Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 3 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ruang Bawah Tanah dan Harta Karun[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 22 Agustus

Sepuluh hari sudah berlalu sejak kejadian di pemandian air panas dan sekarang sudah mendekati akhir bulan Agustus.

Saat itu masih dalam masa liburan musim panas, tapi Koutarou dan Harumi sudah memutuskan untuk menggunakan hari ini untuk kegiatan klub.

Tapi, mereka tidak serta merta pergi ke sekolah, namun menggunakan ruang belajar di sebuah perpustakaan yang berada dekat dari rumah mereka berdua.

Selama seseorang sudah memesan dari jauh-jauh hari, orang itu bisa meminjam ruangan itu untuk dirinya sendiri.

Karena itulah, meski ruangan itu tidak cukup besar, ruangan itu cukup bagi klub merajut.

"...Dan kami akhirnya bisa berbaikan"

"Begitu, baguslah kalau begitu"

"Ini semua berkat saranmu, Sakuraba-senpai"

Koutarou selesai menjelaskan kejadian yang terjadi padanya dan Sanae, dan membungkuk dengan sungguh-sungguh.

Dia menelepon Harumi segera setelah kembali dari pantai dan memberi tahu hasilnya, tapi Koutarou merasa dia perlu berterima kasih kepada Harumi secara langsung.

Tapi, Koutarou tidak menyebutkan bagian dimana Sanae sebenarnya adalah hantu atau kalau Sanae sempat diculik oleh para pemburu hantu.

Hal itu hanya akan membuat Harumi bingung, dan itu bukanlah bagian yang penting.

"Terima kasih"

Sanae yang berada di sebelah Koutarou juga membungkukkan kepalanya.

Sanae tetap ikut dengan Koutarou untuk menyatakan terima kasihnya meskipun dia sadar kalau Harumi tidak bisa melihat maupun mendengarnya.

"U-Um, hargai temanmu lebih dari ini, ya?"

Harumi hanya bisa menunduk memandang tangannya yang sibuk merajut karena malu dengan Koutarou yang dengan sungguh-sungguh berterima kasih di hadapannya langsung.

Harumi telah memutuskan akan mencoba teknik merajut baru hari itu, tapi karena rasa malunya, dia kembali menggunakan teknik yang lama tanpa disadarinya.

"Ya, tentu saja"

Setelah merasa puas karena sudah mencapai tujuannya untuk hari itu, Koutarou mulai menggerakkan jarum rajutnya.

Koutarou mulai mahir merajut dan sekarang sedang merajut syal untuk musim dingin mendatang.

"Dia bilang kita teman"

Tapi, Sanae memperlambat laju merajutnya sedikit.

Sanae tidak berdiri, tapi justru bergelantung di leher Koutarou.

Posisi itu membuat Koutarou kesulitan menggerakkan jarum rajutnya.

"Kita nggak seperti itu, iya kan?"

".....Kalau begitu, turun. Susah ngerajutnya"

Koutarou membisikkan keluhannya agar Harumi tidak mendengarnya.

Untungnya, Harumi kelihatannya sibuk merajut, jadi dia tidak memperhatikan hal itu.

"Enggak mau ♪ ”

Rokujouma V3 297.jpg

"...Yang bener aja"

"Kita 'kan musuh, ya pasti aku bakal ganggu kamu dong ♪ ”

"Ayolah"

Sanae menolak mendengar keluhan Koutarou sambil tersenyum.

Dia sudah bertingkah seperti ini sejak beberapa waktu lalu dan kadang-kadang dia membuat Koutarou kewalahan.

Berkat peristiwa di pemandian air panas, Sanae mengerti kalau Koutarou bukan hanya sekedar musuh baginya.

Tadinya mereka adalah musuh saat menyangkut masalah kamar 106, tapi selain hal itu Sanae sadar kalau Koutarou tidak membencinya.

Dan Sanae sekarang sudah kembali menjadi dirinya yang ceria dan penuh semangat.

Dia malah lebih terbuka di sekitar Koutarou dan lebih bersemangat daripada sebelumnya.

