Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid20

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog[edit]

Bagian 1[edit]

Seekor roh dalam bentuk seekor paus putih raksasa terbang di udara diatas hutan Astral Zero.


Dire Whale merupakan seekor roh super besar dibawah komando Elemental Lord Air.


Didalam dimensi internal dari perut Dire Whale–


Trio Fianna, Ellis dan Rinslet duduk di sebuah meja kecil.


"Kamito dan yang lainnya masih belum ditemukan?"


"Belum, mereka jatuh ke hutan di Astral Zero. Mencari mereka akan sangat sulit."


Pada pertanyaan Ellis, cewek muda dengan rambut berwarna air berkilauan menggeleng.


Cewek itu adalah Iseria Seaward, avatar dari Elemental Lord Air yang dibebaskan oleh Ren Ashbell tiga tahun lalu. Merasakan bahwa tim Kamito telah memasuki Astral Zero, dia datang untuk membantu mereka.


"Claire harusnya sudah mempersiapkan sebuah kristal roh Levitation. Mereka pasti baik-baik saja."


"Semoga begitu, Yang Mulia."


"Hmm, kuharap begitu..."


Dengan ekspresi kuatir, Ellis menatap dunia luar melalui bola kristal di meja.


Yang terlihat melalui mata Dire Whale adalah hutan yang luas dan langit Astral Zero yang sedang hujan. Dan juga–


Sisa-sisa pulau mengapung Ragna Ys yang berhamburan. Perlahan jatuh ke tanah.


–Belum lama tadi, itu merupakan daratan yang kokoh.


Untuk menyegel Gerbang ke Dunia Lain yang dibuka oleh Holy Lord, tim Kamito membawa empat Ratu untuk pergi ke Ibukota Suci Alexandria.


Tapi saat perjalanan, kapalnya hancur karena serangan Kardinal Millennia Sanctus. Kamito dan Claire terpaksa melawan malaikat yang dipanggil oleh Millennia yang bersenjatakan pedang api terkuat Ragnarok.


Diakhir pertarungan, Rubia harus berhadapan dengan Elemental Lord Api setelah mengalahkan Millennia.


Akan tetapi, dalam sekejap, pilar-pilar cahaya raksasa yang dilepaskan dari empat sudut Ibukota Suci menghancurkan dataran Ragna Ys.


Kamito, Claire, serta Rubia bersama Elemental Lord Api, jatuh ke daratan dibawah. Ellis, Fianna, Rinslet dan keempat Ratu ditemukan oleh Dire Whale milik Iseria Seaward ketika mereka jatuh dan diselamatkan.


"....Pilar-pilar cahaya itu, apaan itu?"


Fianna merenung.


Cuma dengan satu serangan, cahaya itu telah menghancurkan daratan Ragna Ys.


Gak disangka kekuatan semengerikan itu ada di dunia ini–


"Itu adalah cahaya dari Terminust Est, roh senjata dari era Perang Roh."


Iseria Seaward menjawab.


"....Nona Roh Pedang?"


Rinslet bertanya penuh ketidakpercayaan di wajahnya.


"Demon Slayer yang membuat kontrak dengan Kazehaya Kamito hanya memiliki sepersepuluh dari kekuatan aslinya. Kemungkinan besar, Holy Lord menggunakan tubuh Sacred Maiden Areishia sebagai wadah dan berhasil memanggil tubuh asli dari Terminus Est.


"Jadi begitu...."


Holy Lord Alexandros telah mendapatkan roh senjata terkuat juga, huh?


"....Kita nggak bisa mendekati Ibukota Suci secara sembarangan."


Fianna menatap Ibukota Suci yang terlihat di bola kristal.


Dari wilayah tengah Ibukota Suci, tiga pilar cahaya menjulang, menembus lubang raksasa di langit.


Kemungkinan besar itu adalah Gerbang yang terhubung ke Dunia Lain.


"Bagaimanapun juga, kita harus menemukan Kamito dan yang lainnya terlebih dahulu."


Berkata demikian, Ellis berdiri.


"Kapten, kau mau kemana?"


"Aku akan mencari di hutan. Kalau aku pergi sendiri, Kerajaan Suci mungkin gak akan menemukanku."


"Pergi sendiran sangatlah berbahaya!"


"Ada sangat banyak roh ganas di hutan."


Iseria memperingatkan.


"Kalau begitu, aku harus menemukan mereka lebih cepat."


Ellis kelihatan sudah membulatkan tekad.


"...Baiklah. Hati-hati."


"Baik, Yang Mulia–"


Fianna mengangguk ringan dan Ellis memanggil roh iblis angin miliknya.


Dire Whale membuka mulutnya, membuat hembusan angin yang kuat masuk kedalam.


"–Ayo pergi, Simorgh."


Menunggangi punggung burung iblis raksasa. Dia terbang ke langit Astral Zero.

Bagian 2[edit]

Rumble rumble rumble rumble!


Sebuah kapal militer mendarat di area kosong yang luas didalam Akademi Roh Areishia.


Gemuruh dari reaktor mesinnya mengguncang udara.


Para siswi di bangunan sekolah mendekat ke jendela karena penasaran, menatap penuh keterkejutan pada kapal militer yang tengah turun secara perlahan.


Kapal ini adalah Revenant milik Tim Inferno.


Awalnya terparkir di Ostdakia Ibukota Kekaisaran, kapal ini dipanggil ke Akademi.


"Cepat juga. Muridku yang kurang ajar itu cukup mengejutkanku."


Greyworth berkomentar, menatap kapal itu dari tempat latihan.


Sebelumnya, tubuhnya telah berubah ke keadaan keemasannya untuk sementara waktu karena pengaruh dari Kegelapan Dunia Lain menyerang tubuhnya, tapi setelah Est menghilangkan kegelapan itu, dia kembali ke usia aslinya. Kekuatan miliknya dimasa mudanya jauh lebih besar daripada yang sekarang, tapi sayangnya kekuatan itu tak lagi bisa digunakan.


"Kepala sekolah, persiapan untuk Teleport telah selesai."


"Begitukah? Terimakasih."


Mendengar laporan Nyonya Freya, dia berbalik menghadap tiga orang yang ada dibelakangnya.


Yang berkumpul di plaza adalah–


Leonora Lancaster, ksatria naga dari Dracunia.


Muir Alenstarl, "monster"nya Sekolah Instuksional.


Velsaria Eva Fahrengart, sang Benteng Diam.


Ketiga elementalis tangguh ini jauh diatas para siswi Akademi dalam hal kemampuan.


"Apa kalian siap?"


Greyworth bertanya.


"Pertanyaan yang bodoh, Penyihir Senja. Seorang prajurit naga gak kenal takut."


"Onii-sama sedang menunggu. Tentu saja aku harus pergi."


"Atas nama Keluarga Fahrengart, seorang ksatria tak akan menarik kata-katanya."


Mereka bertiga menjawab dengan sangat tegas.


"–Memang, aku menanyakan pertanyaan yang bodoh."


Tersenyum masam, Greyworth mengangkat bahu.


Tim Kamito sudah ke Astral Zero untuk menggagalkan rencana Holy Lord.


Mengetahui hal ini, Greyworth segera memerintahkan Vivian Melosa agar memanggil Revenant dan membuat persiapan untuk pergi ke Astral Zero.


Disaat yang sama, dia mengumpulkan tim tempur terkuat untuk berangkat ke Astral Zero.


"Velsaria, soal hubungan dengan Revenant–"


"Ya, Dreadnough milikku harusnya sudah terhubung tanpa ada masalah."


Greyworth menyetujuinya dengan jawaban singkat "Aku paham" setelah Velsaria mengangguk.


Di tengah tempat latihan, lambung besar Revenant mendarat.


"Kalau begitu ayo berangkat–"


Dengan lambaian dari jubah abu-abunya, Greyworth masuk ke kapal.

Bagian 3[edit]

Dikelilingi oleh kegelapan yang tak berujung–


Kamito berhadapan dengan seorang cewek bersayap hitam legam.


Mata cewek ini yang berkilauan emas layaknya bulan purnama di kegelapan.


Wajah cantiknya identik dengan wajah Restia.


Kalau mereka berdua disandingkan, seseorang pasti akan berpikiran mereka itu kakak adik.


Sang Elemental Lord Kegelapan–Ren Ashdoll.


Sang Elemental Lord terasingkan. Dia merupakan pencipta Restia serta sumber dari kekuatan Raja Iblis–


"...!"


"Jangan takut, anakku yang manis–"


Sang Penguasa Kegelapan tersenyum pada Kamito yang tengah menatap dia dengan serius.


Ekspresi dan sikapnya sangat mirip dengan Restia.


Meski begitu, Kamito penasaran.


Apakah cewek ini betul-betul pemilik suara yang memikat Kamito untuk menjadi Raja Iblis?


Setiap kali kekuatan kegelapan keluar, suara itu muncul di benak Kamito.


Dikuasai oleh Kegelapan Dunia Lain, dia harusnya berbicara dengan nada penuh kegilaan yang besar.


Akan tetapi, gak ada sedikitpun tanda kegilaan pada cewek yang ada di depan dia.


Aslinya, kekuatan itu begitu kuat hingga Kamito bisa merasakannya dengan jelas.


Saat mengunjungi Dracunia sebelumnya, saat menghadap roh naga legendaris, dia juga merasakan kekuatan yang sangat besar–


Cewek ini gak diragukan lagi setidaknya dia setingkat dengan raja naga itu.


"Tak perlu waspada. Aku hanyalah avatar dari bagian kekuatan kegelapannya."


"Avatar?"


"Kau pasti sudah bertemu dengan Avatar Elemental Lord Air, kan? Aku sama seperti dia."


"...Seperti Iseria?"


Kamito bertemu Iseria Seaward di Astral Zero, avatar dari kehendak Elemental Lord Air yang dibebaskan Ren Ashbell tiga tahun lalu. Meskipun dia cukup kuat dibandingkan dengan roh biasa, kekuatan aslinya sebenarnya telah sangat melemah.


(....Aku paham sekarang, sebuah avatar, huh?)


Kamito memahaminya sekarang.


Kenapa avatar Elemental Lord Kegelapan ada disini? Meskipun Kamito ingin menanyakan hal ini, ada pertanyaan yang lebih penting lagi.


"....Aku ada dimana? Apa yang terjadi padaku?"


Terakhir yang bisa Kamito ingat adalah malaikat yang dipanggil oleh Millennia Sanctus.


Setelah pertempuran, dilahap oleh kekuatan kegelapan, dia kehilangan kesadaran. Ngomong-ngomong, apa dia berada dalam kesadarannya sendiri, dilahap oleh kegelapan, atau didalam kesadaran cewek itu?


"Seperti yang kau pikirkan, anakku yang manis."


Seolah membaca pikiran Kamito, avatar Elemental Lord Kegelapan berbicara.


"Ini didalam sukmamu, dilahap oleh kegelapannya."


"....Jadi begitu."


Kamito mengangguk.


Meskipun dia diberitahu berada didalam sukmanya sendiri, sejujurnya, itu sama sekali gak terasa nyata. Tapi ada perasaan dejavu yang aneh di tempat ini, yang mana secara gak langsung mendukung kebenaran dari jawaban cewek itu.


"Jadi apa tepatnya yang kau inginkan untuk kulakukan?"


"Fufu, aku sangat senang kau paham–"


Cewek avatar itu mengepakkan sayap hitam legamnya, tampak cukup senang.


....Restia juga sering melakukan itu saat dia berada dalam suasana hati yang bagus.


"Kuharap kau akan mewarisi kekuatan Ren Ashdoll yang selanjutnya."


"Apa kau bilang?"


Mau tak mau Kamito bertanya.


"Apa maksudmu? Kalau aku mewarisi kekuatan miliknya, kekuatan itu akan menelanku, kan?"


"Memang, tapi itu juga merupakan bagian dari rencananya–"


Avatar Elemental Lord Kegelapan menunjuk ke udara, memanggil bola kegelapan yang besar.


"...!?"


Kamito memasang kuda-kuda, menempatkan tangannya pada gagang kedua pedangnya.


"Jangan salah paham. Aku hanya ingin ngobrol denganmu soal masa lalu."


"....Masa lalu?"


"Ya, itu perlu kau ketahui. Darimana asalnya Kegelapan Dunia Lain yang merusak para Elemental Lord, dan alasan Ren Ashdoll membuat kekuatannya bereinkarasi menjadi manusia–"


Permukaan bola kegelapan itu mulai terdistorsi, lalu menampilkan sebuah gambar.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 1 - Elemental Lord Kegelapan[edit]

Bagian 1[edit]

"...!?"


Bahkan lupa untuk memasang pertahanan, Kamito berdiri membeku ditempat penuh keterkejutan.


Apa yang ditampilkan pada permukaan bola hitam itu adalah–


Sebuah pusaran raksasa, sebuah urutan dan kekacauan yang terus melahap dan melahirkan bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya.


"Apa... ini....?"


Kamito bergumam sambil terbelalak.


"Ini adalah awal dari penciptaan. Ini adalah sumber dari segala fenomena, lautan kekacauan menciptakan dunia-dunia yang tak terhitung jumlahnya. Itulah yang menciptakan Astral Zero ini–"


"...Itu yang menciptakan Astral Zero?"


Avatar Elemental Lord Kegelapan menunjuk pada pusat pusaran.


"Kau pernah melihat ini sebelumnya, kan? Di kuil Elemental Lord–"


"...!?"


Kamito menelan ludah segera setelah melihat itu.


Pusaran kekacauan raksasa, melahap bintang-bintang.


Di pusatnya terdapat banyak sekali cahaya kecil berkedip-kedip.


"....Apakah itu para malaikat!?"


Kamito membelalakkan matanya.


"–Dengan kata lain, pusaran raksasa itu adalah Kegelapan Dunia Lain?"


"Setengah benar, anakku yang manis."


Cewek avatar itu menggeleng ringan.


"Setengah–"


"Bukan hanya Kegelapan, Cahaya, Api, Air, Angin, Tanah, semua elemen terlahir dari pusaran kekacauan itu–"


"....Coba katakan lagi?"


Gambaran yang diproyeksikan pada bola kegelapan itu berubah.


Gelembung di pusat pusaran terbuka, menghasilkan banyak sekali bola.


"Setiap fragmen dari gelembung yang pecah itu merupakan sumber dari dunia. Astral Zero yang luas ini hanyalah salah satu dari fragmen itu."


"Apa–"


Kali ini, Kamito terdiam gak bisa berkata apa-apa.


(–Gelembung itu adalah dunia?)


"Pada awalnya, sangat sedikit yang berhasil membentuk dunia. Sebagian besar menghilang layaknya gelembung sebelum berkembang menjadi embrio dunia. Akan tetapi, dalam hal itu–"


Cewek avatar itu kembali menatap gambaran tersebut.


"–Astral Zero ini terlahir dari pusaran kekacauan itu."


Bagian dari gelembung yang terpecah berubah menjadi sebuah bola sempurna. Di dalam bola tersebut–


Cahaya dan kegelapan juga terlahir.


"Yang pertama lahir adalah roh Cahaya dan Kegelapan. Setelah kekuatan kedua roh ini menyelimuti seluruh dunia, roh Api, Air, Angin, dan Tanah juga terlahir."


"Enam elemen utama... Dengan kata lain, para Elemental Lord saat ini?" tanya Kamito.


"Lebih tepatnya, entitas yang menjadi inti dari para Elemental Lord. Para roh elemental purba belum memiliki kehendak. Mereka hanya membawa para elemental yang terbentuk menuju dunia yang kacau."


Gambaran pada bola itu terus berubah.


Langit dan bumi terpisah, gunung menjulang, sungai muncul, hutan tumbuh.


Kekuatan dari para roh bersemayam diseluruh dunia, akhirnya memenuhi dunia dengan para roh hidup dalam jumlah yang sangat banyak.


Para binatang raksasa di lautan, kawanan hewan, binatang sihir, naga, raksasa, serta para elf yang merupakan leluhur manusia dan ras Elfim–


"Itu adalah sebuah surga yang dipenuhi dengan ketenteraman dan kedamaian, dipertahankannya dengan kekuatan para roh. Dunia ini awalnya dimaksudkan agar bertahan selamanya–"


"..."


"–Tapi suatu hari, para roh purba, yang hanya bertindak sebagai inti elemen dunia, berubah. Kehendak, atau mungkin seseorang menyebutnya jiwa, menjadi mahluk."


"Para roh mendapatkan kehendak–?"


Avatar Elemental Lord Kegelapan mengangguk.


"Itu masih tak jelas kenapa hal semacam itu muncul. Mungkin perubahan seperti itu terjadi sebagai tanggapan pada pemujaan dari para elf. Tapi apapun itu–"


Dia terdengar merendahkan diri.


"–Itu adalah awal dari semua dosa."


"...Dosa? Maksudmu fakta bahwa para Elemental Lord mendapatkan kehendak mereka sendiri?"


"Tepat. Karena mendapatkan kehendak dan kepribadian mereka, para Elemental Lord dikuasai oleh keinginan naluri dasar dalam jiwa mereka, dan mempercayai mereka harus membuat diri mereka sendiri menjadi makhluk yang lebih sempurna lagi."


"....Mahluk sempurna?"


"Setiap elemen yang ada di Astral Zero pada akhirnya dikuasai dunia origin*. Sesuatu seperti bayangan. Oleh karena itu, para Elemental Lord ingin menjadi elemen sejati."
(TL note: aku tau "origin" itu "awal mula/asal usul" tapi aku nggak menemukan kata yang pas disini, jadi aku biarkan origin. Mau protes??? Ayo gelut...)


"Elemen sejati..."


"Mereka menginginkan elemen kegelapan sejati, cahaya sejati, api sejati, air sejati, angin sejati dan tanah sejati–"


"...!?"


Mendengar ini, kilasan pemikiran melintas dalam benak Kamito.


–Kegelapan sejati. Kardinal Millennia Sanctus menggunakan ini untuk mengacu pada Kegelapan Dunia Lain yang merasuki para Elemental Lord.


"...Jadi itu yang terjadi, huh?"


Kegelapan Dunia Lain itu merupakan elemen kegelapan ada di dunia origin?


"Keenam yang mengaku Elemental Lord ini menggabungkan kekuatan untuk membuka sebuah Gerbang menuju origin dan berhasil mencuri elemen sejati. Akan tetapi, ada kesalahan perhitungan yang parah dalam rencana itu."


"Kesalahan perhitungan?"


"Setelah bagian dari Dunia itu dicuri, Origin mengirim para malaikat ke Astral Zero."


Gambaran pada bola kegelapan itu berubah lagi.


Dan pasukan malaikat dalam jumlah sangat banyak melintasi Gerbang dan turun dari langit.


"Ini...."


Kamito pernah melihat ini sebelumnya.


Dari mimpi ingatan Ren Ashdoll–


Para Elemental Lord pemegang senjata, Est, Ortlinde, dan para roh kuat yang dikenal sebagai roh-roh senjata bertarung melawan pasukan malaikat.


"Perang melawan para malaikat baru bisa berakhir saat para Elemental Lord menyegel Gerbangnya. Saat konflik parah ini, semua Astral Zero mendapatkan Kegelapan sejati dan sejumlah kecil Api sejati. Kegelapan sejati menjadi milik Ren Ashdoll, sedangkan Api sejati dicuri oleh para elf, keberadaannya tak diketahui–"


Meskipun perang melawan para malaikat meninggalkan bekas yang besar pada Astral Zero, para Elemental Lord juga mendapatkan apa yang mereka inginkan.


Akan tetapi, berkata demikian, avatar Elemental Lord Kegelapan menggigit bibirnya.


"–Kegelapan sejati yang dibawa ke dunia ini mulai merusak para Elemental Lord."

Bagian 2[edit]

"–Yang pertama menjadi gila adalah Ren Ashdoll."


Cewek avatar itu berkata pelan.


"Untuk menghentikan dia dari berubah menjadi Gerbang yang memanggil para malaikat, kelima Elemental Lord membentuk aliansi dengan Holy Lord Alexandros sebagai pemimpinnya, dengan niat menghancurkan dia. Itu dikenal–"


"–Perang Roh."


Pedang iblis kegelapan ditangan Kamito tiba-tiba berbicara.


"Restia?"


"Aku mendengar segala yang kalian katakan. Maaf karena terlambat bangun."


"Nggak masalah, gimanapun juga kita melalui pertempuran mematikan–"


"Nona Roh Pedang kayaknya butuh waktu lebih lama lagi."


"Ya, karena dia menggunakan kekuatannya untuk menganalisa malaikat itu. Biarkan dia beristirahat."


Kamito menepuk pelan gagang pedang iblis itu.


"–Boleh aku lanjutkan, pedang iblis kegelapan?"


"Ya, silahkan. Aku juga sangat tertarik pada topik ini."


Restia menjawab avatar Elemental Lord Kegelapan itu.


"–Perang Roh, itu adalah saat aku lahir, kan?"


"Ya, dan hasil dari Perang Roh adalah seperti yang kau ketahui."


Perang antara Elemental Lord Kegelapan dan Lima Elemental Lord Agung.


Catatannya disimpan di perpustakaan tersegel dari Divine Ritual Institute dan jarang disebarkan.


Tujuan perang itu adalah untuk membunuh Elemental Lord Kegelapan yang telah dirasuki Kegelapan Dunia Lain, huh?


"Perang Roh itu sangat ganas. Guncangannya memecah Astral Zero menjadi dua, salah satunya menjadi alam manusia. Untuk melindungi pengikutnya yang terakhir, Elemental Lord Kegelapan yang dikalahkan membiarkan dirinya disegel di celah dimensi oleh Holy Lord dan mereinkarnasi kekuatannya pada ras manusia–"


Kegelapan yang dicuri dari origin di musnahkan bersama Ren Ashdoll.


–Harusnya itulah yang terjadi.


"Akan tetapi, para Elemental Lord pemenang sudah dirasuki oleh Kegelapan Dunia Lain. Sang Elemental Lord Kegelapan hanyalah yang pertama diketahui."


Setelah beberapa ribu tahun, para Elemental Lors perlahan sifatnya berubah.


Disaat mereka menyadarinya, itu sudah terlambat.


Blade Dance yang diadakan oleh manusia bisa memberikan kedamaian sementara pada jiwa para Elemental Lord yang telah rusak, tapi disaat yang sama, peperangan berskala besar di alam manusia juga mengguncang jiwa mereka.


"Dan sekarang, Holy Lord Alexandros menggunakan para Elemental Lord sebagai Gerbang, berniat menghubungkan Astral Zero dengan origin lagi."


Avatar Elemental Lord Kegelapan menggerakkan jarinya, menyebabkan bola kegelapan itu menghilang.


Setelah keheningan beberapa saat–


"...Ada sesuatu yang tak kumengerti."


Kata Kamito.


"Kenapa Holy Lord saja yang nggak ternoda oleh Kegelapan Dunia Lain?"


Memang, Elemental Lord Api, Air, Angin, dan Tanah telah menjadi gila. Tapi karena suatu alasan yang gak diketahui, hanya Holy Lord saja yang tampaknya sepenuhnya bebas dari pengaruh pengrusakan.


Cewek avatar itu menggeleng.


"Kalau ini aku nggak tau. Meskipun aku ragu elemen cahaya milik Holy Lord bisa menghasilkan penangkal terhadap Kegelapan Dunia Lain, tetap saja–"


"...Jadi begitu."


Apapun itu, setidaknya dia sekarang tau apa yang terjadi di Astral Zero di jaman dahulu.


Kamito juga ingin bertanya maksud sebenarnya dari apa yang dikatakan cewek avatar itu sebelumnya.


"Terus apa tepatnya yang kau maksudkan saat kau memintaku mewarisi kekuatan Elemental Lord Kegelapan?"


Kamito sudah tertelan oleh kekuatan Elemental Lord Kegelapan.


Bangkit sebagai Raja Iblis, Kamito pasti menghancurkan dunia dalam keadaan gila.


Atau mungkin, dia bisa saja berakhir seperti para Elemental Lord yang lain, berubah menjadi Gerbang yang terhubung pada origin–


"Kau dan roh kegelapan akan membebaskan para Elemental Lord yang gila."


"Apa kau bilang?"


"Apa itu bisa dilakukan!?"


Kamito dan Restia berseru bersamaan.


"Ya, itulah tepatnya tujuan dia menciptakan roh kegelapan Restia, bahkan mereinkarnasi kekuatannya dalam ras manusia, dan menunggu ribuan tahun–"


Avatar Elemental Lord Kegelapan memalingkan tatapannya pada Vorpal Sword ditangan Kamito.


"Dia menciptakan aku untuk membebaskan dirinya sendiri?"


"–Tepat. Restia Ashdoll diciptakan menggunakan Kegelapan sejati sebagai intinya, satu-satunya roh kegelapan. Hanya kau yang mampu melahap Kegelapan yang merasuki dia."


"....Jadi begitu–"


Disaat Restia memulihkan ingatannya di Dracunia, dia melenyapkan Kegelapan milik Millennia.


Kekuatan itu diciptakan demi melenyapkan Kegelapan Dunia Lain yang merusak Elemental Lord Kegelapan–


Roh kegelapan yang merupakan pemandu Raja Iblis, Restia Ashdoll.


Manusia yang mewarisi kekuatan Elemental Lord Kegelapan, Ren Ashbell.


Dirusak oleh Kegelapan Dunia Lain, mengetahui pikirannya telah gila, dia menggunakan sisa-sisa pikiran rasionalnya untuk mempersiapkan kedua kunci ini.


–Lalu dia menunggu sepanjang waktu ini.


Menunggu Raja Iblis yang akan memiliki kekuatan untuk membebaskan dirinya beberapa ribu tahun kemudian–


"Jadi pada dasarnya, Kamito–"


"Ya, memang. Aku adalah fragmen dari kehendaknya yang terakhir, yang ditinggalkan oleh dia. Aku diciptakan disaat terakhir, untuk memberi saran dan mempersiapkan kesempatan bagi orang yang betul-betul memenuhi syarat untuk menjadi Raja Iblis."


Avatar Elemental Lord Kegelapan berbalik.


Lalu–


Oh, ohhhhhhhhhhhhhhhhh—


"...!?"


Dikejauhan, diluar kegelapan yang tak berujung ini, sebuah raungan mengerikan terdengar.


Itu terdengar seperti semua amarah dan kutukan terhadap dunia telah disatukan menjadi satu.


Kamito melihat sekeliling. Sekelilingnya nampak dikelilingi oleh kegelapan yang bahkan lebih gelap dari sebelumnya.


"Monster kegelapan yang melahapmu, monster itu telah datang–"


"–Selamat pagi, Kamito."


Est menyapa dia dengan suara ngantuk.


"Aku minta maaf, Est, aku harus memintamu meminjamkan kekuatanmu padaku disaat kau barusaja bangun."


"Nggak apa-apa Kamito. Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku... Hoaaam...."


"....Apa kau akan baik-baik saja?"


Restia bertanya kuatir.


"Waktunya sempit. Kecuali kau membebaskan Elemental Lord Kegelapan sebelum sukmamu sepenuhnya dilahap, kau tak akan pernah bisa berubah kembali menjadi manusia."


"Jadi pada dasarnya, aku hanya perlu mengalahkan itu, kan?"


–Tak lebih cepat daripada Kamito menyelesaikan perkataannya....


Kabut kegelapan muncul dan monster itu terungkap.

Bagian 3[edit]

Zaaaaaaaaaaaaaaa—


Tetesan hujan jatuh dalam badai.


Claire melepas seragamnya yang basah, hanya menyisakan pakaian dalam saja yang dia pakai. Dia memeluk erat Kamito yang dikelilingi oleh divine power kegelapan.


"Kamito... Cepat sadarlah...."


Bibir cerinya yang manis memohon penuh kesedihan.


Ditempelkan erat-erat, kulitnya memancarkan kehangatan lembut untuk menghangatkan tubuh Kamito yang mendingin dengan cepat.


Divine power api yang ada didalam tubuh Claire memasuki Kamito melalui bibir mereka yang saling terkunci.


Ini merupakan ritual kagura kuno yang diberitahukan oleh kakaknya sebelum mereka datang ke Ragna Ys.


"..."


"....Mm, aku merasa begitu panas...."


Claire mendesah manis.


Pada dasarnya itu terasa seperti Kamito memasuki tubuhnya.


Kulit mereka yang basah karena hujan ditempelkan rapat-rapat. Claire menempatkan bibirnya pada bibir Kamito seolah dengan serakah mencari divine power kegelapan.


Seraya terengah-engah menderita, dia mati-matian menuangkan divine power api pada Kamito.


"....Kumohon... Kamito, bangun...lah–!"

Bagian 4[edit]

Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh—


Setelah kabut kegelapan menyatu, sesosok makhluk mengerikan muncul.


Itu tampak seperti bagian tubuh manusia yang banyak sekali ditempelkan secara sembarangan–


Tubuh aneh itu memiliki 8 tangan, bergerak-gerak didalam masa kegelapan yang meleleh dan terjatuh.


Dibagian tengah lumpur tersebut, sebuah mata emas, Sebulat bulan purnama, menatap lurus pada Kamito.


"–!?"


Merasakan aura kematian yang besar–Kamito merasa merinding.


(....Ini adalah Elemental Lord Kegelapan–)


Hanya dengan menyelimuti seluruh tubuhnya dengan divine power Kamito akhirnya bisa bertahan terhadap aura itu.


Vorpal Sword di tangannya sedikit bergetar.


"Apa kau nggak apa-apa? Restia–"


"Ya...."


Meskipun jawaban Restia terdengar sangat tenang, Kamito memahaminya dengan baik.


Elemental Lord kegelapan merupakan pencipta serta tuannya.


Dia yang saat ini dalam wujud terdistorsi dan tak bisa dikenali telah mengguncang hati dan pikiran Restia.


"Jangan bimbang. Dia sudah menjadi Kegelapan Dunia Lain."


Avatar Elemental Lord Kegelapan berkata murung.


"...A-Aku tau–!"


Bilah Vorpal Sword memancarkan petir hitam.


Monster kegelapan itu memicingkan matanya dan mengeluarkan suara yang terdengar seperti pembakaran.


"–Penciptaku, Ren Ashdoll!"


Teriakan penuh penderitaan dari Restia menggema didalam kegelapan.


"Jika masih ada bagian dari jiwamu yang tersisa, tolong dengarkan aku!"


"Percuma saja, roh kegelapan, dia sudah tak bisa diselamatkan–"


"....!"


Monster kegelapan itu meraung. Petir hitam ditembakkan dari mulutnya.


Hell Blast–sihir tingkat tertinggi dari elemen kegelapan.


Bola petir kegelapan yang bahkan mampu melenyapkan roh tingkat tinggi melesat kearah Kamito.


"—Est!"


Menggunakan bilah Demon Slayer, Kamito menepis petir itu seraya dia melesat kearah lumpur itu.


Suara ratapan terdengar. Tubuh besar monster itu berguncang kuat sebelum melepaskan racun kegelapan.


Dipegang di tangan Kamito secara terbalik, Vorpal Sword memancarkan cahaya hitam yang kuat.


"–Kamito, kita habisi dia."


Mendengar suara Restia yang dipenuhi tekad, Kamito mengangguk.


"Ohhhhhhhhhhh!"


Memegang pedang hitam dan putih ditangannya, Kamito berlari.


Tempat gelap ini adalah didalam jiwa Kamito sendiri.


Akan tetapi, tubuhnya pada dasarnya terasa seolah dia berada di dunia nyata.


(...Jadi aku gak bisa melakukan sesuatu yang gila, huh?)


Ada batasan pada seberapa banyak divine power yang bisa dia gunakan.


Selain itu, ada batasan waktu yang mendekati dia. Dia harus menghancurkan monster ini sebelum jiwanya sepenuhnya dilahap.


Menggunakan divine power untuk membersihkan lumpur di lantai, Kamito melompat.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz!"


Membentuk lintasan melengkung, tebasan itu memotong tiga tangan monster itu.


Racun kegelapan menyembur layaknya darah.


Racun yang mampu membawa kematian hanya dengan kontak sedikit saja, diserap oleh bilah Vorpal Sword.


"Serahkan Kegelapan Dunia Lain padaku, Kamito, dan fokuslah pada tubuh utamanya–"


"–Ya, aku tau!"


Kamito mengayunkan pedangnya, memotong tangan lain.


Dimana tangan monster itu jatuh, sebuah gelembung mengerikan muncul.


(...Apa itu?)


Keempat tangan yang dipotong oleh Kamito berubah didalam gelembungnya masing-masing, menjadi empat naga iblis.


Kamito menyerbu para naga itu.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz, Blade Shadow!"


Membunuh keempat naga iblis itu dalam sekejap, Kamito terus menyerbu.


Dia melesat kearah bola mata raksasa yang berkilauan emas di bagian tengah dari kegelapan itu–


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning!"


Dia mengeluarkan Absolute Blade Art dengan kecepatan dewa.


Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhh!


Monster itu meraung. Pedang iblis kegelapan itu telah menusuk mata emasnya.


"–O pedang yang terbentuk dari kegelapan sejati, lahaplah Kegelapan Dunia Lain dan jadikanlah kekuatanmu!"


Kamito berteriak.


Dengan kilauan divine power dari bilah Vorpal Sword, racun kegelapan itu sepenuhnya diserap.


–Tapi setelah itu, mata emas tersebut tiba-tiba berputar


"Apa...!?"


Divine power bercahaya itu dihisap kedalam mata yang seperti pusaran tersebut–


"Guh, ahhhhhhhh!"


"—Kamito!?"


Bersama dengan kedua pedangnya, Kamito dihisap kedalam tubuh Elemental Lord Kegelapan.

Bagian 5[edit]

"...Kamito!?"


Sedikit nafas keluar dari celah diantara dua pasang bibir yang saling terkunci.


Claire terkejut dan menempatkan jari-jemarinya pada dada Kamito.


Jantungnya berdetak kencang. Aliran divine power telah aktif pada tubuhnya.


(Tapi...)


Setelah lega sesaat, ekpresi Claire menjadi kaku lagi... Kamito masih belum sadarkan diri.


Aliran divine power kegelapan tak berhenti.


Pada tingkat ini, meski nyawanya nggak dalam bahaya–


"...Uh... Guh..."


"...!"


Lalu, ekspresi Kamito kesakitan.


"Kamito..."


Claire dengan lembut menyentuh pipinya.


(Saat ini Kamito sedang bertarung melawan kegelapan ini...)


...Jika demikian, aku harus berjuang bersama dia.


Karena aku adalah... tuanmu.


