Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 13 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Permaisuri Elfaria[edit]

Part 1[edit]

Rabu, 19 Mei

Sudah hampir sebulan semenjak persiapan untuk membuat Yurika bisa masuk universitas dimulai. Dengan dibimbing oleh Koutarou yang tegas, latihan matematika yang dijalani oleh Yurika meningkat dalam tingkatan tahun setiap minggunya. Sekarang, Yurika sedang menyelesaikan soal latihan bagi murid kelas lima.

“…Uhm, rata-rata nilai Tarou untuk tiga mata pelajaran itu 60, dan dia dapat nilai 80 untuk tes bahasanya, jadi rata-rata nilainya untuk empat mata pelajaran jadi 70?”

Yurika sedang belajar tentang rata-rata, namun masih belum bisa memahaminya. Cara menghitungnya kali ini pun salah.

“Ah, itu salah!! Ini jebakan!!”

Namun setelah berlatih selama sebulan, Yurika menyadari kesalahannya tepat waktu.

Nggak mungkin soal terakhir yang dikasih sama Satomi-san bakal segampang ini! Aku yakin pasti ada jebakan yang aku lewatin!

Yurika belum menyadarinya lewat matematika, namun karena dia sudah belajar dibawah bimbingan Koutarou selama satu bulan, dia menjadi bisa merasakan adanya bahaya. Secercah cahaya di ujung terowongan akan membawanya menuju keputusasaan yang lebih besar lagi, dan Yurika tahu hal itu lebih baik daripada yang lain.

“Betul juga! Aku nggak bisa ngerata-rata rata-rata begitu aja! Pertama-tama aku harus ngaliin rata-rata nilai tiga mata pelajaran itu sama jumlah mata pelajarannya, terus nambahin 80 sebelum dirata-rata lagi sama empat mata pelajaran…uh, nilainya 65!! Satomi-san, aku udah selesai!!”

Setelah merasakan adanya bahaya yang mendekatinya, Yurika akhirnya bisa menemukan jawaban yang tepat. Dengan senang, Yurika memperlihatkan jawabannya pada Koutarou sambil tersenyum.

“…”

Namun, Koutarou tetap diam sambil melihat ke arah jendela. Itulah sebabnya Yurika memanggil Koutarou sekali lagi untuk memberitahunya bahwa dia sudah selesai.

“…Satomi-san?”

“Hm? Ah, maaf. Kamu udah selesai?”

“Ya! Rata-rata nilainya Tarou-kun 65!” balas Yurika sambil tersenyum dan menyerahkan buku latihannya pada Koutarou. Setelah memeriksa jawaban Yurika, Koutarou pun mengangguk.

“Betul.”

Ini adalah soal latihan terakhir untuk hari ini. Karena dia sudah menjawabnya dengan benar, itu berarti Yurika sudah betul-betul mempelajari materi pelajaran pada hari itu. Itulah sebabnya Koutarou tidak perlu bersikap tegas lagi, dan dia pun menunjukkan senyuman tanda puas pada Yurika.

“Bagus, Yurika.”

“Makasih!”

Setelah merasa bahwa sikap Koutarou sudah melunak, Yurika mendekatkan kepalanya ke hadapan Koutarou. Itu adalah sikap yang terkadang dilakukan oleh Sanae, dan belakangan ini Yurika mulai menirunya.

“Bagus, bagus.”

“Aku udah berusaha keras!”

Tangan Koutarou lalu mengelus kepala Yurika dan membuatnya senang. Belakangan ini, Yurika senang dipuji Koutarou dengan cara seperti ini. Sebagai seorang wanita, dia ingin menunjukkan sisi baiknya pada Koutarou. Dia tidak hanya senang karena sudah terpenuhi keinginannya untuk dipuji, namun juga senang karena mendapat sentuhan dari Koutarou. Karena itulah Yurika sudah berusaha belajar agar mendapat pujian.

“Hm?” Kamu nggak perlu belajar lagi kok, hari ini.”

Koutarou sudah selesai mengajari Yurika untuk hari ini, tapi entah mengapa, Yurika membuka halaman selanjutnya dari buku latihannya.

“Iya, tapi, tapi aku mau siap-siap buat besok.”

“Wah, hebat. Tapi jangan kelewatan ya.”

“Oke!”

Kalau dia bersiap-siap hari ini, maka belajarnya besok akan menjadi lebih mudah, dan itu berarti akan lebih mudah bagi Yurika untuk mendapat pujian.

Tepat pada saat itulah handphone di saku Koutarou mulai bergetar. Koutarou mengeluarkannya, dan nama sahabat terburuknya tampil di layar handphonenya.

“…Mackenzie, jarang-jarang kamu nelpon jam segini.”

Koutarou pun bangkit dan menjawab teleponnya. Karena ada terlalu banyak orang di dalam kamar 106 untuk menjawab telepon itu, dia meninggalkan Yurika yang masih ada di dekat meja teh dan pergi ke luar kamar.

“Da-dah, Satomi-san…oke, aku belajar sedikit lagi”, ujar Yurika pada Koutarou sebelum kembali berusaha menjawab soal latihan matematikanya. Setelah melihat bahwa waktu belajar Yurika dan Koutarou sudah selesai, para gadis yang lain pun mulai berkumpul di sekitar meja teh.

“Satomi-kun memandangi bintang lagi…”

Yang pertama angkat bicara adalah Harumi, yang duduk di sebelah Yurika.

Kamar Harumi terhubung ke kamar 106 lewat kapal Clan. Secara teknologi, cara kerjanya sama seperti gerbang milik Theia dan Ruth. Hasilnya, Harumi menjadi lebih sering muncul di kamar 106.

“Mungkin dia bener-bener kuatir sama Theia? Yah…kita semua juga sama…”, balas Sanae pada Harumi sambil menggigit kue beras dan melihat ke arah jendela. Di balik jendela itu, dia bisa melihat langit malam indah musim panas yang penuh bintang, dimana Theia dan Ruth telah pergi jauh ke sana. Itulah sebabnya, seperti halnya Koutarou, para gadis di kamar 106 juga menjadi lebih sering melihat ke arah bintang-bintang.

Ngomong-ngomong, kamar Sanae juga terhubung ke kamar 106 dengan cara yang sama seperti kamar Harumi. Karena orang tua Sanae percaya dengan Yurika, Sanae menjadi berada di kamar 106 lebih sering dibandingkan Harumi. Dengan adanya ancaman dari Darkness Rainbow, orang tua Sanae ingin Yurika menjaga Sanae.

“Kita udah hidup bareng-bareng setahun lebih sih. Itu sebabnya.”

Shizuka pun mengikuti Sanae melihat bintang-bintang, karena Theia dan Ruth juga sahabat baginya. Awalnya, Shizuka hanya mengomeli Theia yang gegabah, namun itu hanya awalnya saja. Setelahnya, kenangannya bersama mereka berdua berisikan hal-hal yang menyenangkan. Namun sekarang mereka berdua sudah pergi, membuat Shizuka merasa bahwa dirinya sudah kehilangan hal yang penting dalam kehidupan sehari-harinya.

“…Aku memang nggak bisa jadi pengganti Theia-san atau Ruth-san.”

Maki, yang baru belakangan ini muncul di kamar 106, hanya punya sedikit hubungan dengan Theia dan Ruth dibanding yang lainnya. Akibatnya, perasaannya pun justru terarahkan kepada Koutarou dan para gadis lainnya.

“Tidak ada yang bisa menjadi pengganti seseorang yang lain. Kami juga akan merasakan hal yang sama jika salah satu di antara kita menghilang”, balas Kiriha yang tampak kesepian. Maki pun membalasnya dengan mengangkat salah satu tangannya dan meletakkan tangannya yang lain di dadanya.

“Bahkan aku sekalipun?”

“Tentu saja. Kau sudah menjaid bagian dari hidup kami.”

“Ah…terima kasih!”

Berkat Kiriha, wajah Maki menjadi tampak sedikit lebih bahagia. Maki merasa bisa mengerti apa yang dirasakan oleh Kiriha. Biarpun baru satu bulan berlalu semenjak dia datang ke kamar itu, Maki sudah merasa bahwa kesehariannya di kamar itu menjadi hal yang penting baginya. Ditambah lagi, setelah mendengar Kiriha mengatakan hal itu, Maki menjadi merasa bahwa tempatnya memang berada di kamar itu.

“Tapi…aku rasa itu tidak akan cukup bagi dia.”

Yang terakhir angkat bicara adalah Clan, yang tidak suka duduk berdempetan dan menggunakan alat penemuannya untuk melayang di udara. Saat ini, dia tampak seperti halnya Sanae dulu.

“Nggak apa-apa. Kita cuma perlu kerja sama buat ngebantu dia”, kata Yurika sambil meletakkan pulpennya.

Karena dia kehilangan salah seorang anggota keluarganya dengan cara yang begitu menyedihkan, berpisah dengan seseorang yang dekat dengannya menjadi sesuatu yang begitu spesial bagi Koutarou. Namun, Yurika memilih untuk tidak bersikap pesimis. Dia yakin bahwa mereka bisa melindungi Koutarou bersama-sama.

“…Kalian kenapa? Mukanya sedih semua gitu?”

Sekitar saat itulah Koutarou, yang baru saja selesai ditelepon oleh Kenji, kembali ke kamar. Dia pun kebingungan karena merasa suasana di kamar itu sedang serius.

“Hiyaaaaaa!”

Sebagai balasnya, Yurika melompat menerkam Koutarou, memeluk badannya dan mencoba melakukan teknik mengunci lengan seperti yang biasa dilakukan Koutarou kepadanya. Yurika tahu bahwa bukan perkataan dan kesunyianlah yang dibutuhkan, melainkan mengambil tindakan dan terus melakukannya. Yurika pun ingin melakukan hal yang sama, karena hal ini diperlukan baik oleh Koutarou maupun Yurika.

Rokujouma no Shinryakusha v13 Illustration 3.jpg

“Oh, apa ini?”

“Makan niiih!!”

“Aku nggak tahu apa maumu, tapi kamu terlalu naif!!”

“Gyaaaaa!?”

Namun, serangan Yurika adalah hal sepele bagi Koutarou. Dia dengan mudah lepas dari serangan Yurika dan membalikkan keadannya. Yurika menjadi mengerang kesakitan karenanya, namun dia puas dengan hasil ini.

“Yurika-chan…”

“Bagus, Nijino Yurika. Dia tahu apa yang kita perlukan dan cara melakukannya.”

Sekilas, kelihatannya serangan kejutan Yurika gagal dan sekarang dia mendapat balasannya. Namun, ternyata itulah hal yang diperlukan, dan Yurika tidak ragu untuk bertindak. Hal itu pun perlahan tenggelam ke dalam hati para gadis yang menyaksikan hal itu.

“Hah!”

“Uwoh!? Sekarang siapa!? S-Sakuraba-senpai!?”

Karena terinspirasi oleh Yurika, Harumi yang biasanya diam pun turut mengambil tindakan. Dialah yang memberikan Yurika jawaban itu, dan karena itulah dia mengerti makna dibalik tindakan Yurika lebih baik dari yang lainnya.

“Ei.”

Harumi berusaha mengingat-ingat dan mencoba melakukan kunci sendi pada kaki Koutarou. Namun karena dia lemah, Harumi tidak bisa menahan Koutarou. Pada saat itulah Harumi memanggil para gadis yang lain.

“Semuanya, tolong bantu aku!”

“Bela diri itu keahlianku!”

“Biar si imut Sanae-chan yang urus! Aku udah setahun lebih digendong di punggung Koutarou! Aku tahu semua titik-titik gelinya!”

Shizuka dan Sanae menjadi yang pertama merespon panggilan Harumi. Mereka berdua pun dengan senang hati ikut mneyerang Koutarou.