Sebelumnya, Sanae akan sering menghabiskan waktunya dengan Koutarou, tapi semenjak kejadian di pemandian air panas, dia sekarang akan selalu bersama Koutarou selama tidak ada alasan khusus yang mengharuskannya tidak bersama Koutarou.

Dan dia akan menggoda dan mengganggu Koutarou dari waktu ke waktu.

Mengganggu Koutarou saat merajut adalah salah satu gangguan itu.

Tapi Sanae tidak akan mengganggu Koutarou tanpa alasan, dia akan berhenti kalau situasinya memang serius.

Dulunya dia tidak bisa menyadari saat situasinya serius, itulah perubahan besar yang dialaminya.

Tapi, Koutarou tidak menyadari perubahan ini karena dia masih diganggu, hanya masalah yang menganggunya yang telah berubah.

Setelah menyelesaikan kegiatan klub mereka, Koutaoru dan Sanae kembali ke rumah.

Dan saat mereka sampai di kamar 106, Theia melompat keluar dari dalam kamar dengan wajah pucat.

"Waktumu tepat sekali untuk kembali ke rumah, Primitif!"

"Apa? Apa ada sesuatu?"

Koutarou mulai merasa cemas saat dia melihat wajah serius Theia.

"Kau sudah mengatakan sesuatu kepada Yurika! Dia menolak untuk meninggalkan controller gamenya!"

"A-Apa-apaan, ternyata cuma begitu.."

"Apa maksudmu 'ternyata cuma begitu'!? Ksatria Biru milikku sudah mau memasuki pertarungan penentu terakhir! Tapi Yurika tidak mau bergantian denganku!"

"Kenapa juga Yurika mau main game?"

"Siapa yang tahu?"

"Itu tidak penting, cepatlah masuk! Pertarungan terakhirnya akan segera mulai!"

"Oke, oke...Kalian semua egois sekali, ampun deh..."

"Aku juga mau main. Koutarou, ayo berantem"

"Tidak! Aku dulu!"

Theia dengan tidak sabar menghentakkan kakinya di lantai saat Koutarou melepaskan sepatunya.

"Kita akan menyelesaikan itu hari ini tidak peduli bagaimana! Beraninya boss itu dengan santainya minum teh dengan bawahannya!? Dia mengejekku dan Ksatria Biru!"

"Aku ngerti, tenang dulu, Tulip!"

"Orang bodoh macam apa yang bisa tenang sebelum pertarungan yang menentukan!?"

"Penyakit ini makin parah"

Setelah selesai melepas sepatunya, Koutarou diseret oleh Theia menuju bagian dalam kamar.

"Waaaah! Dimana mereka~"

Saat masuk ke bagian dalam kamar, suka atau tidak, Koutarou langsung memperhatikan Yurika.

Dia sedang menangis sambil duduk di depan TV.

Dan dia menatap ke layar TV sambil bersusah payah menggerakkan controller game.

"Ayolah, katakan sesuatu, Primitif!"

"O-Oke"

Koutarou, yang sempat terkejut melihat Yurika yang menangis sambil bermain game, mengangguk ke arah Theia dan duduk di samping Yurika.

"Hey Yurika, kalau memang separah itu sampai bikin kamu nangis, mending berhenti aja"

"Salah, aku bukannya nangis gara-gara keadaannya parah~!"

Yurika menghentikan sejenak permainannya dan menghadap Koutarou sembari menangis.

"K-Kalau gitu, kenapa?"

"Aku nggak bisa nemuin mereka~"

Yurika menunjuk ke arah TV selagi air mata mengalir di wajahnya.

Di layar itu, tampak layar status dari game yang selalu dimainkan Theia.

"Siapa yang nggak bisa kamu temuin?"

"Yurika, Yurika A sama Yurika B~! Theia-chan nggak mau ambil badan mereka dari dungeon~!"

"Begitu..."

Koutarou hanya bisa menghela nafas setelah mengerti situasi itu.

Theia memberi nama karakter gamenya dari para penghuni kamar 106, karena memikirkan nama adalah hal yang cukup merepotkan.