Rambut merah panjangnya yang basah karena hujan, terselimuti kobaran api.


(Biar aku gunakan api milikku untuk memurnikan kegelapanmu–!)

Bagian 6[edit]

(...Apa aku lengah?)


Kamito meronta didalam kegelapan yang seperti lumpur.


Gak ada apa-apa disekitar dia. Dia bahkan gak bisa melihat cahaya divine power yang dilepaskan dari tubuhnya sendiri.


Ini merupakan kehampaan.


(...Apa ini kegelapan yang membuat para Elemental Lord gila?)


Kamito memegang kedua pedangnya erat-erat. Hanya inilah satu-satunya sensasi yang bisa dirasakan.


Tapi–


Gimana caranya dia kabur dari kegelapan yang bahkan bisa mencuri divine power ini?


–Lalu, didalam kegelapan tersebut, sebuah cahaya merah muncul.


(....Apa?)


Itu adalah api yang bersinar seperti teratai merah.


Ini juga merupakan api yang paling indah dan menawan didalam ingatan Kamito.


Api itu merubah sekelilingnya menjadi lautan api, menelan kegelapan layaknya seekor singa ganas.


"...Apa... T-Tunggu–!?"


Menelan kegelapan, api itu terus meluas dan mendekati Kamito.


Tapi anehnya, Kamito nggak merasa takut. Api itu menelan Kamito–


Lalu, Kamito berdiri ditengah pusaran api yang ganas.


Didepan dia adalah Elemental Lord Kegelapan yang telah berubah menjadi seekor monster–


Monster itu mengulurkan tangannya yang mengerikan untuk menangkap Kamito, tapi kobaran api tersebut membakar tangan itu seolah melindungi Kamito, mencegahnya menyentuh Kamito.


".....Mungkinkah ini adalah Api yang hilang dari Origin!?"


Avatar Elemental Lord Kegelapan melebarkan matanya dan berseru terkejut.


–Dengan kata lain, bukan dia yang mengeluarkan api ini untuk melindungi aku?


Roar!


Api itu semakin besar.


Kobaran api itu menjalar di lantai, membakar Kegelapan Dunia Lain tanpa sisa.


Elemental Lord Kegelapan tergagap seolah ketakutan.


Ohhhhhhhhhhhhhhh—


Dipenuhi dengan kemarahan dan ratapan, ruangan itu menggema di ruang gelap ini.


"Ini adalah apinya Nona Kucing Neraka–"


"Api milik Claire?"


Kamito menjadi tenang.


(Jadi begitu, api ini–)


Dia sudah melihatnya beberapa kali sebelumnya.


Ini bukankah kekuatan dari roh. Melainkan Api Elstein yang bersemayam didalam diri Claire.


End of Vermilion berkebalikan dengan Absolute Zero milik Rubia.


(...Claire, mungkinkah kau ada disampingku?)


Kamito menengadah dan bertanya.


Nggak ada jawaban. Tapi di kakinya, api itu terbakar semakin besar.


Dia bisa merasakan keberadaan Claire. Ini adalah api megah dan indah yang dia rasakan saat pertama dia melihat tarian pedang Claire.


(Jadi kau ada disampingku, Claire–)


Didalam pusaran api ganas itu–


Kamito menuangkan divine power pada kedua pedangnya dan menghadap Penguasa Kegelapan.


"Tuanku menungguku, jadi aku gak boleh kalah disini!"


Monster kegelapan itu meraung, tubuh besarnya mendekat.


Kamito melompat tinggi dengan melepaskan divine power, melompat ke kepala monster kegelapan itu.


Monster tersebut mengayunkan tangannya, berusaha menangkap Kamito saat dia bergerak di udara, tapi–


Seolah melindungi Kamito, api itu menjalar dan menepis tangan besar monster itu layaknya sebuah cambuk.


"–Ayo kita lakukan, Restia!"


"Oke!"


Petir hitam legam pada Vorpal Sword meningkat–!


"Absolute Blade Arts, Bentuk Penghancur—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, 18 Serangan Beruntun!"


Didalam kegelapan, tebasan pedang dan petir melintas di udara.


Tangan monster itu terpotong dan terlempar. Lapisan demi lapisan, racun hitam itu terkupas.


Kamito menikamkan pedang iblis pada mata emas monster itu–


"Apakah ini berhasil, Restia!?"


"Ya, karena Kegelapan ini milikku–"


Kamito menuangkan semua divine power miliknya pada Vorpal Sword.


Petir kegelapan mengamuk didalam tubuh monster itu.


Kegelapan sejati yang merusak Elemental Lord Kegelapan mengubah warna bilah pedang iblis menjadi hitam legam.


Lalu–


Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!


Setelah meraung diambang kematian, Elemental Lord Kegelapan yang mengamuk akhirnya musnah.


–Saat Elemental Lord Kegelapan lenyap, dunia Kamito runtuh disaat yang bersamaan.


Tanah hancur dan Kamito jatuh.


"–Kau akan mewarisi kehendak dan kekuatan Elemental Lord Kegelapan."


Kamito mendengar suara sang avatar didalam benaknya.


"Misiku berakhir disini. Anakku yang manis–Ren Ashbell."


"Misi... Lalu apa yang akan terjadi padamu...?"


"Tujuan telah tercapai. Aku akan lenyap dan mungkin berubah menjadi bagian dari divine power milikmu."


"Jadi begitu–"


Sehelai bulu hitam yang jatuh menyentuh pipi Kamito.


"Kupercayakan sisanya padamu, anakku yang manis–"


Suara tersebut kabur dan pandangan Kamito didominasi oleh cahaya yang menyilaukan.

Bagian 7[edit]

"—to... Kamito!"


Dia membuka matanya–


Seorang cewek cantik mengenakan pakaian dalam berada diatas tubuh Kamito.


Rambut merah panjangnya basah dan matanya yang seperti rubi lembab karena air mata.


Karena menyerap air, pakaian dalamnya menempel erat pada kulitnya, tembus pandang.


"...Clai... re."


"Huah, Kamito!?"


Segera setelah Kamito berbicara, Claire membelalakkan matanya terkejut.


"...Aku senang sekali, kau kembali jadi Kamito yang biasanya."


Dia memeluk kepala Kamito erat-erat.


"...!?"


Meskipun kecil, sensasi dari payudaranya membuat jantung Kamito berdetak kencang.


Detak jantung Claire disalurkan pada dia melalui pakaian dalamannya yang basah.


Diwajahnya masih ada bekas air mata, dia mungkin sepanjang waktu ini mengkhawatirkan Kamito yang telah dilahap oleh kekuatan kegelapan.


Hujannya sudah berhenti.


Dari celah di awan, langit biru bisa terlihat.


"....Maaf sudah membuatmu khawatir."


Duduk perlahan, Kamito lalu membelai kepala Claire.


STnBD V20 BW01.jpg


"Apa yang terjadi? Apa sebenarnya racun hitam itu...."


"Itu adalah divine power dari Elemental Lord Kegelapan yang tertidur didalam diriku."


Kamito menatap punggung tangan kirinya.


Segel roh kegelapan, terdiri dari persilangan pedang dan bulan, bersinar samar.


"Akan tetapi, dia lenyap. Kekuatan itu telah diwariskan padaku dan Restia–"


"Apa yang terjadi?"


"Nanti saja aku ceritakan rinciannya."


"....Kau benar. Kita harus berkumpul dengan Rinslet dan yang lainnya terlebih dulu."


Kamito berdiri.


"N-ngomong-ngomong, Claire...."


Tersipu, Kamito memalingkan wajahnya.


"...?"


"Umm, kurasa lebih baik kalau kau pakai pakaian."


"...H-Huahh!"


Claire dengan panik memanggil Scarlet untuk menutupi dadanya yang basah.


"K-Kau salah sangka! A-Aku menggunakan ritual yang diajarkan oleh Nee-sama–"


Kunciran Claire tersentak.


"Ritual?"


"Nee-sama bilang saat kekuatan kegelapan melahapmu, ritual ini bisa menekannya."


Memeluk Scarlet, Claire berbicara malu.


(....Jadi begitu, jadi api itu betul-betul milik Claire.)


Kamito menyadarinya dalam benaknya. Elemen api milik Claire terwujud didalam kesadaran Kamito setelah mencampurkan divine power kegelapan miliknya dengan divine power api milik Claire.


"Meow!"


Terselimuti api, Scarlet segera mengeringkan seragam mereka.


Claire berdiri dan segera memakai roknya.


Kamito memalingkan pandangannya dari Claire saat dia memakai pakaian. Disaat yang sama, Kamito berkata:


"....Ngomong-ngomong, kita dimana?"


"Disuatu tempat di hutan yang luas di bawah Ragna Ys."


Claire menengadah menatap langit yang cerah.


Dikejauhan, pecahan Ragna Ys mengapung.


"Apa yang terjadi?"


"Aku nggak tau. Holy Lord tiba-tiba mengeluarkan tembakan cahaya, lalu cahaya itu memotong daratan Ragna Ys. Kita jatuh ke hutan dan terpisah dari yang lainnya."


"Kekuatan Holy Lord, huh?"


Sebelumnya, Holy Lord yang telah bangkit menggunakan kekuatan itu untuk membelah Kota Raja Iblis menjadi dua.


Akan tetapi, gak disangka bahwa tanah kokoh dari Ragna Ys, yang bahkan gak bisa dirusak oleh roh-roh kelas archdemon, bisa dihancurkan secara menyeluruh–


"Itu kekuatanku, Kamito"


Tergeletak di tanah, Demon Slayer tiba-tiba berbicara.


"Est, apa maksudmu?"


Kamito mengernyit. Lalu...


"Kamito, lihat!"


Claire menunjuk ke langit dan berteriak.


Tatapannya diarahkan pada seekor burung iblis besar yang terbang di udara.


"Bukankah itu Simorgh!?"


"Ellis telah menemukan kita."


Menunjuk ke langit, Claire segera merapal mantra.


"Meledaklah–Flare Burst!"


Sejumlah bola api kecil terbang dari jari-jarinya dan meledak seperti kembang api.


Tampak cukup spektakuler namun tak memiliki kekuatan, itu adalah sihir roh untuk menghasilkan pengalihan.


Ellis nampaknya menyadarinya.


Simorgh segera berputar dan kemudian mendarat di hutan.

Bagian 8[edit]

Ibukota Suci Alexandria.


Kota itu terwujud dikuil Elemental Lord. Di bagian tengahnya–


Gerbang menuju Origin telah terbuka.


Elemental Lord Api Volcanicus dan Elemental Lord Tanah Lode Gear.


Menjulang ke langit, pilar Cahaya telah menghasilkan lubang di langit Astral Zero.


Meskipun lubang-lubang itu cukup besar untuk dilewati para malaikat tingkat rendah, itu belum cukup.


Hanya saat semua Gerbang terbuka keinginan Holy Lord akan terwujud.


Menatap jalanan yang lebar dari Ibukota Suci, Areishia, atau lebih tepatnya Alexandros, berbicara.


"Nampaknya dia telah dilahap oleh Elemental Lord Kegelapan."


Holy Lord dengan penampilan Sacred Maiden berbalik.


Ada seorang cewek berambut perak panjang, berdiri tanpa ekspresi sambil memiringkan kepalanya.


Sang Pedang Suci—Terminus Est.


Setelah pertarungan melawan Raja Iblis Solomon, dia menyegel dirinya sendiri di Astral Zero.


Akan tetapi, setelah mendapatkan tubuh fisik Areishia, Holy Lord mengaktifkan kembali kontraknya dan memanggil dia.


"Dia datang untuk menghancurkan aku, kurasa, untuk menghancurkan aku dan semua Elemental Lord–"


"Ya, aku juga merasakannya."


"Apa yang dia pegang, apa pedang suci lain?"


Est menggeleng tanpa ekspresi.


"Itu adalah entitas lain, sudah terpisah dariku."


"–Aku paham, jadi itu sebabnya dia tidak menanggapi kontrakku."


Sacred Maiden Areishia mengangkat bahu. Meskipun Est telah mengkhianati kontrak aslinya dan menjadi pedang Raja Iblis, kekuatannya jauh dibawah Terminus Est yang ini.


Areishia menatap kehampaan yang menusuk langit.


Segalanya akan berjalan sesuai rencana. Elemental Lord Angin dan Elemental Lord Air akan segera terbuka sebagai gerbang juga.


Perang Raja Iblis seribu tahun lalu, dua Perang Ranbal, perang sipil di Teokrasi, kekacauan di Kekaisaran Ordesia, untuk mengguncang para Elemental Lord yang telah dirasuki oleh Kegelapan, dia menggunakan Kerajaan Suci untuk menyebarkan kekacauan di alam manusia.


Cardinal Millennia Sanctus, Des Esseintes, Lurie Lizaldia, Penyihir Senja—bahkan Kerajaan Suci itu sendiri–semua itu tak lain merupakan langkah untuk mencapai tujuan tersebut.


Selain itu, Holy Lord telah mendapatkan tubuh Sacred Maiden, sebuah wadah yang mampu mewujudkan dia.


"Semua ini demi tujuan untuk kembali kesana–"


Sacred Maiden Areishia mengarahkan tangannya ke langit.


Rumble rumble rumble rumble...!


Tanah berguncang disertai suara gempa bumi.


Terpisah dari daratan Ragna Ys, Ibukota Suci perlahan mulai naik.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 2 - Serangan Balik[edit]

Bagian 1[edit]

Membawa Kamito dan Claire, Simorgh terbang di udara.


Tepat saat Simorgh merentangkan sayapnya dengan megah, tiba-tiba, mereka tertelan oleh ruang yang tak terlihat, lenyap tanpa jejak.


"A-Apa!?"


Berpegangan pada satu sayap, Claire berteriak terkejut.


Pandangan mereka terus berubah layaknya sebuah fatamorgana. Lalu, roh iblis angin itu mendarat.


"Kita ada dimana....?"


Kamito mengamati sekeliling.


Para roh bersinar samar beterbangan disekitar mereka.


Ada sebuah karpet merah di lantai. Disepanjang dinding batu yang ada dikedua sisi koridor, terdapat barusan patung mahluk-mahluk laut.


Itu seperti sebuah mansion milik aristokrat.


"Ini adalah perut dari Dire Whale, roh bawahan Elemental Lord Air."


Berkata demikian, Ellis turun dari punggung Simorgh.


"Seekor roh paus? Tapi kita nggak melihatnya."


"Itu karena sihir elemen air digunakan untuk menghasilkan tembus pandang, untuk menghindari deteksi."


"....Jadi begitu."


"Lewat sini. Hati-hati jangan menyentuh lukisan dinding atau kau akan berujung berada di ruangan lain."


Dengan dipandu Ellis, mereka berjalan di koridor.


"Kamito-kun!?"


"Claire, kau selamat!"


Segera, mereka bertiga sampai di sebuah aula besar, Fianna dan Rinslet menyapa mereka.


"Maaf sudah membuatmu kuatir..."


"Semuanya baik-baik saja. Itu luar biasa."


"Ya, aku betul-betul kuatir ada kecelakaan saat kami kehilangan kalian berdua."


Rinslet mengusap air matanya dengan jarinya dan memeluk erat Claire.


"T-Tunggu, Rinslet, ya ampun..."


Claire menggeliat, tampak cukup malu, tapi nggak menunjukkan niat menjauhkan Rinslet.


"Reicha dan yang lainnya saat ini beristirahat di ruangan lain. Uh, adapun untuk Rubia-sama–"


Fianna menatap Claire, ragu-ragu.


Sebagai tanggapan, Claire menggigit bibirnya dan mengangguk pelan.


"...Ya, aku sudah mendengar soal kakakku dari Ellis."


Saat melawan kardinal Millennia Sanctus, Rubia berhasil mengubah elemental waffe Ragnarok kembali ke wujud Elemental Lord Api. Tapi sebelum mereka bisa merasa tenang, tembakan cahaya yang mengerikan telah menghancurkan dataran Ragna Ys. Bersama dengan Elemental Lord Api, Rubia menghilang.


Apa dia jatuh ke hutan Astral Zero seperti Claire, atau–


Melihat bahu Claire sedikit bergerak, Rinslet dengan lembut menempatkan tangannya pada bahu Claire.


"Dia akan baik-baik saja. Bagaimanapun juga, dia adalah Rubia-sama."


"....K-Kurasa kau benar. Gimanapun juga, itu Nee-sama."


Claire mengangguk tegas seolah untuk menekan secara paksa kekhawatirannya.


Fianna juga menepuk bahu Claire.


"Aku yakin kita semua pasti lapar. Biar aku buat sesuatu."


Berkata begitu, Rinslet menjentikkan jarinya dan memanggil Fenrir.

Bagian 2[edit]

Dimeja di aula tersebut terdapat berbagai makanan yang Rinslet siapkan.


Sup tulang sapi muda, daging dan lobak.Telur dadar yang terbuat dari telur lokal Laurenfrost. Kacang goreng. Ikan bandeng yang diasinkan dengan herbal. Burung puyuh bakar dengan kulit yang renyah dan saus madu diatasnya. Beberapa jenis jamur dengan aroma sayuran. Roti kacang. Roti buah. Roti kismis kenari. Keju dan susu segar. Hidangan penutupnya adalah es krim tahu.


Meja itu dipenuhi uap yang mengepul dari hidangan. Gelombang aroma menyerbu langsung ke hidung.


Karena lapar, Kamito menelan ludah.


"Aku takjub kau bisa membuat sebanyak ini dalam waktu singkat."


Claire berseru.


"Tahu, tahu..."


Est yang membantu masak, sudah mulai makan es krim tahu.


"Est, makan terlalu cepat akan membuat kepalamu sakit."


"Jangan kuatir, Kamito."


Berkata begitu, Est tanpa ekspresi terus memakan es krim tersebut.


"Tambah lagi, cewek cemilan."


"Sudah habis!?"


"Masakanmu memang sangat lezat, Rinslet."


Orang yang berkomentar adalah Elemental Lord Air, duduk tenang di kursi, memegang roti saat dia berbicara. Mulutnya penuh dengan roti, membuat pipinya menggembung. Lord Iseria, itu bukan sikap yang bagus lho.


"Kita punya banyak roti."


Ketat terhadap sikap aristokrat, Rinslet langsung menenangkan dia.


"...Ahmm?"


"Nah lihat, banyak sekali sisa makanan."


Berkata begitu, Rinslet mengulurkan saputangan untuk mengelap sudut bibir Iseria.


Melihat pemandangan seperti ini, sangat sulit dibayangkan bahwa Iseria adalah sang Elemental Lord Air, salah satu penguasa Astral Zero.


Kalau Ratu Air Feilei Sin Quina, yang saat ini beristirahat di ruangan lain menyaksikan ini, dia mungkin akan langsung pingsan.


Gak pake malu-malu, Kamito mulai makan dan mengambil sepotong burung puyuh dan meletakkannya di mangkoknya.


Dengan kulit renyahnya, dipanggang dengan herbal, kemudian diolesi saus madu, hidangan khas Laurenfrost ini memang layak dipuji.


"Ini lezat sekali."


"Fufu, senang mengetahuinya!"


Mendengar gumaman pujian Kamito, Rinslet tersenyum senang.


"M-Mungkin aku harus belajar masak juga..."


Melihat itu, Claire bergumam pelan.


"Aku bisa mengajarimu lho."


"Hwah, kau dengar!?"


Saat Rinslet berbisik pelan ditelinganya, Claire langsung tersipu merah cerah.


"Lain kali, aku akan ikut masak juga."


"Yang Mulia, aku yakin anda harus mulai dengan dasar-dasar memasak terlebih dahulu–"


"Tunggu bentar, Ellis, apa maksudmu?"


Melihat Ellis mendesah, Fianna menatap dia nggak puas. Sejak Ellis mulai bekerja sebagai sekretaris sekaligus ksatria bodyguardnya, mereka berdua menjadi sangat dekat, mungkin karena mereka punya lebih banyak peluang untuk berinteraksi.


"Roh kegelapan, itu punyaku. Apa kau mau dilenyapkan dari muka bumi ini?"


"Ya ampun, itu salahmu sendiri karena menguasai semua es krimnya, Nona Roh Pedang."


"Ah, kembalikan, roh kegelapan–"


Sementara itu, pedang suci legendaris dan pedang iblis yang telah mewarisi kekuatan Ren Ashdoll juga saling menggoda.


Melihat seperti dia sedang menggoda seorang adik, Restia tampak menikmatinya.


(...Semua orang bersikap sama seperti biasanya meskipun jelas-jelas kita berada di ambang pertempuran akhir.)


Sambil tersenyum masam dalam benaknya, Kamito melahap makanan bernutrisi tersebut.

Bagian 3[edit]

Dengan demikian, setelah mengisi perutnya dengan makanan dan menghangatkan tubuhnya yang kedinginan karena hujan....


Kamito memberitahu semua orang tentang bagaimana kabut kegelapan melahap dia dan apa yang dikatakan avatar Ren Ashdoll.


Ini termasuk Kegelapan Dunia Lain yang ada di balik Gerbang itu, asal usul Astral Zero dan sifat sejati dari Kegelapan Dunia Lain, serta kebenaran dari Perang Roh yang terjadi antara Lima Elemental Lord Agung dan Elemental Lord Kegelapan.


Lalu ada kisah panjang bagaimana dia memurnikan Kegelapan Dunia Lain yang merusak Elemental Lord Kegelapan dan mewarisi kekuatan itu–


"Jadi dengan kata lain, Elemental Lord Kegelapan telah menghilang dari dalam Kamito."


Menaruh cangkir tehnya, Claire berkomentar.


"Ya. Dia hilang. Dia menyerahkan kekuatannya padaku dan Restia–"


Menyelesaikan ceritanya, Kamito menatap tangan kirinya, yang mana sarung tangannya telah dia lepas.


Lalu...


"T-Tunggu bentar, tahan dulu!"


Tiba-tiba, Ellis berdiri dan berteriak.


"Ellis, kau kenapa?"


Claire mengangkat alisnya terkejut.


"K-Kamito adalah Ren Ashbell-sama!?"


"Eh, baru sekarang?"


"J-Jadi anda sudah tau, Yang Mulia? Claire, kau juga?"


"Y-Ya...."


"M-Memang...."


Claire dan Fianna mengangguk canggung.


"Aku juga merasakannya samar-samar."


Rinslet menyibakkan rambutnya.


"Bagaimanapun juga, nggak ada upaya untuk menyembunyikannya secara sengaja."


"K-Kurasa begitu...."


Mendengar komentar Claire, Kamito mengangguk.


"B-benarkah? Jadi cuma aku yang gagal menyadarinya, huh...."


"M-Maaf, uh.... Itu karena aku nggak mau merusak impianmu."


"......."


Justru karena Ellis adalah fans berat Ren Ashbell, dia nggak menyadari identitas sejati Kamito, yang berada tepat di sampingnya.


Ellis terus menatap wajah Kamito.


Pipinya perlahan menjadi merah.


"Aku melihat beberapa kemiripan..."


"E-Ellis?"


Matanya terbelalak.


"Kamito, tolong dandan sebagai seorang cewek!"


"Yang betul saja."


Kamito segera menggeleng.


"Ren Ashbell-sama adalah Kamito.... A-Aku mengerti...."


Setelah bergumam pelan, Ellis mengangguk.


"....Aku paham. Aku bisa membayangkan perasaanmu. Maaf atas tindakanku."


"Tidak, akulah yang harus minta maaf...."


Ellis tersenyum ceria, lalu–


"Adapun untuk kakakku, aku ingin menjaga rahasia ini dari dia untuk saat ini. Bagaimanapun juga, perasaanya terhadap Ren Ashbell-sama pasti cukup rumit–"


"Nggak, Velsaria sebenarnya sudah menyadarinya sejak lama."


"N-Nggak mungkin–!"


Air mata menggenang di mata Ellis.

Bagian 4[edit]

"Eh, kesampingkan masalah Ren Ashbell–"


"U-Umm, maaf..."


Setelah Claire berdeham, Ellis duduk.


"Bagaimanapun juga, kita akan menghadapi bencana besar kecuali kita menghentikan Holy Lord."


"Ya, kau benar."


Kamito mengangguk.


Tujuan Holy Lord adalah menyegel otoritas para malaikat untuk menciptakan ulang dunia ini.


Meskipun mereka nggak tau seperti apa dunia ideal yang dibayangkan Holy Lord, tapi jika rencananya membuahkan hasil, alam manusia dan Astral Zero yang ada saat ini pasti akan hancur.


"Bagaimana situasi Gerbang di Ibukota Suci?"


"Biar aku tunjukkan."


Iseria menunjuk ke udara. Sebuah bola air transparan segera muncul, melayang diatas meja.


"Bola ini terhubung pada mata Dire Whale–"


Permukaan bola air itu berubah untuk memproyeksikan sebuah gambaran.


Itu adalah langit cerah dari Astral Zero.


Di kejauhan, Ibukota Suci yang mengapung di awan-awan bisa terlihat.


"....Ibukota Suci terbang ke langit?"


"Ya. Kamito-kun, saat kalian berdua menghilang, Ibukota itu memisahkan dirinya dari Ragna Ys."


Fianna menjelaskan.


"Menghindari gangguan, kurasa–"


"...Aku juga berpikir begitu."


Mendengar gumaman Claire, Kamito mengangguk.


Tiga pilar cahaya menjulang ke langit dari pusat Ibukota Suci.


Yang pertama manjadi sebuah Gerbang adalah Elemental Lord Api.


Lalu dua Gerbang lainnya adalah–


"Elemental Lord Angin dan Elemental Lord Tanah."


Suara Iseria terdengar cukup sedih.


"Bagaimana anda bisa tau?"


"Hembusan angin tidak stabil dan bergejolak. Selain itu, tanahnya menangis. Saat para Elemental Lord yang mengelola elemen kehilangan kekuatan mereka, keseimbangan Astral Zero mulai rusak. Selanjutnya, jika tubuh asliku dari Elemental Lord Air menjadi sebuah Gerbang juga, lorong yang mengarah ke Dunia Lain kemungkinan besar akan terbuka sepenuhnya."


Ketiga pilar cahaya itu menembus langit dan menghasilkan sebuah pusaran kehampaan yang sangat besar.


–sebuah Gerbang yang dipenuhi dengan kegelapan dan kekacauan.


Dunia origin yang telah menciptakan Astral Zero sudah menunjukkan dirinya.


"Sepertinya waktunya sudah habis. Lebih baik kita bergegas kesana secepat mungkin–"


"Tapi itu tidaklah mudah, kan?"


Mendengar gumaman Claire, Fianna mengangkat bahu.


"Memang. Ada para roh militer yang menjaga Ibukota Suci. Para Sacred Spirit Knight juga ada disana."


Sacred Spirit Knight dari Kerajaan Suci Lugia. Mereka adalah pasukan militer elit Kerajaan Suci dibawah komando langsung dari Des Esseintes.


Meski beberapa dari mereka telah pergi setelah mengetahui tujuan Holy Lord, sebagian besar dari mereka bersedia mengorbankan diri mereka untuk Holy Lord.


(....Itu cukup mirip dengan para petarung di Sekolah Instruksional.)


Sungguh ironis, pikir Kamito.


"Ada penghalang yang melindungi kota. Dan juga–"


Berkata begitu, Fianna kebingungan melanjutkan.


"Dan juga?"


"Pedang cahaya itu–"


"Maksudmu Terminus Est milik Holy Lord?"


Berkata demikian, Kamito menatap Demon Slayer.


Pedang cahaya itu telah menghancurkan tanah Ragna Ys. Satu salah langkah saja Dire Whale ini bisa hancur dalam satu serangan.


Kamito memegang gagang pedang suci miliknya erat-erat, lalu....


"Aku yang akan mengurus pedang cahaya itu, Terminus Est."


Dia berkata pelan.


"Apa?"


"Kamito, itu terlalu sembrono. Cahaya itu bisa–"


Menghancurkan tanah Ragna Ys berkeping-keping–sebelum Claire bisa melanjutkan....


"–gak usah kuatir."


Kamito menyatakan dengan tegas dan menatap Est.


"Est, bisakah kau melakukannya?"


"Ya, Kamito. Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku."


Bilah putih perak milik Est bersinar terang.


Memang, nggak penting apakah musuhnya adalah tubuh asli Est, roh senjata terkuat, atau semacamnya.


Bagi Kamito, Est yang ini adalah pedang suci ultimate.


"Jadi sudah diputuskan. Serahkan pedang suci cahaya itu padaku."


Berkata begitu, Kamito memandang ke sekitar meja.


Claire dan Ellis, Rinslet dan Fianna, pasangan-pasangan cewek ini saling bertukar tatap.


"....Dimengerti. Kami serahkan itu padamu."


"Ya."


Mendengar itu, Kamito mengangguk tegas.

Bagian 5[edit]

"Kalau begitu sudah ditetapkan. Codename'nya adalah 'Operasi Mengubah Ibukota Suci Menjadi Arang'!"


"Aku nggak akan menerima codename semacam itu."


"Hmm, nggak bisakah kau memikirkan sesuatu yang lebih keren?"


Menyerbu Ibukota Suci secara langsung tanpa memainkan trik.


Saat tim itu memutuskan mengunakan pendekatan klasik Tim Scarlet....


"–Kalian semua, tunggu."


Restia kembali ke wujud roh dan menghentikan mereka.


"Ada apa, roh kegelapan?"


"Memang, kalian sudah lebih kuat. Dibandingkan dengan Blade Dance, kalian jauh lebih kuat. Meski demikian, lawannya tetaplah sangat kuat. Cuma kalian saja nggak akan cukup."


"....A-Aku tau itu, tapi–"


"–Aku punya ide."


Restia melambaikan tangannya untuk mengganggu bantahan Claire.


"Ide apa?"


"Kamito harus membagi kekuatan Elemental Lord Kegelapan dengan kalian semua."


"Huh?"


"Nona Roh Kegelapan, apa maksudmu?"


Rinslet mengangkat alis.


Restia mengangkat jari telunjuk dan menjelaskan.


"Setelah mewarisi kekuatan Elemental Lord Kegelapan, Kamito memiliki divine power yang hampir tak terbatas. Dan kebetulan ada sebuah ritual untuk menukarkan divine power itu dengan divine power milik kalian sendiri. Seribu tahun lalu, para selir Raja Iblis Solomon meningkatkan kekuatan mereka dengan menggunakan ritual itu."


"Divine power Elemental Lord Kegelapan? Apa itu betul-betul bisa dilakukan?" tanya Kamito.


"Ya, tapi–"


Restia berhenti sebentar lalu melanjutkan.


"Syarat untuk melakukan ritual itu–Kagura Kegelapan–adalah bahwa ikatan yang kuat harus dibentuk antara Raja Iblis dan para princess maiden. Jika tidak, akan berujung pada kegagalan, mereka akan dilahap oleh divine power kegelapan itu."


"...!"


Claire dan para cewek saling bertukar tatap.


"....I-Itu akan baik-baik saja!"


"Nggak ada masalah sama sekali!"


"Pertanyaan yang konyol!"


"M-Mmhmm.."


Semuanya segera menyetujuinya.


"Fufu, kalian cukup percaya diri soal hubungan kalian dengan Kamito, kan?"


"T-tentu saja. Masalah?" ayo gelud


Claire membusungkan dada ratanya.


"Namun, kau harus melakukan ini, lho?"


Restia terkikih dan mendekat ke telinga Claire, berbisik.


"...~! Hwaah! K-K-Kau pasti bohong, kami harus melakukan sejauh itu?"


Seketika, wajah Claire menjadi merah cerah.


"Memang sih, ini terlalu berlebihan bagi nona kucing neraka, kan?"


"Guh...!"


Mendengar ejekan Restia, Claire menggertakkan giginya.


"....L-Lihat saja, aku akan melakukan Kagura Kegelapan itu!"


Menunjuk Restia, dia menyatakan.


"Fufu, baiklah."


Sebagai tanggapan, Restia tersenyum puas dan berbalik menghadap Elemental Lord Kegelapan.


"Iseria-sama, bisakah anda menyiapkan sebuah ruangan dimana kami bisa melakukan ritual itu?"

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 3 - Kagura Kegelapan Raja Iblis[edit]

Bagian 1[edit]

"–Kuil Elemental Air sudah siap. Berkumpullah."


Dari atas lingkaran sihir yang bercahaya, Iseria Seaward berbicara.


Sepertinya dia menciptakan sebuah dimensi kecil di celah diantara alam manusia dan Astral Zero. Safian juga melakukan sesuatu yang sama di Kota Raja Iblis sebelumnya.


Setelah berdiri di atas lingkaran sihir sesuai dengan instruksi Iseria, pandangan Tim Scarlet terganggu oleh kilatan cahaya putih.


"Hwah!"


"A-Apa yang terjadi!?"


Sesaat setelah itu, Kamito dan para cewek terlempar ke udara, lalu mereka jatuh diatas benda lembut.


"Hyah!"


"R-Ruangan apaan ini?"


Kamito melihat sekeliling dan bergumam.


Mereka jatuh diatas kasur yang lembut dan empuk. Ranjang itu tak memiliki kanopi. Dengan segala macam seni mozaik roh, itu seperti fantasi.


Lantainya terlapisi ubin berpola artistik dengan lapisan air jernih diatasnya. Yang mengapung diatas air adalah kelopak-kelopak bunga mawar berbagai warna, merah, putih, pink, dan biru.


Yang menghiasi dindingnya adalah kristal-kristal roh yang menyediakan pencahayaan redup pada ruangan. Dipantulkan oleh cermin bulat yang besar yang ada di langit-langit, cahaya itu menyebabkan permukaan air berkilauan cerah.


Aroma menyegarkan mengapung di udara.


"Ruangan ini cukup bagus, kan? Aku menciptakannya berdasarkan pada harem kuno."


Suara Iseria menggema di ruangan.


"H-Harem!?"


"Bagaimana kalian menggunakan ruangan ini, itu terserah kalian. Baiklah kalau begitu, aku akan memutuskan hubungan agar tidak mengganggu."


Dengan suara terkikih yang menggema seraya memudar, suara Elemental Lord Air menghilang.


"...Apa yang terjadi?"


Kamito mengangkat bahu lalu berpaling ke belakang–


Claire dan para cewek tersipu merah merona, bergerak-gerak gelisah dengan canggung, saling bertukar tatap.


"K-Kita harus melakukannya di tempat semacam ini?"


"Ini adalah dimensi yang diciptakan oleh seorang Elemental Lord Agung. Pada dasarnya ini sempurna untuk melakukan sebuah ritual."


Sebagai tanggapan pada gumaman gelisah Ellis, Fianna mengangkat jari telunjuk dan menjelaskan.