“Dasar…pekerjaan fisik itu di luar bidangku.”

“Aku justru bagus di situ. Ditambah lagi, bukannya ini kelihatan asyik?”

Clan dan Maki pun turut serta. Mereka tidak mau ketinggalan hal itu.

“Fufu, kelihatannya jadi menarik.”

Kiriha menjadi orang terakhir yang ikut serta. Karena dia suka iseng terhadap Koutarou, dia tidak akan mau melewatkan kesempatan ini.

“A-Apa-apaan ini, kalian semua, wahahahaha! Auauauauau, ahahahaha!”

Dengan tujuh gadis, sebagian menggunakan teknik gulat, sebagian menggelitik dan sebagian menahan tubuhnya dan membuatnya tidak bisa bergerak, Koutarou sekalipun tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menahan rasa geli dan sakit yang menjalar.

“Kalian kenapa sih—auauauau, jangan di situ, itu bahaya---ahahahahaha!!”

“Menyerahlah, Satomi Koutarou. Perlawananmu sia-sia.”

“Waaaaaaaah!!”

Jeritan Koutarou terus terdengar dari dalam kamar 106. Namun beberapa saat setelahnya, sebuah suara yang cukup nyaring membuat jeritan Koutarou menghilang. Suara itu merupakan suara sirine, yang berasal dari gelang yang dipakai Koutarou dan Clan, yang menandakan sesuatu yang berbahaya.

“Sebuah gempa ruang berukuran besar terdeteksi. 98% diduga berasal dari jejak warp out.”

Semuanya pun berhenti bergerak begitu mendengar lengkingan suara sirine itu. Kesunyian pun kembali ke kamar itu, dan suara yang bisa terdengar hanyalah suara peringatan yang terdengar dari gelang, yang merupakan suara AI kapal Clan, Hazy Moon.

“Massa sudah dihitung dari ruang warp. Peringatan. Dalam beberapa menit, armada beranggotakan empat kapal akan keluar. Formasinya terdiri dari satu kapal tempur kelas royal, satu kapal induk luar angkasa, dan dua kapal tempur ukuran sedang. Nilai kemungkinan 90%. Ini adalah situasi darurat, tuan puteri.”

Isi laporan itu menandakan bahwa ada pertempuran besar yang akan segera dimulai.

Setelah menerima laporan itu, Koutarou dan para gadis pergi ke anjungan Hazy Moon. Jika hal ini menandakan kembalinya Theia, pasti akan ada pesan yang memberitahukan hal itu yang tiba lebih dulu, dan sulit untuk membayangkan bahwa dia akan kembali dengan membawa empat kapal. Tidak peduli siapa yang akan muncul dari warp itu nantinya, sudah jelas bahwa akan ada sebuah insiden yang terjadi.

“Sinyal penyelamatan darurat diterima. Sinyal dikirim melalui komunikasi hyperspace. Tidak bisa memverifikasi sumber, tapi berdasarkan kekuatan sinyal, 99% kemungkinan berasal dari salah satu di antara empat kapal.”

Tepat saat mereka memasuki anjungan, mereka mendapat laporan baru, yakni satu di antara empat kapal yang akan tiba sudah mengirim sinyal penyelamatan, walaupun tidak jelas kapal yang mana yang mengirim sinyal itu. Transmisi saat di dalam warp sulit untuk diartikan, membuat situasi yang sedang berlangsung saat itu menjadi sulit untuk dipahami.

Namun, saat mendengar laporan itu, Clan menyebut nama orang yang mengirim sinyal itu.

“…Itu Theiamillis-san.”

“Kamu yakin?”

“Ya. Aku tidak bisa membayangkan orang lain selain Theiamillis-san dalam situasi ini.”

Clan yakin bahwa Theialah yang mengirimkan sinyal penyelamatan itu.

Jika situasi ini ternyata hanya kecelakaan di tengah warp, maka sinyal yang dikirim lewat hyperspace itu dikirim menggunakan semua frekuensi. Walau begitu, sinyal itu dikirim hanya dengan menggunakan frekuensi yang digunakan oleh Hazy Moon. Dalam kata lain, transmisi ini dilakukan oleh seseorang yang tahu bahwa Hazy Moon berada dekat dengan Bumi, dan jika dipertimbangkan bahwa satu dari keempat kapal yang akan muncul merupakan kapal luar angkasa kelas royal, maka sudah bisa diduga bahwa kapal itu adalah Blue Knight.

“Dan kemungkinan dia sedang berada dalam masalah besar.”

“…Kelihatannya”, balas Koutarou yang mengangguk dengan raut wajah tegang. Di sisi lain, Sanae tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan hanya bisa kebingungan dibuatnya.

“Hei, cewek kacamata, gimana kamu bisa tahu?”

“Dia meminta bantuanku. Alasan apa yang membuat dia melupakan situasinya denganku dan meminta bantuanku?”

“Gitu ya? Kamu akur sama kita, tapi keluargamu musuhan sama keluarga Theia kan?”

Dalam situasi biasa, Theia akan menyembunyikan fakta bahwa Clan berada di tempat ini. Jika tidak, posisi Clan dalam keluarga Schweiger akan menjadi bermasalah. Walau begitu, Theia tetap meminta bantuan Clan. Dalam kata lain, Theia sedang berada dalam situasi yang begitu berbahaya sampai-sampai membuatnya tidak punya pilihan lain.

“Clan, kita bantu dia. Pindahin kapalnya ke posisi deket munculnya kapal yang kayak Blue Knight itu.”

“Aku tahu kau akan berkata begitu, jadi kita sudah bergerak sekarang.”

“Makasih banget ya”, ujar Koutarou pada Clan sambil meletakkan tangannya di bahu Clan. Clan pun membalasnya dengan meletakkan tangannya di atas tangan Koutarou sambil tersenyum.

“Sama-sama. Lagipula, aku tidak bisa membiarkan Theiamillis-san menang.”

“Bener juga.”

Koutarou menggenggam pundak Clan sedikit lebih erat sebelum melepaskannya dan lalu pergi ke arah bagian depan anjungan. Di hadapannya terdapat layar besar yang menayangkan bintang-bintang yang berkelip di luar angkasa. Selain menayangkan bintang-bintang itu, ada berbagai macam informasi yang ditayangkan juga di layar itu. Keempat kapal itu pun akan segera tiba.


Part 2[edit]

Pertama-tama, empat cahaya biru muncul tepat di lokasi yang diprediksi oleh Hazy Moon. Ada satu yang tampak lebih dekat dan tiga yang sedikit lebih jauh. Keempatnya berada dalam posisi yang diprediksi oleh Hazy Moon.

“Gempa ruang terdeteksi. Armada beranggotakan empat kapal sudah tiba. Satu kapal tempur kelas royal, satu kapal induk, satu kapal tempur, satu kapal pertahanan. Kapal yang di depan merupakan milik Kekaisaran Galaktik Suci Forthorthe, kapal ketujuh dari kapal tempur kelas royal, Layous Fatra Veltlion. Faksi dan nama ketiga kapal yang lain tidak diketahui.”

Keempat cahaya yang muncul itu bersinar layaknya bintang, meninggalkan jejak cahaya di belakang mereka. Namun, cahaya-cahaya itu mulai redup, dan sebagai gantinya, empat kapal luar angkasa yang besar pun muncul.

“Komunikasi gelombang gravitasi diterima dari Layous Fatra Veltlion setelah melakukan warp out. ‘Kami diserang oleh kapal asing, membutuhkan bantuan segera.’”

Ketiga kapal di belakang rupanya mengejar satu kapal itu. Kapal yang dikejar punya ukuran panjang satu kilometer, dan bentuknya seperti manusia. Di belakang kapal itu, ketiga kapal yang lain mengejarnya dalam formasi barisan.

“Bukannya itu kapal Theia!? Dia lagi diserang!!” jerit Shizuka sambil menunjuk ke arah layar yang ada di anjungan. Kapal yang sedang dikejar, Blue Knight, tampak menerima banyak serangan. Bagian dalam kapalnya sampai bisa terlihat dari lubang-lubang di badan kapal, dan area-area di sekitar lubang-lubang itu tampak hangus terbakar. Karena hal itu, kilauan badan kapal yang berwarna biru dan putih itu pun menjadi pudar.

“Koutarou, mereka nembakin Theia! Kita harus bantuin dia!”

Kerusakan itu tentu saja berasal dari ketiga kapal yang mengejarnya, yang masih terus menembak hingga saat ini dengan laser berbagai warna yang melintasi luar angkasa. Sewaktu-waktu, kilauan tembakan sinar laser itu diganti dengan tembakan dari misil. Meskipun Blue Knight sudah membalas menyerang, kapal itu masih terus menerima kerusakan. Serangan yang dilakukannya pun hanya serangan yang menyebar.

“Gawat!! Clan, kamu nggak bisa ngelakuin sesuatu!?”

“Akan kucoba!”

Clan, yang berusaha menuruti kemauan Koutarou, mengoperasikan alat di hadapannya dan mengaktifkan alat komunikasi.

“…Ini adalah tuan puteri kedua dari Kekaisaran Galaktik Suci Forthorthe, Clariossa Daora Forthorthe, yang berbicara. Untuk ketiga kapal asing, hentikan serangan kalian segera dan menyerahlah. Lakukan hal itu dan aku akan ampuni kalian.”

Clan mengirimkan pesan hyperspacenya menggunakan semua frekuensi. Tidak mungkin pesannya tidak akan sampai jika ketiga kapal itu berasal dari Forthorthe.

“Kiriha-san, apa menurutmu mereka bakal berhenti nyerang?” tanya Koutarou pada Kiriha sambil terus menatap layar dengan wajah tegang. Setelah berpikir sejenak, Kiriha menjawab.

“…Ada kemungkinan kalau itu akan berhasil, tapi, situasinya mungkin akan jadi lebih rumit kalau hal itu betul-betul terjadi.”

Sebelum Kiriha selesai berbicara, ketiga kapal itu berhenti menembak dan memperlambat lajunya.

“Clan!”

“Aku tahu!”

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, Clan memposisikan Hazy Moon di antara Blue Knight dan ketiga kapal itu. Walaupun Hazy Moon lebih lemah dibandingkan Blue Knight dalam kemampuan pertempuran, namun dengan Blue Knight yang sudah rusak cukup parah seperti sekarang, Hazy Moon akan lebih kuat untuk saat ini. Memang, hal itu berbahaya, namun apa yang dilakukan Clan perlu untuk melindungi Blue Knight.

Dengan begitu, Hazy Moon dan ketiga kapal itu saling berhadapan. Nampaknya, ketiga kapal itu tidak tahu harus berbuat apa, karena mereka tetap diam di tempat.

“…Clan, kalau sampai situasinya ke arah sana, kerja sama sama Blue Knight buat nyerang balik”, kata Koutarou sambil meletakkan tangannya ke pundak Clan lagi, dengan keringat dingin mulai mengalir di dahinya. Fakta bahwa dia menggenggam pundak Clan sedikit lebih erat adalah tanda bahwa dia tahu seberapa berbahayanya situasi ini.

“…Ya…aku paham…”, balas Clan sambil membetulkan letak kacamatanya dan memandangi layar itu dengan serius. Dia tidak tahu apakah Hazy Moon dan Blue Knight yang sedang rusak bisa menang melawan ketiga kapal itu.

“Nah, sekarang apa yang akan mereka lakukan…?”

“Pergi dong, pergi dong.”

“Aku nggak mau mati di tempat kayak begini!”

“Tuhan…”

“…Rasanya kesal, tidak bisa berbuat apa-apa.”

“Ini bisa selesai lebih gampang, kalau aja aku bisa mukul mereka!”

