The World God Only Knows Bahasa Indonesia:Volume 1 Chapter 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 12:03, 3 April 2012 by Xbypass (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1: Turunnya seorang Malaikat

Status: Incomplete

Saat akhir pekan, Katsuragi Keima secara acak memasuki sebuah toko software game ‘OG map’, tapi saat dia memasuki toko, atmosfer di toko menunjukkan perubahan drastis. Dia sangat terkenal sebagai ‘Dewa Penakluk’ di dunia game, akan tetapi di dunia nyata, tidak ada yang tahu kalau dia adalah dewa penakluk.

Walau begitu.

“Tukar denganku.”

Supervisor yang bertugas di tingkat ini menepuk pegawai baru yang ada di kasir dan memintanya untuk bertukar.

“Eh?”

Pegawai baru itu tampak terkejut.

Supervisor itu menggelengkan kepala dalam diam dan menunjuk ke suatu jurusan.

“...”

Tepat dimana dia menunjuk adalah Keima, yang sedang melihat ke barisan hasil pekerjaan baru yang tak terhitung jumlahnya melalui kain transparan.

Di belakangnya, Elsie terlihat agak bosan.

“Dia sedikit sulit untukmu.”

“Bagaimana, bagaimana mungkin?”

Bukankah dia cuma pembeli biasa?

Tepat saat pegawai baru itu akan mengatakan hal ini, dia menyadari kalau Keima dengan jelas berbeda dari pembeli lainnya, dan dengan jelas berada di dimensi berbeda dari yang lainnya.

“...Uu.”

Dia mengaduh. Supervisor itu mengatakan satu kalimat seperti di film-film barat.

“Itu hebat. Sepertinya kau masih punya tinjauan ke masa depan.”

Supervisor itu tertawa kecil.

“Kalau kau tidak bisa menyadari keanehan dasar pada tindakan itu, kau tidak memiliki harapan untuk terlahir di sini, dan aku tidak bisa menyerahkan meja kasir Galge ini padamu.”

Supervisor itu menyipitkan matanya dan menatap pada Keima.

Dan beberapa pengunjung lain di toko,

Beberapa gamer veteran dengan tinjauan ke masa depan menyadari itu. Beberapa orang,

(Ap, ada apa dengan anak ini?)

Terkejut, atau,

(Bocah ini lagi...Kenapa ada di sini?)

Menunjukkan raut muka yang tidak bisa dijelaskan. Untuk alasannya, Keima itu,

“...”

Cuma menatap ke game-game itu dengan ekspresi muram.

Dia cuma berjalan.

“...Sudah kuduga, aku tidak bisa memastikannya tanpa datang ke toko untuk melihat barang aslinya.”

Atau,

“Apakah harganya sudah turun?”

Dia bergumam sambil berjalan di antara rak satu dengan yang lain. Lebih tepatnya, ada yang mengatakan kalau ahli beladiri tingkat tinggi dapat menggunakan gerakan sumpit untuk menilai satu sama lain.

Seorang pianis bisa mendengar kualitas dari keyboard melalui sebuah permainan. Seorang koki sushi yang terkenal hebat bisa membedakan tingkat satu sama lain hanya dengan dasar dari telur goreng.

Dengan kata lain, aksi tanpa sadar seseorang bisa menunjukkan kemampuan tersembunyi sepenuhnya.

Keima hanya berbelanja berkeliling untuk software game, tapi bagi orang yag melihat,

‘‘’Gamer hebat macam apa dia?’’’

Dari gaya permainannya yang tidak ada yang bisa menandingi, kecepatan dan kemampuan menganalisa, bahkan kalaupun tidak ada yang tahu apakah itu benar atau salah, mereka bisa memperkirakan sampai sejauh itu. Juga, ada satu hal yang bisa dirasakan semua orang di toko ini. Itu adalah,

Anak ini benar-benar sebuah teka-teki!

Itu saja.

‘’’Aku tidak bisa menangani ini.’’’

Dengan ketakutan ini, pikiran ini muncul dipikiran pegawai baru itu. ‘’’Aku tidak bisa menanganinya sama sekali’’’

Tubuhnya mau tidak mau gemetaran.

Supervisor itu tersenyum.

“Kalau kau bisa merasakannya, itu artinya kau cukup bagus. Cepat teruskan, aku akan menangani anak ini.”

Dan menggelengkan kepalanya.

“Sejujurnya, ini benar-benar sedikit terlalu berlebihan, tapi seseorang harus melakukannya, bukan begitu?”

Keima terus memilih barang-barang dengan sikap mengalir dan anggun sebelum akhirnya menaruh barang-barang itu perlahan di kasir, dan supervisor itu,

“...”

Tetap diam sambil men-scan barkodeya.

“...”

Dia dengan segera menyiapkan kantung dan menaruh game-game itu di dalamnya tanpa sikap yang tidak perlu.

“Jumlahnya 67,850 yen.”

Setelah mengatakannya, dia menyerahkan poster edisis spesial dan buku pedoman kecil kepada Keima sebelum dia sempat mengatakan apapun.