"B-Bisa dikatakan begitu...."


"Jadi, bagaimana melakukan ritualnya?"


"H-Hmm... Pertama, mandi untuk pemurnian."


Dengan penampilan gugup, Claire membaca gulungan yang diberikan oleh Restia.


Setelah itu, dia memalingkan pandangannya dari gulungan itu dan menatap Kamito seolah ada sesuatu yang mau dikatakan, tapi dia ragu mengatakannya.


"Uh, haruskah aku pergi dulu?"


"S-Sudah pastilah.... Tapi, meski begitu–"


Claire melihat sekeliling Kuil Elemental Air tersebut.


Didalam ruangan oktagonal itu, nggak ada pintu.


"....Ngomong-ngomong, gimana caranya kita keluar dari sini?"


"Setelah ritualnya selesai, ruangan ini mungkin akan runtuh secara otomatis."


Fianna menjawab pertanyaan dasar Kamito.


"....Terus apa yang harus kulakukan?"


–Jangan bilang aku harus nonton mereka mandi?


"Nggak usah kuatir. Aku bawa ini justru karena aku menebak sesuatu seperti ini mungkin akan terjadi."


Fianna mengeluarkan kain hitam dari dada seragamnya.


"Kain apa ini, Yang Mulia?"


"Penutup mata yang dipersiapkan untuk Kamito-kun."


"Wha—"


Kamito cuma bisa menatap terbelalak.


"Yang Mulia, anda menyimpan ini sepanjang waktu!?"


"Fufu, ini cuma sebuah hobi."


Berkedip-kedip, putri itu tersenyum nakal.


"Oh yah, nggak ada cara lain. Kita hanya perlu melakukannya dengan apa yang kita punya."


Claire berdeham ringan dan mengangguk.


"T-Tunggu bentar, apa betul-betul nggak apa-apa?"


"Ayolah, Kamito-kun, tahan saja♪"


"Ya, maaf, Kamito."


"Ini semua demi ritualnya."


"...!?"


Ditahan oleh tiga cewek, Kamito lalu ditutup matanya.

Bagian 2[edit]

...Splish splash.


Suara dari para cewek mandi terus terdengar olehnya.


Dengan pandangannya sepenuhnya tertutup, Kamito berdiam diri di ranjang layaknya sebuah patung.


(...A-Apa-apaan situasi ini!?)


Dia meratap dalam benaknya.


Suara air saat ini terdengar sangat menggoda. Bisikan para cewek menggema didalam kuil tersebut.


"....~! Aku nggak bisa percaya aku memurnikan diriku didepan Kamito-san. Sungguh memalukan."


"N-Nggak apa-apa. Matanya ditutupi."


"Tapi dia masih bisa mendengar, kan?"


"Kau terlalu kuatir, Ellis. Ngomong-ngomong, itu kelihatan begitu lembut♪"


"Hwah, Yang Mulia, apa yang anda sentuh!?"


Splash, suara airnya keras dan jernih.


"Kalian berdua, apa yang kalian lakukan saat pemurnian?"


"Kamito nggak akan ngintip, kan?"


"....M-Mana mungkin!"


Kamito cuma bisa membantah keras-keras. Yah, kalau dia mau, yang perlu dia lakukan adalah memfokuskan divine power pada matanya dan dia akan bisa melihat, tapi tentu saja, dia nggak akan melakukan itu.


(Jadi pemurnian dari para princess maiden itu kayak gini, aku paham...)


Berpikir demikian, dia menunggu untuk beberapa saat–


"Kami siap..."


Claire berkata malu-malu pada dia.


"Uh, apa yang harus kulakukan?"


"Kamito-kun, santai saja."


"O-Oke..."


Mendengar suara Fianna yang sangat ceria, Kamito mengangguk.


Kasurnya berderak karena bobotnya. Nafas para cewek mendekati dia.


"Aku akan membuka penutupnya, oke–"


"T-Tentu..."


Claire menempatkan tangannya pada wajah Kamito dan melepas penutupnya.


Dibawah pencahayaan redup dari kristal-kristal roh, apa yang memasuki pandangannya adalah–


"...!?"


Para cewek hanya memakai daleman, dengan ekspresi malu pada wajah mereka.


"Hwah, K-Kamito!?"


Didepan dia, Claire dengan panik menutupi dadanya dengan kedua tangannya.


Dia memakai daleman sutra putih dihiasi bordiran.


Payudaranya mungil dan manis.


Tersipu, kulitnya yang lembut sepenuhnya terekspos pada mata Kamito.


Rambut merahnya yang biasanya dikuncir dua dibiarkan terurai, tergerai di kasur layaknya kelopak bunga.


Berbaring disamping Kamito adalah Fianna yang mengenakan daleman hitam dewasa. Bagian kain dari dalemannya sangat tipis, menawarkan tampilan tembus pandang dari kulitnya. Celana dalamnya terdiri dari kain yang sangat kecil, terlihat seolah daleman itu akan gagal menjalankan fungsinya kalau dia bergerak.


"Fianna, bukankah dalemanmu itu keterlaluan!?"


"Fufu, ini daleman yang dipersiapkan khusus untuk keluarga kerajaan♪"


"Gimana bisa keluarga kerajaan segitunya gak tau malu!?"


Kamito cuma bisa mengkritik saja, langsung mengalihkan tatapannya.


Tatapannya mengarah pada–


"Kamito.... Oooh, ini sungguh memalukan....,"


Mengenakan daleman, Ellis begitu malu hingga dia salah tingkah.


Payudaranya, yang biasanya dipenjara oleh armor Sylphid Knight miliknya, telah dibebaskan, menampilkan lembah payudara yang dalam. Memainkan jari pada ujung rambutnya yang dikuncir, dia tampak sangat manis.


Melihat kapten ksatria yang berkepribadian serius seperti ini, Kamito cuma bisa menatap terpesona–


Tiba-tiba mata coklat cantik itu menatap Kamito.


"U-Uh, kumohon, berhentilah menatap...."


Dia memohon.


"....M-Maaf!"


Kamito buru-buru memalingkankan tatapannya ke samping–


Kali ini, dia membuat kontak mata dengan Rinslet yang memakai daleman berwarna biru air.


Daleman milik Rinslet sepertinya bernama babydoll, mirip dengan pakaian one-piece yang longgar.


Seketika, Rinslet bersembunyi dibelakang Claire.


"Tunggu, Rinslet!"


"K-Kamito, a-aku sangat malu...."


Di kasur, dia terus menggambar lingkaran dengan jari telunjuknya.


Pipinya merah cerah.


"Uh, a-apa ini...?"


Dihadapkan dengan para cewek cantik yang memakai daleman dengan wajah tersipu, Kamito tak bisa berkata apa-apa.


"W-Waktunya mepet. Ayo segera mulai Kagura Kegelapan!"


Lalu, Claire tampak telah membulatkan tekad.


"T-tunggu, kau melakukannya dengan berpakaian seperti itu?"


Mendengar itu, Kamito bertanya dengan panik.


–Kagura Kegelapan adalah sebuah ritual untuk membagi divine power Elemental Lord Kegelapan dengan para princess maiden.


Kamito sudah mempersiapkan diri secara mental untuk kontak tubuh pada tingkat tertentu, tapi–


(Nggak ada yang memberitahuku itu dilakukan sambil memakai daleman, Restia!)


....Jadi itu sebabnya para cewek memasang wajah aneh saat Restia memberitahu mereka soal rincian dari ritualnya.


"R-Roh kegelapan bilang itu harus dilakukan dengan kontak kulit."


"K-Kami baik-baik saja! Kami sudah pasrah membulatkan tekad!"


"Y-Ya...."


"Fufu, serahkan pada kami♪ Kamito-kun, diam saja dan nikmatilah."


Keempat cewek cantik itu menempel pada Kamito.


"Kamito, kami s-sudah siap secara mental untuk ini–"


Claire memegang lengan seragam Kamito erat-erat.


Dia terdengar sangat serius.


"......"


Kamito menyadari kalau para cewek itu telah mengumpulkan keberanian penuh mereka demi menjadi lebih kuat.


Ragu-ragi sekarang hanya akan menghianati perasaan mereka.


–Kamito membulatkan tekad juga.

===Bagian 3==!

"...Ah... Mmm...♪"


Bibir Claire ditekankan pada leher Kamito.


Lidahnya yang seperti lidah kucing menjilati kulit Kamito.


"Mm... Keringat Kamito, rasanya asin..."


Suaranya yang manis berbisik di telinganya.


"C-Claire!?"


Kamito cuma bisa menahan nafasnya.


Mata Claire terlihat merasakan ekstasi.


Dengan pergerakan lembut, dia perlahan membuka kancing seragam Kamito.


Sikapnya, sepenuhnya berbeda dari biasanya, membuat jantung Kamito menggila.


"..! Claire, uh, kau nggak perlu memaksakan diri karena ritualnya."


"A-Aku nggak memaksakan diri...."


Claire cemberut, tampak agak tersinggung.


"B-Berikan divine power kegelapan punyamu pada kami..."


Berkata begitu, dia menggigit lembut leher Kamito.


Rasa sakit menyenangkan ini membuat Kamito tenang, merasa seperti seluruh tubuhnya sedang dikuasai kenikmatan.


(....Divine power milikku bercampur dengan divine power milik Claire?)


...Apa nggak apa-apa buat dia menyerap divine power kegelapan?


"...Mm... Ahmm... Mm♪"


Ujung rambut Claire yang lembab menyentuh kulit telanjang Kamito.


"Ah... Claire.... Tunggu, tempat itu–!?"


Menstimulasi layaknya aliran listrik, kenikmatan itu membuat dia berteriak.


Apa dia menemukan titik lemah Kamito? Claire mulai mencari kasih sayang Kamito seperti seekor kucing.


"fufu, Kamito, gimana dengan ini?"


"...!"


Mata merah itu menatap Kamito.


....Manis sekali. Gak disangka Claire yang dia kenal bisa membuat ekspresi seperti ini.


(Apa dia berperilaku agak aneh setelah menyerap divine power kegelapan?)


Tepat saat Kamito mulai kuatir....


"Kamito-kun, aku mau juga♪"


Kali ini giliran Fianna yang mencium bahu telanjangnya.


Ciumannya penuh dengan kasih, seperti menghisap nektar dari sekuntum bunga.


Fianna... P-Putri, kau jangan...."


Memegang tangan Kamito, dia membelai lembut Kamito dengan jari jemarinya.


"Ada apa, Kamito-kun? Atau kau nggak suka putri yang nakal?"


Dengan senyum nakal, Fianna meniup pergelangan tangan Kamito.


Meskipun dia cuma memegang tangannya, Kamito merasa nggak bisa bergerak seolah dia berada dibawah pengaruh mantra pengendali.


Terbalut BH hitam, payudara dari sang putri terpampang didepan dia layaknya sebuah longsoran tebing.


"...F-Fianna, k-k-kalau ini berlanjut.... Kewarasanku..."


"Aku nggak akan berhenti. Ini adalah ritual Kagura Kegelapan yang akan membantu kami menjadi lebih kuat♪"


Tertawa nakal, Fianna menempatkan tangan Kamito pada belahan payudaranya.


Boing. Boing.


"...!"


"Kamito-san, a-aku juga...!"


Rinslet dengan malu-malu menekankan dirinya pada Kamito.


"Rinslet, sebelah sini."


Claire berganti posisi dengan dia.


"Uh, umm, aku... aku nggak berpengalaman dalam masalah seperti ini..."


Mengenakan gaun tidur longgar, Rinslet bermain-main dengan rambutnya.


Dia mengernyit kebingungan, melirik sana sini, dengan ekspresi yang cukup mengemaskan pada wajahnya.


....jeduk, jantung Kamito semakin menggila.


"Apitkan saja pahamu pada leher Kamito-kun dan rasakan divine power miliknya."


"Ehhhh!?"


Mendengar saran Fianna, Rinslet membelalakan matanya.


"K-Kamito-san, apa dia serius? Itu akan bekerja hanya dengan menempelkan pahaku?"


Wajahnya merah terang karena malu, Rinslet bertanya.


"N-Nggak mungkin, gimana mungkin–"


Sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, Kamito ditarik, membuat dia terbaring di ranjang.


"Claire!?"


"Oke, Rinslet, akan lebih mudah kalau seperti ini, kan?"


"D-Dimengerti...."


Rinslet mengangguk dan tampak membulatkan tekadnya.


"A-Apa seperti.... ini?"


Lembut. Kelenturan yang sempurna, pahanya dengan lembut mengapit leher Kamito.


(....Uwah, ini sangat nyaman.)


Kulitnya lembut dan halus seperti susu. Rambut platinumnya menyapu pipi Kamito.


Aroma dari sabun bunga memasuki hidungnya, membuat dia nge-fly.


"K-Kamito-san.... Uh, t-tolong jangan banyak bergerak... Ahh♪"


"M-Maaf...!"


Kamito hanya mau menyesuaikan posisinya, tapi dia langsung nggak berani bergerak.


"Ya ampun, nona kecil Laurenfrost ternyata sangat berani♪"


"...~! Hauu, Y-Yang Mulia, aku sangat malu."


Dengan leher Kamito diantara pahanya, Rinslet begitu malu, dia mulai menggosokkan lututnya.


Boing. Boing.


Dengan kepalanya diguncang kesana kemari, Kamito betul-betul merasa linglung.


"Ampun deh, Kamito memang bejat..."


Melihat itu, Claire ngambek dan menggigit tulang selangka Kamito.


"...Ah, ooh..."


Disaat yang sama, ada seorang cewek di sisi kasur, menutupi wajahnya yang merah terang dengan kedua tangannya.


"Ellis, ada apa?"


Menyadari dia, Fianna bertanya.


".....~! A-Aku, uh... Perilaku gak senonoh semacam itu...."


Sambil ngintip ritual itu dari celah jari-jarinya, Ellis bergumam seraya bergerak-gerak gelisah.


"G-Gimana bisa ini gak senonoh? Ini adalah sebuah ritual untuk menjadi kuat....!"


Claire menanggapi.


"T-Tapi Kamito adalah Ren Ashbell-sama idolaku, uh...."


Ellis menatap Kamito dan malu-malu menghindari kontak mata lagi.


...Aku paham. Jadi dia masih belum sepenuhnya menerima fakta bahwa identitas sejati dari Ren Ashbell adalah Kamito.


"Gak apa-apa, Ellis. Sini sama aku♪"


"Y-Yang Mulia... Hwah!?"


Menarik tangan Ellis yang takut-takut, Fianna menarik dia ke depan Kamito.


"E-Ellis..."


Payudara besar milik Ellis yang terbungkus BH pink, memantul tepat didepan mata Kamito.


Biasanya begitu gagah dan bermartabat, Ellis sekarang menatap dia dengan mata lembab penuh ketidakpastian.


Kamito langsung merasa jantungnya semakin menggila.


Lalu, divine power kegelapan keluar, melewati Claire dan para cewek seperti aliran listrik.


"Ah♪"
"Mm♪"
"Hyah♪"


Ketiga cewek itu mendesah dan terbaring.


"Ellis, cepat.... Ambil divine power milik Kamito-kun–"


"A-Aku tau!"


Ellis menarik nafas.


"I-Ini bukan tindakan gak senonoh...."


Dia mencium Kamito dengan lembut.


"...!?"


Dua pasang bibir saling melekat. Kamito bahkan bisa merasakan sensasi lembab dari ujung lidah Ellis. Menempel pada dia, tubuh Ellis gemetar karena malu, mengirim gelombang sensasi lembut dari payudaranya melalui BHnya.


"...Hauu... Bersentuhan, dadaku... Sakit..."


Sambil bernafas, Ellis cuma bisa mengerang.


Throb—


"K-Kamito, a-aku juga mau..."


Dengan mata dipenuhi kemanjaan, Claire meminta ciuman dari Kamito.


"Claire..."


Throb, throb, throb—


Saat jantungnya mulai berdetak semakin dan semakin cepat, divine power kegelapan milik Kamito perlahan menyelimuti seluruh tubuhnya.


....Kesadarannya mulai kabur.

STnBD V20 BW02.jpg

"...S-Sial... Kurasa aku mulai bertindak aneh..."


"Kamito-kun, aku mau ciuman juga."


"A-Aku juga...."


Dengan penampilan menginginkan pada wajah mereka, keempat cewek itu bergantian meminta ciuman dengan Kamito.


Throb, throb, throb, throb, throb—


(....I-Ini buruk–)


Pikiran Kamito nampaknya ada yang rusak–


Ingatannya berakhir disana.

Bagian 4[edit]

(....Hangat sekali.)


Itu hampir terasa seperti kehangatan penuh nostalgia didalam kastil Elstein.


Dalam kesadarannya yang kabur, itulah yang dia pikirkan.


Suhu api yang telah dia lupakan sejak lama.


Sejak empat tahun lalu ketika dia dilahirkan kembali sebagai seorang pendendam dari neraka, satu-satunya api yang dia rasakan adalah kemarahan dan kebencian dikedalaman hatinya.


(....Apa aku... mati...?)


Itu adalah kemungkinan pertama yang muncul dalam benaknya.


...Jika demikian, apa tempat ini neraka?


Jiwa-jiwa orang mati akan kembali ke Astral Zero, kembali menjadi divine power untuk membesarkan para roh, dan akhirnya bereinkarnasi sebagai roh. Dimasa lalu, itulah yang diajarkan Divine Ritual Institute pada dia, tapi–


(–Aku nggak layak, mungkin.)


Mengejek dirinya sendiri dalam benaknya, dia membuka matanya yang seperti rubi.


Sebuah api berkedip-kedip memasuki pandangannya.


Tidak, itu bukan api. Rambut panjang semerah api.


Warna merah itu bahkan lebih kuat daripada warna rambut adiknya, seperti kobaran api.


Yang menatap dia tampak seperti mau menangis adalah seorang cewek muda bertanduk melengkung.


"Penguasa... Api... Volcanicus...."


Rubia membuka mulutnya dan membisikkan nama itu.


Sang Penguasa Api membelalakkan matanya, menghela lega.


Rubia perlahan duduk, lalu merasakan rasa sakit yang tajam disetiap sendi di tubuhnya. Ini adalah hasil dari menggunakan terlalu banyak kekuatan dalam pertarungannya melawan roh Millennia Sanctus, penggunaan yang berlebihan dari segel persenjataan terkutuk.


"–K-Kau jangan bangun dulu!"


Sang Penguasa Api segera menghentikan dia. Mengabaikan nasihat tersebut, Rubia bertanya:


"Dimana ini?"


Dia mengamati sekeliling.


Itu kelihatan seperti hutan yang lebat, serta langit dan matahari.


"Ini adalah Hutan Roh. Apa kau masih ingat saat Ragna Ys terbelah?"


"....Ya, aku... ingat."


Didalam lautan api, Rubia telah membebaskan cewek yang ada didepannya–sang Elemental Lord Api.


Pada saat itu, kilatan cahaya putih menghancurkan tanah Ragna Ys.


Sudah terluka parah, dia dipeluk Penguasa Api, dan kemudian mereka jatuh kebawah bersama-sama.


"Aku minta maaf. Hanya sebatas ini yang bisa kulakukan karena aku tak memiliki kekuatan penyembuhan."


Penghalang kobaran api mengelilingi mereka.


Gelombang panas dari dinding itu nampaknya memiliki efek memulihkan divine power secara perlahan.


Volcanicus dalam diam berdiri dengan punggung menghadap Rubia.


Seperti kobaran api, rambutnya sedikit bergoyang.


"–Kau mau kemana?"


Tanya Rubia pada punggung mungil itu.


"–Aku harus menghentikannya."


Tatapannya diarahkan pada pilar-pilar cahaya yang menembus langit di kejauhan.


"Apa kau akan pergi sendirian?"


"Ya."


"Bukankah kau tertahan oleh perjanjian Holy Lord?"


"...!"


Volcanicus berhenti berjalan.


Rubia nggak sepenuhnya tau.


Namun, dia mendapati itu aneh bahwa avatar Elemental Lord Api yang agung bisa digunakan oleh Millennia Sanctus sebagai sebuah elemental waffe.


"–memang, aku tak bisa mengalahkan Holy Lord, karena aku tertahan oleh perjanjian kuno. Meski demikian, harusnya aku bisa membakar Gerbang itu."


"Pendekatan yang bodoh. Kau hanya akan bermain di tangan Holy Lord jika kau pergi sendirian."


"...!"


Pundak Volcanicus bergetar.


Sebagai tanggapan, Rubia dalam diam memegang tangannya.


"...?"


"Buatlah kontrak denganku lagi, Volcanicus."


"Apa kau bilang?"


Dengan penampilan terkejut, Volcanicus melihat kebelakang.


"Ketahuilah bahwa aku adalah Ratumu."


Segel roh yang ada dipunggung tangannya agak memanas.


–Gak peduli berapa kali dia ingin menghapusnya, ikatan kontraknya tetap mustahil dihilangkan.


"A...Aku menghancurkan kampung halamanmu."


"......"


"Rubia, kau masih membenciku, kan?"


"....Mungkin, itu mungkin benar."


Rubia berbicara dengan menempatkan tangannya pada dadanya sendiri.


"Dirasuki oleh Kegelapan itu, kau telah ternoda. Itulah kebenarannya."

STnBD V20 BW03.jpg

"..."


"Oleh karena itu, tebuslah dosamu. Kau dan aku, bersama, dengan tangan kita–"


Rubia mempererat pegangannya dan berkata.


"–Pinjami aku kekuatanmu, Volcanicus!"

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 4 - Berkumpul[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah Kamito dan para cewek memasuki Kuil Elemental Air, kira-kira satu jam telah berlalu.


Setelah melakukan ritual Kagura Kegelapan, para nona muda dan Kamito tertidur di ranjang yang sama. Ini adalah kesempatan terakhir untuk beristirahat sebelum pertempuran akhir di Ibukota Suci.


Kamito duduk dengan hati-hati untuk menghindari mengganggu para cewek.


Sekali lagi, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan divine power kegelapan yang telah habis pada satu titik saat ritual Kagura Kegelapan. Ternyata betul, divine power Elemental Lord Kegelapan pada dasarnya gak bisa habis.


Memalingkan matanya dari para cewek yang mengenakan daleman, Kamito memakai pakaian.


"....Mm, Kamito, kau memang bejat...."


Lalu, Claire balik badan di kasur.


"J-Jangan... terus bermain dengan payudara, ampun deh..."


....Kayaknya dia ngelindur. Apa-apaan yang dia lihat didalam mimpinya?


(Aku sudah melakukan hal gila semacam itu pada mereka...)


Dia merasa punggungnya bercucuran keringat dingin.


Nyatanya, Kamito kehilangan kesadarannya dipertengahan ritual. Ingatannya masih kabur.


Namun, sensasi dari kulit lembut masih terasa di ujung jarinya. Dan juga, badannya dipenuhi dengan tanda cipokan.


"–to, hei, Kamito."


"...!"


Mendengar suara memanggil dia dari belakang, Kamito menoleh kebelakang.


Orang yang memanggil dia adalah Restia dengan sayap hitamnya direntangkan, mendarat pelan di kasur.


"R-Restia!?"


"Shush, kau bisa membangunkan mereka."


Melihat Kamito berteriak, Restia menempatkan jari telunjuknya pada bibir Kamito dan berbicara pelan.


Menatap Kamito, dia kelihatan agak gak senang.


"Seperti yang diduga dari sang Raja Iblis Malam Hari. Aku gak bisa percaya kau meladeni semuanya disaat yang bersamaan."


"...! Ritualnya mengharuskan itu, untuk berbagi divine power dengan mereka...."


"Ya, itu perlukan oleh ritualnya, tapi kurasa kau sudah agak kelewatan saat kau melakukannya pada mereka sampai kehilangan kesadaran."


"Kehilangan kesadaran... Aku melakukannya?"


Kamito menatap para cewek yang tertidur di kasur.


STnBD V20 BW04.jpg


"Memang, kau nggak ingat. Astaga, saat diakhir, aku bingung apakah harus menghentikanmu."


"...Uh, apa yang kulakukan?"


"G-Gak usah dipikirin kalau kau gak ingat. Ya ampun."


Restia tersipu dan berpaling.


"Kamito adalah Raja Iblis Malam Hari Yang Keterlaluan."


Lalu, Est berbicara dari wujud pedangnya yang bersandar pada dinding.


"Raja Iblis Malam Hari Yang Keterlaluan!? A-Apa yang sebenarnya terjadi!?"


"..."


"Est?"


"Kayaknya itu teramat sangat mengejutkan buat Nona Roh Pedang."


Astaga, Restia mengangkat bahu tak berdaya.


...Tepatnya seberapa jauh yang dia lakukan? Kamito semakin penasaran.


"Ngomong-ngomong, sudah waktunya membangunkan Nona Kucing Neraka dan yang lainnya."


Restia mencubit pipi Claire yang tertidur.


"...Uwah... Kamito... Jangan, ah..."


"Jangan, mereka lelah, biarkan mereka istirahat sedikit lagi–"


"Aku sih maunya begitu, tapi itu gak mungkin."


Tepat setelah dia berbicara, riak muncul di air yang ada di lantai. Retakan muncul di cermin besar Kuil Elemental Air.


"....A-Apa!?"


"Apa yang terjadi?"


Dengan ini para cewek yang tidur terbangun karena kaget.


Restia menatap langit-langit dan berkata:


"Musuh telah menemukan kita."

Bagian 2[edit]

Berpindah kembali dari Kuil Elemental Air, Kamito dan rekan-rekannya kembali ke aula dimana mereka terakhir berkumpul.


Keempat Ratu sudah duduk di meja.


"Sepertinya ritual Kagura Kegelapan berhasil."


"Y-Ya...."


Mendengar komentar Iseria, Claire dan para cewek tersipu.


Namun, mereka segera mendapatkan kembali ketenangan.


"Ngomong-ngomong, bagaimana situasinya?"


"Hmm, hanya ada sedikit ruang untuk optimis."


Berkata begitu, Iseria melambaikan tangannya pada bola air di meja.


Melihat gambaran dunia yang ditampilkan pada permukaan bola tersebut, Claire terkesiap.


"Kita terkepung...."


Menunggangi Pegasi, roh militer terbang generasi kedua, para ksatria mengelilingi tubuh besar paus putih yang berenang di udara seolah itu adalah lautan.


Armor putih perak yang berkilauan, dipasangkan dengan jubah merah, merupakan simbol dari Sacred Spirit Knight, pasukan elit dari Kerajaan Suci.


"Dire Whale tak cukup untuk menahan mereka sendirian." kata Iseria.


"Tidak bisakah kita kabur?"


"Itu akan sangat sulit."


Saran Claire untuk mundur dibantah dengan gelengan kepala Ellis.


"Pasukan utama Kerajaan Suci yang terdiri dari para roh militer terbang jauh melampaui kecepatan dari kapal terbang Kekaisaran. Sekalinya terkejar, kecepatan terbang roh ini nggak akan bisa menjauhkan mereka."


Bagaimanapun juga, Ellis lahir dari sebuah keluarga dengan tradisi militer yang panjang dan sangat akrab dengan segala macam pengetahuan militer dari semua negara di benua. Kalau dia bilang begitu, maka mustahil bisa kabur.


Delapan ksatria roh dengan koordinasi yang baik mengepung di udara, perlahan mendekati paus putih itu, melemparkan tombak suci elemental waffe mereka seperti tombak nelayan.


Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhn!


Paus putih raksasa itu meraung kesakitan, meronta-ronta.


"Ini mengerikan. Aku merasa kasihan sekali pada Tuan Paus!"


Rinslet berkata penuh kemarahan.


"Tidak bisakah kita menyerang balik?"


Melihat itu, Claire menanyai Iseria.


"Seperti yang bisa kau lihat, Dire Whale adalah seekor roh dengan kepribadian lembut."


"...! Pada tingkat ini, kita hanya menunggu ditembak jatuh. Aku akan menyerang balik."


Ellis mengambil tombak elemental waffe miliknya dan bersiap pergi.


"Tunggu, pergi sendirian sangatlah berbahaya!"


Fianna buru-buru memegang tangannya untuk menghentikan dia.


"Tapi hanya aku yang bisa menggunakan sihir terbang.... Kyah!"


Lantai aula miring.


Serangan para Sacred Spirit Knight telah merobrek sirip paus putij itu.


"Hati-hati—"


Ellis berteriak dan tersandung, Kamito bergegas menangkap dia.


"Oh, Kamito..."


"....! Ini buruk, sepertinya kita akan jatuh!"


"–Sebuah krisis dari pertempuran...."


Keempat Ratu saling berpelukan, gemetaran.


Lalu...


Boom, boom, boom, boom, boom, boom!


Serangkaian ledakan bisa terdengar.


"Apa!?"


"...A-Apa itu tembakan meriam?"


Claire menatap bola air tersebut.


Serangan tembakan itu nampaknya diarahkan pada para Sacred Spirit Knight bukannya Dire Whale. Sejumlah ksatria roh yang menunggangi Pegasi terkena ledakan dan jatuh ke tanah.


"....Sungguh tembakan yang akurat. Kira-kira siapa itu–"


Jawabannya segera muncul.


Sebuah kapal militer besar melewati awan-awan putih, berlayar di langit.


Pada sisi kapal militer itu terdapat meriam yang sangat banyak.


Siluet dari kapal itu, semuanya tertutupi armor baja dengan pelantak tajam–


"— Revenant!"


"Kenapa Revenant ada disini?"


Kamito bergumam terkejut.


Sebagai simbol dari Ordesia Sah, kapal itu seharusnya berada di ibukota kekaisaran.


"–Bocah, bisakah kau... mendengarku....?"


"...!?"


Tiba-tiba, bola air itu menampilkan gambar baru, wajah yang sangat akrab bagi Kamito.


"Greyworth!?"


"K-Kepala sekolah!?"


Wajah si Penyihir saat ini, bukan lagi wajah di masa keemasannya.


"Muir juga ada disini! Bisakah kau melihatnya, Onii-sama?"


Kuncir dua milik adik angkatnya bergoyang-goyang penuh energi di sudut gambar tersebut.


"Dan Muir.... kenapa kalian ada disini!?"


"–Akan kami jelaskan nanti. Sekarang evakuasilah ke kapal terlebih dahulu."


"Ngomong sih enak...."


Revenant berada tepat dibawah Dire Whale.


(...Jangan bilang dia mau kami melompat ke dek?)


Bukannya dia nggak bisa melakukannya, tapi itu akan sangat sulit melakukannya sambil melindungi keempat Ratu disaat yang bersamaan.


Jika mereka diserang musuh saat melompat, berakhirlah semuanya.


"–Aku akan membuka sebuah Gerbang. Sabarlah."


Berkata begitu, Greyworth mulai merapal sihir roh void, keahliannya.


Lalu, bayangan hitam muncul dibawah Kamito dan rekan-rekannya.


"–Gerbangnya nggak akan bertahan lama. Cepatlah."


Aula didalam Dire Whale berguncang lagi.


Kamito dan rekan-rekannya saling bertukar tatap kemudian segera melompat kedalam bayangan itu.

Bagian 3[edit]

Setelah merasakan perasaan pusing karena mengapung....


Kamito perlahan membuka matanya, dan mendapati dirinya berdiri di lantai kokoh.


Itu adalah dek dari kapal terbang yang familiar, Revenant.


Tembakan meriam terus bergemuruh, mengguncang gendang telinga.


Dia melihat sekeliling dan menyadari bahwa Claire dan yang lainnya yang melompat kedalam bayangan sebelum dia, jatuh di lantai.


Mereka mungkin terlalu terburu-buru dan gagal mendarat.


"Hmm, nyaris saja–"


"Greyworth..."


Kamito menoleh kebelakang dan melihat Greyworth berdiri mengenakan setelan sambil melipat tangannya.


"–Sepertinya para Ratu aman. Aku senang kami sampai tepat waktu."


Berkata demikian, dia mengarahkan tatapannya pada para Ratu yang terduduk di lantai.


"Dame Greyworth, saya tak pernah menyangka bertemu dengan anda disini–"


Dihadapkan dengan sang Penyihir Senja legendaris, Reicha dan yang lainnya bersikap sangat sopan.


"Jelasin padaku, mbah peot. Kenapa Revenant ada disini?"


"Karena kami menerima laporan kalau kau pergi ke Astral Zero. Gak kusangka kau akan mencoba menyerang Ibukota Suci–"


"....Jadi gitu. Kayaknya kita selamat. Makasih."


Mendengar ucapan terimakasih dari Kamito, Greyworth mendengus dan berpaling.


"Eksterior kapal ini berbeda dari Revenant yang sebelumnya."


Berdiri, Claire menanyakan sebuah pertanyaan.


Memang, Kamito ingat betul kalau kapal ini nggak dilengkapi dengan persenjataan sekuat ini.


"Ya, kapal ini saat ini bergabung dengan Benteng milik Velsaria Eva."


Sebagai tanggapan, Greyworth menjawab acuh tak acuh.


"Kau bisa melakukan itu!?"


"Itu adalah teknologi yang pertama kali dikembangkan saat Perang Ranbal. Vivian Melosa sepertinya mencuri hasil penelitian setelah perang milik Murder."


"Jadi persenjataan kapal ini pada dasarnya adalah elemental waffe milik kakak?"


Ellis tampak tercengang.


"Daripada persenjataan, lebih tepat dikatakan kalau seluruh kapal ini berada dibawah kendali Velsaria Eva. Dia telah terhubung dengan kristal roh reaktor penggerak, dengan begitu mengendalikan Revenant."


".....Jadi begitu."


Lalu–


"Onii-sama~~~~~~!"


Sebuah suara menggemaskan terdengar saat seorang gadis kecil berlari ke dek.


Itu adalah adik angkat Kamito, Muir Alenstarl.


Tanpa memperlambat kecepatannya, dia melompat ke dada Kamito, menggosokkan wajahnya pada dia.


"Ampun deh, Onii-sama, beraninya kau meninggalkan Muir dan kabur!"


"Maaf membuatmu kuatir, Muir."


Kamito tersenyum masam dan mengelus rambut abu-abu adik angkatnya.


"Hwa, Onii-sama..."


Menempel pada dada Kamito, Muir terus menggosokkan kepalanya pada dia. Lalu....


"Hmph... Onii-sama, ada bau cewek lain padamu."


"......!?"


Dengan mata menatap lurus pada dia, Kamito dengan panik menghindari kontak mata.


Disaat yang hampir bersamaan....


"Oh tidak, lihat Tuan Paus!"


Rinslet menunjuk ke langit dan meratap.