Jika situasinya berubah menjadi pertempuran antar kapal luar angkasa, tidak ada hal yang bisa dilakukan oleh para gadis dari kamar 106. Selain Clan, mereka hanya bisa berdoa untuk keselamatan Theia dan diri mereka sendiri.

Saat suasana di anjungan menjadi semakin menegang, sesuatu terjadi.

“Sebuah kontainer kecil ditembakkan dari kapal induk. Gempa ruang terdeteksi, pembuatan medan warp dikonfirmasi. Ketiga kapal asing sedang mundur.”

Ketiga kapal itu diselimuti cahaya biru lagi. Cahaya itu adalah teknologi yang digunakan untuk membuat kapal luar angkasa bisa menempuh jarak yang jauh dalam waktu yang singkat. Rupanya, mereka memilih untuk berhenti bertempur dan mundur.

“…Koutarou, apa yang akan kita lakukan?”

“Biarin mereka pergi. Kita sendiri juga nggak betul-betul ngerti situasinya.”

“Baik.”

Walaupun ketiga kapal itu tidak menyerah seperti yang diinginkan Clan, dia membiarkan mereka pergi tanpa menyerang. Dengan dibalut oleh cahaya, ketiga kapal itu pun melaju dan pergi layaknya bintang jatuh, meninggalkan jejak cahaya yang panjang.

“Ketiga kapal asing sudah meninggalkan area ini.”

Saat jejak yang ditinggalkan itu menjadi sepanjang saat mereka pertama kali muncul, ketiga kapal itu pun betul-betul menghilang tanpa bekas, bergerak lebih cepat daripada kecepatan cahaya.

Setelah mereka pergi, hanya kontainer kecil yang ditinggalkan kapal induk itulah yang ada.


Part 3[edit]

Blue Knight yang tampak semakin besar di layar monitor terlihat rusak begitu parah. Penampilannya saat itu membuat Koutarou begitu terkejut, karena sudah begitu kenal dengan tampilan kapal itu sebelumnya. Kelihatannya, Theia dan Ruth entah bagaimana bisa kabur dari krisis dimana mereka sampai mendapat serangan serius seperti itu dengan kekuatan mereka sendiri.

Theia, apa yang sebenernya terjadi di Forthorthe?

Koutarou merasa resah melihat seberapa parah kerusakan yang mereka tanggung. Dia ingin segera memastikan bahwa Theia dan Ruth baik-baik saja.

“Clan, apa kita nggak bisa langsung ke kapal mereka?”

“Tunggu sebentar. Area ini masih tidak stabil karena pengaruh ketiga kapal yang baru saja melakukan warp out. Masih terlalu berbahaya untuk melakukan transfer manusia saat ini.”

“Gitu ya…”

Koutarou menahan keresahannya sambil terus memandangi Blue Knight yang terus mendekat. Perlu beberapa menit sebelum Blue Knight dan Hazy Moon bisa melakukan transfer.

“Yang lebih penting lagi, Koutarou, aku tahu apa yang ada di dalam kontainer yang mereka kirim”, ujar Clan sambil mengoperasikan panel di depannya dan menampilkan hologram bagi Koutarou. Anehnya, yang dilihat Koutarou adalah baju bergaya Forthorthe bagi pria. Bukan seragam pilot ataupun militer, tapi baju yang formal dan elegan.

“Apa emang ini isinya?”

“Benar. Kita seharusnya tidak perlu mengirim kapal tanpa awak untuk memeriksanya.”

Karena mengambil kontainer itu menggunakan Hazy Moon dianggap berbahaya, Clan mengirimkan mesin tanpa awak untuk memeriksanya. Namun, isi kontainer itu tidak mengandung hal yang berbahaya di dalamnya, dan hasil pembacaan hanya menghasilkan tekstil. Setelah kontainer itu dibuka, baju itulah yang muncul dari dalamnya.

“Apa ada yang lain lagi?”

“Tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Kalau ini hadiah, mereka seharusnya meninggalkan kartu ucapan juga…”

Clan tampak bingung. Dia sempat menduga bahwa mereka mungkin akan meninggalkan bom sebagai suvenir, tapi kontainer itu hanya berisikan baju. Sulit untuk mengerti apakah kapal-kapal itu sebenarnya musuh atau bukan.

“Baju…baju ya…”

Koutarou nampaknya tahu baju ini berasal dari siapa dan untuk siapa.

Nggak nyangka dia bener-bener nepatin janjinya…dasar orang yang ngerepotin..[1]

Jika Koutarou benar, baju itu bukanlah hadiah, namun hal yang sebaliknya – tantangan. Saat Koutarou masih memikirkan tentang pengirim baju itu…

“Koutarou!”

Dia mendengar suara yang tidak didengarnya selama sebulan. Suara yang tak terlupakan yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua orang di Hazy Moon.


Part 4[edit]

Setelah pemilik suara itu masuk ke anjungan, dia mulai berlari, dan tanpa ragu lagi melompat sekuat tenaganya dan melambung di udara. Rambutnya yang keemasan berkibar layaknya bendera emas.

“H-hei, tunggu, tunggu!”

“Aku kembali! Sambut aku sekuat tenaganmu!”

Dia melesat di udara dan menuju langsung ke arah Koutarou dengan tangan terentang. Bagi mereka yang melihatnya, sudah jelas bahwa dia berniat memeluk Koutarou.

“Udah kubilang, tungguuu!”

“Mana aku mauuuuu!”

Kalau dia hanya berniat memeluk Koutarou, Koutarou mungkin tidak akan bergerak. Namun, dia melompat setelah berlari, dari beberapa anak tangga di atas Koutarou, membuatnya terbang dengan kecepatan yang cukup besar ke arahnya. Dengan momentum seperti itu, dia dengan mudahnya membuat Koutarou jatuh. Hal ini bisa dikatakan sebagai ungkapan cinta yang keras.

“Auu…”

“Dasar! Kenapa kau jatuh!? Apa ini maksudnya kau tidak bisa menerima segalanya dariku!?”

Gadis yang membuat Koutarou jatuh ke lantai duduk di atasnya dan melihat ke arah wajahnya dengan tatapan kecewa. Rambut emasnya lalu terkulai menyentuh wajah Koutarou.

“…Itu cuma kiasan, Theia.”

“Bukan itu yang mau kudengar, ksatriaku.”

Gadis itu lalu memasang wajah cemberut, membuat Koutarou teringat dengan seorang gadis muda yang ditemuinya di Forthorthe yang dulu. Karena dipengaruhi sedikit oleh rasa nostaliga itu, Koutarou tidak bisa mengeluh.

“…Selamat datang kembali, Theia.”

“Fufu…aku pulang, Koutarou.”

Dengan begitu, gadis itu, Theiamillis Gre Forthorthe, kembali ke hadapan Koutarou dan yang lainnya.


Part 5[edit]

Karena Theia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Ruth mengantarnya dengan menggunakan kapal kecil. Ruth masih harus mengurus beberapa prosedur penting di hangar Hazy Moon, membuatnya tiba di anjungan sedikit lebih lama dibanding Theia.

Saat Ruth tiba di anjungan, dia melihat Theia yang terbang dengan anggun di udara lalu membuat Koutarou terjatuh.

“Ah…”

Hanya dengan melihat pemandangan sederhana itu, dimana Theia dan Koutarou sedang bercanda, air mata mulai jatuh dari pipi Ruth.

Kami kembali…kami sudah kembali bersama Tuan dan yang lainnya…

Ruth sudah menduga bahwa mereka tidak akan bertemu lagi setidaknya selama beberapa tahun. Jika permaisuri saat ini, Elfaria, tidak bisa memerintah karena jatuh sakit, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa sampai diputuskan siapa yang akan mewarisi takhta. Walaupun semua itu sudah berakhir, mereka berdua tetap tidak bisa kembali ke Bumi sampai Elfaria sembuh dari sakitnya. Jika Elfaria sampai meninggal, maka situasinya akan menjadi lebih rumit lagi.

Namun, dengan putaran nasib yang ajaib, Theia dan Ruth bisa kembali ke Bumi setelah satu bulan belalu. Meskipun situasinya masih buruk, Ruth merasa lega saat bisa melihat kembali wajah orang-orang yang sudah akrab dengannya.

“Theia, kamu berat.”

“Apa maksudnya itu!? Apa itu kata-kata yang pantas kau ucapkan kepada tuanmu yang terhormat!?”

“Biarpun aku menjunjungmu dengan tinggi, dadamu masih saja kecil.”

“Kamu mulai jahat lagi!! Bukannya kau sudah berkata bahwa ukuran dada bukan masalah!?”

“Sekarang jadi masalah. Aku berubah pikiran.”

“Mulut ini sudah berani berkata begitu? Makan ini, dan ini!”

“Au, au, auauauauau!”

Terlebih lagi, Ruth bahagia bisa bertemu kembali dengan pria yang dicintainya. Theia sudah bersikap selayaknya sebagai tuan puteri selama satu bulan ini, namun, berkat Koutarou dia bisa bertingkah begitu kekanakan. Ruth tahu apa arti keberadaan Koutarou bagi Theia, karena Koutarou juga mempunyai arti yang sama bagi dirinya.

Tapi…

Di sisi lain, pertemuan kembali dengan orang-orang yang mereka cintai dengan situasi seperti ini berarti menyeret orang-orang itu ke dalam masalah mereka. Karena itulah, rasa senang dan bersalah Ruth bercampur menjadi satu dan membuatnya merasa resah.

“Koutarou, aku menemukan Ruth!”

Tepat pada saat itulah Sanae melihat Ruth dan melaporkannya pada Koutarou.

“Beneran!?”

“Kyaa!?”

Koutarou dengan paksa menggendong Theia dan berlari ke arah Ruth.

“Koutarou! Jangan perlakukan aku dengan kasar! Yang lebih perhatian lagi!”

“Kamu tahu kan, kalau kamu kadang-kadang kamu suka kurang perhatian sama hal-hal yang kamu sayangin, ya kan?”

“Oh, kalau begitu….tidak, tidak tidak. Aku tidak akan tertipu!!”

“Yah sudah kalau begitu, hhh…”

“Ayo, lakukan hal itu.”

“Hal apa?”

“Gendong aku seperti tuan puteri.”

“Oke, oke, baiklah, tuan puteri.”

“Hmm hmm ♪”

Biarpun saat itu mereka sedang mendekati Ruth, Koutarou dan Theia tetap saja saling adu mulut. Memang, hal itu terdengar lebih keras dari yang biasanya, namun karena mereka tampak senang melakukan hal itu, air mata Ruth tidak bisa berhenti keluar dibuatnya.

“Ruth!”

Setelah mereka sampai di hadapan Ruth, Theia melepaskan dirinya dari gendongan Koutarou dan menuju ke belakang Ruth.

“Yang Mulia?”

Saat Ruth mengikuti Theia dengan matanya, Theia berbisik agar hanya didengar oleh Ruth saja.

“…Kau bermanja-manjalah juga dengannya.”

“Eh?”

Sesaat kemudian, Theia mendorong Ruth maju.

“Kyaaa!?”

Ruth menjadi oleng dan mengayun-ayunkan tangannya saat dia mulai jatuh. Koutarou dengan mudah menahannya karena dia berada tepat di depan Ruth.

“Kamu nggak apa-apa Ruth-san?”

“Tua--, b-bukan, Satomi-sama! Saya tidak apa-apa, t-terima kasih!”

Ruth, yang jadi lengah karena didorong dengan tiba-tiba, hampir memanggil Koutarou dengan panggilan Tuan di hadapan yang lainnya dan membuat suaranya menjadi gemetaran. Sesaat kemudian, dia menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam pelukan Koutarou, membuat wajahnya memerah.