“Ho?”

Mata Keima berbinar-binar.

“Yah, kau benar-benar memahami pekerjaanmu. Barang-barang di toko ini semuanya tertata, dan ada pula orang-orang yang mengerti apa yang diinginkan pelanggan.”

“...”

Supervisor itu seolah menerima penghargaan tertinggi saat dia menaruh tangannya di dada dan membungkuk.

“Aku akan kembali lagi.”

Keima berbalik dan lalu berjalan keluar dari toko degan santai. Supervisor itu tetap membungkuk, dan pegawai baru terlihat seperti tersentuh saat melihat Keima pergi.

Pembeli lain yang melihat hal ini mengeluarkan suara ‘oh~’ dalam kekaguman saat mereka melihat Keima pergi dengan mata kagum.

Elsie satu-satunya yang tetap bingung.


Sesudah itu, karena Elsie,

“Aku selalu ingin pergi ke tempat seperti itu!”

Karena permintaan keras itu, Keima dan Elsie memasukki sebuah kafe kecil di dekat ‘OG Map’. Di lantai tiga sebuah mall, jalan utama dapat dilihat sepenuhnya. Kertas dinding berwarna kayu dan tanaman penghias terlihat sangat lebat. Itu benar-benar kafe bergaya sisi pegunungan.

Keima hanya memesan teh merah, dan Elsie,

“Erm, un.”

Setelah berfikir keras, dia akhirnya memesan coklat panas.

“Kenapa makan di kafe?”

Keima menggerutu.

“Bukankah rumahku buka setuiap saat, kau bisa masuk kapan saja?”

“Yah yah, ini juga penting untuk meneliti toko-toko yang lain kau tau.”

Kegembiraan Elsie memenangkan Keima. Karena di sini ada banyak toko game seperti ‘OG Map’, ada banyak pengunjung yang seperti Keima, membawa tas-tas. Di dalam, ada tiga engunjung di sat meja, melihat ke sebuah notebook komputet dan sepertinya memutuskan sesuatu.

“Seperti yang kuduga.”

Juga,

“Bukankah pilihan ini ada karena bendera[1] terakhir tidak terpenuhi? Sepertinya kita harus mulai dari awal lagi.”

Dan juga, “Tidak, kita tidak bisa memutuskan seperti itu. Emily belum kembali ke kota. Kita tidak bisa menolak sepenuhnya kalau kita memasuki rute yang berbeda.”

Tiga orang itu semuanya serius.

Dan bekerja kera.

Elsie melirik sekilas ke arah mereka dan bertanya pad Keima.

“Kami-sama, boleh aku menanyakan satu pertanyaan?”

“...”

Keima tetap diam dengan mata tertutup saat dia menyeruput teh merahnya. Pose itu...kalau hanya pose itu, ia akan menjadi se-elegan bangsawan.

Elsie menganggap diamnya sebagai diam setuju.

“Eh, ini sebuah pertanyaan yang sangat dasar.”

Elsie menaruh jari-jarinya di dagu dan meringkas apa yang akan ditanyakannya.

“...Apa yang begitu menarik dari sebuah game?”

Saat itu.

“!”

Mata keima tiba-tiba melebar dan matanya menyala berapi-api.

“Wa! I, ini...te, tenang! Aku cuma ingin tahu apa yang begitu menarikdari game! Ka, karena kau lihat, ada banyak orang selain Kami-sama yang tertarik.”

“Haa.”

Keima mendesah keras.

“Itu benar-benar sebuah ‘pertanyaan dasar dari yang dasar’, Elsie.”

Dia dengan dingin menatap Elsie, dan Elsie takut-takut menyusut kebelakang dalam penyesalan.

“Uu.”

“Yah, aku akan menjelaskan dengan cara yang bisa kau mengerti.”

Dia mengayunkan tangannya seperti aktor-kabuki.

Bagi Elsie.

‘Kenyataan yang tidak sempurna, game yang sempurna’

Keima cuma mengucapkan hal itu. Lalu meneruskannya dengan penuh semangat,

“Kau mengerti? Tokoh utama wanitanya tidak mungkin memiliki sikap yang tidak mendasar yang dimiliki gadis-gadis di dunia nyata. Semua sikap atau keadaan semuanya diatur untuk mendapatkan akhir yang indah.”

Dia mengatakan hal itu dengan penuh semangat.

Elsie berfikir kalau ‘saat Kami-sama terlibat dengan game, dia benar-benar bisa ‘membara’’. Namun bagi Keima, dia berfikir kalau dia harus menjelaskannya.

Keduanya,

Tiba-tiba saling menatap satu sama lain.

“”PANAS!!””

Tiba-tiba berteriak.


Untuk suatu alasan, suhu di sekitar mereka sangat panas, dan asap putih melayang ke dalam saat alarm berbunyi.

Dalam waktu yang sebentar setelahnya.

Keima dan Elsie ditinggalkan dalam keadaan bingung.


“Api?”

“Semuanya, tenang! Silahkan mengungsi dengan teratur!”