Hanya itu saja seharusnya tidak masalah, tapi Theia sudah menyerah untuk menyelamatkan beberapa karakter yang telah gugur dan justru membiarkannya.

Karena menolong karakter yang sudah gugur juga merepotkan.

Setelah memperhatikan situasi itu, Yurika mencoba menyelamatkan karakter yang namanya sama dengannya.

"Yah, aku rasa kau tidak bisa diam begitu saja melihat karakter yang punya nama sama denganmu mati dan terbaring begitu saja didalam sebuah gua"

"Ini salahmu, Tulip"

"R-Ruth, tolong isi kembali tehku. Dan tolong ambilkan juga untuk si Primitf dan yang lainnya juga"

Theia mengalihkan pandangannya saat topiknya tidak menguntungkan lagi baginya.

"Ya, aku akan segera menyiapkannya"

"Hey, Tulip"

"K-Kiriha, cemilan ini enak juga. Namanya apa?"

"Cemilan itu namanya kue beras"

"Begitu. T-Teksturnya cukup unik juga"

Theia berpura-pura tidak bisa mendengar Koutarou dan mulai memakan cemilan teh yang sudah disiapkan Kiriha.

"Memangnya kamu bocah?"

"M-Mau bagaimana lagi? Mereka adalah pengorbanan yang perlu untuk sesuatu yang lebih baik"

Koutarou hanya bisa kagum melihat Theia yang dengan susah payah membuat alasan selagi menggerogoti kue beras.

"Ngaku deh, pasti kamu pikir bakal repot buat mencari Yurika"

"Ya...Tunggu, itu salah! Bukan itu yang aku pikirkan!"

"Waaaaah! Kamu jahat!"

"Jangan bikin ini jadi lebih merepotkan lagi, Sanae..."

"Kenapa, memangnya masalah?"

Sanae tersenyum selagi dia membuat lebih banyak masalah untuk Koutarou.

"Lebih penting lagi, buruan makan cemilan itu juga, Koutarou! Kalau kamu nggak makan, aku nggak akan bisa ngerasain kue beras itu juga!"

Sanae yang masih bergelantung di punggung Koutarou, meraih meja teh, mengambil sebuah kue dan mendorongnya menuju mulut Koutarou.

"...Oke, oke, aku ngerti"

Koutarou dengan enggan membuka mulutnya saat Sanae memasukkan cemilan itu ke mulutnya.

"Satomi-sama dan Sanae-sama memang akur ya"

Ruth datang sambil membawa teh dan tersenyum saat melihat Sanae yang memeluk punggung Koutarou.

"Nggak juga"

Koutarou terlihat agak kesal, karena dialah yang selama ini membawa Sanae kesana kemari.

"Benarkah?"

"Nah nah, kita udah tahu kok, kalau kamu sebenarnya senang~"

Sanae terus memeluk punggung Koutarou dan mencolek pipinya.

"Hehe, kamu nggak mau jujur ya~, Koutarou-chan. Sudah bukan rahasia lagi loh~"

Meskipun Koutarou terlihat kesal, Sanae terus saja tersenyum.

Dia yakin kalau Koutarou hanya menyembunyikan rasa malunya.

"Hmm~~ Fufufu~~"

Sanae dengan riangnya bergantung ke punggung Koutarou dan terkadang dia akan memandang ke arah tangannya sendiri, yang sedang menggenggam jimat dengan jahitan bertuliskan 'Keselamatan Keluarga'.

Jimat ini nggak meledak, jadi aku sudah tahu bagaimana perasaanmu sebenarnya. Aku nggak akan percaya kalau kamu bilang nggak suka entah berapa banyak!

"Kalau kamu nggak berhenti, aku bakal marah loh"

"Hmm hmm, itu nggak akan mempan buatku~♪ ”

Sanae, yang masih tidak mau mendengar peringatan itu, menempelkan badannya ke bada Koutarou dan percaya kalau itu akan membuat Koutarou senang.

"..Kelihatannya kamu nggak akan percaya sampai kamu kena batunya dulu ya, Sanae"

Koutarou, yang sudah mulai kesal, merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah jimat dan mengarahkannya ke arah Sanae.