“Ah, ah, eh!? Em…”

Ruth tidak bisa berkata-kata. Ada banyak hal yang ingin dikatakannya kepada Koutarou, namun Ruth tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk itu. Ruth membuka dan menutup mulutnya berulang-ulang untuk berusaha menyampaikan sesuatu, namun yang bisa dilakukannya hanyalah menangis.

“…Ruth-san.”

Koutarou, yang menyadari bahwa Ruth sedang menangis dalam pelukannya, menggunakan tangan kanannya untuk menyeka air mata di pipi Ruth. Namun karena air mata Ruth masih terus keluar, dia menyekanya hingga dua tiga kali.

“E-em…saya…”

Ruth tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakannya, dan hanya bisa berserah pada Koutarou.

“…Selamat datang kembali, Ruth-san.”

“Ah…”

Saat dia mendengar hal itu, Ruth akhirnya tahu apa yang ingin dikatakannya, dan dia berusaha sepenuhnya untuk mengeluarkan kata-kata itu.

“…Aku pulang…Satomi-sama…”

Kata-kata itu adalah kata-kata yang sering dikatakannya, namun baru kali ini Ruth harus berusaha sekuat tenaga untuk mengatakannya.


Part 6[edit]

Koutarou, Theia, Ruth dan ketujuh gadis lainnya bergembira atas pertemuan mereka untuk sementara waktu. Sesudah beberapa waktu kemudian, mereka sudah bisa menenangkan diri dan Theia menjelaskan apa yang terjadi setelah dia kembali ke Forthorthe.

“…Kabar tentang ibuku yang sakit adalah kebohongan.”

Theia yang tadinya tersenyum gembira sekarang nampak murung. Berkat waktu yang sudah mereka habiskan bersama-sama, Koutarou bisa tahu banyak hanya dengan melihat hal itu. Dia bisa merasakan adanya hal yang buruk di balik semua ini.

“Bohong? Maksudnya, kamu bohong?”

“Tidak, kenapa aku harus berbohong?”

“Benar juga. Kalau gitu, siapa yang bohong?”

“Itu perbuatan orang-orang yang ingin menyeret ibuku untuk turun takhta. Dalam kata lain, ada kudeta yang sedang terjadi di Forthorthe.”

“Tunggu sebentar, Theiamillis-san!! Apa itu benar!?”

Karena hal ini menyangkut keadaan Forthorthe, Clan, yang ikut mendengarkan cerita Theia, menghentakkan tangannya ke atas meja di mana mereka semua berada sambil membungkuk mendekati Theia.

Clan, yang juga seorang tuan puteri dari Forthorthe, belakangan ini mulai menyadari posisinya dan menjadi dewasa sebagai anggota keluarga kekaisaran. Karena kudeta adalah masalah yang besar bagi negeri itu, tentu saja Clan tidak bisa diam saat mendengarnya.

“Sayangnya, memang benar adanya. Kelihatannya pihak militer tidak bisa berdiam saja terhadap keputusan ibuku untuk pelucutan senjata. Mereka membuat ibuku menjadi tahanan rumah.”

Ibu Theia, yang menjadi permaisuri saat ini, Elfaria, adalah pencinta damai yang menyerukan pelucutan senjata. Pihak militer yang sudah menjadi terlalu kuat di masa ini menjadi kekuatan yang sulit untuk dikendalikan. Elfaria mendesak jika pihak militer tidak mengurangi kekuatan militernya agar bisa dikontrol, pihak militer kemungkinan akan lepas kendali dan menyebabkan insiden besar.

Pihak militer menolak dengan tegas desakan itu. Untuk bisa mempertahankan harga diri mereka atas perlindungan terhadap Forthorthe selama bertahun-tahun, dan juga melindungi kepentingan mereka dalam menghasilkan keuntungan yang besar, mereka melakukan berbagai cara untuk bisa menghalangi Elfaria.

Namun, usaha-usaha itulah yang ditakutkan oleh Elfaria, dan setelah halangan-halangan itu menjadi semakin kuat, hal itu berubah menjadi kudeta. Ironisnya, fakta bahwa pihak militer menentang Elfaria membuktikan bahwa mereka sudah tidak bisa dikontrol.

“Itu berarti, sakitnya Elle…em, ibunya Theia berarti umpan buat narik kamu ke sana?”

“Benar. Karena ibuku yang sudah terkurung tidak mau mendengarkan tuntutan mereka, mereka berniat menangkapku dan menggunakanku sebagai bahan negosiasi.”

Pihak militer menahan Elfaria sebagai tahanan rumah dengan alasan sakit, namun demikian, Elfaria tetap tidak mau menarik pernyataannya mengenai pelucutan senjata, sehingga pihak militer memutuskan untuk menangkap Theia dan menggunakannya sebagai bahan negosiasi. Dengan begitu, sebuah pesan yang dikodekan dikirim pada Theia untuk memanggilnya pulang ke Forthorthe.

“Pantas saja aku tidak mendengar informasi apapun mengenai sakitnya Yang Mulia Elfaria. Dia sama sekali tidak sakit. Ditambah lagi, pihak militer sendiri yang menahannya sebagai tahanan rumah. Bukannya mereka tidak membocorkan informasi ini, tapi mereka tidak bisa membocorkannya.”

“Tunggu, jadi kenapa kalian aman-aman aja? Kalian kena jebak kan?”

“Itu karena kami sadar bahwa ini adalah jebakan tepat sebelum kami terjebak…Ruth.”

“Baik.”

Ruth lalu melanjutkan penjelasan situasi mereka.

“Sebenarnya, sebelum kami meninggalkan Bumi, Clan-sama mengatakan pada saya bahwa dia tidak mendengar apapun tentang penyakit itu dari jaringan informasinya.”

“Sekarang kalau kuingat-ingat lagi, aku memang mengatakan itu.”

Karena keluarga Mastir memiliki hubungan yang buruk dengan militer sementara keluarga Schweiger punya hubungan yang sebaliknya, informasi yang mereka dapatkan pun menjadi berbeda. Clan sadar bahwa dia tidak mendengar kabar apapun mengenai kondisi Elfaria, dan karenanya, memberikan Ruth peringatan.

“Tadinya, saya pun percaya bahwa yang mulia permaisuri mungkin betul-betul sakit, namun saat saya mengatakan hal ini pada tuan puteri tepat sebelum kami sampai di Forthorthe, kami merasakan ada hal buruk tentang semua ini.”

Pihak militer, yang begitu membenci permaisuri, mengabaikan informasi sepenting sakitnya sang permaisuri. Saat menyadari hal itu, Theia merasa ada sesuatu yang betul-betul janggal, dan jika hal itu memang sengaja dibuat, Theia bertanya-tanya jika hal ini merupakan kudeta atau tidak, atau jika Elfaria telah ditahan. Itulah yang dikatakan oleh intuisi Theia.

“Jadi, bukannya kembali ke sana sesuai dengan jadwal, kami kembali ke rumah secara rahasia, lewat bantuan pengikut setia kami. Jika yang mulia benar-benar sakit, kami bisa menganggapnya sebagai lelucon, tapi jika tidak, ini akan menjadi sesuatu yang tidak bisa kami anggap remeh.”

“Dan seperti yang Theia-dono curigai, ternyata itu bukan sesuatu yang bisa kalian anggap lelucon, ya.”

“Ya. Dibalik semua itu, pihak militer sudah merencanakan kudeta dan menahan Yang Mulia Elfaria sebagai tahanan rumah di istana kekaisaran”, jawab Ruth sambil mengangguk pada Kiriha.

“Jadi, apa yang kalian lakukan?” timpal Sanae dengan semangat. Karena dia tahu bahwa Theia dan Ruth sudah kembali dengan semangat, dia mendengarkan cerita itu seperti mendengar cerita petualangan.

“Dengan bantuan pengikut-pengikut setia kami, kami menyelamatkan Yang Mulia Elfaria dan kabur ke Bumi dengan Blue Knight.”

“Jadi, itu tadi pasukan kudeta yang ngejar kalian?”

“Ya, sebagian dari mereka. Berkat usaha dari pihak Pardomshiha dan anggota ksatria Wenranka, hanya tiga kapal yang berhasil mengejar kami.”

Wenranka adalah keluarga ksatria yang terkenal, sejajar dengan Pardomshiha, dan mereka menunjukkan kesetiaan penuh mereka pada keluarga kekaisaran sejak era Puteri Perak. Mereka tidak ragu untuk memihak keluarga Mastir dalam krisis ini. Bersama dengan keluarga Pardomshiha, mereka berperan besar dalam lolosnya Blue Knight.

“Tapi, tapi, kenapa kamu kabur ke Bumi? Bukannya lebih baik kalian ngumpet di tempat lain?”

Untuk urusan tempat sembunyi, Yurika si gadis penakutlah yang angkat bertanya.

Sudah bukan rahasia lagi di Forthorthe bahwa Theia menghabiskan satu tahun di Bumi, membuat pasukan kudeta sekalipun bisa menebak kemana dia akan kabur. Itulah sebabnya Yurika merasa bahwa bersembunyi di sini adalah ide yang buruk.

“Ada dua alasan”, lanjut Theia sembari menjawab pertanyaan Yurika.

“Pertama, aturan diplomasi antar planet. Ada prinsip non-intervensi terhadap planet dimana hubungan diplomasi resmi dengan planet itu belum dibuat. Itulah sebabnya jika aku bersembunyi di Bumi, pasukan kudeta tidak bisa sembarangan menyerang.”

Dengan menggunakan penyakit sebagai alasan, pasukan kudeta menahan Elfaria, membuat Elfaria maupun Theia lepas dari kecurigaan atas penyalahgunaan kekuasaan. Jika pasukan kudeta melancarkan serangan tanpa alasan yang juga melibatkan penduduk Bumi, pasukan kudeta akan dipertanyakan dan dukungan publik kepada mereka akan melemah. Karena mereka tidak bisa melakukan apapun terhadap opini publik yang berpihak pada Elfaria, sampai mereka bisa membuat kejahatan palsu untuk menuntut Theia, mereka tidak bisa melancarkan serangan besar ke Bumi.

“Alasan lainnya, karena tidak ada tempat lagi dimana kami masih memiliki wilayah.”

“Wilayah?”

“Benar. Pasukan kudeta sudah menekan Forthorthe, dan wilayah-wilayah lain sudah jatuh ke tangan mereka, kecuali wilayah di planet ini.”

“Theia, apa wilayah itu, jangan-jangan…”

“…Satu-satunya wilayah resmi kami yang belum jatuh ke tangan pasukan kudeta…adalah kamar 106 Rumah Corona. Hanya di tempat inilah kami bisa bersembunyi.”

Theia secara tidak langsung menjadi penguasa kamar 106 dengan Koutarou sebagai perantaranya. Dengan wilayah-wilayahnya yang lain sudah dikuasai oleh pasukan kudeta, tempat ini menjadi benteng pertahanan terakhir Theia.

“Dalam kata lain…”

Setelah menjelaskan sejauh itu, Theia mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya sambil melihat ke arah wajah Koutarou.

“…Kami datang meminta perlindungamu, Koutarou, dan…kami tahu betul bahwa kami melibatkanmu dan kalian semua disini dalam pertempuran kami…”

Theia yang selalu bertekad kuat dan bersikap layaknya tuan puteri, di saat seperti ini menjadi resah dan gelisah, yang tampak dari raut wajahnya.

“Kami sendiri sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi…kami tidak punya bantuan, pikiran dan kekuatan yang cukup. Namun itu bukan berarti kami ingin melibatkan kalian semua! Kami tidak ingin membuat kalian bersusah hati, tapi kami sudah tidak punya lagi orang untuk membantu kami!” pinta Theia dengan putus asa.