Puluhan Sacred Spirit Knight telah mengelilingi paus putih itu, yang mana perlahan jatuh ke hutan Astral Zero disertai banyak titik cahaya yang berhamburan.


Meskipun sirip raksasa itu berjuang mendayung, nampaknya roh itu gak lagi memiliki kekuatan untuk naik ke langit.


"Apa ada cara untuk menolong Tuan Paus?"


"Tidak perlu khawatir. Dire Whale adalah seekor roh kuno yang kuat. Meskipun dia mungkin kehilangan kekuatan dan tak mampu mewujudkan diri dalam waktu singkat, dia tak akan lenyap secara permanen."


Melihat Rinslet hendak menangis, Iseria menghibur dia.


"Bocah, siapa si cebol ini?"


Greyworth mengangkat alisnya, bertanya terkejut.


"C-Cebol!?"


"Um, anak ini adalah avatar dari Elemental Lord Air agung, lho?"


"...A-Apa kau bilang?"


Bahkan Greyworth terkesiap kaget, membelalakkan matanya.


"Mengingat situasinya gawat darurat, aku akan mengabaikan kekurangajaran ini untuk sekarang ini."


"–Lihat, musuh datang."


Berkata begitu, Claire menunjuk keatas.


Mungkin menyadari bahwa Kamito dan kelompoknya telah berpindah, para Sacred Spirit Knight sekarang mengincar mereka lagi.


"Kalau begitu, aku akan menangani ini!"


Tiba-tiba, sebuah bayangan besar turun dari atas disertai kata-kata itu.


"Leonora!"


Kamito menengadah, dan melihat Leonora muncul dari balik awan, menunggangi seekor naga terbang.


Angin menghembuskan roknya, menampilkan pandangan dari pantatnya yang tak tertutupi apa-apa.


"......!?"


Kamito buru-buru memalingkan tatapannya.


Leonora menatap Kamito dari atas dan tersenyum.


"Kamito, kekuatanmu kayaknya telah meningkat lagi."


....Mengesankan seperti biasanya. Dia segera mengetahuinya.


"Aku betul-betul ingin bertarung denganmu."


"Kapanpun kau mau, setelah kita selamat dari ini."


"Ya. Aku tau."


Leonora menjawab senang dan menghilang kedalam awan lagi.


"Serahkan bagian depan pada Leonora. Kita akan menerobos dari depan dan masuk ke Ibulota Suci."


"Ya, dimengerti."


"Bisakah putri dan para Ratu membuat sebuah penghalang?"


"Baiklah."


Mendengar instruksi greyworth, Fianna dan Reicha mengangguk.


"Ellis dan aku akan menerobos dari depan."


"Aku akan melindungi kalian. Gak akan kubiarkan satupun musuh yang lolos."


"Muir juga ikut."


"Tidak, kau adalah kartu as untuk mengurus yang besar."


"Eh—"


Ditahan oleh Greyworth, Muir cemberut gak senang.


"Ellis, bisakah Simorgh milikmu membawa tiga orang?"


"Bisa saja, tapi membawa tiga orang akan mempengaruhi kecepatan terbang."


"Jadi begitu, aku berpikir aku bisa bergabung juga–"


Claire mengangkat bahu kecewa.


Flametongue milik Claire adalah sebuah elemental waffe untuk untuk pertarungan jarak menengah dan karena itulah nggak cocok memberi dukungan dari belakang. Nggak seperti panas es milik Rinslet, sihir roh api keahliannya adalah serangan dengan jangkauan luas dan sulit menargetkan kawan dan lawan secara terpisah, oleh karena itu nggak cocok untuk pertempuran yang kacau.


STnBD V20 BW05.jpg


Meskipun dia punya kristal roh untuk melayang, pertempuran udara akan sangat sulit.


"Master."


–Lalu, sebuah siluet api muncul dibelakang Claire.


"Scarlet... Ortlinde!?"


Claire berteriak terkejut dan berpaling ke belakang.


Berdiri dibelakang dia adalah roh senjata dengan wujud seorang cewek muda, dengan api disekujur tubuhnya.


Ini adalah identitas sejati dari si kucing neraka, Ortlinde Scarlet Valkyrie.


"S-Scarlet, apa yang terjadi? Jelas-jelas aku nggak melepaskan nama sejatimu....!"


"Melalui ritual sebelumnya, divine power milikmu kekuatannya telah meningkat pesat, Master. Oleh karena itu, aku bisa mewujudkan diri dengan wujud ini atas kehendakku sendiri."


Ortlinde meluruskan ekor apinya dan berbicara.


"....A-Aku paham."


Claire menatap tangannya sendiri. Awalnya, melepaskan nama sejati Scarlet membutuhkan menghabiskan divine power dalam jumlah yang sangat banyak meski untuk seorang elementalis sekaliber Claire–


(....Apa aku melepaskan nama sejatinya secara tak sadar?)


Sudah jelas, efek dari ritual kuno Kagura Kegelapan betul-betul sesuai dengan reputasinya.


Atau mungkin, kekuatan yang diwarisi Kamito dari Elemental Lord Kegelapan lah yang terlalu kuat?


"Pada tingkat kekuatanmu saat ini, Master, kau harusnya bisa menggunakan pelepasan kedua elemental waffe."


"Pelepasan kedua!?"


"Mungkinkah dengan itu bisa membuat dia terbang?"


"–Ya, aku akan berubah menjadi elemental waffe yang digambarkan pikiran Master."


Elemental waffe merupakan senjata yang terwujud dari wujud jiwa para elementalis. Meskipun senjata itu tidak identik dengan apa yang seseorang bayangkan, bentuknya tidak jauh berbeda.


"D-Dimengerti. Biar kucoba."


Claire menarik nafas dan menghadap Ortlinde dengan penampilan gugup.


Itu seperti menatap sebuah cermin. Dua cewek berambut merah panjang saling berpegangan tangan.


–O penjaga api merah, penjaga tungku yang tak pernah tidur!
–Berubahlah menjadi bentuk ideal sesuai kontrak darah!


Seketika, Ortlinde berubah menjadi api dan menyelimuti sekujur tubuh Claire.


"C-Claire!?"


Rinslet jadi kuatir.


Api yang mengelilingi Claire berkobar–


"...!?"


semua orang yang ada tercengang.


Claire muncul, berbalut armor merah menyala.


Seperti sebuah avatar dari api, penampilan itu seperti seorang valkyrie–


"Elemental waffe, pelepasan kedua—Einherjar!"


Kobaran api keluar dari punggung armor tersebut seperti sepasang sayap yang terbuka.


"Kau telah mendapatkan kekuatan terbang, Master."


"Luar biasa, Scarlet!"


"Tidak, ini adalah bakatmu, Master, mengeluarkan kekuatanku sebagai roh senjata."


Claire menghentak lantai dan tubuhnya mulai melayang.


"Apa kau bisa membiasakan diri dengan itu?"


"Aku akan terbiasa melalui pertempuran."


Mendengar pertanyaan Kamito, Claire mengangguk.


"Aku nggak boleh kalah–Simorgh!"


Ellis memanggil roh iblis angin.


Kweeeeeeeeeeeeeeeee!


Dengan berkumpulnya partikel cahaya, seekor burung sakral besar terwujud.


".....! Terlihat lebih mengesankan daripada yang biasanya!"


"Bulu-bulunya memancarkan cahaya berwarna-warni!"


"Ada sebuah mahkota dikepalanya."


Claire, Rinslet, dan Fianna membelalakkan mata mereka karena takjub.


Simorgh yang dipanggil memancarkan cahaya divine power, menampilkan sebuah penampilan yang megah dari seekor burung sakral.


Biasanya memiliki wajah menakutkan dari seekor burung pemangsa, wajahnya sekarang tampak megah dan anggun, mungkinkah itu efek psikologis?


"Simorgh, jadi ini wujud aslimu–"


Ellis membelai bulunya. Simorgh memekik gembira.


"Onii-sama, gimana bisa mereka jadi lebih kuat?"


Muir menatap penuh kecurigaan pada Kamito.


"...! U-Umm...!"


Mendengar itu, Kamito langsung panik. Para cewek juga menghindari kontak mata.


"—Rinslet, ijinkan aku meminjamkan beberapa kekuatan padamu juga."


Lalu, Iseria Seaward memegang tangan Rinslet.


"Iseria-sama?"


"Jangan bergerak, akan segera berakhir."


Iseria memejamkan matanya dan dengan lembut mencium punggung tangan kiri Rinslet.


"I-Iseria-sama, bukankah ini sebuah kontrak roh!?"


Rinslet membelalakkan matanya karena terkejut.


Sebagai tanggapan, sang Elemental Lord Air tersenyum–


Lalu, dia menghilang menjadi partikel cahaya.


"...I-Iseria-sama?"


"Aku disini, Rinslet"


"...!?"


Seketika, segel mawar es ditangan kiri Rinslet bersinar biru.


"Aku akan tetap disini karena jika aku di dek aku hanyalah beban. Dengan keadaan ini, kekuatan Fenrir harusnya meningkat pesat juga."


"Seorang Elemental Lord secara pribadi datang ke segel ini, ini merupakan sebuah kehormatan yang sangat besar...."


Mendengar penjelasan Iseria, Rinslet tampak agak kebingungan.


"Sudah nggak ada waktu. Ayo pergi ke kuil Elemental Lord!"


"Ya, kau benar–"


Para Sacred Spirit Knight telah membentuk formasi dan terus mendekat dari depan.


Kamito mengumpulkan divine power pada segel roh miliknya yang ada di kedua tangannya.


Roh pedang ultimate dan roh kegelapan. Kedua segel itu bersinar.


"–Ini adalah pertempuran akhir."

Bagian 4[edit]

"—Target terkunci, sebelah sana."


Di sisi bukit dari Ragna Ys yang hancur–


Agen khusus dari Sacred Spirit Knight, Ayla Cedar, menunjuk ke awan di kajauhan.


Dia adalah seorang ahli dalam pelacakan dan pencarian. Menggunakan jejak dari divine power yang ditinggalkan oleh para elementalis, dia bisa mengunci posisi target.


"–Aku paham."


Mendengar laporan bawahannya, Luminaris Saint Leisched mengangguk dan menghunus pedang suci Murgleis dari pinggangnya.


Pedang itu memancarkan sinar misterius.


Ren Ashbell berada di langit sana.


"Luminaris-sama, kami juga...."


"Tidak–"


Menghentikan bawahannya yang ingin mendampingi dia, Luminaris menggeleng.


"Ini adalah keputusanku yang egois. Aku akan pergi sendirian."


Dia berbalik, rambut pirangnya yang indah melambai tertiup angin.


Dimatanya terpancar jelas tekad yang kuat.


Paladin Luminaris—salah satu ksatria roh kuat yang terkenal dari Kerajaan Suci.


Sejak kecil, dia dididik sebagai seorang ksatria suci, untuk melayani negara asalnya.


Meskipun Holy Lord ingin menghancurkan dunia, bahkan setelah dibuang oleh negaranya setelah gagal dalam misinya, dia masih setia pada Kerajaan Suci. Akan tetapi, saat Blade Dance, dia menerima misi untuk menangkap roh kegelapan.


Oleh karena itu, keinginan dia untuk bertanding ulang tak bisa diwujudkan.


(...Karena dunia sudah hampir berakhir, pada akhrinya, aku ingin menyelesaikan semuanya dengan pria itu.)


Bukan untuk kehormatan keluarganya atau untuk harga diri seorang ksatria, ataupun untuk negaranya.


Murni keinginannya sendiri, dia ingin tarian pedang melawan Ren Ashbell, sang Penari Pedang Terkuat.


Luminaris menatap Gerbang raksasa yang menembus langit.


"Aku gagal membuatmu terkesan saat turnamen Blade Dance, tapi–"


Dengan dua tangan, dia mengangkat pedang panjang yang bersinar dengan cahaya perak itu tinggi-tinggi.


"O para Elemental Lord, sekarang aku akan mempersembahkan tarian pedang terbaikku."

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 5 - Pertempuran Udara Yang Kacau[edit]

Bagian 1[edit]

Kehhhhhhhhhhhhhhh!


Membawa Kamito dan Ellis, roh iblis angin meraung keras.


Suara menggelegar tersebut berubah menjadi bilah supersonik, menebas roh-roh militer milik Kerajaan Suci.


Terbang diudara seraya menghamburkan partikel cahaya, sosok gagah Simorgh terlihat seperti seekor roh kelas-legendaris.


"Jadi ini kekuatan sejati Simorgh!?"


Duduk di punggung roh burung sakral raksasa itu, Kamito berseru.


Dia tau Ray Hawk milik Ellis merupakan sebuah elemental waffe yang kuat, tapi dia nggak pernah membayangkan wujud rohnya bisa menampilkan kekuatan semacam ini juga–


"Simorgh, kayaknya kau akhirnya bisa mengeluarkan kekuatan sejatimu."


Seraya rambut birunya diterpa angin, Ellis membelai leher Simorgh yang kuat dan kokoh.


Simorgh dengan gembira memekik dan melesat lebih cepat dengan kepakan sayapnya.


Tentunya, peningkatan kekuatan yang drastis dari roh terkontrak tak lepas dari bakat milik Ellis sendiri.


Ellis memancarkan divine power yang mencengangkan dari seluruh tubuhnya.


"Ellis, ayo maju."


"Ya, dimengerti!"


"T-Tunggu! Hwahhhhhh!"


"....?"


"Ada apa?"


Mendengar jeritan dari belakang, Kamito dan Ellis menoleh ke belakang bersamaan.


"....Apaan sih yang dia lakukan?"


Ellis bergumam bingung.


Mengenakan armor merah, Einherjar, Claire berputar-putar gak beraturan disekitar Revenant, meninggalkan jejak api dibelakangnya.


"Kayaknya dia belum terbiasa menggunakan pelepasan kedua dari elemental waffe miliknya."


"...Kayaknya gitu. Gimanapun juga, terbang di udara memang susah bagi seseorang yang nggak memiliki afinitas elemen angin."


Ellis mengangguk.


"Oh yah, dia pasti akan segera terbiasa. Gimanapun juga dia itu jenius."


"Ya, itu betul."


Kamito memutuskan untuk mengabaikan Claire yang lepas kendali untuk sekarang ini.


Bagaimanapun juga, dengan adanya Leonora, mereka pasti baik-baik saja.


"–Ayo maju, Kamito. Pegangan yang erat."


Menghadap ke depan, Ellis berbicara dengan tegas.


Pasukan elit dari Sacred Spirit Knight, didalam formasi di depan Ibukota Suci, memulai serangan.


Para ksatria roh itu memakai armor putih-perak berkilauan.


Mereka menunggangi kuda militer bersayap–Pegasus, roh militer untuk pertempuran udara.


Ini merupakan roh militer generasi kedua yang juga digunakan oleh Ksatria Udara dari Kekaisaran Ordesia.


Meskipun kuda-kuda militer itu tidak setangguh roh-roh naga, kecepatan mereka membuatnya susah untuk ditangani.


Namun, gak ada keraguan di mata Ellis saat dia mengendalikan Simorgh.


Gimanapun juga, dia saat ini sedang menunggangi roh angin tercepat di Astal Zero.


"—Wahai burung iblis legendaris yang melahap angin, burulah musuhku!"


Sebuah pusaran angin muncul. Disertai Ellis menuangkan divine power pada burung itu, Simorgh mengepakkan sayapnya dan melesat dengan cepat, menyerbu kearah kerumunan Sacred Spirit Knight.


Disaat mereka bersilangan, cakar tajam milik Simorgh merobek sayap kuda-kuda bersayap itu.


Formasi Sacred Spirit Knight rusak. Meskipun kaptennya mengeluarkan perintah untuk menyerang, Simorgh sudah menghilang dari pandangan.


"–Diatas!"


Seorang Sacred Knight berteriak.


Kehhhhhhhhhhhhhh!


Layaknya sebuah pedang angin, Simorgh menembus awan dan menyerang para ksatria lagi.


"E-Ellis!?"


"Kamito, jangan sampai jatuh!"


Memegang tangan Kamito, Ellis menarik dia agar membungkuk kedepan dengan posisi lebih rendah.


Rambut birunya, yang tampak melebur dengan langit, berkibar liar diterpa angin.


Para Sacred Knight menyiapkan tombak elemental waffe mereka untuk menghadang serbuan tersebut.


Menggunakan formasi tombak, mereka merapal sihir roh.


Ini merupakan perapalan serentak dari mantra suci tingkat tinggi–Last Judgement.


(...! Mantra gabungan adalah keahlian khusus dari Sacred Spirit Knight.)


Kamito segera memberitahu Ellis dengan menarik lengannya.


"Ellis, menghindar!"


"...!"


Disaat yang bersamaan, para ksatria suci mengangkat tombak mereka untuk melepaskan cahaya yang menyilaukan, menembakkan pedang cahaya yang tak terhitung jumlahnya.


Simorgh langsung berbelok tajam.


Dihadapkan dengan hujan pedang cahaya, Simorgh berkelok-kelok untuk menghindar.


Kilatan cahaya melewati sayapnya, menyebabkan bulu-bulu putih berhamburan di udara.


"–! Gelombang kedua datang."


Ellis berkata sambil melihat kebawah.


"Serahkan padaku–"


Dengan satu tangan berpegangan pada pinggang Ellis, Kamito menggunakan tangannya yang satunya untuk menghunus Vorpal Sword.


Dari bilah hitam legam yang tak memantulkan cahaya, Kamito menuangkan divine power kegelapan untuk menghasilkan cahaya redup.


"Ayo, Restia–"


Menanggapi suara Kamito, bilah itu memancarkan petir hitam yang ganas.


"Wahai petir iblis pemusnah, tembuslah musuhku–Vorpal Blast!"


Dengan kilatan cahaya hitam, petir hitam melesat di udara, menyambar para Sacred Spirit Knight yang mengangkat tombak mereka.


Sebuah serangan langsung dari petir hitam menyebabkan beberapa roh Pegasus lenyap menjadi partikel cahaya, meninggalkan penunggang mereka jatuh. Kehilangan kendali, aktivasi dari Last Judgement gagal.


"Ellis, ayo serang lagi sebelum mereka membentuk ulang formasi mereka!"


"Ya–"


Disaat Ellis mengangguk....


(....!?)


Sesosok bayangan tiba-tiba turun dari atas. Kamito menengadah.


"–Ketemu kau!"


Yang muncul dari celah-celah awan adalah seorang paladin memegang sebuah pedang suci putih-perak.


Bukannya seekor Pegasus, dia menunggangi seekor Griffin, roh militer terbang dari era yang lebih tua.


"....Kau Luminaris!?"


"–Lawan aku, Ren Ashbell!"


Menunggangi Griffin miliknya, Paladin Luminaris menyerbu dari atas kebawah kearah Kamito.

Bagian 2[edit]

"T-Tunggu, Scarlet, aku nggak bisa terbang!"


"Tenang, Master... Meow!"


Berkelok-kelok melewati proyektil yang ditembakkan oleh Revenant, Claire terbang gak karu-karuan.


Kobaran api ganas terpancar membentuk sayap.


Kobaran api itu meninggalkan jejak diudara. Saat Claire berpikir dia akhirnya akan berhenti, dia malah melesat semakin cepat, hampir tertembak oleh bombardir Velsaria secara nggak sengaja.


Kekuatan yang besar dari elemental waffe Einhenjar membuat dia berputar-putar.


"Berhenti, Scarlet!! Kalau nggak berhenti kau cuma akan dapat jatah ikan kering untuk makan malam!"


"Jangan–"


Meskipun Claire menggeleng dan berteriak keras, api yang nggak terkendali itu nggak berhenti.


Dengan postur yang gak seimbang, dia melesat–


"Hwahhhhhhhhh!"


Saat dia terbang melewati seorang ksatria suci, dia menjatuhkan ksatria itu dari Pegasusnya.


Claire merasakan dampaknya. Namun, terlindungi oleh Einherjar, dia sama sekali gak terluka.


"B-Bagus!"


"...Uh, Master, kita terkepung."


"Huh?"


Terkejut, Claire melihat sekeliling, dan ternyata para ksatria Kerajaan Suci sudah mengelilingi dia.


Claire segera menyiapkan Flametongue.


Namun, sudah terlambat. Para ksatria suci merapal sihir roh cahaya disaat yang bersamaan.


"Master, keluarkan Fire Wall–"


"...! Tidak, sudah nggak ada waktu!"


Claire mencoba memanfaatkan pendorong yang ada dipinggungnya untuk menghindar. Namun, elemental waffe miliknya nggak menanggapi.


Disaat tombak cahaya dalam jumlah banyak hendak menikam Claire–


Disaat itu juga....


"Wahai taring es pembeku, tembuslah–Freezing Arrow!"


Anak panah es yang berkilauan melesat dari awan-awan, menembak jatuh tombak-tombak cahaya itu sekaligus.


Pecahan-pecahan es transparan yang berhamburan menari-nari di udara layaknya debu permata.


"...! Rinslet!?"


Terkejut, Claire menoleh ke belakang.


Rinslet berdiri gagah di dek kapal terbang dengan busurnya yang siaga dan panah yang siap ditembakkan.


"Waduh, gak bisa kupercaya dia menembak jatuh semuanya dari jarak sejauh itu–"


"Hmph, ini adalah pelepasan keduaku–Hróðvitnir!"


Rambut pirang platinum Rinslet berkibar tertiup angin.


Ditangannya, busur panjang miliknya berkilauan seperti birunya es.


Panjang busur itu bahkan melebihi tinggi badannya, membuat dia bisa memasang lima anak panah secara bersamaan.


"Roh es iblis Fenrir, tunjukkan kekuatanmu!"


Pada perintah Rinslet, busur panjang itu melengkung tajam.


Dengan dilepaskan jari-jemarinya, proyektil es diluncurkan dari tali busur dan melesat layaknya hujan badai.


Hujan anak panah itu secara akurat menembus sayap-sayap dari para roh militer. Kehilangan tunggangan mereka, para ksatria suci berteriak dan jatuh.


Memanfaatkan peluang ini, Claire memperkuat pendorong punggungnya dan menambah ketinggian untuk melepaskan diri dari pengepungan tersebut.


"Ma-Makasih, Rinslet–"


Meskipun Rinslet mungkin nggak dengar dia, Claire tetap mengucapkan rasa terimakasihnya.


Di dek, Rinslet menyibakkan rambutnya.


–Claire Rouge, rivalku, apa cuma segini saja yang bisa kau lakukan?


Bibirnya tampak mengatakan hal itu.


"....! Aku gak boleh kalah sama dia."


Claire menggigit bibirnya. Api kemarahan menyala didalam matanya yang seperti rubi.


Dia memejamkan matanya dan memfokuskan pikiran.


Dia menuangkan divine power pada Flametongue di tangannya.


STnBD V20 BW06.jpg


Bukannya berusaha mengendalikan kobaran api didalam hatinya, dia membayangkan dirinya sebagai api itu sendiri.


"Master, serangan datang–"


Suara Scarlet terdengar dalam pikirannya.


Mendengar itu, Claire segera membuka matanya dan mengayunkan Flametongue.


"Kalian semua, jadilah arang!"


Tebasan berwarna merah melintas di langit–


Tombak-tombak cahaya yang mendekat, serta para ksatria suci yang ada dibelakangnya, semuanya ditumbangkan.

Bagian 3[edit]

"–Lawan aku, Ren Ashbell!"


Tubuh singa dan sayap elang.


Tunggangan Luninaris, Griffin, melancarkan serangan kejutan dari atas.


".....! Penyergapan!?"


Ellis membelalakkan matanya terkejut.


Simorgh memutar tubuh besarnya, berusaha menghindari serangan tersebut.


"—Murgleis!"


Akan tetapi, Luminaris mengayunkan pedang suci miliknya, menimbulkan luka yang dalam pada sayap roh angin iblis itu.


Bulu-bulu berwarna putih polos berhamburan di udara layaknya kelopak bunga.


"Simorgh!" teriak Ellis.


Kehilangan keseimbangan karena sayap yang terluka, Simorgh berputar-putar di udara.


Tekanan gravitasi meningkat drastis, hampir membuat Kamito jatuh.


"....! Wahai angin!"


Ellis merapal sihir angin untuk menghasilkan aliran angin keatas, mengangkat salah satu sayapnya.


Akan tetapi–


"Ellis diatas kita!"


"...!


Bayangan dari seekor hewan sihir raksasa muncul diatas kepala.


"(...Dia bisa mengejar Simorgh milik Ellis!?)


Mengorbankan stabilitas sebagai bayarannya, tunggangan Luminaris–seekor roh militer generasi lebih tua, Griffin–memang lebih cepat daripada Pegasus. Mungkin memang begitu, kecepatan ini terlalu–


(Ksatria terkuat dari Kerajaan Suci memang luar biasa, huh?)


Itu merupakan naluri tempur yang dibangun dengan pengalaman tempur yang banyak.


Memperkirakan apa yang akan Ellis lakukan setelah menghindari serangan-serangan awal, Luminaris sudah berputar duluan.


"–Wahai angin, hempaskan musuhku, Wind Bombs!"


Ellis segera melepaskan sihir roh untuk mengganggu Luminaris.


Namun, Luminaris menggunakan pedang suci miliknya untuk membelah deru pusaran angin itu.


"Ohhhhhhhhhhhh!"


Murgleis memancarkan sinar cahaya suci.


Claaaaaang!


Kamito memblokir serangan pedang tersebut


(Sial–)


Akan tetapi, meski dia memblokir pedang itu, masih gak cukup untuk mementahkan kekuatannya.


Sejak awal Kamito memang nggak duduk dengan posisi yang enak, dan hasilnya dia terlempar ke udara karena dampaknya.


"Kamito!"


Ellis mengulurkan tangannya tapi gak bisa menggapai dia.


Setelah meninggalkan jangkauan efektif dari penghalang angin, dia langsung jatuh tertarik gaya gravitasi.


(...! Aku akan mati kalau jatuh kayak gini... Aku harus bertaruh!)


Seraya jatuh, Kamito memejamkan matanya dan berkonsentrasi, menyebarkan divine power kegelapan ke seluruh tubuhnya.


Secara teori memang memungkinkan, tapi dia gak pernah mencobanya.


Namun, Kamito saat ini cukup percaya diri.


"Hahhhhhhhhhhh!"


Membuka semua saluran peredaran didalam tubuhnya, dia melepaskan divine power yang telah dimurnikan sekaligus.


Lalu, tubuh Kamito memancarkan cahaya hitam dan tiba-tiba terhenti di udara.


"Ha, setelah mencoba, aku menyadari ternyata lebih gampang daripada yang kubayangkan."


Tetap melayang di udara, Kamito bergumam.


"Ap–"


"A-Apa!?"


Ellis dan Luminaris berseru terkejut.


"Mustahil. Melayang di udara hanya dengan melepaskan divine power tanpa mengandalkan kekuatan roh–!?"


"Nggak perlu segitunya terkejut. Ini hanyalah sebuah teknik fisik yang menggunakan divine power."


Diantara teknik-teknik pembunuh yang dipelajari Kamito di Sekolah Instruksional, ada sebuah teknik bernama Water Lily yang memungkinkan pergerakan tanpa halangan di dalam air. Ini terhitung sebagai salah satu penggunaanya.


Tentu saja, meskipun mudah bagi Kamito untuk mengatakannya, melayang diudara dengan melepaskan divine power merupakan sebuah tindakan yang membutuhkan konsentrasi dan ketepatan pengendalian tingkat tinggi, dan mustahil dilakukan tanpa divine power dalam jumlah yang sangat besar.


Gak ada elementalis yang bisa mencapainya selain Kamito yang memiliki semua persyaratan yang diperlukan.


"Meskipun aku masih butuh sedikit upaya supaya terbiasa, itu bisa dilakukan dengan sedikit latihan–"


Memasang kuda-kuda dengan pedang hitam dan putih miliknya, dia membual arogan.


"....! Bangsat kau–!"


Luminaris memperkuat haus darahnya.


"Ellis, kayaknya dia mau duel denganku. Serahkan ini padaku."


"Apa kau akan baik-baik saja?"


"Ya, kupercayakan kapalnya padamu."


"....Dimengerti."


Setelah ragu-ragu sesaat....


Ellis menghilang kedalam awan, menunggangi Simorgh.


Kepercayaannya yang teguh terhadap Kamito terlihat sangat jelas.


Dia sangat percaya bahwa Kamito nggak akan kalah–


Luminaris bahkan nggak melirik Ellis saat dia meninggalkan medan tempur.


Dia hanya memperhatikan Kamito–Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat yang pernah bersilangan pedang dengannya tiga tahun lalu.


Dari ketajaman tatapan Luminaris, Kamito bisa merasakan tekadnya.


"Maaf, waktunya mepet. Majulah, Luminaris."


"Aku datang, Ren Ashbell!"


Cahaya suci yang dipancarkan oleh elemental waffe Murgleis mengubah langit menjadi putih.

Bagian 4[edit]

"Astaga, muridku jadi semakin jauh dari manusia."


Di dek Revenant, Greyworth tersenyum masam.


Dia menonton Kamito dan Luminaris melakukan sebuah tarian pedang di udara. Bahkan dimasa keemasanya, Greyworth kemungkinan besar nggak akan bisa bergerak di udara seperti Kamito dengan melepaskan divine power.


"...! Penghalang kapal telah jebol!"


Suara Ratu Reicha terdengar di dek. Menunggangi tunggangan militer, para ksatria suci menggunakan elemental waffe mereka untuk menghancurkan penghalang tersebut, menyerbu ke kapal satu persatu.


"Walah–"


Bergumam, Greyworth dengan tenang menghunus pedang iblis miliknya, Vlad Dracul.


Pedang iblis berwarna merah darah itu bersinar mengerikan.


"Lawan kita si Penyihir Senja. Serang, kita bertiga bersamaan!"


"Hmph, aku diremehkan."


Kilatan tebasan berwarna merah. Para ksatria suci yang menyerang dari tiga arah yang berbeda itu, bersama dengan roh militer tunggangan mereka, langsung tertebas.


Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz, Asura.


—Ini merupakan Absolute Blade Art anti-personil yang dirancang untuk pertempuran satu melawan banyak.


Greyworth menatap para ksatria suci yang kehilangan kesadaran.


"Aku tertahan."


Dia menghela nafas, bergumam pelan.


Sang Penyihir Senja telah membunuh banyak elementalis saat dua Perang Ranbal di masa lalu.


Saat itu, dia gak menunjukkan belas kasih pada musuh, menyerang dengan niat untuk membunuh.


Saat dia menghunus pedang iblis miliknya, dia merasakan rasa sakit yang meremukkan tulang pada pergelangan tangannya.


"Sungguh, tubuh ini nggak bisa menggunakan Absolute Blade Arts secara penuh, huh?"


Greyworth berkata mengejek diri.


Dimalam sebelum babak final turnamen Blade Dance, saat dia mewariskan teknik tertinggi, Last Strike, pada Kamito, tubuhnya terluka sampai pada titik yang mana pada dasarnya kehilangan semua kemampuan tempur.


"....! Serbu, penggal kepala penyihir itu!"


Dua ksatria suci yang lain menerobos penghalang dan menyerbu kearah Greyworth.


Mereka nggak menampilkan rasa takut meski menghadapi sang Penyihir Senja.


Mereka gak takut mengorbankan diri mereka demi Holy Lord.


"Orang-orang bodoh yang nggak tertolong lagi."


Dia bergumam, menuangkan divine power pada pedang iblis yang dia pegang erat-erat.


Lalu.


"—Drag Slash!"


BOOOOOOOOOOM!


Dengan suara menggelegar seperti raungan seekor naga raksasa, sebuah kilatan petir menyambar para ksatria suci.


"...Apa?"


Greyworth mengernyit dan menengadah.


"Apa aku mengganggu, Dame Greyworth?"


Sebuah bayangan besar muncul di dek, disertai oleh hembusan angin yang kencang.


Itu adalah Leonora Lancaster, menunggangi roh naga hitam miliknya, Nidhogg.


"Si bocah naga, huh..."


Greyworth tampak terkejut.


Leonora harusnya bertanggung jawab menangani musuh di bagian lambung kapal–


"Musuh di lambung kapal sudah dilenyapkan semua."


"Nggak mungkin–"


Mendengar tanggapan cepat dari Leonora, bahkan Greyworth sampai mengangkat alisnya.


Sacred Spirit Knight gak diragukan lagi merupakan pasukan elit terkuat milik Kerajaan Suci.


(Namun seorang diri, dia–)


Mata Leonora berubah menjadi merah darah.


Dia telah mengaktifkan Dragon Blood, kemampuan bawaan para elementalis naga.


"Dibandingkan saat itu, kau sudah meningkat pesat, bocah naga."


"Ya, aku jauh lebih kuat."


Leonora mengakuinya dengan enteng.


Sebelumnya, mereka berdua pernah bertarung di Lembah Naga di Dracunia.


Meskipun ingatannya tentang waktu itu tetap buram, Greyworth ingat memberi luka parah pada Leonora dengan satu serangan pedang saat dia berusaha melindungi Raja Naga.


(Menurut rumor, kontraktor dari para roh naga akan menjadi lebih kuat setiap kali mereka pulih dari ambang kematian–)


Tapi Greyworth gak pernah menyangka bahwa divine power yang dia rasakan dari Leonora akan cukup kuat hingga mengguncang udara.


"Aku berharap punya kesempatan untuk bertanding ulang denganmu, Dame Greyworth."


"Aku siap kapanpun, bocah naga–"


Greyworth menikamkan pedang iblis miliknya pada lantai dan tersenyum berani.


"Tapi muridku lah yang betul-betul ingin kau lawan, kan?"


"...Memang."


Leonora mengangkat bahu dan menerawang ke langit di kejauhan.


Tatapannya diarahkan pada Kamito, dikelilingi oleh divine power kegelapan, saat ini sedang dalam tarian pedang udara yang sengit, melawan Paladin Luminaris yang menunggangi seekor roh militer.

Bagian 5[edit]

Luminaris Saint Leisched.


Runner up pada Blade Dance tiga tahun lalu, elementalis terkuat dari Kerajaan Suci.


Tercermin pada mata birunya adalah sosok Ren Ashbell, tumpang tindih dengan Kamito.


"Ohhhhhhhhhhhhhhh!"


Tunggangan Luminaris, Griffin, melesat ke bawah.


Elemental waffe Murgleis memancarkan cahaya menyilaukan.


Dihadapkan dengan seragan pedang ganas dari atas, Kamito memblokirnya menggunakan Demon Slayer.


Terjadi benturan pedang. Suara metalik menggema.