"Coba aja. Itu nggak akan mempan"

Sanae tidak gentar meskipun sudah melihat jimat baru itu.

Jimat di tangan Sanae tidak meledak, jadi jimat baru ini pun pasti tidak akan meledak.

Sanae sudah tidak punya alasan lagi untuk takut kepada jimat.

"....Makan nih"

Jadi, meskipun Koutarou mendekatkan jimat itu ke wajah Sanae, Sanae tetap tersenyum.

Dan sebuah suara ledakan yang cukup keras pun terdengar.

"Aduh!?"

Hasilnya, Sanae terhempas ke belakang selagi masih tersenyum.

"Fufufu, kamu udah ngerti sekarang, Sanae?"

"K-Kenapa!? Bukannya jimatnya udah nggak berpengaruh lagi!?"

Sanae bangkit berdiri saat asap masih mengepul dari wajahnya.

Dia lalu membandingkan jimat yang dipegangnya dengan jimat yang dipegang Koutarou.

"Keadilan selalu menang! Biarlah ini jadi pelajaran buatmu, Sanae!"

Sanae sedang memegang jimat 'Keselamatan Keluarga' di tangannya, sedangkan Koutarou memegang jimat 'Pergilah roh jahat' di tangannya.

"J-Jangan-jangan..!?"

Sebuah teori muncul di kepala Sanae saat melihat itu.

Koutarou menerima aku sebagai semacam keluarga, tapi dia masih menganggapku roh jahat!? Jadi itu kenapa 'Keselamatan Keluarga' nggak meledak, tapi 'Pergilah roh jahat' meledak!?

Sanae merasa teorinya benar.

"Arrrrgggghhh!! Kenapa kamu selalu begitu sih!?"

"Wow!?"

Sanae melompat dan menerkam Koutarou.

"Wah wah"

"Bagus sekali, kalian begitu akur"

Sanae mulai mencekik Koutarou untuk pertama kalinya setelah sepuluh hari ini, sambil ditonton oleh Ruth dan Kiriha.

"Sekarang aku kesal! Akan kubuat kamu menyesal!"

"S-Sialan kamu, S-Sanaeeeeee!!"

Dan dengan begitu, hubungan Koutarou dan Sanae kembali normal.

Terkadang tertawa bersama, di saat lain saling memarahi satu sama lain dan bertengkar.

Itulah bagaimana keduanya bertingkah bersama.

"J-Jangan pikir semuanya bakal terjadi sesuai keinginanmu!"

"Kenapa kamu nggak bisa bilang 'Sanae-chan, kamu imut banget'!? Dasar pelit!"

Hanya satu hal yang benar-benar berubah.

Jimat kecil yang menggantung di leher Sanae, itulah perubahannya.

Jimat itu bertuliskan 'Keselamatan Keluarga' dan sekarang menjadi milik Sanae.

Dan saat keributan itu terus berlanjut di kamar 106 seperti biasanya, ada hal yang tidak biasa terjadi di anjungan Blue Knight.

Sebuah alarm tiba-tiba berbunyi.

Suara alarm itu menggema di anjungan yang luas itu dan anjungan yang tadinya sunyi sekarang dipenuhi dengan suara.

Alarm itu adalah alarm peringatan bahaya yang pertama kali berbunyi setelah beberapa bulan ini.

"Sebuah celah berukuran sedang terdeteksi di ruang waktu. 95% kemungkinan titik warp out"

Layar-layar di anjungan dengan segera menyala dan menampilkan informasi yang berhubungan dengan itu, antara lain posisi relatif Bumi, bulan dan matahari dan juga lokasi persis dari Blue Knight.

Layar itu juga menunjukkan beberapa grafik dan tabel.

"Menghitung massa distorsi ruang. Bahaya. Kemungkinan 90% muncul kapal perang kelas bangsawan. Ini adalah keadaan darurat, tuan puteri"

Blue Knight menggunakan tabel, grafik dan angka-angka yang ada untuk menyimpulkan bahwa ada kapal luar angkasa baru yang baru saja memasuki ruang angkasa dekat Blue Knight.



Kembali ke Bab 5 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Kata Penutup