Theia dan Ruth sudah terpojok dan sudah tidak bisa lari ke mana-mana lagi. Dalam situasi ini, mereka pun meminta bantuan Koutarou dan yang lainnya. Kekuatan spiritual Sanae, kecerdasan Kiriha, sihir Yurika, Maki dan Harumi, kemampuan sains Clan, kemampuan bela diri Shizuka dan Koutarou yang menggabungkan semua kekuatan itu. Bagi Theia dan Ruth yang kekuarangan bantuan, Koutarou dan yang lainnya menjadi bantuan besar bagi mereka.

Namun, bukan berarti Theia dan Ruth ingin melibatkan Koutarou dan yang lainnya dalam pertempuran mereka. Tidak ada hal lain yang bisa mereka berdua lakukan selain bergantung pada ikatan yang sudah mereka jalin.

“Aku mohon, tolonglah kami, Koutarou! Dan juga kalian semua! Aku tahu seberapa egoisnya ini bagi kalian! Aku sudah membuat kalian terlibat dalam pertempuran berbahaya yang tidak ada hubungannya dengan kalian sama sekali! Tapi, hanya kalianlah yang percaya dengan kami, dan kalianlah yang bisa kami percaya!”

Dalam krisis itu, Theia bergantung pada orang-orang biasa. Bukan ksatria legendaris maupun dewi fajar. Meskipun mereka punya berbagai kekuatan, mereka tidak jauh berbeda dengan Theia.

“Jadi, kumohon!!”

Namun bersama dengan mereka, Theia yakin dia bisa berbuat sesuatu. Itulah yang dia yakini. Inilah harapan terakhir Theia.

“…Kumohon…bantulah kami…”

Sambil berkata demikian, Theia menundukkan kepalanya dan menutup matanya. Badannya tampak kaku dengan tangannya yang terus mengatup. Sudah jelas Theia melakukan hal itu, karena dia tahu bahwa dirinya sedang meminta sesuatu yang tidak mungkin.

“…Kamu ngapain? Angkat kepalamu, Theia”, balas suara Koutarou. Kata-kata yang terdengar kuat dan memiliki tekad kuat itu pun masuk ke dalam diri Theia.

“Eh?”

Badan Theia menjadi lebih tenang dan dia pun menengadahkan kepalanya setelah mendengar kata-kata itu. Matanya berpandangan dengan mata Koutarou, yang tatapannya tampak sekuat kata-katanya.

Koutarou…?

Theia tidak pernah melihat Koutarou seperti itu sebelumnya, membuatnya tidak mengerti akan perasaan apa yang ada di balik tatapan itu.

“Angkat kepalamu. Benerin wajahmu. Busungkan dadamu. Kamu nggak kelihatan kayak pemimpin.”

Koutarou tampak lebih tegas daripada biasanya. Bahkan saat mengajar Yurika pun dia tidak setegas ini.

“Koutarou, apa yang kau…”

Theia merasa tertekan dengan suasana yang dipancarkan oleh Koutarou dan membuatnya ragu, seperti gadis biasa pada umumnya.

“Kamu betul-betul salah paham sama sesuatu yang mendasar.”

“Aku tidak mengerti…apa maksudmu?”

“Apa hubungan antara kita?”

“Hubungan kita…”

Theia ragu sejenak sebelum menjawab.

“Aku adalah tuan puterimu, dan kau…kau adalah ksatriaku.”

“Kalau begitu, ada sikap yang harus kamu lakukan, dan kata-kata yang harus kamu katakan dengan sepantasnya.”

Baru pada saat itulah Theia sadar akan apa yang diinginkan Koutarou.

“…T-Tapi…”

Walaupun dia mengerti, Theia tetap tidak bisa melakukannya. Kebaikan dan cinta yang bertumbuh di dalam dirinya setahun belakangan ini menjadi penghalang baginya.

“Aku hanya bicara soal tata caranya, bukan perasaan yang ada di baliknya.”

“Koutarou…”

“Lakukan dengan pantas.”

“…”

Sesudah mengerti niat Koutarou, Theia menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam. Sesaat berikutnya, dia membuka matanya lebar-lebar. Raut wajahnya tampak berubah, dengan tekad yang kuat di dalam matanya dan wajah yang tampak semangat. Dia sudah bukan lagi terlihat sebagai gadis yang resah beberapa detik yang lalu, namun sebagai pemimpin yang siap untuk bertarung.

Theia pun membuka mulutnya.

“Wahai ksatriaku, Koutarou, jalankanlah tugasmu untuk merebut kembali tanah air kita.”

Perintah itu terdengar menekan dan sepihak, yang pasti akan ditolak mentah-mentah oleh Koutarou versi setahun yang lalu.

“Itu lebih baik.”

Namun setelah dia mendengarnya, Koutarou mengangguk dan tersenyum. Karena itulah sikap dan kata-kata yang dinantikannya, Koutarou menjadi tersenyum senang dan puas. Namun, dia segera mengganti senyuman itu dengan raut wajah seorang ksatria yang berbangga hati. Koutarou pun berlutut di hadapan Theia sambil meletakkan tangan kanannya di dadanya.

“Baiklah, tuan puteri Theiamillis.”

Sepanjang itulah Theia menahan dirinya agar tidak menangis.


Part 7[edit]

Tidak hanya Koutarou yang ingin membantu Theia. Semua gadis di anjungan Hazy Moon pun berniat melakukan hal yang sama.

“Kamu ini masih aja idiot sampai sekarang, Theia. Mana mungkin kami bilang nggak.”

“Iya. Kami semua sayang sama kalian berdua.”

“Pada akhirnya, aku juga akan butuh bantuan kalian semua untuk pertarunganku juga. Kalau kau menahan diri disini, aku juga akan menahan diriku saat giliranku tiba nanti.”

“Theiamillis-san temanku yang berharga, dan juga, penulis naskah yang berharga.”

“Theia-chan dan Ruth-chan adalah penghuni kosanku, jadi musuh kalian ya musuhku.”

“Aku baru saja berteman denganmu, Theia-san, tapi aku tahu teman akan saling membantu. Lagipula, Satomi-kun sudah semangat…aku tidak perlu alasan lain selain itu.”

“Aku betul-betul tidak suka kudeta. Kalau mereka punya masalah, kenapa mereka tidak bilang saja...”

“…Bukannya kamu pertama kali dateng ke sini buat ngebunuh Theia?”

“Sudah waktunya kau melupakan itu, Koutarou!”

Koutarou dan yang lainnya tahu bahwa mereka harus membantu teman mereka yang sedang kesusahan. Lagipula, mereka sudah saling menyelamatkan lebih dari sekali. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak membantu juga kali ini.

“…Terima kasih…sudah mau membantu kami….”

“Terima kasih banyak, semuanya. Saya tidak akan melupakan saat ini…”

Theia dan Ruth menyampaikan rasa terima kasih mereka dengan mata yang berkaca-kaca.

Karena mereka kabur dengan terburu-buru, mereka berdua tidak mempunyai apapun yang bisa digunakan sebagai hadiah, namun begitu, Koutarou dan yang lainnya tidak ragu sama sekali untuk membantu. Hal itu membuat mereka berdua begitu bahagia, membuat mereka hanya bisa melanjutkan menyampaikan rasa terima kasih mereka, karena tidak ada cara lain bagi mereka untuk menunjukkan rasa syukur dan bahagia itu.


Part 8[edit]

Setelah beberapa saat berlalu dan mereka semua sudah kembali tenang, Koutarou kembali ke topik awal pembicaraan.

“Jadi, Theia, apa yang bakal kamu lakuin sekarang?”

“…B-Benar juga. Tunggu sebentar.”

Theia pun menghapus air matanya dan menampar kedua pipinya sendiri untuk menyemangati dirinya setelah ditanya oleh Koutarou. Saat melakukan itu, Theia tampak kembali bersemangat. Dia pun terlihat seperti dirinya yang biasanya lagi, selain merasa sedikit tersipu saat melihat Koutarou.

“Pertama-tama, aku akan mengumpulkan informasi. Meskipun sedikit, aku masih memiliki beberapa rekan di Forthorthe. Setelah mendapatkan informasi dari mereka, kita tunggu sampai ada kesempatan yang muncul.”

“Kita nggak akan bisa ngelakuin apa-apa tanpa informasi biarpun kita pergi ke Forthorthe, ya.”

“Benar sekali”, angguk Theia yang lalu melanjutkan penjelasannya.

“Di saat yang sama, kita akan melindungi diri kita. Pasukan kudeta pasti akan melancarkan semacam serangan padaku dan ibuku. Tentunya, kita tidak bisa membiarkan hal itu. Kemungkinan besar kita harus mengalahkan setiap musuh yang akan mereka terus kirimkan pada kita.”

Pasukan kudeta pasti nantinya akan mengubah strategi mereka untuk membungkam Theia dan ibunya, entah dengan menangkap atau membunuh mereka. Untuk bisa melakukan hal itu, mereka harus menyalahkan mereka berdua atas sesuatu hal sebelumnya, yang membuat mereka bisa membunuh Theia dan ibunya dengan mengklaim bahwa mereka berdua menolak untuk ditahan.

“Berarti, masalah kita saat ini adalah kekuatan dan jumlah musuh yang akan datang”, timpal Kiriha setelah mendengar penjelasan Theia.

Pihak Theia masih kekurangan informasi untuk bisa mengambil tindakan. Itulah sebabnya prioritas utama mereka saat ini adalah untuk melindungi diri mereka sendiri sampai mereka bisa mengumpulkan segala yang mereka perlukan. Jika itu yang harus mereka lakukan, maka mereka harus memperkirakan seberapa banyak dan kuat musuh yang nanti akan mereka hadapi dan harus segera melakukan persiapan untuk hal itu. Kalau sampai ada kesalahan di sini, maka mereka harus menanggung akibat yang begitu besar.

“Bagaimana menurutmu?”

“Agar mereka bisa beroperasi di Jepang, akan ada batas maksimal tentara yang bisa mereka kirimkan. Jumlah paling banyak yang bisa mereka kirimkan kira-kira 50 orang.”

50 orang adalah jumlah orang yang digunakan oleh Kiriha dan Rakyat Bumi dalam simulasi penjajahan permukaan tanah mereka. Jumlah pasukan yang lebih banyak akan membuat kekuatan tempur mereka lebih baik, tapi tentunya, mereka akan jadi lebih mencolok. Karena menangkap atau membunuh Theia dan Elfaria adalah misi yang harus dilakukan secara rahasia, mengirimkan lebih dari 50 orang adalah hal yang berlebihan.

“Bagaimana dengan di luar angkasa?”

“Pertempuran di luar angkasa sulit untuk dibayangkan. Bahkan dengan teknologi Forthorthe sekalipun, pasti sulit untuk bertempur dengan tidak ditonton dari Bumi, benar?”

“Clan, bagaimana menurutmu?”

“Hmm…dengan kemampuan siluman Hazy Moonku, pertempurang di orbit Bumi mungkin bisa dilakukan, tapi tidak realistis. Aku sendiri tidak yakin kalau Blue Knight bisa menang dalam kondisi seperti itu…”

Prinsip "tidak diketahui" pun juga berlaku untuk pertempuran luar angkasa. Karena tempat untuk bersembunyi di luar angkasa hampir tidak ada, pertempuran yang terjadi pasti akan mencolok. Agar tidak sampai diketahui, mereka harus bertempur jauh dari Bumi atau menggunakan kapal dengan kemampuan siluman seperti milik Clan. Namun, melengkapi kapal luar angkasa dengan kemampuan siluman akan mengurangi kemampuan tempurnya, dan hal yang sama juga berlaku bagi pasukan kudeta, dimana satu kapal siluman tidak akan bisa mengalahkan Blue Knight milik Theia. Tentu saja, jika mereka punya jumlah kapal lebih banyak, mereka bisa menang, tapi akan sulit untuk mengatur kapal-kapal itu. Itulah sebabnya Clan menyebutnya sebagai tidak realistis.