Dampaknya menyebar keseluruh area, menghempaskan awan-awan disekitar.


Seraya melepaskan divine power untuk mempertahankan penerbangannya, Kamito menyerang balik.


Akan tetapi, Vorpal Sword, yang diselimuti cahaya hitam, ditepis oleh pedang suci milik Luminaris.


(....Dia sangat kuat.)


Kamito mengakuinya dalam hatinya.


Luminaris menggunakan ilmu pedang tertinggi. Performanya pada Blade Dance jauh lebih rendah mungkin karena dia memprioritaskan melaksanakan misi Kerajaan Suci.


Ilmu pedang ini merupakan kemampuan asli Luminaris.


Kemampuan sejatinya, apa yang Ren Ashbell hadapi tiga tahun lalu.


Tentu saja, dibandingkan tiga tahun lalu, ilmu pedang Luminaris telah meningkat pesat.


Kemungkinan besar, dia telah melalui pelatihan yang keras, demi bertanding ulang melawan Ren Ashbell di panggung Blade Dance. Satu ronde pertarungan saja sudah cukup bagi Kamito untuk memahami hal ini.


"Kau sudah meningkat, Luminaris."


"Gak usah banyak bacot!"


Dengan teriakan marah, Luminaris mengayunkan pedang suci miliknya.


Cahaya suci yang terang menebas divine power kegelapan pada tubuh Kamito.


Murgleis merupakan sebuah pedang suci dengan sifat anti-kegelapan tertinggi, mampu menetralisir sihir kegelapan milik Restia.


Seraya menepis tebasan tersebut, Kamito melepaskan divine power dan mundur untuk menjaga jarak.


Bertarung sambil melepaskan divine power di udara itu seperti melakukan akrobat.


Divine power yang seharusnya sepenuhnya dikonsentrasikan pada elemental waffe, harus di bagi.


Griffin itu merentangkan sayapnya dan meraung.


Dihadapkan pada serangan pedang yang mendekat, Kamito memblokir menggunakan pedang lagi.


Percikan api berhamburan saat bilah-bilah pedang itu berhantaman.


"Luminaris, Holy Lord berniat menghancurkan dunia, kau tau?"


Gak seperti para Sacred Knight yang mengikuti Holy Lord dengan kesetian buta, mata Luminaris memancarkan cahaya mulianya sendiri.


"Aku tau, akulah yang egois–"


Luminaris mengolok dirinya sendiri.


"Sebelum dunia ini lenyap, aku ingin meninggalkan bukti bahwa aku pernah hidup, sebagai seorang ksatria. Yaitu, tarian pedang melawanmu, Ren Ashbell!"


"...!?"


Pedang Suci ditangan Luminaris memancarkan cahaya yang lebih kuat.


(...Pelepasan kedua elemental waffe!?)


"Hancur dan musnahlah, Wahai cahaya dari Carbuncle–Sante Luminus!"


Luminaris menyerang dengan segala kekuatannya.


Kamito bisa saja menghindarinya, tapi dia memilih untuk menghadapi serangan itu.


Itu merupakan sebuah pedang yang agung dan mulia.


Cahaya bersih dan murni itu menyilaukan.


"–Jadi ini adalah pedangmu, Luminaris."


"...!"


–Tekad Luminaris. Harga dirinya sebagai seorang ksatria. Kamito bisa merasakan semuanya.


Kamito menanggapi sesuai apa yang dia rasakan.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketujuh—Biting Dragon!"


Serangan itu menyala, layaknya seekor naga terbang di langit.


Itu adalah Absolute Blade Art anti-udara.


Aslinya, teknik itu bukan dimaksudkan untuk dilakukan seraya berada di udara.


Akan tetapi, Kamito secara paksa menggunakannya, sepenuhnya melepaskan divine power kegelapan.


Bilah pedang suci miliknya–


Memotong Murgleis dan menebus armor putih perak milik Luminaris.


Luminaris tersenyum samar.


Absolute Blade Art terakhir itu merupakan salam perpisahan dari Kamito.


"Aku–"


Luminaris jatuh kearah Ibukota Suci.


Tapi mengingat kemampuannya, Luminaris harusnya baik-baik saja.


Kamito mengarahkan tatapannya kesana. Lalu....


"–Kamito, datang."


Est memperingatkan.


Seketika, dia merasakan suatu kekuatan yang mencengangkan di pusat Ibukota Suci, meluas dengan cepat.


"...! Est! Restia!"

Bagian 6[edit]

–Dipusat Ibukota Suci, Alexandria....


Kilatan cahaya menjulang dari sebuah menara putih. Menyebarkan awan, membelah langit.


Sosok Kamito tertelan oleh pedang cahaya tersebut.


"—! Kamito-kun!"


Diatas dek seraya elemental waffe miliknya dikerahkan, Fianna menjerit.


Itu adalah cahaya yang sama dari pedang suci yang telah menghancurkan dataran Ragna Ys.


Pemandangan itu terulang didalam benaknya.


Emosinya bergejolak menyebabkan retakan-retakan pada penghalang disekitar kapal terbang itu.


(...Tidak, aku harus menguatkan diriku!)


Kamito pasti baik-baik saja.


Fianna menyemangati dirinya sendiri dan memfokuskan perhatiannya pada mempertahankan Save the Queen.


"Senpai, kita akan segera membuat kontak dengan penghalang Ibukota Suci! Lima, empat, tiga–"


Reicha mengeraskan suaranya.


Gerbang kota Ibukota Suci semakin dekat.


Pendobrak milik Revenant menghantam penghalang transparan yang melindungi Ibukota Suci, menghasilkan percikan api.


"Kalau begitu kita akan terus menghujamnya! Tingkatkan penghalangnya sampai maksimum!"


" " " "Baik!" " " "


Keempat Ratu menjawab bersamaan.


(...Aneh sekali.)


Dihujat sebagai Lost Queen dimasa lalu, sekarang dia malah mengkomando para Ratu dalam pertempuran.


Disaat ketika dia mengurung dirinya di istana dan menolak keluar, dia nggak pernah membayangkan hari seperti ini akan datang.


Tarian pedang Ren Ashbell lah yang telah mengubah dirinya.


Dia lah yang memberi dirinya kekuatan untuk tabah.


Dia kuatir pada Kamito, tapi saat ini bukan saatnya untuk mengalihkan perhatian.


(Kamito-kun mempercayakan yang disini padaku!)


Percikan api berhamburan. Lambung Revenant ditepis oleh penghalang tersebut.


"....! Penghalang Ibukota Suci memang kokoh. Sungguh tangguh–"


"Fianna-senpai, output kapal terbang telah menurun!"


Reicha berteriak.


Penghalang tersebut menganggu kristal roh reaktor pengendali.


Velsaria, yang bertanggung jawab mengendalikan kapal militer tersebut, kemungkinan besar juga menerima tekanan fisik yang besar.


(....! Aku harus bertaruh.)


Fianna mencabut rapier elemental waffe miliknya yang tertancap pada lantai.


Dia mengarahkan ujungnya pada dinding Ibukota Suci.


"Bahaya, Senpai!"


Melihat Fianna berjalan kearah haluan kapal, Reicha berusaha menghentikan dia.


"Gak usah kuatir. Reicha, kau dan yang lainnya teruslah pertahankan penghalangnya–"


Namun, Fianna tetap tak bergeming dan terus berjalan.


Lalu–


"–Roh ksatria Georgios dari keluarga kerajaan, perlihatkan kekuatan sejatimu!"


Rapier itu memancarkan cahaya divine power.


Pelepasan kedua elemental waffe–Crimson Glory.


STnBD V20 BW07.jpg


Kekuatan perlindungan dari Save the Queen dikonsentrasikan pada ujung rapier tersebut sebagai cahaya penghancur.


Dilepaskan, cahaya suci tersebut menembus penghalangnya, merobek penghalang tersebut.


"....! Luar biasa!" seru Reicha.


–Akan tetapi, penghalang itu nggak menghilang.


Pada tingkat ini, penghalang itu akan segera pulih.


Fianna mengeluarkan dua pecahan permata kecil dari dadanya.


Kristal roh berwarna semerah darah.


(Aku ingin menggunakan ini sebagai senjata ultimate pada Holy Lord–)


Blood Stone merupakan kristal roh tingkat tinggi yang hanya muncul dari tempat sakral Astral Zero.


Saat meninggalkan ibukota kekaisaran, dia diam-diam mengambil harta tertinggi ini dari keluarga kekaisaran Ordesia.


Terakhir kali dia melepaskan roh ini, itu nyaris menghancurkan tambang Gado.


"–Semuanya, lindungi kapal!"


"Baik!"


"—Wahai pedang penghukum yang mengubur kegelapan, penguasa suci penghancur, Magna Carta!"


Menargetkan lubang pada penghalang itu, dia melepaskan kekuatan dari Blood Stone.


BOOOOOOOOOOOOOOM!


Kekuatan suci dan murni yang dilepaskan menghancurkan penghalang Ibukota Suci.


"Penghalangnya telah lenyap. Serbu!"


Pendobrak milik Revenant menghantam dinding kota dan memasuki ibukota.


"Kamito-kun..."


Setelah kehabisan divine power dan tumbang ke lantai, Fianna menengadah ke langit.

Bagian 7[edit]

"...! Ohhhhhhhhhhhhhhhh!"


Pedang cahaya raksasa, yang cukup untuk menembus langit, diayunkan kebawah.


Itu adalah bilah Terminus Est, roh pedang terkuat.


Cahaya menyilaukan itu menelan tubuh Kamito.


(.....Sialan–)


Kamito mengerahkan semua divine power kegelapan untuk menahan pedang cahaya tersebut.


"Est, bisakah kamu menahannya!?"


Pandangannya putih polos. Didalam aliran ganas itu, Kamito berteriak.


"–Ya... Kami... to–"


Suara Est menjawab didalam pikirannya, hampir gak terdengar karena gangguan dari suara berisik disekitar.


Dari bilah Demon Slayer muncul retakan.


Est nggak akan bisa menahannya sendirian.


Kamito mengambil keputusan cepat dan menekankan pedang iblis kegelapan pada bilah pedang suci.


Roh pedang baja dan roh kegelapan. Kedua pedang yang bersilangan mendorong cahaya tersebut.


"Kuh, ohhhhhhhhhhh...!"


Cahaya suci itu memotong divine power kegelapan pada tubuh Kamito.


Dia merasakan rasa sakit yang tajam membakar kulit disekujur tubuhnya. Itu tak tertahankan.


Akan tetapi, Kamito gak boleh mundur. Kalau dia gagal memblokir, pedang cahaya tersebut mungkin akan membelah Revenant menjadi dua.


"Kamito, pakai ini–"


Restia memunculkan sebuah kain hitam.


"...!?"


Berbentuk seperti gelapnya malam, kain hitam itu membungkus tubuh Kamito seperti sebuah jubah.


Itu adalah Robe of the Lord, diwariskan oleh Solomon sendiri di Kota Raja Iblis. Artefak legendaris ini yang memiliki ketahanan sihir tingkat tertinggi, memancarkan cahaya hitam yang melindungi Kamito.


(....Restia, kamu menyelamatkan aku–!)


Berbalut pakaian hitam, Kamito memasuki kuda-kuda Absolute Blade Art di udara.


Dia memfokuskan divine power pada kedua pedangnya, mengayunkan kedua pedang yang bersilangan tersebut bersamaan.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Alternatif—Shadow Mirror Dead Water!"


Itu adalah teknik pedang serangan balik bagian dari Last Strike, teknik mistik ultimate.


Tebasan pedang itu seperti sebuah cermin, mencerminkan kekuatan itu kembali–!


Claaaaaang!


Suara kaca pecah bergema.


Pedang cahaya itu retak, berubah menjadi bintang jatuh yang gak terhitung jumlahnya menghujani hutan yang ada dibawah.


Suara ledakan terus terjadi. Pilar-pilar api yang besar muncul dihutan.


"...! Kekuatan penghancur yang mengerikan...!"


Terengah-engah, Kamito mengerang.


Berubah jadi kain compang-camping, Robe of the Lord lenyap.


Ini adalah kekuatan dari roh senjata legendaris, Terminus Est.


Menatap Istana Holy Lord di pusat Ibukota Suci–


Kamito terjatuh.


Setelah melepaskan semua divine powernya sekaligus, dia telah kehilangan kekuatan untuk tetap melayang.


(....! Sial–!)


"—Kamito!"


Disaat dia jatuh, seseorang memegang tangannya.


Dia menengadah, dan melihat Ellis menunggangi Simorgh.


"Ellis... Maaf, sepertinya kau menyelamatkan nyawaku–"


"...Ya, aku senang kau baik-baik saja."


Ditarik oleh Ellis, Kamito memegang salah satu sayap Simorgh.


Terbang disamping mereka adalah Claire dengan sayap apinya.


"Kayaknya Fianna sudah menghancurkan penghalangnya."


Menatap ke bawah, mereka bisa melihat bahwa Revenant telah menghancurkan dinding kota dan menerobos masuk kota.


"Kita harus kesana juga."


"Ya."


Ellis mengangguk. Lalu...


BOOOOOOOOOOOOM...!


Gemuruh yang menggelegar mengguncang sekeliling.


".....! Apaan itu!?"

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 6 - Pertempuran Penentu di Ibukota Suci[edit]

Bagian 1[edit]

"Kyahh, a-apa yang terjadi?"


Karena dampak yang tiba-tiba pada kapal, Rinslet kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai.


"Woof?"


Fenrir berlari memutari dia karena kuatir.


Setelah menerobos kedalam Ibukota Suci, Revenant terhenti di udara seolah terjebak.


"Kapalnya berhenti. Apa yang terjadi?"


Berdiri di dek, Fianna mengangkat alisnya dan menoleh ke belakangnya.


Terhalang oleh kepulan debu, daya pandangnya cukup buruk.


Pada dasarnya mustahil untuk melihat seperti apa situasinya di luar kapal.


Dengan ekspresi kuatir, keempat Ratu berkumpul.


"Apa reaktor pengendalinya mengalami malfungsi?"


Rinslet berdiri dan menepuk-nepuk roknya untuk membersihkan debu yang nempel.


"....Bisa jadi."


Mungkin reaktor kendalinya mengalami kerusakan saat kapalnya menghantam penghalang.


Akan tetapi, dampak apa yang barusan?


"Iseria-sama, berdiri disana sangat berbahaya."


Lalu, Rinslet melihat Iseria berdiri di pagar di dek.


Avatar sang Elemental Lord Air menatap awan debu tersebut dengan ekspresi serius diwajahnya.


"....! Hawa kehadiran ini, mungkinkah–"


Iseria membelalakan matanya, bergumam pelan.


"Hei, apaan sih yang terjadi?"


Sebelumnya berada didalam kapal, Muir keluar ke dek. Greyworth juga bersama dia.


"Entahlah."


"Velsaria, apa reaktor kendalinya baik-baik saja?"


Greyworth mengeluarkan sebuah kristal roh untuk komunikasi.


Resonansi divine power menghasilkan listrik statis. Jawaban segera datang.


"Reaktor kendali nggak malfungsi, tapi–"


"Tapi apa?"


"Tepat dibawah kapal, ada suatu entitas yang besar–"


"Apa?"


Saat Greyworth bertanya....


Ada suara dari kapal yang sedang diremas. Kapal itu juga sangat miring.


" " " "Kyahhhhhhhhh!" " " "


"Semuanya, pegangan pada pagar!"


Fianna berteriak pada para Ratu yang ketakutan.


"Iseria-sama, kesinilah!"


"B-Baiklah..."


Rinslet memegang tangan Elemental Lord Air dan memeluknya.


Tiba-tiba, sebuah bayangan besar dengan sayap yang terentang muncul diatas kepala.


Itu adalah seekor naga terbang raksasa bersisik hitam legam.


Roh naga milik Leonora, Nidhogg.


"–Sepertinya ada sesuatu dibawah kapal!"


Menunggangi naga itu, Leonora memperingatkan.


Nidhogg mengepakkan sayapnya dan berputar-putar, menghempaskan awan debu.


".....! Apa itu!?"


Melihat dari dek, Fianna membelalakan matanya.


Saat debunya menghilang. Apa yang muncul dalam pandangannya adalah–sebuah lengan raksasa.


Sebuah tangan yang terbuat dari batu telah menangkap Revenant.


"A-Apaan itu!?"


"....Mungkinkah itu roh militer kelas strategi!?"


Fianna menahan nafasnya.


Setelah Perang Ranbal berakhir, ada tujuh roh militer kuat yang disegel dan diamankan dibawah perjanjian benua.


Siapa sangka sesuatu semacam itu bersemayam di Ibukota Suci?


Namun....


"Tidak, kau salah–"


Iseria nggak sependapat.


"Iseria-sama?"


"Itu adalah—"


Sang Elemental Lord Air nggak menyelesaikan kalimatnya.


Ada suara kapal diremukkan.


"K-Kapalnya sudah gak bisa bertahan!"


"....! Tinggalkan kapal!"


"Sudah terlambat!"


Rinslet segera mengatakannya. Kesampingkan Iseria yang merupakan seorang roh, kabur sambil membawa Fianna dan keempat Ratu bukanlah tugas yang gampang.


Lalu...


"Pegangan yang erat!"


Sebuah suara terdengar dari atas.


Claire yang memakai armor Einherjar–dengan sayap api dipunggungnya–dan Ellis yang menunggangi Simorgh. Juga ada Kamito dibelakang Ellis.


"Claire, Kapten!"


"Yang Mulia, maaf–"


Claire memegang tangan Rinslet dan Iseria lalu terbang ke langit. Simorgh mendarat di dek dan menggunakan cakar tajamnya untuk menangkap Fianna dan keempat Ratu.


Sementara itu roh naga milik Leonora menangkap kerah Muir.


Adapun untuk Greyworth, dia sudah merapal sihir roh untuk melompati ruang dan meninggalkan kapal.


Lalu, dek kapal terlipat dan Revenant hancur.


Karena kristal roh reaktor kendali hancur, terjadi kilatan cahaya yang terang.


"....! Revenant hancur!?"


"Mbakyu!"


Ellis berteriak. Namun.


"–Ellis, aku baik-baik saja."


Mendengar itu, Ellis menoleh ke belakang, dan melihat Benteng melayang di udara.


Dia berhasil kabur tepat waktu.


"Mbakyu....!"


Ellis menghela nafas lega.


Tapi setelah itu, dia kembali memasang ekspresi serius.


".....Kamito, itu apaan?"


Dia menatap tangan batu raksasa yang menjulur dari tanah.


....Cuma lengan saja sudah sebesar ini. Tunggu, atau mungkin lengan itu adalah seluruh tubuhnya?


Simorgh berputar di udara, lalu menurunkan para Ratu yang ketakutan disuatu tempat yang jauh.


Claire juga mendarat di sebuah gereja untuk menurunkan Rinslet dan Iseria.


"Hati-hati, dia mendekat!"


Kamito berteriak keras.


Rumble rumble rumble rumble rumble...!


Seolah seluruh Ibukota Suci berguncang, terjadi gempa bumi.


Tanah terbelah dan sesuatu perlahan keluar dari bawah tanah–


Seekor raksasa.


Kepala seperti gunung batu. Tubuh yang mirip dengan pegunungan dipenuhi tanaman dan pepohonan.


Ukurannya sebanding dengan Istana Holy Lord di pusat Ibukota Suci.


"A-Apaan itu?"


Rinslet terkesiap.


Hawa kehadiran raksasa itu sangat mencengangkan.


"Lode Gear—" ucap Iseria.


"Apa?"


Saat dia mendengar nama yang digumamkan sang Elemental Lord Air, alis Claire sontak naik.


"–Itu adalah Elemental Lord Tanah."


"...! Elemental Lord!?"


Nama yang diucapkan Iseria membuat semua orang yang ada menatap dia.


"Iseria-sama, bukankah Elemental Lord Tanah telah berubah menjadi sebuah Gerbang?"


"Ya, itulah yang terjadi pada tubuh aslinya, dilahap oleh Kegelapan Dunia Lain. Yang ini mirip denganku dan Volcanicus, sebuah avatar yang terpisah disertai sebagian kekuatan. Akan tetapi, nampaknya yang ini cukup kuat."


"Sulit dipercaya....!"


Avatar Elemental Lord Tanah. Jika apa yang dikatakan Iseria memang benar, maka yang ada didepan mereka ini merupakan lawan yang jauh lebih kuat dibandingkan roh-roh militer kelas strategi.


"....Apakah ada cara untuk berkomunikasi?"


Claire menghadap Ratu Tanah, Nia Roshka.


Akan tetapi, sang Ratu Tanah menggelengkan kepalanya penuh keputusasaan.


"....Tidak ada, mahluk itu tak lagi memiliki hubungan denganku."


"Itu benar. Makhluk itu bahkan sudah tak lagi memiliki sedikitpun kewarasan yang tersisa."


Kata Iseria dengan sedih.


Sang Elemental Lord Tanah meraung. Suara itu menyebabkan tanah berguncang dan udara bergetar.


"Satu-satunya pilihan kita cuma mengalahkannya, huh?"


Kamito menyiapkan kedua pedangnya.


Namun, Greyworth melangkah maju seolah menghentikan dia.


"Greyworth?"


"Serahkan ini padaku. Kalian pergilah duluan."


Sang Penyihir Senja menghunus pedang iblis miliknya dan menatap sang Elemental Lord Tanah.


"Tapi–"


"Segera setelah Gerbangnya terbuka, dunia ini akan musnah, kan?"


Mengikuti Greyworth, Leonora juga berjalan kearah raksasa itu.


"Aku ikut. Gimanapun juga, itu adalah musuh bebuyutan Raja Naga."


"Ahah, spesialisasi Muir adalah memburu mangsa yang besar."


Muir juga mengeluarkan sebuah kristal roh dan menoleh kebelakang pada Kamito.


"Waktunya mengamuuuuuuuuuuuuuk!"


"Berburu mangsa besar juga merupakan keahlianku."


Berkata demikian, Velsaria mendaratkan Benteng miliknya pada tanah.


"Mbakyu, aku juga–"


"Kau ikutlah bersama Kazehaya Kamito."


Velsaria menatap para anggota Tim Scarlet satu persatu.


"Kalian adalah orang-orang yang mengalahkan aku. Tetaplah bekerja sama sebagai sebuah tim."


"–Dimengerti. Kupercayakan para Ratu padamu."


Gak ada waktu buat berargumen. Kamito segera mengangguk.


Fianna dan Rinslet berpegangan pada sayap Simorgh.


Claire mengepakkan sayap api miliknya.


Kamito melepaskan divine power dan melompat ke udara.


Elemental Lord Tanah mencoba memblokir mereka berlima yang terbang.


Akan tetapi, pedang iblis milik Greyworth bersinar, menarik perhatiannya.


"Kamilah lawanmu, Elemental Lord–"


Greyworth tersenyum menantang.


"Nah sekarang, waktunya mulai berburu."


"Jangan menganggu. bocah naga."


"Aku gak lagi sama seperti yang sebelumnya."


Berkata demikian, Leonora mengaktifkan Dragon Blood.

Bagian 2[edit]

Meninggalkan medan pertempuran, Kamito dan timnya terbang kearah Istana Holy Lord yang berlokasi di tengah kota.


Jaringan pertahanan anti-udara milik Ibukota Suci pada dasarnya sudah lumpuh. Gimanapun juga, sejak awal Ibukota Suci Alexandria bukanlah sebuah kota yang bertindak sebagai benteng militer.


Meskipun sihir roh dilepaskan oleh patung-patung roh penjaga yang ada dimana-mana, semuanya dijatuhkan oleh Rinslet yang menunggangi Simorgh.


"Kayaknya udah nggak ada roh militer lagi."


Dengan sayap api miliknya direntangkan, Claire tetap waspada pada sekeliling sambil bergumam.


"Ya, yang dikerahkan di luar kota merupakan seluruh pasukan militer milik Ibukota Suci."


Ellis mengangguk.


"Nggak ada perlunya menyimpan sesuatu."


Berkata begitu, Rinslet menembakkan panah lagi. Lalu....


Ada ledakan yang memekakan telinga di belakang mereka.


Itu adalah suara dari pertempuran antara Elemental Lord Tanah dan kelompok Greyworth.


Kemuraman muncul di wajah semua orang.


Akan tetapi, gak seorangpun yang berbalik menghadap ke kebelakang.


Mereka yang tetap di belakang telah menempatkan kepercayaan mereka pada Tim Scarlet, mempercayakan masa depan pada mereka.


Oleh karena itu, sebagai tanggapan Tim Scarlet juga mempercayai mereka.


–Sang Penyihir Senja, ksatria naga terkuat dari Dracunia, Benteng Diam, Monster dari Sekolah Instruksional. Mereka merupakan lawan yang tangguh yang pernah Kamito lawan di masa lalu.


Meskipun menghadapi Elemental Lord Tanah, mereka berempat gak berada dalam posisi yang gak diuntungkan.


Sebuah menara raksasa berwarna putih–dinding luar Istana Holy Lord berada tepat didepan mereka.


"Dimana pintu masuk ke bangunan itu?"


Setelah mengamati bagian luar menara itu, Fianna bertanya terkejut.


Memang, gak ada yang menyerupai pintu masuk gak peduli gimana mereka mencarinya.


"Bodo amat dah. Lelehin aja dindingnya!"


Berkata begitu, Claire mulai mengayunkan Flametongue yang berkobar dari udara.


(....!?)


Tiba-tiba, suatu hawa keberadaan yang kuat menyelimuti sekeliling.


Rasa haus darah itu bagi Kamito terasa seolah sebuah tangan raksasa meremas sekujur tubuhnya.


"....! Ellis, menghindar!"


Sesaat setelah Kamito berteriak.


Badai ganas menerjang langit Ibukota Suci yang dipenuhi dengan awan gelap.


"...! Simorgh!"


Tertelan oleh angin yang kencang, Simorgh kehilangan keseimbangan. Meski Ellis berusaha sebaik mungkin, dia nggak bisa mengendalikan arus angin tersebut.


"A-Apa yang terjadi? Kyahhhhhhh!?"


Dengan sayapnya tertekuk kearah yang gak wajar, Simorgh jatuh berputar-putar.


"Ellis!?"


Dengan sayap api di punggungnya, Claire berusaha mengulurkan tangannya, tapi dia nggak bisa terbang dengan baik karena gangguan dari badai tersebut.


(.....!)


Bimbang, Kamito menghentak dinding luar dari bangunan tersebut dan melesat kearah tanah.


Menyadari niat Kamito, Ellis segera menggunakan sihir roh angin.


"....Wahai Angin, hempaskanlah–Wind Bombs!"


Ledakan ganas menghasilkan lubang di tanah, menetralisir angin yang mengamuk.


Memanfaatkan momen ketika Simorgh memperoleh kendali lagi, Ellis memaksa roh terkontrak miliknya mendarat di alun-alun.


Dampaknya. Pada sayapnya, Rinslet dan Fianna terlempar ke udara.


"...! Hati-hati—"


Menunggu dibawah, Kamito segera menangkap kedua cewek itu.


"kalian nggak apa-apa?"


"Y-Ya...."


"Caranya cukup kasar, tapi untunglah."


Rinslet dan Fianna mengangguk. Ellis berujung menghantam tanah karena pendaratan paksa, tapi armor miliknya sepertinya meredam dampak hantamannya.


"...! Apaan sih yang terjadi!?"


Mendarat di alun-alun, Claire bertanya.


Diatas mereka, badainya sangat ganas.


–Itu terasa seperti badai itu berusaha mengurung mereka.


Tentu saja, gak mungkin itu cuma sekedar angin biasa. Bahkan di wilayah terburuk dari Astral Zero, nggak akan ada angin alami yang bisa menghempaskan Simorgh yang merupakan seekor roh tingkat tinggi.


(Dan juga, rasa haus darah yang kurasakan barusan–)


Kamito berdiri dan mencari hawa kehadiran disekitar.


Lalu.....


"–Dasar serangga-serangga bodoh, beraninya kalian menentang seorang penguasa?"


BOOM!


Hembusan angin ganas mulai menerpa di pusat alun-alun.


Pusaran angin itu menghempaskan puing-puing, membentuk tornado raksasa.


"A-Apa!?"


Claire berseru terkejut.


Tornado itu terbagi seraya berputar, membentuk sebuah penghalang angin disekitar alun-alun.


"...! Kita terkurung."


"Ya–"


Mengangguk, Kamito menatap kearah pusat alun-alun.


Sosok mungil muncul di pusat tornado yang menjulang ke langit.


"...!?"


Itu adalah seorang cewek yang tampak seumuran dengan Claire dan teman-temannya, mengenakan pakaian pendeta bergaya Quina.


Wajah cantiknya memiliki kulit pucat. Rambut emeraldnya yang berkilauan berkibar ditiup angin. Dibawah alis elegan itu merupakan sepasang mata berwarna biru langit yang jernih, menatap marah pada Tim Scarlet dari langit.


Cewek itu memancarkan haus darah yang mengerikan.


Didepan hawa kehadiran yang sekuat itu, para elementalis biasa pasti akan kaku gak bisa bergerak.


"S-Siapa dia itu?"


Rinslet terkesiap.


"Aku Belphal Sylphid–"


Cewek itu berbicara dengan suara tanpa ekspresi.


"...! Apa kau bilang Belphal!?"


Mendengar itu, Fianna membelalakkan matanya.


"Mungkinkah dia sang Elemental Lord Angin!?"


Ellis berkata terkejut.


Elemental Lord Angin Belphal Sylphid dan Elemental Lord Api Volcanicus sama-sama dikenal dengan tabiat buruk mereka diantara para Elemental Lord.


"I-Ini sungguhan?"


Rinslet menanyai segel yang ada ditangan kirinya.


(–Ya, tidak salah lagi. Dia adalah Elemental Lord Angin.)


Jawab Iseria Seaward.


"Bukan cuma Elemental Lord Tanah tapi juga Elemental Lord Angin–"


Ellis mengerang.


"Setidaknya dia dalam wujud manusia. Bisakah kita berkomunikasi?"


"Mana kutau. Kurasa peluangnya tipis–"


Mendengar saran Kamito, Claire menjawab ketus.


"Kurasa kau benar..."


Cewek yang diselubungi angin ganas itu mengulurkan tangannya dan menggerakkan bibirnya.


"Antek-antek Elemental Lord Kegelapan yang telah menghianati dunia, musnahlah–"


Seketika, pedang angin dalam jumlah banyak muncul disekitar para cewek.


"...!"


BOOM!


Buru-buru, Kamito mengayunkan Demon Slayer kearah tanah.


Cahaya yang terpancar membelah tanah, mencungkil bebatuan untuk membentuk dinding sementara.


"—Wind Wall!"
"—Knights of Protection!"


Sedikit lebih lambat, Ellis dan Fianna mengerahkan penghalang angin dan sebuah perisai cahaya suci.


Kedua sihir ini merupakan sihir defensif tingkat tinggi yang mampu menepis sebagian besar sihir roh.


Pedang-pedang angin menyerang dari segala arah dan menghancurkan bangunan-bangunan serta mencabik-cabik tanah.


Disertai suara bising dari tebasan, pandangan mereka seketika terhalang oleh awan debu dan puing-puing.


(....Kekuatan yang sungguh gila–)


Terus mempertahankan kuda-kuda mengayunkan Demon Slayer, Kamito mengeluh didalam benaknya.


Pemandangan alun-alun itu berubah drastis.


Semua bangunan di sekeliling musnah. Retakan yang gak terhitung jumlahnya membekas di tanah.


Meskipun mereka berhasil memblokirnya, dilindungi oleh teknik milik Kamito dan sihir defensif ganda–


Bagi sang Penguasa Angin, serangan barusan gak lebih dari salam saja.


Meskipun dia berpenampilan seorang cewek menggemaskan, kekuatannya gak kalah dari Elemental Lord Tanah yang tadi, bahkan mungkin lebih besar.


(....Sialan, di tempat kayak gini–)


Mencengkeram gagang kedua pedangnya, Kamito menengadah menatap cewek yang melayang di udara.


–Sebuah lubang raksasa telah terbuka di langit Astral Zero.


Gak ada waktu lagi. Meskipun Istana Holy Lord berada tepat didepan mereka–


"—Kamito."


Lalu, Claire merendahkan suaranya dan berbisik.


"Serahkan ini pada kami. Kau pergilah ke Holy Lord."


"Claire..."


Kamito menengok ke belakang, dan melihat Claire menatap dirinya dengan penampilan penuh tekad.


"Kamito-san, serahkan saja dia pada kami."


Memegang busurnya, Rinslet tersenyum percaya diri.


"Ya, kau harusnya bisa menerobos penghalang tornado itu jika kau sendirian."


"Tapi...."


Kamito agak ragu.


Ellis benar. Kalau Kamito sendirian, dia bisa menerobos penghalang angin itu secara paksa menggunakan perlindungan Demon Slayer dan divine power kegelapan.


Akan tetapi, meskipun dia cuma avatar, lawannya adalah salah satu Elemental Lord dari Astral Zero.


Meninggalkan Tim Scarlet disini tentunya–


"Gak usah kuatir, Kamito-kun."


Fianna menggeleng.


"Kami adalah para Ratu Raja Iblis."


"Dan juga, gimanapun juga, sudah gak ada waktu buat disia-siakan disini dengan dia."


Claire menghentak tanah, merentangkan sayap api miliknya dan terbang.


"Tujuan Holy Lord adalah mengulur waktu untuk membuka Gerbang, kan?"


"..."


Kamito gak bisa berkata apa-apa. Memang, Claire benar.


Jika Gerbang menuju Dunia Lain terbuka sepenuhnya, semua upaya mereka hari ini akan sia-sia.


"Kamito, serahkan ini pada Nona Kucing Neraka dan yang lainnya. Setelah mewarisi kekuatan Elemental Lord Kegelapan, cuma kau satu-satunya yang mampu mengalahkan Holy Lord."


Segel ditangan kirinya bersinar seraya suara Restia terdengar didalam pikirannya.


"P-Percayalah pada kami. Kami adalah rekan tim yang telah melalui cobaan dan rintangan Blade Dance bersama denganmu."


"Ya. Serahkan saja pada kami."


"Betul."


"Kami akan menyusulmu setelah mengalahkan dia."


Mendengar Claire, Fianna, Ellis dan Rinslet mengangguk tegas, Kamito–


"....Dimengerti." ucapnya pelan.


Memang, cewek-cewek ini telah mencapai perkembangan yang luar biasa beberapa bulan belakangan ini.