Para pengunjung di toko semuanya panik karena kaget, dan pegawai toko melakukan yang terbaik untuk menuntun mereka ke tangga darurat. Meskipun apinya dekat, intruksinya sangat tepat. Meskipun itu adalah bangunan lama, intruksi yang tepat itu membuat pengungsian berjalan lancar.

“Benar-benar.”

Keima melihat semua orang disekitarnya yang panik dan mendesah.

“Semua orang benar-benar menunjukkan insting mereka saat ini. Dengarkan. Kau harus tetap tenang sepertiku.”

Tepat saat dia mengajari Elsie yang panik.

“SIIIIIIIIIIIIAAAAAAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL!!!!!!!!!!!!!!!!”

Dia mau tidak mau memeluk kepalanya.

Elsie terkejut karena teriakan ini.

“Ka, Kami-sama?”

Mata Keima bersinar.

“...Elsie, aku akan kembali ke toko.”

“Eh?”

Elsie memerlukan setengah detik untuk memahami arti dibelakang kata-kata ini.

“EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHH!!!??”

Dan lalu berteriak keras. Meskipun mereka tidak bisa melihat apinya, ketebalan asap itu sendiri menandakan kalau kembali ke toko berarti bunuh diri. Akan tetapi, Keima mengepalkan tangannya keras dan berkata,

“Ini sangat memalukan.”

Dia mengatakannya dengan penuh penyesalan.

“Aku meninggalkan software game yang diberikan pegawai toko di meja!”

“Bukankah kau membawanya? Tas itu!”


Keima tetap tidak berubah dan menjawab Elsie.

“Tidak, tas yang satunya, yang aku bawa untuk kumainkan hari ini! Elsie, aku akan menyerahkan yang ini padamu!”

Keima menyerahkan tas penuh game yang dibelinya pada Elsie,

“Aku masih terlalu naif!”

Dan berputar bersikeras saat dia berlari naik tangga dengan kecepatan yang tidak cocok dengan penampilannya yang lemah.

“Ka,”

Elsie berteriak,

“KAMI-SSAAAAAMMMAAAAAAAAAAA!!!”

Tepat saat dia akan mengejar Keima.

“Menyingkirlah!”

“Oi, geser!”

Orang-orang yang berasal dari atas dan bawah tangga, ditambah asap, membuatnya kehilangan Keima.

Dengan tekad yang mengagumkan, Keima meluncur ke toko yang dipenuhi asap tebal dan menggunakan instingnya yang menakutkan untuk menemukan kursinya. Lalu, saat pandangannya benar-benar tidak berguna, dia menggunakan cintanya pada game untuk berhasil menemukannya.

“Baiklah!”

Dia terlihat seperti memeluk game-game itu.

“Ayo, aku kabur dari sini!”

Dan seperti berbicara dengan seseorang saat dia berhenti berteriak, dia bermaksud untuk pergi.

Akan tetapi,

Meskipun itu dia, tidak peduli keadaan hatinya, tubuhnya masih akan bereaksi dengan ajar, dan mau bagaimana lagi.

“...Arre?”

Pertama, saat dia bermaksud keluar dari toko, hatinya bergetar dengan hebat.

“Er, mm...”

Matanya mulai kabur.

“...re?”

Kakinya yang bergetar mulai menolak perintahnya dan jatuh begitu saja.

“U, ugh...”

Meskipun dia sangat ingin bergerak maju.

“U...uu.”

Tubuhnya memang tidak kuat sejak awal. Dia bertahan sampai sekarang,

Semuanya karena cinta dan sayangnya pada game.

Saat dia mendapatkan gamenya.

“...Ugh.”

Saraf tekanannya tiba-tiba berbunyi, dan kesadaran Keima yang kabur mulai berfikir.

(Apa, apa aku akan jatuh seperti ini...aku...)

Dengan mengagumkan,

Tidak ada ketakutan, ataupun rasa sakit.

(Ah, ahh.)

Keima berfikir.

(Setidaknya biarkan aku menaklukkan game ini...)

Saat dia tersenyum lemah dan akan menutup matanya.

“Apa kau baik-baik saja?”

Dia mendengar sebuah suara.

Keima menoleh ke arah datangnya suara.

“!”

Dia terkejut.

TWGOK 01 037.jpg

Di tengah-tengah asap, seorang gadis dengan pakaian putih muncul, pakaian putih bersih yang terlihat seperti apa yang akan dikenakan orang Yunani kuno. Dia mengenakan rok putih pendek dan sandal, dengan rambut panjang melambai dan cahaya misterius di matanya, kulit yang putih seperti salju, dan yang paling penting,

Sayap di belakang punggungnya.

“Seorang, malaikat?”

Gadis itu membentangkan tangannya, dan kesadaran Keima menghilang...






Referensi Penerjemah

  1. dalam bahasa inggrisnya flag, seperti checkpoint yang menentukan ke arah mana cerita dalam galge akan berlanjut, untuk lebih jelasnya silahkan cari istilah-istilah di galge