“Itu berarti Blue Knight tidak akan diserang biarpun kita tinggalkan di orbit seperti ini.”

Biasanya, Blue Knight mengorbit Bumi dengan berpura-pura sebagai asteroid. Akan sulit untuk menemukan kapal itu, dan kalaupun ketemu, karena posisi kapalnya yang dekat dengan Bumi, pihak musuh tidak akan bisa melakukan apa-apa. Selama Blue Knight tidak bergerak, maka tidak perlu takut untuk diserang.

“Boleh aku bertanya?”

Pada saat itulah Shizuka mengangkat tangannya.

“Ya?”

“Kalau Blue Knight nggak akan diserang, kenapa kalian berdua nggak sembunyi di sana?”

“Itu bukan pilihan buruk, tapi akan buruk jika aku dan ibuku ada di tempat yang sama. Dan jika kami memutus hubungan kami ke Bumi, kami pasti akan mati kelaparan. Kemungkinan besar kami tidak akan bisa menghindari serangan darat.”

Jika mempertimbangkan kemungkinan terburuknya, adalah hal yang buruk jika Theia dan Elfaria berada di tempat yang sama. Mereka harus bersembunyi di tempat yang berbeda untuk mencegah kemungkinan tertangkap atau terbunuhnya mereka di saat yang sama. Selain itu, Blue Knight tidak punya sumber daya yang tak terbatas. Kapal itu harus memasok kembali persediaan mereka dari Bumi dalam jangka waktu yang teratur. Namun, jika pasukan kudeta berhasil menguasai bagian darat, maka Blue Knight tidak akan bisa melakukan hal itu. Akan tidak mungkin bagi Blue Knight untuk menyembunyikan dirinya tanpa persediaan apapun.

Karena kedua alasan itulah pertempuran di Bumi menjadi tak terhindarkan.

“Itu bener, aku juga nggak mau dikepung.”

Ada satu alasan lagi mengapa Koutarou tidak mau dikepung.

“…Kalau orang itu ada di Bumi, nggak ada jaminan kalau Blue Knight yang ada di orbit nggak akan ketemu.”

“Orang itu? Siapa maksudmu?”

“Si Elexis dari DKI. Dia udah balik ke Bumi.”

“Satomi-sama, apa anda yakin!?”

Saat nama Elexis muncul, wajah Ruth menjadi pucat, dan bukan tanpa alasan. Dia adalah mantan tunangannya dan juga direktur utama dari Dragon Knight Industries, konglomerat yang bekerja sama dengan pihak militer.

“Ya, aku yakin”, balas Koutarou sambil mengangguk.

Koutarou yakin bahwa Elexis ada di Bumi. Hanya ada satu alasan yang membuatnya mencurigai hal itu, dan itu adalah isi dari kontainer yang sebelumnya dia dapatkan.

Dulu, saat Koutarou bertarung melawan Elexis, pakaian Koutarou hancur karena ledakan misil. Pada saat itu, Elexis berjanji bahwa dia akan memberikan Koutarou salah satu dari pakaian lamanya. Kontainer yang sebelumnya diterima olehnya berisikan baju di dalamnya, dan Koutarou tahu bahwa itu berasal dari Elexis.

“Karena dia ada di sini, kapal-kapal asing itu pasti kapal model baru dari DKI. Siapa yang tahu senjata-senjata macem apa yang kapal itu punya…”

Perusahaan Elexis, DKI, memiliki banyak teknologi yang mereka kembangkan sendiri. Saat dulu Koutarou bertarung melawan Elexis, Elexis menggunakan berbagai macam teknologi. Meskipun Koutarou berhasil melawannya, kekuatan DKI tidak bisa diremehkan. Mereka mungkin sudah mendapatkan cara untuk menemukan Blue Knight.

Atau, mungkin bajunya…aku mungkin bakal masuk jebakannya, tapi kita nggak bisa ninggalin Theia sama Ruth begitu aja di luar angkasa…

Koutarou mencurigai bahwa “senjata” yang dimaksud adalah baju itu. Dengan mengirimkan baju yang sudah dijanjikan itu, Elexis menyatakan keterlibatan DKI dan menanamkan kecurigaan bahwa dia mungkin akan menemukan mereka meskipun mereka bersembunyi. Itulah yang dipikirkan Koutarou.

Walau begitu, Koutarou tetap merasa bahwa bersembunyi di luar angkasa punya resiko yang sangat besar, dengan ancaman jalur persediaan yang bisa diputus. Meskipun hal ini mungkin adalah jebakan, mereka tetap tidak bisa menghindar dari pertempuran dengan pasukan musuh di darat.

“Kita harus menimbang hal itu juga dalam rencana kita”, balas Kiriha yang berpikiran sama dengan Koutarou, dengan wajah yang tampak begitu serius.

“Bisakah aku mempercayakanmu dengan hal itu, Kiriha?”

“Akan sedikit sulit bagiku untuk merencanakannya, tapi…akan aku usahakan.”

Dalam situasi ini, pihak yang menyerang punya keunggulan yang begitu besar. Sulit bagi pihak bertahan untuk menyiapkan diri mereka menghadapi berbagai macam serangan. Ini adalah tugas yang menantang, bahkan bagi si cerdas Kiriha sekalipun.

“Yang Mulia, jalurnya sudah hampir betul-betul stabil.”

Dengan berakhirnya penjelasan situasi untuk saat ini, Ruth menampilkan hologram dari semacam data dan menunjukkannya pada Theia.

“Hm, baiklah. Hubungi mereka.”

“Baik.”

Setelah memberi instruksi pada Ruth, Theia berbalik menghadap Koutarou dan yang lainnya.

“Sebenarnya, ada seseorang yang ingin aku perkenalkan pada kalian semua.”

“Seseorang?”

Saat Theia berkata akan memperkenalkan seseorang, tidak banyak nama yang muncul di benak mereka, dan ada satu orang yang sudah disebutkan berulang kali namun belum hadir di tempat itu.

“Ibuku, Elfaria.”

Di saat yang sama dengan Theia menyebutkan namanya, seorang wanita cantik muncul di belakangnya. Karena ketidakstabilan warp out sudah mereda, gerbang yang menghubungkan Blue Knight dan Hazy Moon bisa dibuka, dan wanita itu pergi melalui gerbang itu.

“…Senang bisa bertemu kalian, tuan-tuan dan nona-nona sekalian.”

Wanita itu adalah permaisuri ke 120 dari Kekaisaran Galaktik Suci Forthorthe, Elfaria Dana Forthorthe.

Rokujouma no Shinryakusha v13 Illustration 4.jpg

Elfaria kabur dari Forthorthe tanpa membawa apapun kecuali apa yang dipakainya, jadi saat itu dia sedang memakai pakaian dan perhiasan yang lebih sedikit dari biasanya. Namun tetap saja, apa yang dipakainya tampak betul-betul mewah. Gaunnya yang dibuat dengan indah terbuat dari kain yang mahal membuat hal itu tampak jelas. Dia memiliki rambut keemasan seperti Theia, dan perhiasan kepala yang berhiaskan permata. Dia juga memakai sepatu yang putih bersih, yang juga berhiaskan dengan emas dan permata. Dari antara semua hal itu, Elfaria memiliki penampilan yang pantas sebagai halnya permaisuri yang memimpin banyak wilayah.

“Terima kasih sudah merawat putriku. Aku ibu Theia, Elfaria. Senang bertemu dengan kalian.”

Dia tampak sebagai orang yang begitu terbuka. Dia pun berbicara dengan senyum tulus, yang cocok sebagai seorang pecinta damai.

“…B-Bajunya bisa dipake buat beli tiga rumah gede…”

“Yurika, bertahanlah!! Dia mungkin betul-betul kaya, tapi dia kelihatan kayak orang baik!!”

“Haah…jadi seperti ini permaisuri negeri yang sudah ada selama 2000 tahun…”

“Jadi dia ibu Theia…senang rasanya melihat dia baik-baik saja.”

“Apa Clan-san dan Theia-san juga akan menjadi seperti dia?”

“Itu rencanaku. Agar aku bisa menjadi permaisuri selanjutnya, aku setidaknya harus berada dalam tingkatan yang sama seperti yang mulia.”

“…Permaisuri selanjutnya ya…aku harus bisa memperlajari hal ini, dan menggunakannya di drama berikutnya…”

Para gadis pun takjub melihat kecantikan Elfaria. Tidak hanya pakaiannya saja yang cantik, tapi Elfaria sendiri juga tidak kalah cantiknya. Dia memiliki daya tarik orang dewasa dan penampilan yang begitu muda sampai sulit dipercaya bahwa dia adalah seorang ibu. Berkat hal itu, pakaian yang dipakainya tidak terlihat mencolok. Malah, pakaian itu justru meningkatkan kecantikannya. Sang permaisuri Elfaria adalah orang yang tampak indah bahkan saat dia hanya berdiri saja.

“…Dia betul-betul bikin dirinya kelihatan muda, ya.”

Di antara mereka yang mengagumi Elfaria, hanya satu orang yang tampak biasa saja. Orang itu sedang menatap dingin Elfaria dan mengabaikan kecantikannya.

“Dia harusnya udah umur tiga puluh lebih sekarang…tapi bisa aja kelihatan kayak masih muda…”

Kata-kata yang keras terhadap permaisuri Forthorthe itu berasal dari satu-satunya pria di anjungan, Koutarou.

“Ah!?”

Mendengar kata-kata penuh cemooh itu, Elfaria menyadari keberadaan Koutarou. Dia memang tidak mendengar adanya pujian, namun dia tersenyum ceria. Seperti halnya seorang gadis muda, matanya tampak berbinar-binar dan diapun berlari ke arah Koutarou.

“Lama tidak berjumpa, Layo---“

“Aaaaaaaaahhh!!”

Saat sadar apa yang akan dikatakan oleh Elfaria sebelum yang lainnya, Koutarou dengan segera menangkapnya dan menutup mulutnya. Dia lalu merangkul leher Elfaria, menyeretnya lebih dekat dengannya dan berbisik:

“Elle, kalau kamu ngomong lebih dari itu, aku tonjok kamu, nggak peduli kamu permaisuri apa bukan.”

“Hmmh, mmhhm.”

Saat merasa bahwa Koutarou sedang serius, Elfaria dengan panik menganggukkan kepalanya. Setelah itu Koutarou melepaskannya, tapi Elfaria tidak segera menjauh dan malah membalas berbisik:

“…Layous-sama, kamu masih belum memberi tahu Theia yang sebenarnya, bahkan di situasi ini?”

“…Mana bisa? Kamu mau Theia sampai kena bahaya?”

“…Aku rasa tidak ada yang lebih bahaya daripada kudeta…”

Teriakan yang tiba-tiba, perlakuan yang kasar, dan permaisuri yang mengijinkan hal itu. Ditambah lagi, mereka berbicara secara rahasia mengenai sesuatu. Tingkah aneh Koutarou dan Elfaria membuat kaget sebagian besar para gadis di anjungan. Theia mewakili mereka dan bertanya pada Koutarou.

“Koutarou, apa kau pernah berbicara dengan ibuku sebelumnya?”

Sejauh yang Theia tahu, Koutarou dan Elfaria tidak pernah bertemu sebelumnya. Theia dulu pernah menyebutkan nama Koutarou pada Elfaria beberapa kali, walapun hal itu hanya sebagai obrolan ringan. Namun, mereka berdua nampak bersikap seolah ini bukan pertama kalinya mereka bertemu. Itulah sebabnya Theia yakin bahwa Koutarou entah bagaimana bisa menghubungi Elfaria setelah dia memberikan Koutarou akses penuh terhadap sistem Blue Knight.