Bukan cuma meningkatkan kekuatan individual mereka, tapi Tim Scarlet juga semakin bagus dalam kerja sama sebagai sebuah unit dalam koordinasi taktis. Meski melawan seorang Elemental Lord, mereka kemungkinan bisa bertahan.


Menggunakan divine power kegelapan untuk menyelimuti sekujur tubuhnya, Kamito menatap Belphal yang ada dibalik awan debu.


Mata biru Elemental Lord Angin sedikit melebar.


"–Penerus Elemental Lord Kegelapan, kau harus mati disini!"


Angin menderu. Rambut emeraldnya berkibar.


"Kemenangan milik orang yang bergerak duluan, ayo–"


Claire melangkah maju. Disaat yang sama, Kamito dan Ellis juga bertindak.


Ini merupakan kombinasi garis depan yang sudah mereka ulangi berkali-kali. Bahkan gak membutuhkan sinyal.


"Engkau pedangku, engkau perisaiku, berubahlah menjadi cahaya yang tak terbatas, Wahai pemurni kegelapan–Save the Queen!"


Dengan perapalan Fianna, sebuah penghalang perlindungan yang kuat dikerahkan.


"–Enyahlah!"


Belphal melepaskan sebuah badai.


Dengan masa yang sangat besar, badai itu menyebar menghempaskan sekeliling.


"Wahai angin ganas, mengamuklah–!"


Ellis mengayunkan Ray Hawk.


Full Burst–Ini merupakan sebuah teknik yang secara sengaja membuat kekuatan roh terkontrak lepas kendali.


Disaat masa angin bertabrakan, menyebabkan ledakan di pusat alun-alun.


Bergerak melewati puing-puing yang beterbangan, Kamito melesat kedepan.


"—Majulah, Kamito!"


Ellis merapal sihir roh Swift Wind.


Kamito merasa tubuhnya sedikit melayang, kecepatan berlarinya meningkat.


"Oh?"


Belphal sedikit melebarkan matanya.


Ditangannya, sebuah tombak sihir besar muncul.


Ini merupakan sebuah senjata legendaris yang terakhir kali terlihat pada saat Perang Roh enam ribu tahun lalu.


"Taring es pembeku–maju tembuslah, Freezing Arrow!"


Rinslet menembakkan hujan anak panah sebagai tembakan perlindungan untuk Kamito dan Claire yang tengah maju.


"Trik murahan–"


Sebagai tanggapan, Belphal mengayunkan tombak sihir miliknya, menghempaskan panah-panah es tersebut.


Akan tetapi, jeda sesaat itu sudah cukup.


"Percuma saja. Kekuatan setingkat ini–"


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning!"


"Apa!?"


Kamito melepaskan divine power, menyerbu seketika.


Ini merupakan Absolute Blade Arts berkecepatan tinggi, meningkatkan kecepatannya sampai batas.


Seketika, Belphal menarik tombak sihir miliknya untuk memasuki posisi bertahan.


Tepatnya inilah yang Kamito–dan timnya–inginkan.


Kamito mengarah pada pusaran angin, mengabaikan Belphal dan menyerbu penghalang yang ada dibelakangnya.


"...!?"


Terkejut, Belphal berbalik.


"Ohhhhhhhhhhhhhhhhhh!"


Bilah Demon Slayer menusuk penghalang angin tersebut.


Kamito melepaskan divine power kegelapan secara penuh.


Mengabaikan pedang-pedang angin yang menyebabkan luka sayat di sekujur tubuhnya, dia terus menyerang.


"–Sialan kau!"


Menyadari niat Kamito, Belphal bersiap melepaskan tombak sihirnya–


Akan tetapi, sebuah cambuk api melilit tangannya.


"Jangan coba-coba!"


"...!"


Sambil memegang cambuk, Claire tersenyum berani.


"–Elemental Lord Angin, lawanmu adalah kami, Tim Scarlet."


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 7 - Dua Pedang Suci[edit]

Bagian 1[edit]

Mendengar deru angin dibelakangnya, Kamito melesat kearah Istana Holy Lord.


Sekujur tubuhnya sakit karena cidera saat menerobos penghalang angin tersebut. Tanpa perlindungan baja milik Est, dia mungkin sudah tercincang berkeping-keping oleh pedang-pedang angin.


(...Aku harus cepat–)


Lubang Dunia Lain di langit diatas Istana Holy Lord perlahan meluas.


Meski dia kuatir, Kamito nggak berpaling ke belakang.


Cewek-cewek itu mempercayai Kamito.


Oleh karena itu, Kamito juga harus mempercayai mereka dan terus maju.


Dia menghentak tanah dengan keras, meledakkan divine power yang terkumpul pada kakinya. Seraya menghancurkan ubin batu yang dia pijak, Kamito terus berlari kearah Istana Holy Lord.


Merasakan divine power dalam jumlah yang besar, para roh penjaga bermunculan satu demi satu untuk memblokir jalan.


"Enyahlah dari hadapanku!"


Akan tetapi, Kamito menjatuhkan mereka satu persatu dengan sebuah serangan tunggal tanpa memperlambat kecepatannya.


Setiap kali Kamito mengayunkan kedua pedangnya, para roh berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap.


Setelah menghabisi puluhan roh penjaga–


Kamito sampai di bagian bawah menara berwarna putih, menjulang ditengah taman yang luas.


Istana Holy Lord.


Ini merupakan kuil agung yang dibangun untuk menyembah Holy Lord Alexandros.


Musuh terakhir ada di menara ini.


(...gak ada elementalis yang menjaga menara ini, huh?)


Kamito mengamati sekeliling, tapi sama sekali nggak menemukan jejak hawa keberadaan dari para Sacred Knight.


Kayaknya juga nggak ada roh militer yang disiagakan di area ini.


Bergerak semakin mendekat untuk mengamati, dia masih nggak menemukan pintu masuk.


Didepan dia hanyalah dinding putih yang dipoles halus.


Kamito mengayunkan Demon Slayer.


Terbelah pedang itu, dindingnya runtuh dan menghasilkan suara yang keras.


"....."


Melangkah masuk, Kamito seketika merasakan perasaan yang aneh.


Suara lenyap. Deru badai terdengar sangat jauh sekarang ini. Bahkan suara pertempuran kelompok Greyworth dan Elemental Lord Tanah gak lagi bisa terdengar–


Itu terasa seolah seluruh ruangan ini terisolasi.


Dia menengok ke belakang, dan melihat dinding putih itu telah kembali pulih tanpa ada tanda-tanda pernah hancur.


"....Apa? Aku di pindahkan?"


Kamito mengamati sekelilingnya penuh kecurigaan–


Didepan dia adalah sebuah koridor yang tampak familiar.


"–Karena pengaruh Astral Shift, sepertinya interior Istana Holy Lord tumpang-tindih dengan kuil Elemental Lord."


Dia merasa segel roh ditangani kirinya bersinar. Dia mendengar suara Restia.


"...Jadi begitu."


Bergumam, Kamito berjalan kearah koridor.


Kamito pernah berjalan menelusuri koridor yang mengarah ke kuil Elemental Lord sebanyak dua kali.


Yang pertama bersama Restia.


Yang kedua bersama Tim Scarlet–


Setelah berjalan di koridor selama beberapa saat, perasaan aneh itu kembali meliputi tubuhnya.


Muncul didepan dia adalah sebuah tangga yang megah.


–Tangga yang mengarah ke singgasana para Elemental Lord.


Sebelumnya, disinilah dia menikam Restia.


Kamito menyiapkan kedua pedangnya dan menapaki tangga itu.


Melihat keatas, dia bisa melihat tiga pilar cahaya menjulang ke langit.


Setelah sampai diujung tangga–


Yang muncul didepan matanya bukanlah kuil Elemental Lord, melainkan sebuah aula besar terbuka yang terbuat dari batu.


Aula itu bahkan lebih besar dari tempat latihan di Akademi.


Nggak ada atap diatas aula besar itu, hanya lubang hitam yang ditembus oleh pilar-pilar cahaya. Dipangkal pilar-pilar cahaya itu, dia bisa melihat singgasana-singgasana dari para Elemental Lord yang rusak karena Kegelapan Dunia Lain.


Dan di tengah dari kelima singgasana itu, di singgasana yang biasanya selalu kosong–


"–Waktu yang tepat, penerus Ren Ashdoll. Selamat datang."


Sang Sacred Maiden yang memegang pedang suci–Areishia, alias Alexandros–tersenyum.

Bagian 2[edit]

"—Holy Lord Alexandros."


Dengan suara langkah kaki, Kamito berjalan maju di aula besar itu.


Terus mempertahankan kedua pedangnya dalam keadaan siap, dia berhadapan dengan Holy Lord yang berpenampilan Sacred Maiden.


Rambut pirang berkilau. Armor kuno yang berkilauan perak-putih.


Ditangannya adalah sebuah pedang suci dengan gaya yang sama seperti Est. Perbedaannya adalah pedang suci milik Holy Lord bermata dua, sedangkan Demon Slayer milik Kamito bermata satu.


Sebelumnya, Kamito pernah melihat pedang milik Sacred Maiden Areishia didalam mimpinya Est.


Roh Senjata–Terminus Est.


(Jadi itu tubuh utama Est, huh....)


Kamito menggenggam erat Demon Slayer ditangannya.


Roh pedang terkuat yang dulunya ditakuti para Elemental Lord.


Hanya melihatnya saja sudah cukup untuk membuat Kamito merasakan kehadiran mengerikan yang membuat bulu kuduknya berdiri.


Untuk melawannya, Kamito melepaskan divine power kegelapan.


Oh? Melihat ini, Alexandros tampak cukup jengkel.


"Apa ini kekuatan kegelapan yang diwariskan dari dia?"


"Itu benar–"


"Sejujurnya, aku terkejut. Aku menduga kau dilahap oleh kegelapan miliknya–"


Alexandros berdiri dari singgasananya dan menatap Kamito.


"Bahkan dengan Kegelapan Dunia Lain merusak dirinya, Ren Ashdoll berhasil mewariskan harapan terakhirnya. Harapannya adalah bahwa suatu saat seseorang yang mewarisi kekuatannya akan muncul dari ras manusia. Jadi kau orangnya huh? Raja Iblis–Ren Ashbell."


"Ya. Aku adalah si pedang pembunuh, disini untuk membunuhmu."


"Aku mengerti. Jadi itu keinginannya."


"–Bukan."


Dihadapkan pada Holy Lord yang mengangkat bahu, Kamito menggeleng dan berbicara.


"Dia cuma mempercayakan kekuatannya padaku. Ingin membunuhmu adalah keinginanku sendiri. Kau seharusnya nggak ada di dunia ini."


Kamito mengacungkan Demon Slayer yang bersinar terang pada Holy Lord.


"–Ah, jadi begitu. Dari sudut pandang dunia ini, aku memang musuhnya."


Holy Lord tersenyum. Gak ada sedikitpun kebengisan pada senyum polos itu.


Sang Sacred Maiden menengadah menatap retakan menuju Dunia Lain yang menembus langit dan mengulurkan tangannya.


"–Pada akhirnya, aku harus menjadi dunia itu sendiri."


Dia berbicara penuh antisipasi.


"Jadi itu sebabnya kau mau menyerap kekuatan para Malaikat dari Dunia Lain, untuk membentuk ulang dunia ini sesuai dengan gambaran yang ada dalam benakmu?"


"–Tidak."


Holy Lord membantah tuduhan Kamito.


"Apa?"


"Yang kuinginkan bukanlah sekedar kekuatan para Malaikat, tapi sesuatu yang ada dibalik Gerbang itu."


"...Sesuatu dibalik Gerbang itu, kau bilang?"


Jadi bukan cuma Malaikat yang ada dibalik Gerbang menuju Dunia Lain?


"Tepat. Makhluk yang disebut Malaikat itu gak lebih dari mahluk yang menjaga sesuatu. Maka dari itu, saat kau melihat Malaikat yang tak terhitung jumlahnya itu ketika kau dilahap oleh Kegelapan Dunia Lain, apa tepatnya yang mereka jaga?"


"...!?"


Kamito terkesiap kaget. Keringat dingin membanjiri keningnya.


–Malaikat, seperti yang disiratkan nama mereka, merupakan utusan dari surga.


Jika demikian, siapa yang mengirim para Malaikat itu?


"Dibalik Gerbang itu adalah origin yang telah menciptakan kami para Elemental Lord serta Astral Zero ini. Asal-usul dari semua kekuatan, semua eksistensi. Dengan kata lain–"


Holy Lord tertawa kecil dengan wajah seorang cewek muda.


"–Mahluk mahakuasa. Mahluk yang bisa kau sebut Tuhan."


"...!"


—Tuhan.


Hanya sebuah konsep kosong, sesuatu yang gak ada di Astral Zero ini.


Awal mula dari segalanya, mahluk mahakuasa.


(Nggak mungkin, bisakah sesuatu seperti itu...)


Kamito menatap Gerbang menuju Dunia Lain yang berputar-putar di langit.


Bukannya merebut otoritas para Malaikat untuk menciptakan ulang dunia, Holy Lord ingin bersatu dengan apa yang dilindungi para Malaikat, asal-usul dunia.


–Ingin menjadi Tuhan itu sendiri.


"...! Memangnya itu bisa?"


Kamito menatap Holy Lord, meminta jawaban.


"Bisa, aku–bukan, kami–menjalankan rencana untuk tujuan ini."


(....Kami?)


Mendengar Holy Lord menggunakan pengacaun diri seperti itu, Kamito seketika merasa ada sesuatu yang ganjil.


Apa dia mengacu pada Holy Lord Alexandros bersama Sacred Maiden Areishia yang telah menjadi wadahnya? Atau mungkin–


"....Sebenarnya kau itu siapa?" tanya Kamito.


–Kenapa Holy Lord tau tentang apa yang ada dibalik Gerbang itu?


Semisal firasat Kamito benar, maka–


"Ya, seperti yang kau pikirkan."


Holy Lord mengangkat bahu dan mengangguk.


"Aku adalah Holy Lord dan Sacred Maiden–dan juga, seorang Malaikat dari Dunia Lain."


"..."


—Ternyata betul. Gumam Kamito dalam benaknya.


"Asal kau tau, para Malaikat pernah turun 6.000 tahun lalu, berupaya untuk mengambil kembali Kegelapan yang dicuri para Elemental Lord. Itu merupakan perang antara Malaikat dan Astral Zero. Para Elemental Lord mengerahkan banyak roh senjata untuk melawan oara Malaikat. Tentunya, aku bukanlah pengecualian."


Holy Lord tersenyum.


"Saat perang itu, aku mulai berpikir. Aku ingin memakannya."


"...! A-Apa yang kau katakan...?"


Kamito gak bisa berkata apa-apa.


"Secara sembunyi-sembunyi menangkap seorang malaikat untuk dipelajari. Disaat itulah aku mengetahuinya. Bahwa Malaikat merupakan elemen Cahaya yang wujudnya diubah–"


"Malaikat, elemen cahaya...."


"Tepat. Aku gembira. Sama seperti Ren Ashdoll yang menginginkan Kegelapan dari origin. Aku lapar akan cahaya dari dunia itu. Menggunakan afinitas mutual kami pada elemen cahaya, aku menyerap Malaikat yang tertangkap itu. Dan kemudian–"


Berkata begitu, Holy Lord tertawa.


"Bergabung dengan seorang Malaikat, Elemental Lord Cahaya berasimilasi dengan Cahaya Sejati untuk menjadi Holy Lord. Apa kau tau? Aku nggak memulai sebagai Holy Lord. Sebaliknya, dahulu aku dikenal sebagai Penguasa Cahaya."


Penguasa Cahaya—Alexandros.


Berkebalikan dengan Elemental Lord Kegelapan.


"...Jadi begitu. Jadi itu yang terjadi."


–Akhirnya semuanya masuk akal.


Bergabung dengan seorang Malaikat setara dengan bergabung dengan Cahaya Dunia Lain.


Justru karena dia sudah berasimilasi dengan Cahaya, Holy Lord saja yang nggak rusak oleh Kegelapan Dunia Lain seperti para Elemental Lord lainnya.


Dan juga, ada pemandangan yang dilihat didalam mimpinya Greyworth, yang telah membuat kontrak dengan Holy Lord.


Pemandangan dari cahaya raksasa melahap seorang Malaikat–


Ternyata itu merupakan sesuatu yang terjadi betulan.


Hasil dari seorang Malaikat bergabung dengan roh. Itu mengingatkan Kamito pada roh tertentu.


"Memiliki sifat yang sama dengan Millennia Sanctus, huh?"


–Ya, si Kardinal itu. Roh yang lahir dari pecahan Terminus Est. Didalam matanya bersemayam Kegelapan Dunia Lain, yang mana akhirnya berubah menjadi sebuah Gerbang untuk memanggil para Malaikat.


"Memang, dia adalah percobaan yang dibuat dengan cara ini. Meskipun hasilnya kurang memuaskan, dia dan Lurie sudah mengerjakan sampai pada batas kemampuan mereka. Pengorbanan mereka tidaklah sia-sia."


"Gak masuk akal!"


"Sacred Maiden, Malaikat, Penguasa Cahaya. Didalam diriku ada tiga kesadaran yang bercampur jadi satu. Aku bahkan sudah lupa apa tepatnya kodrat dari eksistensiku. Yang tersisa hanyalah sebuah keinginan untuk bersatu dengan origin, gak lebih. Sampai hari ini, aku sudah menunggu selama seribu tahun."


Mata Holy Lord dipenuhi dengan keinginan gila akan origin.


–Untuk menghancurkan dunia dan membuat dunia baru, untuk menjadi dunia itu sendiri.


"–Kau boleh berpikir apapun sesuka hatimu."


Kamito menyiapkan kedua pedangnya dan berbicara.


"Tapi kami adalah orang-orang yang tinggal didunia ini. Meskipun kalian adalah pencipta dunia ini, kau nggak punya hak merebutnya dari kami."


"Ya, kau punya hak untuk menolak. Sama seperti dimasa lalu, para Elemental Lord melakukan pemberontakan terhadap dunia itu yang telah menciptakan kami."


Pedang suci ditangan Holy Lord bersinar.


Cahaya yang menyilaukan menyelimuti seluruh aula.


"–Tak seperti spesimen tak sempurna yang kau pegang, ini adalah cahaya dari Terminus Est sejati."


"...!"


Aliran cahaya itu seketika menghapus divine power kegelapan pada tubuh Kamito.


Akan tetapi, Kamito melotot pada Holy Lord, mempertahankan pijakannya.


Dia gak mau diabaikan.


"–Beraninya kau menyebut dia gak lengkap?"


Kamito menuangkan divine power pada Demon Slayer.


Di kuil dekat Akademi Kamito membuat kontrak dengan Est.


Kontrak itu memang tidak lengkap.


Kekuatannya hanya sekitar sepersepuluh dari aslinya.


Akan tetapi, itulah yang telah mendampingi dia bertarung dalam Blade Dance, dan memenangkannya.


Pedang suci yang berkembang bersama Kamito, mengatasi banyak rintangan dan cobaan.


"Est-ku adalah roh pedang terkuat. Betul kan, Est?"


"Ya, Kamito–"


Suara Est menggema didalam pikirannya.


Terminus Est milikku nggak akan kalah pada pedang suci milik Sacred Maiden.


"–Majulah, Holy Lord Alexandros. Biar kutunjukkan tarian pedangku padamu."


Demon Slayer menetralisir cahaya dari Terminus Est.


–Begitulah, tarian pedang antara Raja Iblis dan Sacred Maiden dimulai.

Bagian 3[edit]

O-Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!


Raungan Elemental Lord Tanah menyebabkan udara disekitar berguncang.


Tertutupi pepohonan, tangan raksasa itu diayunkan, menghantam medan yang ada dibawahnya.


"...!"


Greyworth dan Leonora melompat bersamaan.


Lalu, sebuah gelombang kejut meretakkan tanah.


Disertai suara keras, sebuah ledakan menghempaskan puing-puing dalam jumlah besar kearah cakrawala, menyebar secara radial.


Tercungkil, tanahnya berubah menjadi sebuah gelombang kejut, menelan bangunan kota yang ada di jalurnya.


"–Wahai roh Juggernaut, berubahlah engkau menjadi benteng yang kokoh!"


Velsaria mengulurkan kedua tangannya.


Banyak dinding kokoh bermunculan untuk memblokir gelombang besar dari puing-puing.


Awan debu yang tebal dihempaskan dari tanah berubin, berhamburan keatas kepala Velsaria.


Seraya mempertahankan kuantitas dari dinding itu, dia melirik ke belakangnya.


Melihat para Ratu melarikan diri menjauh dari medan pertempuran, dia menghela lega.


...Kayaknya dia telah berhasil melindungi.


(...Beneran deh, kekuatan gila macam apa ini....)


Dengan ekspresi terkejut, Velsaria bergumam pelan.


Disisi lain dari awan debu itu, sebuah siluat besar perlahan terlihat.


Berpusat pada Elemental Lord Tanah, sebuah kepingan berbentuk mangkuk dari area Ibukota Suci telah dihancurkan.


"....! Dampaknya saja sudah mengakibatkan kerusakan separah ini..."


Sebuah elemental waffe dengan kekuatan defensif yang kecil pasti nggak akan bisa bertahan.


"Velsaria Eva—"


Lalu, dia mendengar suara didekat situ.


Leonora berdiri diatas dinding.


"Bisakah Benteng milikmu memblokir itu?"


Berkata begitu, Leonora mengacungkan ujung pedang besarnya pada raksasa itu.


Mungkin yang dia maksudkan adalah tangan Elemental Lord.


"Aku nggak bisa janji. Meski dengan melepaskan kekuatan penuh Dreadnought, kurasa hanya bisa memblokir dua serangan."


Velsaria mengangkat bahu.


"Begitukah? Kalau begitu, menyuruhmu terus bertahan sebagai perisai kami merupakan hal yang mustahil."


"Sejak awal memang mustahil melakukan pertempuran yang berlarut-larut."


Memegang sebuah pedang iblis berwarna merah darah, Greyworth muncul dari ruang hampa yang terbuka.


"Elemental Lord Tanah bisa menyerap kekuatan tanah untuk menjadi lebih kuat. Misalkan avatar ini memiliki kemampuan yang sama, maka satu-satunya solusinya adalah menggunakan kekuatan penuh kita dan mengalahkannya dalam sekali serang–"


Lalu, terjadi tiga ledakan cahaya berasal dari bayangan raksasa yang menggeliat.


"Dengarkan panggilanku, roh Garuda, Gigas, Ladon!"


Tiga roh militer muncul di kaki Elemental Lord Tanah.


Seekor roh berbentuk burung, roh humanoid memegang tongkat, dan roh ular raksasa.


Mereka merupakan roh militer milik Muir Alenstarl, masing-masing roh itu mampu menghancurkan sebuah benteng sendirian, tapi mereka dibuang karena ketidakmampuan para elementalis biasa untuk mengendalikan mereka, oleh karena itu didegradasi menjadi relik-relik dari masa lampau. Akan tetapi, Muir memiliki kemampuan khusus Jester's Vise yang mana bisa memaksa para roh mengamuk, dengan demikian membuat kerugian itu sepenuhnya gak berpengaruh.


"Hancurkan semuanya!"


Suara Muir terdengar.


Dengan perintahnya, roh burung Garuda raksasa mengepakkan sayapnya kuat-kuat, menghempaskan awan debu.


Roh ular Ladon menggunakan tubuhnya untuk melilit kaki raksasa Elemental Lord Tanah.


Disaat Garuda menyerang dari udara, Gigas memukul badan raksasanya.


"Berkoordinasi dengan Muir Alenstarl dan kalahkan dia secepatnya!"


Memegang Vlad Dracul, Greyworth berlari.


Dengan hentakan pada dinding benteng dibawah kakinya, Leonora melompat ke udara.


"Dracunia Style Blade Arts—Flying Dragon Fierce Slash!"


Sambil berteriak, dia mengayunkan pedang besar miliknya dari udara untuk mendaratkan serangan ganas pada bahu Elemental Lord Tanah.


Sebuah serangan berkekuatan penuh dilakukan seraya Dragon Blood aktif, serangan itu merobek bahu raksasa itu.


Tubuh raksasa Elemental Lord Tanah berguncang.


"Aha, kekuatan gila milik mbak Naga emang luar biasa!"


Memanfaatkan kesempatan ini, Muir Alenstarl dalam diam melesat maju.


Dari dada seragam pembunuh berwarna hitam itu, dia mengeluarkan sejumlah kristal roh dan segera melemparkannya.


Kilatan cahaya meledak, menyerang Elemental Lord Tanah.


Lima petir meledak pada kaki raksasa itu secara bersamaan.


Ini merupakan Flare Balloon–roh militer khusus untuk menghancurkan benteng.


Mereka merupakan roh-roh militer tipe api yang secara otomatis melacak target mereka untuk melakukan bom bunuh diri.


Elemental Lord Tanah meraung. Nggak jelas apakah itu karena kesakitan atau marah–


Boom! Boom boom boom boom!


Diarahkan pada raksasa yang meraung, tembakan artileri menyerang.


Ini adalah tembakan semua meriam sekaligus dari Dreadnought milik Velsaria.


Lalu, suatu sosok dengan cepat bergerak berkelok-kelok diantara tembakan proyektil yang berkelanjutan.


Rambut abu-abu berkibar diterpa angin. Bilah pedang iblis itu meninggalkan jejak afterimage berwarna merah.


Greyworth Ciel Mais—sang Penyihir Senja yang memegang gelar terkuat di benua.


Melepaskan divine power, dia melompat, melesat naik pada tangan Elemental Lord Tanah.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Penghancur—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Enambelas Tebasan Beruntun!"


Kilatan tebasan pedang dalam jumlah banyak mencincang batu yang membentuk Elemental Lord Tanah.


Dihadapkan pada teknik Absolute Blade Arts untuk membinasakan roh-roh kelas archdemon, nggak ada roh yang bisa lolos dari nasib kehancuran.


Akan tetapi–


ROOOOOOOOAAAAAAAAAR!


Dengan raungan yang mengguncang tanah, Elemental Lord Tanah berdiri.


Pepohonan yang menutupi tubuhnya memperbaiki lapisan batu yang hancur dalam sekejap.


"Apa!?"


Elemental Lord Tanah menghancurkan Gigas yang ada di kakinya dan menggunakan kedua tangannya untuk merobek kepala Ladon yang melilit kakinya.


"....Dia bisa beregenerasi, huh? Sungguh merepotkan."


Greyworth bergumam jengkel.


Dengan Ibukota Suci melayang di udara, divine power di tanah tidaklah nggak terbatas, tapi masih cukup untuk memberi avatar Elemental Lord Tanah untuk memperbaiki kerusakan pada tingkat tertentu.


"–Nggak masalah. Kita cuma perlu menghancurkan lebih cepat daripada kemampuan dia bisa beregenerasi."


Memegang Dragon Slayer, Leonora tersenyum.


"Apa, itu cukup sederhana."


Muir mendarat ringan di tanah dan berkata.


"....Sungguh bisa diandalkan."


Greyworth tersenyum masam.


"Tapi mahluk itu sungguh kokoh."


"Gimanapun juga dia itu Elemental Lord Tanah, meski cuma avatar sih–"


Pepohonan perlahan menutupi bagian atas dari tubuh raksasa Elemental Lord Tanah.


Permukaannya, yang sebelumnya seperti gunung batu, telah berubah menjadi hutan yang lebat.


"Jadi itu penampilan asli Lode Gear, huh–"


Kening Greyworth meneteskan keringat dingin.


Dia bisa merasakan kekuatan dari tanah yang terkumpul pada bagian dalam Elemental Lord Tanah.


"Datang–"


Tepat saat dia bergumam, hutannya berguncang.

Bagian 4[edit]

"...! Kyahhhh!"


Hembusan angin ganas menghempaskan tubuh Claire yang mungil, menghantamkan dia pada tanah.


Dampak yang kuat. Tanpa perlindungan Einherjar, tubuhnya mungkin sudah hancur.


"—Claire!"


Rinslet menembakkan sebuah Panah Pembeku untuk menghadang Belphal yang mendekat.


Akan tetapi, sang Penguasa Angin mengayunkan tombak sihirnya di udara, dengan mudah menghempaskan peluru es itu. Dia mendarat ringan di tanah dan melakukan tusukan pada Claire yang terengah-engah dengan tombak sihirnya.


Disaat-saat terakhir, sayap Einherjar dikerahkan dalam menanggapi suara Claire.


Sebuah semburan api mendorong tubuh Claire ke belakang.


—BOOM!


Kehilangan dari targetnya, tombak sihir itu menghasilkan sebuah lubang besar ditanah.


"...! Scarlet, makasih..."


Claire berdiri dan menjilat bibirnya.


Didalam deru penghalang angin itu–


Tim Scarlet telah mengepung Belphal, menghadapi dia.


Dengan sebuah senjata sihir angin di tangannya, cewek berambut emerald itu dengan tenang memperhatikan keempat lawannya.


Mata birunya menampilkan haus darah yang mengerikan.


Dengan gemuruh pelan, angin meninggalkan goresan luka pada kulit Claire dan rekan-rekannya.


"....Sungguh kuat, seperti yang diduga."


Kata Claire sambil memegang Flametongue erat-erat.


"Ya, sejujurnya, aku betul-betul pengen melarikan diri."


Ellis mengerang dengan wajah menderita.


Tentunya, dia paham kalau itu nggak mungkin.


Penghalang angin yang dikerahkan mencakup seluruh alun-alun.


Seseorang mungkin akan tercabik-cabik hanya dengan menyentuhnya.


"...Satu-satunya pilihan kita adalah mengerahkan semuanya dan berjudi. Ayo maju."


"Ya."


Mengangkat Ray Hawk, Ellis mengangguk.


Di belakang, Rinslet juga menyiapkan busur panah es miliknya. Dikerahkan oleh Fianna, Save the Queen memberi bantuan perlindungan pada seluruh tim. Ini merupakan formasi standar dari Tim Scarlet untuk melawan roh kuat. Akan tetapi–


(...Aku nggak yakin apakah ini bisa berhasil melawan roh humaniod tingkat tinggi.)


Sang Penguasa Angin mengangkat tombak sihirnya.


"Roh Senjata–tombak sihir Brionac, tunjukkan kekuatanmu!"


Rumble rumble rumble rumble rumble!


Angin ganas dihasilkan dari ujung tombak sihir itu, membentuk sebuah tornado besar.


Sambaran petir berwarna biru-putih yang gak terhitung jumlahnya bisa terlihat didalam tornado itu.


"Lenyaplah, antek-antek Ren Ashdoll–"


"....! Serangan datang!"


Claire berteriak nyaring.


Tornado disertai petir itu menyapu puing-puing disekeliling dan mengarah pada mereka.


Penghalang anginnya bisa terdengar dibelakang mereka. Nggak ada jalan untuk melarikan diri.


"–Semuanya, mundurlah! Aku akan menahannya."


Fianna segera mengayunkan rapier elemental waffe miliknya.


Sebuah penghalang suci segera muncul, memblokir tornado itu.


Luminous Wall. Ini merupakan sihir suci tingkat tinggi yang diperkuat oleh Save the Queen.


Saat tornado itu membuat kontak dengan penghalang suci tersebut, petir biru-putih langsung meledak.


"....! Ini gak bisa menghentikannya!?"


"Wahai angin, berubahlah menjadi penghalang yang kokoh–Wind Wall!"


Diatas penghalang cahaya itu, Ellis menambahkan sebuah lapisan tambahan, sebuah penghalang angin, untuk memblokir tornado itu.


Akan tetapi–


"Bodoh. Aku nggak menyangka kau menggunakan angin setingkat itu untuk memblokir anginku–"


Belphal mengayunkan tombak sihir Brionac.


RUMBLE!


Berpusat pada tornado itu, tornado lain muncul, seketika menghapus penghalang sihir tersebut.


"...! Kyahhhhhhhh!"


Badai angin dan petir yang ganas mengamuk.


Keempat cewek terhempas ke udara, tersayat pedang-pedang angin, lalu terbanting keras ke tanah.


"Cough... Huff...!"


Dampak yang kuat membuat Ellis batuk darah.


Deru angin ganas itu terus berlanjut tanpa henti. Penghalang milik Fianna mungkin juga terhapus.


".....! Yang Mulia!"


Meraih Ray Hawk, Ellis berusaha ke sisi Fianna.


"...!?"


Tapi tepat didepan dia, cewek berambut emerald muncul.


Belphal dengan dingin menatap Ellis dan mengayunkan tombak sihir tersebut.


"...!"


Pelindung bahu Sylphid Knight hancur. Ellis merasakan rasa sakit yang tajam pada bahu kanannya.


Kalau dia bereaksi terlambat sedikit saja, ujung tombak itu mungkin telah menusuk dadanya.


Darah mengalir layaknya sumber air. Ellis jatuh ke tanah dan berguling.


"—Ellis!"


Berdiri, Claire mengayunkan Flametongue.


Dihadapkan dengan tebasan berwarna merah yang terbang ke segala arah, sang Penguasa Angin menghindarinya dengan santai.


"Oh? Seekor roh senjata, orang yang selamat dari para Scarlet Valkyrie, huh...?"


"Scarlet adalah rekanku, bukan senjata!"


Flametongue berkobar ganas.


Belphal sedikit mengernyit dan menjauh dari jangkauan serangan cambuk itu.


"...! Jangan harap kau bisa kabur, Panah Pembeku!"


Rinslet menembakkan peluru-peluru es.


Salah satu dari sekian banyak anak panah tersebut mengenai kaki sang Penguasa Angin, membekukan dia ditempat.


"Berhasil!"


Melihat itu, Rinslet bersorak, tapi...


"...!?"


Sosok Belphal menghilang.


Sesaat setelahnya, cewek itu muncul di belakang Fianna.


"–Fianna, di belakangmu!"


"Huh?"


Mendengar suara Claire, Fianna segera memalingkan kepalanya ke belakang.


Penguasa Angin yang baru muncul melakukan tikaman menggunakan tombak sihirnya pada Fianna yang tak terjaga–


CLAAAAAAANG!


Suara benturan baja menggema di seluruh alun-alun yang dipenuhi dengan suara pusaran angin.


"—Apa!?"


Tombak yang ditikamkan itu diblokir oleh sebuah perisai besar yang memancarkan cahaya putih-perak.


O-Ohhhhhhhhhhhhh—


Sebuah raungan pelan keluar dari dalam armor kosong.


"...Georgios!"


Fianna membelalakkan matanya.


Roh ksatria miliknya menanggapi krisis tuannya, berubah kembali menjadi wujud roh dengan keinginannya sendiri.


