperti marah.

"Ah, la-lalu kau tidak mau? Tinggal bersama laki-laki, maaf untuk mengatakan sesuatu yang sangat tidak sopan. Ayo temui kepala sekolah. Jika kita meminta, kupikir dia bisa mengatur setidaknya kamar lain—"

"Tunggu!"

Stella menggenggam Ikki sambil dia akan pergi.

"...Ini tak apa."

"Eh?"

"A-Aku katakan... Aku tak apa!"

"Eh? Ini benar-benar boleh?"

"A-Aku akan memberitahu ini, tapi ini hanya karena permintaan! Aku akan bermasalah kalau kau berpikir keluarga Vermillion adalah pembohong. Itu semua, aku katakan! I-Ini bukan seperti a-aku melakukan ini karena aku ingin berteman denganmu sampai begitu!"

Stella berdiri setelah melemparkan tatapan ke seluruh tempat. Dia benar-benar mengungkapkannya dengan cara merepotkan... tapi Ikki mengerti kalau dia setuju. Itu membuatnya sangat senang.

"Lalu ayo bersama mulai dari sekarang, Stella-san."

"...Mau bagaimana lagi, jadi mohon bantuannya... hmph!"

Stella menjabat tangannya sementara melihat ke arah lain. Tangannya jauh lebih kecil dari yang dia bayangkan, dan lebih hangat.

Baru saja selagi mereka akhirnya menyelesaikan persoalan teman sekamar, bel asrama berbunyi. Ini sinyal untuk jam delapan tepat.

"Ugh, sepertinya aku benar-benar tidur sedikit. Kayaknya ini sudah terlambat."

"Apa ada sesuatu yang merepotkan tentang jam delapan?"

"Ruang kantin di sini tutup jam delapan. Apa yang akan aku lakukan tentang makan malam?"

Jam malam adalah pukul sembilan. Mungkin aku harus pergi ke supermarket dan membeli sesuatu. Tapi tubuhku sakit setelah menggunakan Ittou Shura, jadi aku benar-benar tidak ingin memasak....

Menakutkan untuk berpikir kalau apa yang akan terjadi jika dia mengiris jarinya, Ikki melipat lengannya dengan khawatir, tapi Stella mengusulkan solusi dengan suara semangat yang aneh.

"Ji-Jika begitu, lalu aku akan membuat sesuatu."

"Eh? Apa itu tak apa?"

"Maksudku, Ikki adalah... Tu-Tuan-ku meski aku sangat enggan tentang itu... dan ini kewajiban pelayan untuk memasak ketika tuannya ingin makan."

"...Erm, tidak bisakah kita melupakan semua pembicaraan tentang tuan dan pelayan?"

"Ti-Tidak boleh! Keluarga kerajaan tidak pernah melanggar janji! Ja-Jadi berhentilah malu dan biarkan aku melayanimu!"

Sungguh pelayan yang sangat hebat. Dan sejujurnya, Ikki berada di umur ketika masakan buatan tangan seorang gadis adalah agak menarik.

"Aku mengerti. Lalu ayo pergi ke dekat supermarket bersama. Aku paling tidak akan membeli, Stella-san."

"Mu—"

...Huh? Kenapa dia cemberut kali ini?

"...Itu tidak diperbolehkan."

"Itu, apa?"

"Itu 'Stella-san'. Ikki adalah tuan di sini, dan lebih penting kau lebih tua, jadi ini aneh untukmu menambahkan honorifik. Katakan tanpa '-san'."

"Err... Aku tidak bisa. Maksudku, Stella-san adalah putri...."

"Dan siapa yang ingin jadi teman putri ini?"

"Uh...."

"Bukankah aneh untuk teman jadi begitu formal?"

Yah, itu memang masalahnya, tapi—

"Bukannya lebih aneh untuk teman menjadi tuan dan pelayan?"

"Ini satu persoalan, itu masalah lain."

"Eeeeehhh!?"

"Kalau begitu!"

Stella menunjuk jarinya, *stab*, pada ujung hidung Ikki.

"Aku tidak akan membalas jika kau tidak memanggilku Stella."

Dia mengungkapkan dengan kemarahan yang menawan, tapi pada saat yang sama dia terdengar benar-benar malu. Ikki tidak ingin memanggil putri dengan cara tak sesuai... tapi ini adalah benar mereka harus menjadi teman, jadi menolaknya sekarang akan jadi buruk.

"...Heh. Aku mengerti, Stella."

Pada akhirnya, Ikki menyerah. Atau agak, Stella telah mengunggulinya lewat pembicaraan untuk sekarang. Sungguh pelayan yang hebat!

"Yah, Lalu ayo pergi Ikki! Aku masih tidak tahu banyak tentang Jepang, jadi antar aku dengan baik."

"Ya, tentu."

Tapi meski Ikki memanggil namanya dengan tanpa formalitas sama sekali, jika itu membuatnya senang, dia harusnya berbicara dengan begini mulai sekarang. Tertarik oleh senyum Stella, Ikki tiba pada kesimpulan itu dengan senyum lebarnya sendiri.


Referensi[edit]

  1. Tokyo Dome memiliki area yang mencakup 112,456 meter persegi.
  2. Harakiri adalah tindakan mengakhiri hidup dengan cara menusukkan belati atau samurai ke perut atau jantung yang dilakukan oleh orang yang merasa telah kehilangan kehormatan akibat melakukan kejahatan, aib, dan/atau mengalami kegagalan dalam menjalankan kewajiban. Singkatnya bunuh diri..
  3. Zaman Heisei, yang dimulai tahun 1989, era yang berlangsung menurut penamaan era Jepang. Harakiri sebagai hukuman resmi yang dihapus selama zaman Meiji tahun 1873.
  4. hmm.. ada yang bisa TLC bagian ini? saya juga kurang mengerti
  5. Lævateinn: Senjata, kemungkinan pedang atau tongkat, yang disebutkan dalam Poetic Eddas mitologi Norse. kebudayaan poluler, yang berhubungan dengan api. Atau dalam penggunaan kanji 妃竜の罪剣, Hiryuu no Zaiken (Pedang Dosa Kaisar Naga).
  6. Bayangan Keras
  7. Teknik Pedang Kerajaan
  8. dalam bahasa yunani atau "Salamandra of Purgatory" (Surga dan Bumi Menghanguskan Raja Naga).
  9. Dewa atau setengah Dewa berperingkat rendah. Mereka lebih kuat dari manusia, tapi merantai lingkaran kelahiran dengan keinginan egois besar, terutama kecemburuan.
  10. Satu Pedang Shura.
  11. semacam pengobatan kayaknya, saya juga kurang tahu.
Balik ke Prolog Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Chapter 2