“B-Bukan, aku cuma salah ngira. Dia cuma kelihatan kayak seseorang yang aku kenal. Benar kan, Elle?”

“Elle?”

Theia tampak kebingungan saat mendengar panggilan yang terdengar akrab itu. Koutarou, yang menyadari kesalahannya, segera membetulkan hal itu.

“Em, maksudku…Yang Mulia, Elfaria.”

“Benar, Theia. Ini pertama kalinya aku bertemu Layous-sama---“

Suara pukulan pun bisa terdengar segera setelahnya.

“Kamu sengaja ngelakuin itu, ya, yang mulia!?”

“Auauau…tidak, ini memang pertama kalinya kita bertemu.”

“Hmm??”

Namun, setiap kali Koutarou hampir meyakinkan Theia, Elfaria selalu mengacaukannya. Butuh beberapa waktu lamanya sebelum Koutarou bisa meyakinkan Theia.


Part 9[edit]

Saat melihat bagaimana Koutarou dan Elfaria bertingkah, Ruth mendapat sebuah teori.

“…Jangan-jangan…”

Teori itu adalah Koutarou dan Elfaria bertemu di masa lalu saat Koutarou sedang dalam perjalanan pulang dari Forthorthe.

Dengan menggunakan teori itu sebagai dasarnya, ada banyak hal yang mulai nampak masuk akal. Salah satunya adalah baju manuver Blue Knight, zirah biru Koutarou.

Saat Koutarou pertama kali memakai baju itu, baju itu cocok dengan tubuhnya tanpa perlu pembetulan kecil sama sekali. Awalnya, Ruth hanya mengira bahwa itu hanya kebetulan semata, namun jika dipikir lagi saat ini, itu jelas tampak aneh.

Sebagai seorang arkeolog, Elfaria seharusnya membuat zirah itu berdasarkan apa yang tertulis dalam dokumen-dokumen kuno. Mudah untuk membayangkan bahwa Elfaria merancang zirah itu berdasarkan ukuran tubuh Koutarou di Forthorthe masa lalu, namun ternyata bukan itu yang terjadi.

Beberapa bulan berjalan di antara pertama kalinya Koutarou memakai zirah itu dan dia terkirim ke Forthorthe di masa lalu. Sulit untuk membayangkan bahwa Koutarou, yang sedang berada di masa pertumbuhannya, tidak bertumbuh sama sekali. Hanya dari tingginya saja, seharusnya ada perbedaan beberapa sentimeter. Jadi, jika Elfaria betul-betul mendapat pengukurannya berdasarkan dokumen kuno, zirah itu seharusnya melakukan sedikit perubahan, namun hal itu tidak terjadi.

Selain dari kebetulan belaka, Ruth punya satu kemungkinan lagi di benaknya: Elfaria bertemu dengan Koutarou sebelum memulai membuat zirah itu, dan mendapatkan data awal pada waktu itu. Hanya itulah cara bagi Elfaria untuk mengetahui ukuran tubuh Koutarou saat dia pertama kali memakai zirah itu.

“…Kalau begini, mungkin bukan kebetulan bahwa ujian bagi yang mulia adalah untuk menjajah kamar Satomi-sama…”

Elfaria adalah arkeolog ternama, dan di saat yang sama dia juga seorang spesialis dalam komputer. Itu karena arkeolog di Forthorthe pada zaman itu memerlukan pengetahuan tentang komputer lama. Berkat itulah Elfaria bisa membuat perubahan untuk membuat ujian yang dijalani Theia sebagai penjajahan terhadap kamar Koutarou. Yang perlu dilakukannya adalah meretas komputernya sebelum isi ujian Theia diumumkan. Elfaria punya alasan kuat untuk melakukan hal itu.

Elfaria, yang memiliki banyak musuh, ingin agar putrinya, Theia berada di tempat yang aman sebelum mengambil langkah politik yang besar, seperti menyerukan pelucutan senjata. Jika pertanyaan tentang dimana tempat aman yang dimaksud ditanyakan kepada masyarakat Forthorthe, mereka akan menjawab demikian:

Di samping Ksatria Biru, Layous Fatra Veltlion.

Kami mungkin sudah bergerak sesuai rencana yang mulia permaisuri…

Ruth mulai menduga bahwa semuanya berjalan sesuai rencana Elfaria. Membesarkan Theia sebagai pengagum Ksatria Biru dan memilih Ruth sebagai penjaganya, mungkin semua itu dimaksudkan untuk melindungi Theia, atau membuatnya bertemu dengan Koutarou.


Part 10[edit]

Setelah Elfaria memperkenalkan dirinya, Koutarou dan yang lainnya mulai memperkenalkan diri mereka masing-masing. Perkenalan itu berjalan satu demi satu karena berlangsung bersamaan dengan rapat strategi, dan karena ada delapan orang yang belum pernah bertemu dengan Elfaria sebelumnya, butuh waktu satu jam sebelum akhirnya giliran Clan tiba sebagai orang yang terakhir memperkenalkan diri.

“Lama tidak berjumpa, Clan-san.”

“Nampaknya anda tidak berubah sama sekali, yang mulia.”

“Senang rasanya kita bisa berjumpa lagi.”

Saat berkata demikian, raut wajah Elfaria berubah menjadi raut wajah seseorang yang sedang berjumpa dengan kawan lama.

“Sebenarnya, aku sudah memperhatikan dirimu hingga hari ini.”

“Memperhatikan aku?” tanya Clan sambil menaruh tangannya di dadanya, dengan mata yang tampak terkejut bisa terlihat dari balik kacamatanya.

“Benar. Aku memperhatikanmu selagi kamu tumbuh dewasa, dan menjadi mirip dengan dirimu yang ada dalam ingatanku, sambil terus menantikanmua menjadi orang yang aku kenal.”

“Berarti, saat aku pergi ke Bumi…”

“Aku bersorak gembira, karena tahu waktunya sudah datang.”

“Anda tidak kuatir terhadap Theiamillis-san?”

“Kenapa aku harus kuatir? Aku sudah tahu hasil akhirnya, dan lagipula, Layous-sama ada bersamanya.”

Elfaria dan Clan lalu menoleh untuk melihat Koutarou. Saat itu dia tengah berada dalam diskusi serius dengan Theia dan Kiriha, dengan raut wajah yang tidak terlihat sebagai si pemuda Satomi Koutarou, namun sebagai sang pahlawan legendaris, sang Ksatria Biru. Wajah itulah yang sudah dimonopoli oleh Clan hingga hari ini.

“Sebenarnya, aku lebih kuatir saat ini.”

“Benar juga, kita sedang berada dalam situasi yang sangat berbahaya dan---“

“Bukan, bukan, aku tidak kuatir tentang itu.”

Clan mengira bahwa kekuatiran Elfaria adalah soal kudeta, namun dia malah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Nampaknya bukan hal itu yang ia kuatirkan.

“Apa yang sudah terjadi dengan adanya kudeta, biarlah itu terjadi, dan jika aku sampai tumbang meskipun sang Ksatria Biru berada di sisiku, maka biarlah itu terjadi. Selama aku melakukan yang terbaik bagi semua orang, aku tidak akan menyesali apa-apa.”

“Kalau begitu, apa yang anda kuatirkan?”

“Gadis itu. Harumi…”

“Harumi?”

Rupanya, yang dikuatirkan oleh Elfaria adalah gadis yang berada di belakang Koutarou yang sedang memperhatikan rapat strategi itu, Sakuraba Harumi. Namun, Harumi tidak terlihat sebagai ancaman bagi Clan, membuatnya tidak mengerti apa yang dikuatirkan oleh Elfaria.

“Dia terlihat persis seperti sang puteri perak, hampir seperti reinkarnasinya.”

“Itu jelas tidak mungkin…dia mungkin bisa mengendalikan Signaltin di zaman ini dan memiliki ingatan Alaia…tapi Harumi tetaplah Harumi. Dia orang yang berbeda dengan Alaia-san.”

“’Kalau saya yang bertemu pertama kali dengan anda...kalau...saya yang meminta pada anda lebih dahulu...apa yang akan anda lakukan, Koutarou-sama?’”[2]

“Eh?”

“Itu kata-kata Puteri Perak yang mencoba menghentikan Layous-sama. Aku menemukan kata-kata itu di riwayat alat penerjemah, dalam data zirah yang kau berikan waktu dulu.”

20 tahun lalu, Elfaria meminta data zirah Koutarou dari Clan. Karena data itu mempunyai rekaman langsung dari sejarah penting Forthorthe, tentu saja itu menjadi sesuatu yang ingin dimiliki oleh Elfaria.

“Itulah apa yang dikatakan Puteri Perak kepada Layous-sama, dan Harumi bertemu dengannya sebelum yang lainnya, dan sekarang dia menjadi pengganti sang Puteri Perak. Tidak ada hal lain yang aku khawatirkan lebih dari ini”, ujar Elfaria sambil tersenyum kecut. Jika hal itu bukan kebetulan semata, lalu apa artinya? Bagi Elfaria, yang ingin agar puterinya bisa hidup bahagia, tidak ada yang lebih mengkhawatirkan dibandingkan hal itu.

“…Takdir mungkin tidak berada di sisi Theia.”

“Tidak perlu kuatir, Yang Mulia.”

Namun, Clan tidak kuatir seperti Elfaria. Kali ini, giliran Clanlah untuk tersenyum.

“Biarpun kekuatiran anda menjadi nyata, Veltlion bukan seseorang yang sesimpel itu untuk menerima hanya Harumi saja.”

“Kamu nampaknya begitu yakin, Clan-san.”

“Aku rasa anda bisa menyebutnya sebagai intuisi wanita.”

“Jika begitu, itu berarti ada masalah baru. Nampaknya aku menemukan alasan baru untuk merasa kuatir.”

“Aku tidak akan mundur dengan mudahnya.”

“Wah, fufu…tetap saja, rasanya aneh mendengarmu bicara soal intuisi wanita.”

“Biarpun anda permaisuri sekalipun, aku tidak akan memaafkan ketidaksopanan semacam itu…aku sendiri juga menyadari hal itu, fufu”

“Fufufu…izinkan aku meminta maaf, puteri Clariossa.”

Tidak lama kemudian, mereka berdua pun tertawa bersama. Pertemuan pertama mereka setelah 20 tahun ini berlangsung dengan damai, namun ada sesuatu yang memecah kedamaian itu..

..yakni gelang Clan yang mulai bergetar.

“Oh?”

“Ada apa?”

“Em…ada pesan dari keluarga. Apa isinya?”

Clan lalu mengoperasikan terminal di dekatnya dan menampilkan isi pesan itu.

“Ini…?”

Setelah dia membacanya, suasana damai yang dialami Clan langsung lenyap seketika.

Pesan yang diterima oleh Clan berisi tuntutan dari pihak militer yang dikirimkan lewat keluarganya. Pihak militer ingin Clan dan Hazy Moon untuk mundur dari area itu.

Karena pihak militer tidak tahu tentang perubahan perasaan Clan ataupun perkembangan dirinya, mereka mengira bahwa Clan masih mengincar nyawa Theia. Dalam kata lain, mereka mengira Clan adalah rekan mereka dan tidak mau melibatkannya dalam hal ini. Ada juga kemungkinan bahwa Theia mungkin akan menggunakan Clan dengan cara mengirimkan sinyal pertolongan lagi. Untuk menghindari hal itu, pihak militer memutuskan untuk memanggil Clan kembali.

Jika dilihat dari sisi hukum, sudah jelas bahwa Clan pasti akan menolong Blue Knight beberapa saat yang lalu. Setelah menerima sinyal pertolongan darurat, untuk menaati hukum yang ada, Clan pasti akan terpaksa menolong Theia saat melihat Blue Knight diserang oleh kapal-kapal asing. Karena ketiga kapal itu mengetahui hal itu, mereka pergi tanpa melawan Clan.