"—Mohon mundurlah, tuanku."


"...!? K-Kau bisa bicara!?"


Fianna berteriak terkejut.


Georgios menghentak tanah, secara paksa mendorong mundur Belphal menggunakan perisai besar miliknya.


"Imperial Ancient Blade Arts—Shield Smash!"


Sebuah serangan samping menggunakan perisai besar itu menepis tombak sihir milik sang Penguasa Angin.


Memanfaatkan kesempatan saat lawannya kehilangan keseimbangan–


Georgios mengeluarkan teknik pedang.


"Imperial Ancient Blade Arts—Meteor Slicer!"


Tubuh besar Georgios melangkah maju dengan kekuatan penuh, melakukan tusukan bertubi-tubi menggunakan pedang besar miliknya, tusukan itu layaknya meteor.


"–Roh ksatria rendahan, beraninya kau bertindak kurang ajar!"


Menampilkan emosi untuk pertama kalinya, sang Penguasa Angin berteriak.


Dia menghidari serangan beruntun pedang itu dan mengumpulkan angin pada ujung tombak Brionac.


"Jangan lupakan aku!"


Memanipulasi Flametongue dengan terampil, Claire melindungi Georgios.


Sang Penguasa Angin menghilang lagi.


"...! Tipuan angin lagi!?"


Terkejut, Claire segera mulai mencari hawa keberadaan disekeliling.


Dia merasakan getaran samar di belakang Rinslet.


"—Rinslet!"


Claire menghentak tanah kuat-kuat.


Einherjar menyemburkan api ganas dan terbang kearah sana layaknya kilatan cahaya merah.


Dia bisa melihat Belphal di belakang Rinslet sekarang, mau menusukkan tombak sihirnya.


Seketika, Claire memeluk Rinslet dan tiarap di tanah.


"...Ah... Cough—!"


Rasa sakit yang tajam.


Ujung tombak Brionac menghantam Einherjar, menikam bagian sisi Claire.


"C-Claire, apa kau nggak apa-apa!?"


"....C...Cepat, lari...."


Dipelukan Rinslet, Claire mengerang kesakitan.


"–Lenyaplah, para princess maiden Ren Ashdoll."


Sang Penguasa Angin menatap dingin kedua cewek itu dan mengangkat tombak sihir miliknya.


–Disaat yang bersamaan....


Masa kobaran api terang muncul didepan Claire dan Rinslet yang tumbang.


"...Huh?"


Claire hanya bisa berseru terkejut.


Api itu berkobar ganas.


Di tengah kobaran api itu ada seorang wanita cantik berambut merah.


Yang dipegang di tangannya adalah sebilah pedang besar membara.


Setelah melirik Claire yang berlumuran darah, dia menampilkan amarah di matanya.


Niat membunuh yang kuat ini seketika berubah menjadi kobaran api yang semakin kuat.


"–Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Claire."


"Nee-sama!?"


Sang Ratu Bencana–Rubia Elstein–telah tiba.

Bagian 5[edit]

CLAAANG!


Didalam aula besar Istana Holy Lord, bisa terdengar pedang-pedang yang saling bertebasan dengan ganas.


Holy Maiden dan Raja Iblis–dua orang yang mana keduanya mewarisi kekuatan dari Elemental Lord tengah bertempur dalam pertempuran akhir.


Dua Demon Slayer memancarkan cahaya putih-perak.


Setiap kali bilah kedua pedang itu bersilangan, percikan berwarna biru-putih bertebaran.


Percikan api yang dihasilkan bukanlah dari gesekan antara baja, percikan ini berasal dari divine power berjumlah besar yang mengalir pada kedua pedang.


(Jadi ini kekuatan dari Terminus Est milik Holy Lord, huh!?)


Hanya dari beberapa kali bersilangan pedang, Kamito bisa merasakan kekuatan yang sangat besar milik musuh.


Kedua pihak memiliki akses pada divine power yang gak terbatas, tapi Kamito memiliki batasan waktu.


–Dia harus menyelesaikan pertempuran ini sebelum Elemental Lord Air berubah menjadi Gerbang menuju Dunia Lain.


(Nggak ada gunanya pakai trik murahan. Aku harus mengeluarkan semua kemampuan ilmu pedangku dan mengalahkan dia dengan kekuatan penuh!)


"Ohhhhhhhhhhhhh!"


Dengan teriakan keras, Kamito bergerak maju.


Menggunakan Demon Slayer untuk melakukan serangan awal, dia kemudian melakukan tebasan cepat menggunakan Vorpal Sword.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz, Furious Thunder!"


Memancarkan cahaya yang lebih gelap daripada warna malam, bilah pedang itu bergerak dalam lintasan melengkung.


Ini merupakan tebasan beruntun yang dilakukan satu tangan. Petir hitam dilepaskan dari bilah pedangnya menyapu tanah, mengarah pada Holy Lord.


" Cahaya milikku, hapuslah gelapnya malam–Sanctum Guard!"


Sambil menangkis pedang iblis yang mendekat, Holy Lord merapal sihir roh.


Seketika, armor emas miliknya terselimuti cahaya suci yang menyilaukan, menetralisir petir iblis hitam itu.


(Gak bisa kupercaya dia menggunakan sihir roh untuk bertahan dari petir berasal dari Vorpal Sword–)


Kamito mendecakkan lidahnya dan melompat ke samping. Dengan satu ayunan dari Terminus Est, Holy Lord menghancurkan lantai aula.


"...!"


Setelah menghindari bahaya tersebut, Kamito segera memperbaiki posturnya dan menggunakan Demon Slayer untuk memblokir serangan pedang yang berikutnya. Suara baja berbenturan menggema.


Ilmu pedang yang ditampilkan Holy Lord mungkin merupakan apa yang telah dilatih oleh wadahnya, Sacred Maiden Areishia.


Itu nggak seperti ilmu pedang ksatria ortodok yang digunakan Luminaris. Tentu saja, itu juga berbeda dari kemampuan tempur pembunuh yang Kamito kuasai. Sebaliknya, ini merupakan ilmu pedang kuno yang berasal seribu tahun lalu yang telah lama hilang.


Pergerakan Holy Lord tidaklah lihai, tapi didukung oleh divine power yang sangat besar, masing-masing ayunan pedang itu sangat berbahaya. Kalau Kamito nggak memegang dua pedang kelas terkuat, dia nggak akan bisa bertahan meski memiliki kekuatan Elemental Lord Kegelapan.


(–Jadi ini tarian pedang sang Sacred Maiden, huh?)


Berkebalikan dengan Kamito yang setiap pergerakannya merupakan teknik ultimate, mereka ibarat dua kutub magnet yang berbeda.


"Apa cuma segini kemampuanmu, penerus Ren Ashdoll?"


Dengan dua pedang saling mengunci diantara mereka, mereka berdua saling bertatapan.


"Ataukah harus kukatakan, cuma ini saja yang bisa dilakukan Demon Slayer palsu?"


"....! Apa kau bilang?"


Bisa saja ini ejekan, atau sekedar penyampaian dari kekecewaan.


Akan tetapi, ucapan Holy Lord betul-betul membuat Kamito jengkel.


"–Aku nggak bisa berpura-pura nggak dengar itu."


Menatap mata jernih itu, Kamito menjawab pelan.


"Jangan menghina rekanku!"


Divine Power hitam legam kekuar dari sekujur tubuh Kamito.


"–Ayo lakukan, Est dan Restia!"


Menanggapi semangat Kamito, kedua segel roh di tangannya bersinar terang.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Keenam—Crushing Fang, Partner Dance!"


Bilah kedua pedang itu menghantam keras Terminus Est.


Ini merupakan Absolute Blade Art anti-personil untuk menghancurkan elemental waffe.


Tentu saja, teknik ini tidaklah cukup untuk menghancurkan pedang suci terkuat.


Akan tetapi, dampaknya berhasil membuat Holy Lord sedikit kehilangan keseimbangan.


Seketika, Kamito menghilang. Dia merendahkan posturnya dan mengayunkan pedang miliknya untuk menyerang tubuh bagian bawah musuh.


Ini adalah Flying Snake, sebuah kemampuan pembunuhan dari Sekolah Instruksional.


Terdengar suara metalik. Ujung pedangnya ditangkis oleh pelindung kaki.


Akan tetapi, ini hanyalah sebuah pengalihan.


Dengan posturnya yang pada dasarnya berbaring di tanah, Kamito melepaskan divine power sekaligus, menghancurkan ubin batu dibawah kakinya–!


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketujuh—Biting Dragon, Swift Lightning!"


Diubah dan merupakan turunan dari Bentuk Pertama, Purple Lightning, bentuk ini merupakan Absolute Blade Art anti-udara yang dilakukan dengan sebuah tebasan keatas dengan kecepatan dewa.


Kedua pedang itu menembus cahaya yang menyelimuti Holy Lord, meninggalkan retakan berbentuk silang pada armor Holy Lord.


"–Wahai cahaya pembunuh iblis, murnikan kegelapan kuno!"


Holy Lord menciptakan pedang cahaya yang gak terhitung jumlahnya, menembakkannya pada Kamito yang tengah melayang di udara.


Melihat itu, Kamito melepaskan divine power di udara. Dengan jejak berbentuk lengkungan, dia mendarat di belakang Holy Lord.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning, Tarian Kilat Ganda!"


Secepat petir, dia mengayunkan pedang miliknya untuk menyerang.


Akan tetapi....


"—Trik murahan!"


Sambil berbalik, Holy Lord menggunakan bilah Terminus Est untuk menangkis Absolute Blade Art itu.


(....! Mempertimbangkan waktunya, gak bisa kupercaya dia bisa melihat Purple Lightning!?)


Meskipun dia nggak menampilkan ekspresi apa-apa diwajahnya, Kamito cukup terkejut dalam hatinya.


Pergerakannya telah terbaca seluruhnya.


"Biar kuberi pencerahan padamu, alasan kenapa wadahku, Sacred Maiden Areishia Idriss, dikenal sebagai elementalis terkuat–"

Bagian 6[edit]

Raungan Elemental Lord Tanah terdengar di kejauhan, mengguncang udara.


Suara ledakan dan pertempuran sengit bahkan mencapai sebuah kuil yang dilindungi oleh sebuah penghalang yang kokoh.


Setelah mundur dari medan pertempuran, keempat Ratu yang kuatir berkumpul didepan sebuah altar.


Mereka gak bisa disalahkan. Gimanapun juga, nggak seperti para siswi dari Akademi Roh Areishia, para Ratu yang berasal dari Divine Ritual Institute nggak pernah menerima latihan tarian pedang.


Dengan terjadinya gempa bumi lagi dan lagi, kuil kecil yang bertindak sebagai naungan mereka nampak bisa rubuh kapan saja.


"Wahai Elemental Lord—"


Ratu Api Reicha menggerakkan bibir pucatnya, berdoa pelan.


Para Ratu, yang melayani kelima Elemental Lord Agung secara langsung, mengetahui lebih baik daripada siapapun soal kekuatan mengerikan dari para Elemental Lord.


Para Elemental Lord merupakan mahluk yang menguasai Astral Zero dan alam manusia.


Mereka merupakan perwujudan dari kekuatan tertinggi atas elemen.


Mereka merupakan mahluk yang sudah pasti gak bisa ditentang oleh mahluk fana.


(Tapi–)


Cewek-cewek itu bertarung. Demi melindungi dunia ini, mereka menantang para penguasa mutlak.


Akan tetapi, apa cuma gemetar ketakutan saja yang bisa dilakukan para Ratu?


Apa berdoa pada langit, meratapi ketidakberdayaan mereka sendiri merupakan satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan?


Ada suara keras, mengguncang kuil. Pecahan bebatuan berjatuhan dari langit-langit dan berhamburan di lantai.


Saling berpelukan, para Ratu cuma bisa ketakutan.


(Apa ada sesuatu... sesuatu yang bisa kami lakukan–)


Reicha mengumpulkan keteguhan hatinya dan mengangkat kepalanya.


Lalu, kristal roh yang terpasang didepan altar memasuki pandangannya.


Ini merupakan perangkat untuk menyampaikan doa dari para princess maiden diseluruh kota.


Disaat dia melihat perangkat itu, Reicha seketika punya ide.


"–Nia, Feilei, Sylpha, maukah kalian mendengar ideku?"


Menatap mereka bertiga bergantian, Reicha bertanya ragu-ragu.


Diantara para Ratu, dia adalah yang paling muda.


"...Apa itu, Reicha?"


Tanya Ratu Tanah Nia.


"Menggunakan perangkat penyampai suara itu, bisakah kita menyampaikan suara kita pada para princess maiden yang ada di alam manusia?"


"...?"


Kebingungan, ketiga cewek itu saling bertatap muka.


"Aku berpikiran meminta semua princess maiden diseluruh benua untuk berdoa, untuk menenangkan jiwa para Elemental Lord."


"Seluruh benua!?"


Ratu Air Feilei sedikit membelalakkan matanya.


"Ya. Seluruh benua."


Reicha berkata tegas.


Di alam manusia, ribuan princess maiden sangat memperhatikan nasib dunia. Jika mereka mempersembahkan doa mereka, mungkin mereka akan bisa menyadarkan kembali jiwa mulia para Elemental Lord.


"....Itu mustahil."


Namun, Sylpha sebagai yang tertua menggeleng.


"Tujuan perangkat ini hanyalah menyampaikan doa pada kota. Menyampaikan suara kita ke seluruh penjuru benua akan betul-betul–"


Para Ratu bisa menyampaikan sabda Elemental Lord ke alam manusia. Akan tetapi, memperluas jangkauannya untuk mencapai semua princess maiden diseluruh penjuru benua sangatlah nggak masuk akal. Ratu yang tetap terbaring di kasur setelah menyampaikan sabda Holy Lord merupakan contoh yang tak terbantah.


"Nggak perlu lama. Kalau kita bekerja sama disini–"


Dengan keteguhan yang besar dimatanya, Reicha Menatap ketiga Ratu yang lain.


Pada keteguhannya ini–


"...Baik. Ayo kita coba."


Ratu Angin mengangguk.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 8 - Doa Para Princess Maiden[edit]

Bagian 1[edit]

Dibawah Gerbang menuju Dunia Lain, menebus langit...


Dua kilatan cahaya, satu berwarna putih dan satunya berwarna hitam, terus berkejaran dan bertabrakan, begitu cepat hingga membuat pusing untuk mengikuti pergerakannya dengan mata telanjang.


Serangan-serangan pedang berhantaman dengan kecepatan dewa, seketika menghasilkan hujan percikan api dan dentuman logam dari pedang-pedang itu.


(....! Apa yang terjadi!?)


Seraya terlibat dalam pertempuran sengit, Kamito bergumam kebingungan.


(Dibandingkan yang sebelumnya, pergerakan itu betul-betul berbeda!?)


Setiap serangan yang dilancarlan oleh Kamito terbaca sepenuhnya.


Ada yang aneh. Dia punya firasat semacam ini.


"Apa kau merasa ini menarik, Ren Ashbell?"


Seraya bersilangan pedang, Holy Lord berbicara.


"Aku sudah mendapatkan sebagian besar hak kendali dari wadah ini dari dia."


"Apa yang kau bicarakan?"


"Gimanapun juga, aku harus terbiasa dengan tubuh ini."


Mendengar itu, Kamito mengerti. "Dia" yang disebutkan ini mengacu pada–


"...Sacred Maiden Areishia!"


"Areishia Idriss adalah princess maiden terbaik didalam sejarah umat manusia. Ini juga merupakan salah satu alasan kenapa aku memilih dia sebagai sebuah wadah."


"....Jadi begitu, jadi itu sebabnya pergerakan pesangku terbaca, jadi itu adalah–"


Intuisi seorang princess maiden.


Itu merupakan kemampuan yang dimiliki oleh para princess maiden tingkat tinggi seperti Rubia dan Fianna, serta Claire meski dalam gaya yang tak bisa diandalkan.


Bakat alami ini memungkinkan mereka untuk merasakan fenomena di dunia dalam bentuk firasat.


Intuisi Sacred Maiden Areishia bisa dikatakan jauh melampaui Rubia yang dikenal sebagai princess maiden paling elit.


Intuisi tajam pada dasarnya mirip dengan memprediksi masa depan.


'"(....Mengayunkan pedang dengan insting bukannya mengandalkan ilmu pedang, huh,?)


Demon Slayer dan Terminus Est menghasilkan percikan api diantara mereka.


Holy Lord melangkah maju, melanjutkan serangan berikutnya.


Tebasannya bahkan lebih cepat. Pergerakan ini hampir seolah dilakukan oleh orang yang berbeda.


".....!"


Kamito melepaskan divine power yang terkumpul dan melompat mundur untuk memberi jarak.


"Maju dan tembuslah–Vorpal Blast!"


Dia mengayunkan pedang iblis kegelapan. Petir hitam menyerang Holy Lord.


Akan tetapi, divine power cahaya yang terpancar disekujur tubuh Sacred Maiden menetralisir petir kegelapan tersebut.


"...Nggak mungkin!?"


Gak disangka serangan itu dibatalkan hanya dengan divine power–

Menghancurkan ubin lantai di bawah kakinya, Holy Lord mendekat pada Kamito.


Kamito segera mempertimbangkan untuk menghindar, tapi dengan cepat mengabaikan pikiran itu. Gimanapun juga, pergerakannya akan diprediksi oleh intuisi princess maiden meskipun dia berusaha menghindar. Kalau begitu–


Kamito menyiapkan kedua pedangnya dan memilih langsung menghadapinya.


Dia akan menggunakan kekuatan penghancur yang besar serta kuantitas serangan untuk menundukkan musuh!


"Absolute Blade Arts—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Enambelas Tebasan Beruntun!"


"Terminus Est, O ratu baja yang menguasai semua pedang–"


Seketika, pedang cahaya berjumlah banyak muncul disekitar Holy Lord.


Pedang cahaya yang dilepaskan tersebut memblokir setiap serangan Kamito.


(...! Setiap serangan dari Bursting Blossom Spiral Blade Dance diblokir!?)


Tidak, nggak cuma diblokir.


Dua pedang cahaya berhasil lolos dan melukai kaki dan lengannya.


"Guh—!"


Mengerang, Kamito terjatuh berlutut satu kaki.


"Berakhir sudah, Ren Ashbell!"


Holy Lord mengangkat pedang suci miliknya.


Divine power dalam jumlah besar keluar dan memancar.


Bersinar dengan cahaya putih-perak, bilah Terminus Est mengubah seluruh Istana Holy Lord menjadi putih polos.


Ini adalah cahaya yang telah menghancurkan daratan Ragna Ys.


Tidak, ini melampaui cahaya itu.


"O kegelapan, kembalilah menuju ketiadaan–Deus Ira!"


Pedang cahaya yang menjulang ke langit tersebut diayunkan ke bawah.


Seketika, Kamito melepaskan divine power, menuangkannya pada Demon Slayer.


"Absolute Blade Ultimate—Last Strike, Dual!"


Ini merupakan teknik terkuat yang mana Greyworth sampai harus mempertaruhkan nyawanya untuk mengajarkan pada Kamito, teknik yang dia gunakan untuk mengalahkan Rubia saat babak final Blade Dance.


Kedua pedang itu bertabrakan.

Bagian 2[edit]

"—Huh?"


Reishia tiba-tiba berhenti saat berjalan menuju puing-puing di jalanan.


"Reishia, ada apa?"


Berjalan disampingnya, Rakka bertanya.


Karena Kota Akademi rusak parah akibat serangan dari para roh iblis beberapa hari lalu, para siswi, dipimpin oleh para Sylphid Knight, sibuk dengan rekonstruksi.


"....Apa kau dengar suara barusan?"


"Suara?"


Rakka mengangkat alisnya kebingungan.


"Suara roh?"


"B-Bukan. Itu kedengaran seperti seseorang memanggil–"


<—Mohon... persembahkan... doa kalian—>


"...! A-Aku juga dengar!"


Terkejut, Rakka menjatuhkan gada elemental waffe miliknya ke tanah.


Para siswi yang membantu pekerjaan rekonstruksi di alun-alun menatap tanah, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.


<Aku Ratu Api Reicha Alminas. Aku membutuhkan kalian semua untuk membantu sekarang ini—>


"Seorang Ratu!?"


Bagi para elementalis, para Ratu merupakan orang paling penting.


Gimanapun juga, sabda tidak diteruskan secara langsung pada masing-masing individu.


<Saat ini, Tim Scarlet sedang bertempur.>


"Kapten dan rekan-rekannya–"


Kedua ksatria itu tampak tersentak.


Para anggota Sylphid Knight beserta para siswi Kelas Gagak ada di alun-alun.


Mereka juga tampak seperti sedang mendengarkan ucapan sang Ratu.


Mereka mengetahui kebenarannya, bahwa demi mencegah kehancuran dunia, Kamito dan Tim Scarlet serta kepsek Greyworth saat ini tengah bertempur di Astral Zero–


<Kumohon, semuanya–>


Tentunya, para siswi di alun-alun semuanya berlutut dan mulai berdoa agar para Elemental Lord kembali stabil.

Bagian 3[edit]

Di wilayah Laurenfrost, didalam aula yang terbuat dari batu di kastil Winter Gulf, Judia Laurenfrost yang bertindak sebagai penguasa menengadah meskipun dia buta.


"Mireille, apa kau mendengarnya?"


"Ya, jadi kau juga dengar, Judia-oneesama?"


Memeluk seekor roh musang, Mireille menjawab.


"Saya juga mendengarnya. Sebuah sabda dari seorang Ratu, jadi begitu?"


Berdiri di samping, maid Milla Bassett juga mengangguk.


"Ehhh, apa yang terjadi? Saya masuk hitungan?"


Carol berbicara dengan panik.


Suara itu merupakan hasil dari sihir roh.


Tentunya, hanya para princess maiden yang bisa mendengar suara Ratu.


"Onee-sama dan Kamito-sama saat ini sedang bertempur."


Milla memberitahu Carol tentang sabda Ratu.


"Nyonya..."


Carol menengadah ke langit.


"Mungkin doa kita bisa membantu membangunkan para Elemental Lord."


Berkata demikian, Judia menyatukan kedua tangannya.


"Mari kita semua berdoa."


"Ya, saya akan mempersembahkan usaha saya juga dan menyemangati anda, nyonya!"


Carol mengeluarkan bendera Tim Scarlet yang memiliki pola seekor kucing neraka. Disamping dia, Milla Bassett juga memegang sebuah bendera dengan dua tangan.


"Darimana kalian berdua dapat bendera itu?"

Bagian 4[edit]

"—Wow, Reicha, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mendengar suaranya."


Ini adalah istana besar Karan, ibukota Kekaisaran Quina.


Di taman besar yang dipenuhi bunga teratai, seorang cewek mungil mengenakan pakaian ritual yang megah berbicara gembira.


Dia adalah putri ketiga Kekaisaran Quina, Linfa Sin Quina. Sebagai pemimpin dari Four Gods, dia pernah melawan tim Kamito di Blade Dance.


"Yang barusan itu suara kenalan anda, Linfa-sama?"


Rion "si Burung Vermilion" salah satu dari Four Gods yang berdiri di samping Linfa berperan sebagai penjaga, bertanya.


"Ya, Reicha adalah temanku dikala masih di Divine Ritual Institute."


Linfa mengangguk. Diberkahi dengan bakat-bakat princess maiden tingkat tinggi, dia pernah direkomendasikan sebagai Ratu Elemental Lord Air saat dia masih di Divine Ritual Institute.


Meskipun posisi Ratu pada akhirnya diberikan pada putri pertama, Feilei Sin Quina, Reicha yang lebih junior juga merupakan rekan Linfa ketika ujian proses seleksi.


Dan saat ini, permintaan bantuan dari Reicha sampai pada telinga Linfa.


"Tim Kazehaya Kamito saat ini bertaring melawan anjing-anjing Kerajaan Suci–"


Elementalis terkuat dari Four Gods, Shao Fu "si Macan Putih", menatap langit sambil bergumam.


"haaaaah, aku sungguh ingin pergi juga. Aku betul-betul ingin melawan para Elemental Lord."


Menepukkan tangannya pada sarung tangan elemental waffe miliknya, dia gelisah penuh semangat.


"Shao-oneesama..."


"Omongkosong apaan yang kau bicarakan?"


Hakua dan Rao bergumam gak berdaya.


"Shao, kau masih memikul misi menjaga aku."


"Ya ya, aku tau. Yah, karena Ratu meminta bantuan, itu artinya Kamito dan yang lainnya sedang dalam pertempuran yang sulit."


"Ya, begitulah. Ayo bersiap untuk berdoa sekarang. Kita masih berhutang budi pada si Raja Bejat dan Tim Scarlet. Sekarang adalah saatnya untuk membayar hutang kita!"

Bagian 5[edit]

Sama seperti yang lain, suara sang Ratu mencapai ujung gurun, sampai di istana Teokrasi Alpha.


"Segera kumpulkan semua princess maiden, untuk berdoa pada para Elemental Lord."


Putri Saladia Kahn memberi perintah pada para pengikutnya fi ruang singgasana.


Meskipun penduduk Teokrasi jarang sekali berdoa pada para Elemental Lord, karena penyembahan mereka terhadap Raja Iblis, masih ada kuil-kuil kecil untuk berdoa seperti meminta panenan yang berlimpah.


Orang-orang yang bertempur di Astral Zero saat ini merupakan orang yang berjasa bagi mereka.


Dia ingin melakukan apapun yang mereka bisa untuk membantu orang yang berjasa bagi mereka.


Saladia berbicara pada pria muda berkulit coklat yang berdiri berjaga disampingnya.


"Jio, kau seorang elementalis juga kan? Buruan berdoa."


"Hah, aku ini Raja Iblis. Aku nggak berdoa pada siapapun."


Namun, pria muda yang ditunjuk Saladia sebagai penjaganya menyeringai dan menjawab sinis.


"...~! Jio, astaga!"


Saat Saladia mau mengeluh...


"Tapi, Holy Lord betul-betul membuatku jengkel. Lihat saja akan kuhajar dia."


Pria muda itu tersenyum berani dan berjalan keluar istana.


"Kau mau kemana!?"


"Huh? Beri aku kapal. Ini mudah kan buat seorang ratu?"


"Gak akan kuberi! Kerjakan tugasmu sebagai bodyguardku dengan benar!"


Meskipun ada para pengikutnya, Saladia Kahn berteriak marah.

Bagian 6[edit]

Raungan dari para naga yang tinggal di Dragon's Peak menyebabkan atmosfer berguncang.


"Sepertinya para naga bereaksi pada sabda Ratu juga."


Wakil komandan Knight of Dragon Emperor, Yuri El Cid, menatap langit dan bergumam.


Kemampuan princess maiden terkadang dimiliki oleh para naga berperingkat tinggi. Meskipun ada penghalang bahasa, mereka masih bisa menerima pikiran Ratu.


Banyak api unggun dinyalakan di Benteng Dragon Rock disertai para priestess naga yang berdoa.


Mereka berdoa agar para Elemental Lord yang mengamuk segera tenang, serta untuk keselamatan Leonora Lancaster, sang putri naga yang saat ini bertempur di Astral Zero.


(Leonora-sama...)


"Wakil komandan Yuri, berita buruk!"


Lalu, seorang bawahan berlari mendekat, terengah-engah.


"Ada apa?"


Melihat itu, Yuri tampak terkejut.


"Y-Yang Mulia Raja Naga–"


"Tenanglah. Ada apa dengan Yang Mulia?"


Ksatria naga bawahan itu berbicara dengan wajah pucat.


"....telah menghilang dari Benteng Dragon Rock!"


"Apa kau bilang!?"

Bagian 7[edit]

Pedang-pedang berbenturan, cahaya divine power yang menyilaukan memancar ke sekeliling.


Dihadapkan dengan Deus Ira milik Holy Lord, Kamito mengeluarkan Last Strike, teknik tertinggi dari Absolute Blade Art.


Ini merupakan teknik pedang tertinggi yang memantulkan kekuatan dari sebuah serangan dengan membaca aliran divine power musuh.


Akan tetapi–


"O-Ohhhhhhhhhhhhhh!"


Plink—


Sebuah retakan muncul pada bilah Demon Slayer saat pedang itu memblokir Terminus Est.


(...! Est!)


—Aktivasi Last Strike tidak gagal.


Namun, teknik itu nggak bisa bertahan terhadap kekuatan penghancur yang sangat besar dari Terminus Est.


Hujan percikan api. Jika pedang-pedang itu terus berhantaman, Est akan hancur–!


Setitik keraguan itu menganggu divine power milik Kamito.


"...!"


Cahaya dari Terminus Est semakin membesar.


Aliran cahaya tersebut menelan Kamito, menghempaskan tubuhnya.


"—Uhuk... Huff...!"


Kamito terlempar menghantam penghalang Istana Holy Lord. Setelah memuntahkan darah, dia tergeletak, tak mampu bangun.


"....Sial...!"


Kamito segera Menatap elemental waffe dikedua tangannya.


–Demon Slayernya nggak hancur. Hanya ada retakan saja pada bilahnya.


Dia menghela lega. Akan tetapi, jari jemarinya yang memegang gagang pedang itu gak lagi punya tenaga.


Pandangan berguncang. Dia menduga bahwa ada banyak tulangnya yang patah.


"Untuk seorang yang palsu, nggak hancur sudah sangat menakjubkan."


Menatap Kamito yang tergeletak di lantai, Holy Lord berbicara.


"...Sudah kubilang, dia bukan palsu...!"


Meludahkan darah yang ada di mulutnya, Kamito melotot pada Holy Lord.


Divine power kegelapan keluar menyelimuti seluruh tubuhnya dan mulai menyembuhkan tubuhnya yang terluka.


....Tapi nggak cukup cepat. Holy Lord perlahan berjalan mendekat.


Tiba-tiba, karena suatu alasan, Sacred Maiden berhenti ditengah aula.


"...?"


"Lihat, Elemental Lord Air sudah akan berubah menjadi Gerbang terakhir."


Dia merentangkan tangannya, menatap langit, seolah mempersembahkan sebuah berkah.


"...Ap-a...?"


Dengan pergerakan lambat, Kamito mengerahkan segala kekuatannya untuk mengangkat kepalanya.


Lalu melihat bahwa singgasana Elemental Lord Air, yang diselimuti Kegelapan Dunia Lain, perlahan berubah menjadi sebuah pilar cahaya.


Jika pilar cahaya tersebut menyebabkan retakan yang ada dilangit semakin melebar–


Holy Lord mungkin akan bisa terhubung dengan mahluk yang ada di sisi lain dari retakan tersebut.


(...Jangan harap... kau bisa... berhasil...!)


Menggenggam erat gagang kedua pedangnya, Kamito berdiri.


"Sayang sekali, sudah berakhir, Ren Ashbell."


Dengan senyum tenang, Holy Lord mengulurkan tangannya pada Gerbang terakhir tersebut.


Lalu....


"Apa?"


Pergerakan Holy Lord tiba-tiba terhenti.


"–Para Elemental Lord kembali stabil?"


"huh?"


Kamito juga mengernyit–


Lalu, dia memahami makna dari kata-kata itu.


Kecerahan pilar-pilar cahaya yang menembus retakan di langit melemah.


(...Apa yang terjadi?)


Apa itu betul-betul bisa bagi para Elemental Lord yang dirasuki Kegelapan Dunia Lain menjadi tenang?


"...Jadi begitu. Jadi itu kelakuan dari para Ratu–"


Holy Lord bergumam. Ada unsur kecemasan pada suara Sacred Maiden.


Kamito nggak paham apa maksud kata-katanya. Ataupun dia mengetahui bahwa banyak princess maiden di alam manusia tengah berdoa, menyebabkan para Elemental Lord mendapatkan kembali setitik kewarasan. Tapi–


"...Kayaknya masih ada harapan, Alexandros."


Kamito menyeringai berani.


"Tidak, ini cuma penangguhan waktu saja. Kegelapan Dunia Lain akan segera menguasai Gerbangnya."


Holy Lord menyatakan dengan dingin.


"...Penangguhan waktu... sudah lumayan bagus–"


Divine power kegelapan yang menyelimuti seluruh tubuh Kamito bergejolak ganas.


"Jadi kau masih belum menyerah? Percuma saja, manusia gak bisa menang melawan para Elemental Lord."


Berkata begitu, Holy Lord memasang kuda-kuda dengan Terminus Est.


(...Teknik tertinggi Absolute Blade Art, Last Strike, gak berhasil–)


Roh pedang terkuat nggak bisa dikalahkan hanya dengan menggunakan Absolute Blade Art milik Kamito.


(Apa yang harus kulakukan–?)


Saat Kamito menggeretakkan giginya.


"–O anak yang manis, maukah kau mendengarkan aku dan bertaruh?"


(–Huh?)


Sebuah suara yang bukan milik Est maupun Restia terdengar didalam benaknya.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Chapter 9 - Kekuatan Sejati[edit]

Bagian 1[edit]

Hutan lebat tumbuh di kaki raksasa tanah itu.


Menyebar secara radial, pepohonan itu muncul layaknya sebuah gelombang besar.


"....! Mundur ke belakang Benteng, jika tidak kalian akan terlahap!"


Velsaria mengeluarkan berlapis-lapis dinding keras dari Deradnought dan menembak secara terus-menerus.


Beberapa bagian hutan hancur, tapi pertumbuhan yang sangat cepat tersebut nggak menunjukkan tanda-tanda melambat.


Akar pepohonan menghancurkan dinding dan merusak armor Velsaria.


"...Gah, ah, ahhhhhhhhhh!"


Velsaria menggertakkan giginya dan mengerang kesakitan.


"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz!"


Greyworth menyerbu ke depan dan menghancurkan akar pepohonan itu dalam sekali serang, tapi upaya itu layaknya setetes air yang masuk kedalam ember kosong.


"Monster ini berniat menumbuhkan lautan pohon, huh?"


Ada setitik tanda kelelahan pada wajah Greyworth.


Saluran -saluran peredaran darah dalam tubuhnya telah rusak parah sebelumnya saat dia mengajari Kamito teknik tertinggi.


Meskipun kerusakannya dipulihkan saat dia kembali pada kondisi keemasannya, berulang kali menggunakan Absolute Blade Art seperti ini pada akhirnya akan menyebabkan dia kehilangan kekuatan roh terkontrak lagi.


"Elemental Lord Tanah memang kuat–"


Leonora menggunakan tembakan panas naga mikijya untuk membakar hutan tersebut, tapi yang bisa dia hasilkan cuma penangguhan waktu saja.