Pihak militer tidak mau sampai berurusan dengan keluarga Schweiger yang sudah menjadi rekanan lama mereka, namun selama Clan masih berada di area dekat Bumi, sudah jelas bahwa dia pasti akan digunakan oleh Theia lagi. Itulah sebabnya mereka mengirim pesan melalui keluarga Schweiger untuk menyuruh Clan mundur.


Part 11[edit]

Segera setelah menerima pesan itu, Clan berkonsultasi dengan Koutarou dan yang lainnya. Clan sudah menjadi rekan Koutarou dan Theia, juga teman Elfaria selama 20 tahun. Dia sudah tidak begitu jahatnya untuk pergi tanpa meminta saran dari orang-orang yang dekat dengannya.

“…Ini gawat. Dengan mereka menyuruhku mundur, itu sudah menjadi bukti bahwa serangannya sudah semakin dekat. Kita juga harus menganggap bahwa mereka akan berencana menyerang di luar angkasa.”

“Clan, pergilah ke tempat yang aman.”

“Tidak!”

Koutarou menyarankan Clan untuk mundur, namun Clan menggelengkan kepalanya.

“Apa kau menyuruhku untuk patuh pada pasukan kudeta!? Itu tidak lucu!! Aku mungkin masih belum cukup dewasa, tapi aku masih tetap anggota keluarga kekaisaran Forthorthe!!”

Setelah kepribadiannya bertumbuh, Clan tidak bisa menerima cara pasukan kudeta yang tampak pengecut. Dia berniat berada bersama Theia dan Elfaria untuk bertarung.

“Kumohon, Clan. Bawalah para penduduk sipil denganmu dan mundurlah.”

Namun, kata-kata Theia membuat Clan mengundurkan diri.

“Penduduk?”

“Benar. Orang-orang yang membantuku dan ibuku untuk bisa kabur berada di Blue Knight. Kami tidak bisa bertarung dengan mereka masih berada di dalam sana. Tolong lindungi mereka dengan Hazy Moon, untuk berjaga-jaga.”

“Itu…”

Clan mulai ragu.

Theia sudah mempertimbangkan cara bertarungnya, termasuk serangan besar-besaran. Namun, dia tidak bisa melakukan hal itu dengan orang-orang yang sudah membantunya masih berada di dalam kapal. Melakukan proses evakuasi dari Blue Knight akan mudah dilakukan oleh Theia dan Ruth, tapi karena begitu banyaknya penduduk di dalamnya, hal itu akan menjadi sulit. Hal itu akan membatasi serangan macam apa yang bisa mereka lakukan.

“Aku juga mau kamu ngelakuin hal itu, Clan. Kalau mereka ada dalam bahaya, bakal jadi tugasmu buat kabur sama Theia sama yang mulia. Sampai saat itu tiba, aku mau kamu menjauh dan sembunyi.”

Karena Hazy Moon punya kemampuan siluman yang hebat, Clan tidak perlu mundur begitu jauh agar tidak terdeteksi pasukan kudeta. Hal itu akan membuat Hazy Moon tidak rusak sampai diperlukan.

“…Aku…mengerti…”

Biarpun kesal, Clan pada akhirnya mematuhi Koutarou. Dia tahu bahwa hal itu harus dilakukan, namun, hanya bisa menyaksikan sang permaisuri dan Ksatria Biru pergi menghadapi pertempuran adalah hal yang menyedihkan baginya.

Takdir mungkin tidak berada di sisiku juga…

Clan teringat dengan apa yang dikatakan oleh Elfaria beberapa saat lalu, dan mulai membayangkan dirinya sebagai tokoh sampingan yang melihat para tokoh utama pergi menghadapi puncak peristiwa.


Part 12[edit]

Pasukan kudeta yang mengejar Theia dan Elfaria rupanya menggunakan kapal-kapal yang baru saja dibangun dan tidak diketahui berada di pihak mana, yang berarti bahwa mereka beroperasi sebagai armada yang seharusnya tidak ada. Itulah sebabnya mereka tidak bisa menghubungi Clan secara langsung dan harus menghubunginya lewat markas. Karena itulah ada jeda yang cukup besar di antara komunikasi yang terjadi, dan diskusi mendetail menjadi sulit untuk dilakukan.

“Elexis-sama, kami sudah mendapat balasan dari keluarga Schweiger.”

“Dan hasilnya?”

“Kelihatannya tuan puteri Clariossa akan mundur, namun jika kita menyerang segera setelah dia mundur, dia akan dicurigai, jadi dia perlu waktu untuk itu.”

“Berapa hari?”

“Tiga.”

“Hmm…karena ini cukup mendadak, dan orang-orang di atas sana[3] tidak memberinya informasi, kurasa tiga hari memang tepat.”

Setelah mendapat laporan mengenai Clan, Elexis bersandar di kursinya sambil berpikir dalam –dalam. Saat ini dia berada di dalam anjungan kapal induk, dimana dia duduk di kursi pemimpin.

Seperti yang sudah diduga oleh Koutarou, ketiga kapal itu berada di bawah pimpinan Elexis. DKI secara rahasia sudah membangun armada-armada kapal, dan pasukan ksatria Melcemheim, yang mana Elexis punya hubungan yang kuat berkat salah satu saudara jauhnya yang menjadi kapten kapal induk ini, mengendalikan armada-armada itu. Semua orang berpangkat kapten ke atas berasal dari keluarga Melcemheim, dengan Elexis sebagai pemimpin mereka.

“Tapi itu akan jadi berdempetan dengan batas waktu kita.”

“Tapi kita tetap berhasil. Entah apa yang akan terjadi nanti, kita hanya akan punya waktu untuk satu kali serangan, jadi kita tidak perlu kuatir tentang sedikit kehilangan waktu. Kita bisa menganggapnya sebagai bentuk apresiasi hubungan kita dengan keluarga Schweiger.”

Pihak militer mengejar Theia dan Elfaria dalam cara yang ilegal melalui Elexis dan dengan pasukan dan perlengkapan dari DKI, namun ada batasan waktu yang bisa mereka pakai untuk hal itu. Jika mereka memakan waktu yang terlalu lama, mereka tidak akan bisa menutupi hal itu.

Setelahnya, pihak militer harus mengejar mereka secara legal, namun sebelum bisa melakukan hal itu, mereka harus bisa menyalahkan Theia dan Elfaria atas suatu kejahatan. Tentunya, sang permaisuri dan tuan puteri tidak akan melakukan sesuatu yang ilegal, jadi perlu banyak usaha untuk bisa menyalahkan mereka. Sementara mereka sedang melakukan persiapan itu, mereka tidak bisa menyentuh mereka berdua.

Itu berarti, tidak ada banyak waktu untuk menyerang Theia dan Elfaria sebelum ada jeda waktu yang panjang yang terjadi di antara serangan-serangan yang akan dilakukan. Karena Clan akan mundur sebelum batas waktu itu, Elexis tidak begitu memikirkan hal itu. Dia percaya dia hanya punya satu kesempatan untuk menyerang apapun yang terjadi, sehingga itu tidak punya pengaruh apa-apa terhadap rencananya.

“Sebenarnya, aku justru lebih kuatir dengan dia.”

“Dia?”

Awalnya, si kapten tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Elexis dan hanya bisa terlihat kebingungan.

“Kau tidak tahu?”

“…Ah, orang yang kau kirimkan baju itu?”

Raut wajah Elexis nampak sama seperti saat dia mengemas baju itu ke dalam kontainer dan meluncurkannya. Berkat itu, si kapten bisa langsung cepat mengerti siapa yang dimaksud oleh Elexis.

“Benar…bisa dibilang bahwa semuanya bergantung pada apakah kita bisa melawan si bocah hebat itu, Koutarou-kun.”

“Apa kita bisa menang?”

“Kita akan menang. Aku sudah bersiap-siap hanya untuk itu”, jawab Elexis sambil tersenyum. Ketegangan bisa terlihat dari raut wajahnya, namun ada juga rasa percaya diri dan senang yang bisa terlihat. Bagi si kapten, Elexis terlihat seperti akan bermain dengan teman baiknya.

“…Anda kelihatannya sedang bersenang-senang, Elexis-sama.”

“Oh, memang. Aku mungkin terlihat ceroboh, tapi aku sebenarnya sedang bersenang-senang.”

“Sayangnya saya tidak bisa tertawa karena hal itu, karena ini adalah peristiwa yang akan menjadi penentu masa depan Forthorthe.”

“Aku tidak kuatir sama sekali dengan masa depan Forthorthe, karena tidak peduli siapapun yang berkuasa setelah yang mulia Elfaria, pandangan politik mereka akan jadi lebih dekat dengan pandanganku.”

“Bahkan tuan puteri Theiamillis sekalipun?”

“Itu yang aku percaya.”

Elexis tidak merasa bahwa calon pemimpin yang akan datang tidak akan bisa mengatur situasi politik mereka tanpa menggunakan kudeta yang terjadi semasa kepemimpinan Elfaria, dan dengan mengambil kesempatan dari hal itu, akan mudah bagi DKI untuk meningkatkan keuntungan yang bisa mereka dapat. Begitu juga dengan semakin mudahnya menjadikan dunia mereka menjadi tempat yang lebih baik, dan juga keinginan pribadi Elexis. Hanya dengan terjadinya kudeta sudah cukup untuk membuat banyak tujuan Elexis tercapai.

“Lagipula, aku yakin aku akan bisa bertahan tidak peduli bagaimana jadinya dunia nanti.”

“Anda tidak akan merugi, dan anda yakin anda akan bisa bertahan apapun yang terjadi, dan itulah sebabnya dia orangnya?”

“Ya. Bahkan usahaku yang paling keras pun mungkin tidak akan cukup. Aku belum pernah bertemu musuh seperti itu sebelumnya? Kau tidak bisa melihatnya? Aku sedang berusaha habis-habisan untuk pertama kalinya sepanjang hidupku.”

Sebelum dia bertemu Koutarou, Elexis selalu menjadi seorang pemenang. Dia bisa menangkis semua musuhnya tanpa harus menjadi serius. Karena itulah dia merasa bahwa hidupnya kurang menantang. Sebagian alasan dari mengapa dia bekerja sama dengan pihak militer untuk mengubah dunia adalah karena menginginkan adanya tantangan, yang juga membuatnya berada di luar sini. Biasanya, direktur utama DKI tidak perlu sampai berada di garis depan pertempuran.

Pada saat itulah Elexis bertemu dengan Koutarou, yang mempunyai kekuatan yang melampaui pengetahuannya dan tekad yang tampak tidak cocok untuk seseorang seumur dia. Elexis tidak bisa membayangkan apa yang dialami Koutarou untuk membuatnya menjadi seperti itu, dan karena itulah Elexis sampai kegirangan karenanya. Terlebih lagi, dia gembira karena dia kalah. Elexis merasa begitu senang bisa menemukan musuh yang sampai membuatnya berada di ambang batas.

“Anda nampaknya merasa tidak apa-apa kalau anda sampai kalah.”

“Oh, bukan itu niatku. Biarpun kelihatannya seperti itu, aku benci kalah. Yah, biarpun aku kalah sekalipun, kesenanganku akan bertambah lama.”

“Kalau begitu saya akan bertaruh pada kebencian anda pada kekalahan.”

“Jangan kuatir. Sifatku yang satu itu betul-betul kuat.”

Elexis dan si kapten pun sama-sama tersenyum, sebagian karena mereka bersaudara, dan sebagian lagi karena Elexis dan pasukan ksatria Melcemheim kuat, tapi yang paling utama, adalah karena mereka saling percaya satu dengan yang lainnya.


Kembali ke Bab 2 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 4
  1. V9C6
  2. V8.5C2
  3. Petinggi-petinggi militer