"Muir, berapa banyak roh militer milikmu yang tersisa?"


"Tujuh. Aku bisa membakar hutan itu, tapi apa gunanya?"


Mendengar pertanyaan Greyworth, muir mengangkat bahu.


Roh militer Garuda milik Muir sudah mencoba menyerang sang Penguasa Tanah, tapi malah terjerat oleh tanaman merambat dan kemudian dengan mudah dihancurkan.


"Memang, menggunakan beberapa roh militer sampai mereka hancur nggak akan mengubah situasinya–"


Greyworth bergumam bingung. Lalu....


Sebuah bayangan besar turun dari atas mereka.


"....! A-Apa itu!?"


Muir menunjuk ke langit dan berteriak.


Yang muncul di langit adalah–


Seekor naga merah, cukup besar hingga setara dengan Elemental Lord Tanah.


Gahhhhhhhhhh!


Naga merah itu membuka rahangnya, menyemburkan api hingga membakar hutan itu.


"A-Apa, naga itu... mungkinkah, seekor roh–"


"–Yang Mulia Raja Naga!"


Leonora berteriak keras. Semua orang menatap dia.


"Apa kau bilang?"


Greyworth bertanya terkejut.


"Nggak salah lagi. Naga itu adalah raja Dracunia kami, Raja Naga Bahamut!"


Suara Leonora sangat emosional.


"Tapi bukankah Raja Naga tersegel di kedalaman Benteng Dragon Rock karena kutukan Elemental Lord Tanah?"


"Ya, seharusnya begitu–"


"–Aku terbebas."


Lalu, sebuah suara elegan terdengar dalam pikiran mereka.


"Raja Naga...!"


"Saat Elemental Lord Tanah berubah menjadi Gerbang, kutukan yang menjeratku juga menghilang. Aku minta maaf atas keterlambatanku, aku terbang kesini secepat yang aku bisa."


BOOOOOOOOOOM!


Roh naga raksasa itu mendarat di tanah, bergumul dengan sang Penguasa Tanah.


Dua roh kelas legendaris sedang bertempur di tengah sebuah kawah raksasa.


Pada dasarnya itu merupakan sebuah pemeragaan dari sebuah kejadian pada Perang Roh enam ribu tahun lalu.


Gruoooooooooooooooooh!


Sang Raja Naga menyemburkan api pada jarak dekat.


Akan tetapi, sang Penguasa Tanah sepenuhnya gak terpengaruh oleh api tersebut dan dengan ganas memegang sayap sang Raja Naga.


Bahkan Bahamut hanya bisa menahan kekuatan seorang Elemental Lord.


"–Cepatlah, mumpung aku menahan dia."


Menyadari niat sang Raja Naga, Leonora dan Greyworth langsung bertindak.


Memegang pedang elemental waffe mereka, mereka melesat kedalam lautan api.


Sang Penguasa Tanah meraung marah, mengangkat tubuh besar sang Raja Naga.


Lalu, dia membanting sang Raja Naga ke tanah kuat-kuat.


Tanah berguncang. Raksasa itu mengayunkan tangannya pada kepala sang Raja Naga yang terkapar di kakinya.


"—Raja Naga!"


Leonora berteriak.


Disaat yang sama, pergerakan Elemental lord Tanah terhenti.


"...Apa?"


Berlari bersebelahan dengan Leonora, Greyworth berseru terkejut.


Tentu saja, itu bukanlah reaksi pada teriakan Leonora.


O-Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhh!


Masih dalam postur melakukan pukulan, sang Penguasa Tanah meraung pada langit.


Itu merupakan sebuah raungan dengan setitik kesedihan ditengah kegilaan.


"...Bagaimana bisa–"


Leonora langsung berhenti.


–Mereka tidak menyadari alasan perubahan pada Elemental Lord Tanah.


Mendengar doa dari begitu banyak princess maiden di alam manusia, Elemental Lord Tanah Lode Gear sesaat mendapatkan kembali kewarasannya–


Meskipun cuma sebentar, durasi ini merupakan sebuah peluang yang langka.


Greyworth memanggil Leonora yang ada dibelakangnya.


"–Cewek naga, kau sudah pernah melihat ilmu pedang bocah itu kan?"


"...? Huh, ya–"


Apa yang harus kukatakan disaat seperti ini? – Leonora mengernyit kebingungan.


"Melihat bahwa sifatmu tidaklah buruk, aku akan mengajarimu beberapa trik. Memang bisa dibilang begitu, tapi ini hanyalah dasar yang paling mendasar."


"...?"


Berkata begitu, Greyworth menekankan tangannya pada kening Leonora.


Leonora langsung membelalakkan matanya yang berubah menjadi merah karena kutukan dari Dragon Blood.


"...! Ini....?"


"Aku sudah menurunkan pengetahuan ilmu pedangku dan wawasan penggunaan divine power padamu. Ini seharusnya hanya diwariskan pada seorang murid yang telah lulus–"


"...Ah... Ku...!"


Dihadapkan dengan kemunculan informasi yang banyak ini, Leonora mengerang. Melirik dia, Greyworth lalu kembali menghadap pada sang Penguasa Tanah dibelakang dia.


Menargetkan Penguasa Tanah yang terhenti, Velsaria menembakkan semua meriam miliknya.


–Sang Penguasa Tanah mulai bergerak lagi.


"–Ayo lakukan, bocah naga."


"....Ngomong sih gampang... Tapi aku gak punya pilihan selain mengerahkan segalanya–"


Menggertakkan giginya, Leonora menyiapkan Dragon Slayer miliknya.


Melihat itu, Greyworth tersenyum puas.


Mereka berdua mulai berlari bersamaan.


Sang Penguasa Tanah mengayunkan tangannya yang telah diangkat. Disaat yang sama, rahang Bahamut terbuka dan menyemburkan api. Sebagai hasilnya, salah satu tangan sang Penguasa Tanah terpotong.


Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!


Meraung, sang Penguasa Tanah kehilangan keseimbangan.


Dua elementalis melesat pada tubuh besar itu–!


"Absolute Blade Arts—Bentuk Penghancur, Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Enambelas Tebasan Beruntun!"


Menargetkan kepala, Greyworth mengeluarkan Absolute Blade Art terkuat.


Bilah pedang iblis itu menari tak beraturan.


Segera setelahnya–


"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning, Tyrant Dragon's Claw!"


Absolute Blade Art milik Leonora mengarah lurus pada leher sang Penguasa Tanah.


Ini merupakan sebuah teknik penghancur berpusat pada satu titik yang dilancarkan oleh Absolute Blade Art dengan kecepatan dewa serta diperkuat oleh Dragon Blood.


CRAAAAAAAAAAAAAAASH!


Tubuh raksasa sang Penguasa Tanah tumbang ke tanah, hancur berkeping-keping.


"....!"


Karena kehabisan semua kekuatannya, Leonora jatuh ke tanah.


Velsaria memanggil sebuah dinding untuk menangkap dia sebelum dia menghantam tanah.


"Hmph, meskipun jauh lebih lemah daripada bocah itu, kuakui sepertinya kau punya sedikit bakat."


Mendarat di samping dia, Greyworth menyeringai.


"–Kurasa aku bisa mengangkatmu sebagai murid keduaku, bocah naga."

Bagian 2[edit]

"–Kau sudah menunggu cukup lama, Claire."


"Nee-sama!"


Terkapar di tanah, Claire membelalakkan matanya.


Dan melihat kemunculan kobaran api merah–


Rubia Elstein, memegang sebuah pedang besar membara di tangannya.


Percikan api terpancar dari rambut merahnya sebahu yang mulai berkobar.


(...Nee-sama sedang marah.)


Hal itu juga berlaku bagi Claire. Setiap kali emosinya meledak, bagian dari tubuhnya akan memancarkan api. Ini merupakan karakteristik dari elementalis yang membuat kontrak dengan roh-roh api.


"–Kau menerobos penghalang angin milikku, sang Penguasa Angin?"


Belphal bertanya.


"–Siapa kau?"


"Apa kau lupa pada hawa kehadiranku, Belphal?"


Yang menjawab bukanlah Rubia, tapi pedang besar yang ada ditangannya.


Mendengar itu, Belphal membelalakkan mata birunya.


"...! Mungkinkah pedang itu–Volcanicus!?"


"Apa yang kau katakan?"


"Terimakasih karena sudah menjagaku di Kota Raja Iblis, gadis kucing neraka."


Mendengar suara Claire yang terkejut, pedang ap itu berbicara pada dia.


–Gak salah lagi. Ini adalah suara dari Elemental Lord Api yang dia temui di kota Raja Iblis.


Api miliknya gak akan kesulitan menembus penghalang milik sang Penguasa Angin.


"Apa kau sudah gila, Volcanicus–"


Suara sang Penguasa Angin dipenuhi dengan kemarahan.


"Sebagai seorang Elemental Lord yang agung, kenapa kau membantu anak buah Elemental Lord Kegelapan?"


"Yang gila itu kau, Belphal. Terpengaruh oleh kekuatan dari para Malaikat, pikiranmu dikendalikan oleh Alexandros."


"...! Gak masuk akal!"


Badai ganas berputar-putar di kaki Belphal.


"Elemental Lord Kegelapan adalah musuh bebuyutan kita, kelima Elemental Lord Agung, dan harus sepenuhnya dimusnahkan!"


"–Sudah pasti, ini nggak bisa diselesaikan dengan percakapan."


Rubia menyiapkan pedang besar membara itu–elemental waffe Ragmarok–dengan kedua tangannya.


Dengan api didalam bilahnya, pedang itu memancarkan cahaya merah.


"...Berani-beraninya seorang manusia rendahan menggunakan Elemental Lord Api!"


Belphal menghentak tanah.


Dia melepaskan kekuatan tombak sihir Brionac yang diselimuti angin ganas.


"—Nee-sama!"


Pedang api itu berdengung. Menghadapi tusukan yang sangat cepat, Rubia menggunakan sisi lebar pedang itu untuk menepis tombak sihir tersebut.


Saat tombak dan pedang tersebut bersilangan berulang kali, elemen api dan angin yang berbenturan menyatu, menjulang naik ke langit.


Serangan beruntun sang Penguasa Angin menyerang layaknya badai, tapi Rubia bisa membaca masing-masing serangan itu. Setelah membuat kontrak dengan Elemental Lord Api, intuisi princess maiden miliknya pada dasarnya mendekati bisa melihat masa depan.


"Kenapa... Kenapa Penguasa Api yang agung, digunakan oleh seorang manusia...!"


"Karena aku adalah Ratunya..."


Rubia mengayunkan pedangnya. Tebasan pedang merah itu meninggalkan goresan dangkal pada pipi sang Penguasa Angin.


"....Ratu kau bilang?"


Lalu, sang Penguasa Angin tiba-tiba menghentikan pergerakannya.


"...A...pa... ini....?"


Menyentuh pelipisnya, dia menunjukkan ekspresi kesakitan.


"Kayaknya ada yang aneh dengan Penguasa Angin–"


Claire bergumam.


"–Suara para princess maiden."


"......?"


Claire berpaling kearah suara itu, dan melihat Fianna, yang telah mendekat tanpa dia sadar, merapal sihir penyembuh untuk Claire dan Rinslet.


Cahaya suci yang hangat mulai menyembuhkan cideranya.


"Suara para princess maiden?"


"Apa maksudmu?"


"Para princess maiden di alam manusia saat ini sedang mempersembahkan doa mereka pada para Elemental Lord. Pasti Reicha yang memimpin dan mengatur mereka."


Fianna, yang indera princess maidennya sangat kuat, kemungkinan merasakannya.


"Ya, aku juga merasakannya. Doa dari ratusan ribu princess maiden–"


Segel mawar biru milik Rinslet bersinar dan suara Iseria bisa terdengar.


Diatas, Rubia bisa terlihat mendominasi sang Penguasa Angin.


Kekuatan angin pada badai ganas itu tampak sudah melemah.


"Suara dari para princess maiden telah menyentuh sukma sang Penguasa Angin..."


Lukanya sembuh, Claire mengangkat Flametongue dan berdiri.


"Sekaranglah kesempatannya, ayo segera selesaikan!"


Menghentak tanah untuk melompat, dia merentangkan sayap Einherjar.


Dia menuju ke pertempuran ganas antara Rubia dan Belphal.


Mengayunkan Flametongue dalam gerakan mengalir yang lembut, dia masuk kedalam pertempuran mereka.


"Claire—"


"Nee-sama, ayo bertempur bersama!"


Dihadapkan dengan Claire yang mendekat, Rubia hanya mengangguk.


Pedang api Ragnarok menghasilkan api yang melahap angin. Menargetkan sang Penguasa Angin yang berusaha menghindar, Claire secara akurat mengayunkan Flametongue untuk memulai serangan ganas.


Mungkin seseorang akan menggambarkan ini sebagai resonansi antara dua princesa maiden yang memiliki intuisi luar biasa, atau pemahaman solid yang berasal dari hubungan keluarga?


Meskipun baru pertama kalinya menari pedang bersama, kakak beradik itu bekerjasama sebagai kombinasi yang sempurna.


"Dengar itu, Elemental Lord Angin? Suara para princess maiden!"


"....diam... Diam!"


Sang Penguasa Angin berteriak emosional. Sosoknya mulai terpecah.


"...!?"


Mirip dengan pergerakan seketika, ini mungkin merupakan sihir yang mengandalkan kekuatan angin.


Ratusan Penguasa Angin melayang di langit dan melemparkan tombak sihir mereka secara bersamaan.


"Thunderstorm of Brionac!"


Ratusan tombak sihir diarahkan pada mereka berdua yang ada di tanah.


"Ratu yang menguasai sihir es memberi perintah. Dengan ini segeralah terbentuk–Winter Gulf!"


Hampir bersamaan dengan ucapan dia, sebuah penghalang es berkilauan biru muncul didepan kedua cewek itu, menangkis badai tombak itu.


Ini merupakan sihir yang dirapal oleh Rinslet!


"Rinslet!?"


Claire berteriak teekejut.


Dia nggak pernah menyangka Rinslet bisa bertahan dari tombak sihir milik sang Penguasa Angin menggunakan sihir roh–


"Doa dari para princess maiden dipersembahkan pada semua Elemental Lord, lho?"


Rinslet mengangkat tangan kirinya, menunjukkan segel roh mawar es yang bersinar terang.


Ini merupakan segel Elemental Lord Air, Iseria Seaward.


Doa dari para princess maiden juga memberi dia kekuatan.


"Iseria, apa kau juga memihak anak buah Ren Ashdoll!?"


Ratusan Belphal berteriak marah.


"Kau mungkin juga akan berubah pikiran setelah memakan kue buatannya."


Suara Iseria terdengar.


"Tentunya aku bersedia memasak untuk Tuan Belphal juga."


"Terkutuk–"


Retakan muncul pada penghalang es yang memblokir tombak sihir angin.


Meskipun mereka berdua adalah avatar, dibandingkan dengan Belphal yang masih memiliki kekuatan Elemental Lord, Iseria berada dalam situasi yang sangat gak diuntungkan karena terpisah dari sebagian besar kekuatannya.


"....A-Aku nggak boleh kalah."


Rinslet menggertakkan giginya dan menuangkan divine power pada segel roh miliknya.


Lalu, Rinslet terselimuti cahaya suci.


"...Yang Mulia!?"


Fianna telah mengaktifkan Save the Queen.


Dengan kekuatan dari elemen suci yang melapisi diatasnya, penghalang es tersebut melenyapkan tombak-tombak sihir itu.


"....Apa?"


Klon-klon Penguasa Angin tampak terkejut.


"Ayo lanjutkan, Claire–"


"Ya, Nee-sama!"


Rubia dan Claire menyerang bersamaan.


Tebasan-tebasan berwarna merah menebas tak beraturan. Flametongue yang mengamuk menghapus para klon Penguasa Angin.


Klon-klon itu merupakan ilusi yang diciptakan menggunakan angin.


"–O tombak sihir Brionac, perlihatkanlah kekuatan suci engkau!"


Klon Penguasa Angin mengayunkan tombak mereka, menghasilkan tornado ganas.


Kilatan petir bercampur didalam penghalang angin.


"...! Kalau begitu mustahil mendekat!"


Lalu....


"–O angin ganas, mengamuklah!"


Ray Hawk, yang dilemparkan Ellis, menghantam pusat penghalang angin tersebut.


Angin puyuh melubangi penghalang angin tersebut.


"—Scarlet!"


Claire mengeluarkan api Einherjar.


Terselimuti kobaran api, dia dan Rubia menembus penghalang angin itu bersama-sama.


"...Ohhhhhhhhhhhhhhhhh!"


Di pusat penghalang tersebut, Penguasa Angin berteriak. Yang ini pasti yang asli.


"Claire, kupercayakan apiku padamu–"


Rubia meraih tangan Claire. Saling berpegangan, kedua tangan itu menyala dengan api biru.


"Dimengerti, Nee-sama!"


Claire menghasilkan dua api berbeda di masing-masing tangannya!


"Api itu, mungkinkah api kuno–"


Sang Penguasa Angin yang terkejut, mengerang.


End of Vermilion dan Absolute Zero–itulah yang diwariskan dalam keluarga Elstein.


Api sejati, yang dicuri dari Dunia Lain, lalu berujung jatuh ke tangan ras manusia.


Kedua api itu sekarang ada di tangan Claire.


"....Jadilah arang!"


Api yang dilepaskan Claire menelan sang Penguasa Angin.

Bagian 3[edit]

"–O anakku yang manis, maukah kau mendengarkanku dan bertaruh?"


Suara itu terdengar dalam benak Kamito–


(Mungkinkah itu suara Elemental Lord Kegelapan–)


Memang, itu adalah avatar Elemental Lord Kegelapan yang dia kira sudah lenyap.


Sudah pasti ini suaranya dan bukan halusinasi.


(....Kenapa kau disini?)


"Aku adalah sisa-sisa terakhir yang ada didalam divine power milikmu, aku bisa menghilang setiap saat layaknya fatamorgana."


Avatar Elemental Lord Kegelapan tertawa mengejek diri.


"Rencana asliku adalah menggunakan kekuatan terakhirku untuk mewujudkan diri agar aku bisa menyaksikan kemusnahan musuh bebuyutanku dengan mata kepalaku sendiri, tapi situasinya nampaknya tidak mendukung–"


"...Maaf, itu salahku karena gagal menjadi seorang penerus yang layak."


Memegang kedua pedang yang tertancap di tanah, Kamito berdiri.


Dalam pandangannya yang terdistorsi, dia melihat Holy Lord mendekat, pedang suci ditangannya.


"Aku nggak bisa menyalahkanmu. Bagaimanapun juga, Roh Senjata itu memang unik."


"...Ya."


Kamito hanya bisa mengangguk dan mengakuinya.


Roh Senjata–roh pedang Terminus Est.


Pada dasarnya merupakan simbol kekuatan tertinggi.


Entah itu Est atau Restia, keduanya roh tingkat tingkat tinggi, gak ada yang bisa menandingi Terminus Est dalam hal kekuatan.


"–Ya, kedua pedangmu nggak bisa menandingi dia. Akan tetapi, jika Kegelapan dan Baja digabungkan menjadi satu pedang, mungkin mereka bisa menandingi pedang suci itu."'


"Apa kau bilang....?"


"Menyatukan dua elemental waffe menjadi satu. sebuah "Penggabungan Senjata" roh."


"Menggunakan dua roh... dan menggabungkan mereka? Bagaimana bisa hal itu–"


"Secara teori itu bisa dilakukan. Gimanapun juga, pata Malaikat bisa bergabung dengan para roh. Namun–"


Avatar Elemental Lord Kegelapan berhenti bicara.


"Namun ?"


"Ada tiga syarat penting. Kedua roh memiliki kekuatan yang setara, divine power dalam jumlah sangat besar untuk mengendalikan kekuatan mereka, serta kesatuan sempurna dari jiwa mereka. Jika ketiga syarat itu nggak terpenuhi, kedua roh akan berakhir pada kemusnahan mutual."


Yang bicara bukanlah sang avatar tapi Restia.


"...Kemusnahan mutual!?"


"Bisa menggabungkan kekuatan dari dua roh, Penggabungan Senjata merupakan kemampuan yang terus dirahasiakan oleh para Elemental Lord. Tentu saja, aku tau tentang itu juga. Bagaimanapun juga, aku sudah mewarisi pengetahuan Elemental Lord Kegelapan–"


Restia berbicara tenang.


"–Sejujurnya, kemungkinan keberhasilannya hanya 50%."


Jika Est dan Restia musnah, dan kehilangan kedua senjata miliknya, Kamito akan kalah.


Restia pasti menahan diri menyarankan ini karena takut akan resikonya.


"Tapi hanya itu satu-satunya cara untuk melawan pedang suci itu–"


"–nggak mau."


Kamito menggeleng.


"Kamito–"


Dia menggenggam gagang kedua pedangnya erat-erat, menggigit bibirnya.


(–Kalau ini gagal, Est dan Restia akan musnah?)


Gimana bisa dia mengambil resiko itu?


"Tapi anakku yang manis, pada tingkat ini, semua orang akan mati, kau tau?"


"...!"


Mendengar perkataan itu dari avatar kegelapan, Kamito menggertakkan giginya.


Pedang suci yang diangkat oleh Holy Lord semakin bersinar bahkan lebih menyilaukan dari yang sebelumnya.


Bukan hanya Est dan Restia, kali ini dia mungkin berniat menghancurkan Kamito juga.


Dia nggak akan bisa memblokir serangan berikutnya.


Pikiran rasionalnya memberitahu fakta realitas ini. Tapi....


"Kamito, Jangan kuatir."


Ditangannya, Demon Slayer bersinar dengan cahaya yang tenang.


"Aku percaya padamu, Kamito–aku percaya pada Restia yang kau percayai."


"Est!?"


"Nona Roh Pedang!?"


Restia berseru terkejut. Kamito hanya bisa membelalakkan matanya.


Est memanggil Restia dengan namanya untuk yang pertama kalinya.


"–Dimengerti, Est." ucap Restia.


Ada unsur kelembutan dalam suaranya.


"Kamito, jika kita nggak mengalahkan Holy Lord, dunia ini akan dihancurkan cepat atau lambat."


Kedua roh terkontrak telah membulatkan tekad mereka.


Jika dia gagal menjawab tekad mereka, Kamito akan sangat malu menyebut dirinya sendiri seorang elementalis.


"....Dimengerti." jawab Kamito.


Apapun bayarannya, dia nghak akan membiarkan kedua roh miliknya musnah. Dia bersumpah pada dirinya sendiri dan memegang kedua pedangnya erat-erat.


"Nampaknya kau telah membulatkan tekadmu–"


"Ya–"


"Kalau begitu, anakku yang manis, aku bisa mempercayakan ini padamu, hadiah perpisahan terakhir dariku–"


Dibesarkan di Sekolah Instruksional, Kamito nggak tau gimana rasanya memiliki seorang ibu. Akan tetapi, suara yang menggema dalam benaknya sepeeti seorang ibu memberi hadiah perpisahan pada putranya, penuh dengan kasih sayang yang lembut.


Lalu, gelombang informasi masuk kedalam pikirannya.


Waffen Merge–teknik sakral yang hanya diketahui para Elemental Lord, kini menjadi milik Kamito.


Holy Lord mengangkat Terminus Est tinggi-tinggi.


....Seolah mempersembahkan dunia sebagai sebuah kurba pada Gerbang yang mengarah pada origin.


"Lenyaplah, Ren Ashdoll. Sekutuku dimasa lalu yang berbagi impianku–!"


Cahaya pedang suci ortodok mengubah dunia menjadi putih polos.


Cahaya penghancur–Grand Nemesis.


Pedang suci raksasa itu diayunkan kebawah.


Cahaya menyilaukan memenuhi pandangan Kamito.


Dihadapkan pada cahaya penghancur itu, Kamito memejamkan matanya.


Dia mengumpulkan divine power kegelapan miliknyabpada segel roh di kedua tangannya.


"Engkau, Ratu Baja yang tak memihak, pedang suci yang menghancurkan kejahatan–"


Pedang putih dan hitam itu keduanya bersinar.


Kamito menyilangkan kedua pedangnya dan mulai menggambarkan bentuk pedang dalam benaknya.


Pedang ultimate yang mampu melampaui Terminus Est.


"Engkau, ratu kegelapan yang tak ternoda, pedang iblis yang menembus kebenaran–"


Sedikit saja kesalahan dalam benaknya–atau kegagalan dalam mengendalikan keseimbangan divine power–kedua pedang itu akan musnah beserta kontrak roh mereka.


Meski demikian, Kamito nggak ragu-ragu. Dia bisa menggambarkan bentuk pedang itu dengan jelas.


"–Sekarang terbentuklah menjadi pedang yang berkuasa atas kesucian dan kejahatan, dan jadilah kekuatan ditanganku!"


Kamito menyilangkan tangannya yang mana kedua segel rohnya bersinar, menumpuk kedua pedang itu.


Lalu, kilatan cahaya meledak dan sebilah pedang muncul di tangan Kamito.


Sebilah pedang bermata dua dengan bilah berwarna hitam dan putih–


Elemental waffe–Demon Bringer.


"O-Ohhhhhhhhhhhhhhhhh!"


STnBD V20 BW08.jpg


Dengan teriakan garang, dia mengayunkan pedang itu, memotong cahaya Grand Nemesis.

Bagian 4[edit]

"...A-pa...!?"


Wajah cantik namun dingin Sacred Maiden menunjukkan keterkejutan untuk yang pertama kalinya.


Pedang bermata dua itu membelah cahaya Grand Nemesis.


Dilepaskan dari bilah pedang itu adalah cahaya suci pembunuh iblis dan kegelapan pemusnah.


–Demon Slayer dan Vorpal Sword.


Ini merupakan bentuk elemental waffe ultimate gabungan.


(...Kayaknya berhasil.)


Kamito perlahan mengangkat pedang iblis suci yang dia pegang erat ditangannya.


Kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan Elemental Lord Kegelapan.


(–Terimakasih, Ren Ashdoll.)


Kamito berbicara pada sisa-sisa didalam dirinya.


Namun, gak ada suara yang menjawab. Mungkin avatar Elemental Lord Kegelapan benar-benar telah lenyap kali ini.


"...Ap-a? Elemental waffe apa itu–"


Senyum yang dipenuhi kepercayaan diri telah hilang dari wajah itu. Holy Lord bergumam.


Dengan penampilan gak percaya, Holy Lord menatap pedang suci ditangannya.


–Roh senjata terkuat di Astral Zero. Pedang yang seharusnya jauh lebih unggul daripada Demon Slayer milik Kamito, telah kalah telak.


"....Mustahil. Terminus Est ini, bagaimana bisa kalah dari si palsu itu–"


Di dunia ini, gak mungkin ada senjata yang melampauinya.


"Yah, mau coba? Alexandros–"


Kamito menuangkan divine power kegelapan pada Demon Bringer.


Seketika, cahaya iblis suci yang sangat megah memenuhi seluruh aula Istana Holy Lord.


Terintimidasi oleh kemegahan itu, Holy Lord melangkah mundur.


(...! Senjata ini edan–)


Hanya memegangnya, pedang itu menyedot divine power kegelapan dari tubuhnya secara terus-menerus.


Sedikit saja kehilangan fokus, dia bisa saja kehilangan kesadaran setiap saat.


Terlebih lagi, stamina fisik Kamito sudah mencapai batasnya.


Dia menyimpulkan bahwa dia nggak akan bisa mempertahankan bentuk ini untuk waktu yang lama.


(....satu menit... Tidak, kalau aku menggunakan Absolute Blade Art, paling lama cuma 30 detik, huh?)


–Tapi itu sudah cukup.


Gimanapun juga, gak ada gunanya memperpanjang pertempuran.


"....Senjata– senjata macam itu, bagaimana bisa digunakan oleh tubuh fana!?"


Divine power suci memancar dari sekujur tubuh Holy Lord.


Terminus Est yang diangkat tinggi-tinggi, memancarkan sinar cahaya putih-perak.


Cahaya penghancur–Grand Nemesis.


Cahaya itu jauh lebih besar dari yang sebelumnya.


Sebagai tanggapan, Kamito merendahkan pusat gravitasinya dan memasang kuda-kuda Absolute Blade Art berkecepatan dewa–Purple Lightning.


Divine power kegelapan memancar.


(Aku akan menyelesaikannya dengan teknik ini–)


Lalu–


Kedua belah pihak menghentak tanah secara bersamaan.


(...Ayo maju, Est dan Restia!)


Dia nggak mendengar jawaban, tapi bilah pedang itu memancarkan cahaya menyilaukan seolah menanggapi.


Segala sesuatu sampai sekarang merupakan pertaruhan untuk ini.


Dibesarkan sebagai penerus Raja Iblis di Sekolah Instruksional. Bertemu Restia. Menerima panduan Greyworth untuk menjadi Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat.


Bertemu Claire. Membuat kontrak dengan Est. Membentuk Tim Scarlet bersama Ellis, Rinslet dan Fianna, menjadi pemenang pada Blade Dance.


Kesadaran yang ditinggalkan oleh Raja Iblis Solomon dan Elemental Lord Kegelapan.


Semua perjumpaan, semua pemikiran dan perasaan yang telah mendukung dia untuk sampai sini.


–Demi menyelamatkan Astral Zero dan alam manusia.


Sebuah kilatan cahaya.


Kekuatan yang ada didalam diri para elementalis, divine power, merupakan cahaya kehidupan.


Terpelihara oleh cahaya kehidupan yang dihasilkan oleh manusia, para roh berubah menjadi pedang.


Terselimuti divine power, pedang-pedang roh menari.


–Itulah tarian pedang para elementalis.


Pedang berhantaman.


Seketika, cahaya penciptaan dunia memenuhi seluruh Istana Holy Lord.


"Ohhhhhhhhhhhhhhhhhh!"


Kamito mengerahkan semua divine power kegelapan dalam tubuhnya.


"...Guh... Bagaimana mungkin ini bisa–"


Plink, plink—Suara pecah.


Ini merupakan roh senjata terkuat yang bahkan mampu menghancurkan bintang-bintang di langit.


Retakan mucul pada bilah pedang suci Terminus Est.


Holy Lord goyah. Kamito terus menekan, melanjutkan dengan serangan ganas.


Dua kali, tiga kali, empat kali–setiap kali bilah pedangnya berhantaman, kilatan cahaya meledak, disertai oleh retakan yang semakin besar.


"....Mustahil, mustahil... Manusia rendahaaaaaaaaaaaaan!"


Divine power suci mengalir deras.


(...! Apa!?)


Disaat yang sama, rune bersinar mengelilingi Holy Lord untuk bertindak sebagai penghalang.


Ini adalah kekuatan untuk menulis ulang dunia–kemampuan yang diserap Holy Lord dari Malaikat.


Demon Bringer ditepis oleh penghalang malaikat itu.


(Est, analisa Malaikat–)


Menanggapi suara Kamito, bilah pedang iblis suci itu juga mulai menampilkan rune bersinar yang berputar-putar.


Tapi apa waktunya cukup?


(...Cuma tersisa tujuh detik sampai divine powerku habis–)


"Aku mengakuimu, Ren Ashbell! Si palsu itu memang melampaui pedang suci terkuat Terminus Est. Kau bisa mati dengan bangga sekarang!"


Bilah Terminus Est mendengung pelan dan berguncang.


Pelepasan senjata–secara sengaja menyebabkan sebuah elemental waffe lepas kendali, sebuah teknik untuk mengeluarkan kekuatan melebihi batas. Holy Lord bersedia menghancurkan pedang suci itu sebagai pertukaran untuk memastikan kehancuran Kamito.


(....!?)


Tapi disaat yang hampir bersamaan...


BOOOOOOOOOOM!


Kobaran api merah melahap penghalang bersinar itu beserta Holy Lord yang ada didalamnya.


"—Kamito!"


Suara yang familiar terdengar di aula Istana Holy Lord.


(...Claire!)


Api Dunia Lain itu membakar habis penghalang Malaikat yang mana sama-sama berasal dari Dunia Lain.


Meskipun api itu nggak menimbulkan kerusakan fatal pada Holy Lord–


Hal itu menciptakan sedikit celah. Itu saja sudah cukup.


Kamito bisa merasakan para cewek dibelakangnya.


"Kamito-san!"

"Kamito-kun!"

"Kamito!"

"—Ren Ashbell!"


Claire, Rinslet, Fianna, Ellis, dan Rubia juga.


Rekan-rekannya ada disini.


(Aku nggak boleh mempermalukan diriku sendiri didepan nona-nona muda ini!)


Divine power kegelapan memancar. Demon Bringer bersinar semakin terang.


"Holy Lord Alexandros—!"


Kamito menghentak tanah dan menyerbu.


"Kupersembahkan ini padamu, tarian pedang Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat!"


Pedang itu menebas.


Satu, dua, empat, delapan, enambelas, tigapuluh dua, enampuluh empat, seratus duapuluh delapan tebasan–


Serangan pedang yang tak ada habisnya menari megah ditempat Holy Lord berada.


Absolute Blade Arts, Divine Form—Bursting Blossom Spiral Blade Dance, Unlimited.


Ratusan, ribuan, puluhan ribu tebasan pedang–


Saat cahaya dari tebasan pedang yang sangat banyak itu meredup–


Hanya partikel cahaya yang tersisa.

Bagian 5[edit]

Pemandangan yang tercermin di mata itu adalah tebasan-tebasan pedang ganas yang megah.


Kemampuan melihat masa depan milik Sacred Maiden hanya bisa Melihat masa depan dari kehancuran dirinya sendiri.


Pedang suci terkuat langsung hancur berkeping-keping, tubuhnya terlempar ke udara.


Gerbang yang mengarah pada origin bisa terlihat, celah kehampaan di langit.


Holy Lord menutup matanya, mengulurkan tangannya kearah kampung halaman yang ada disisi lain dari celah itu.


Dia ingin mendapatkan cahaya sejati.


Dia ingin menjadi cahaya sejati, bukan hanya sekedar nama Penguasa Cahaya saja, untuk menyinarkan cahaya sejati pada dunia.


(Jadi begitu? –Apa aku melakukan kesalahan...?)


Seraya kesadarannya perlahan memudar, dia bergumam.


Dia awalnya berpikir bahwa dunia ini merupakan sebuah gelembung rapuh yang diciptakan oleh origin, hanya dunia palsu.


Sebuah tiruan dari dunia yang sebenarnya yang ada dalam pusaran tersebut, sebuah dunia tanpa nilai.


Dia berpikir bahwa Penguasa Cahaya palsu nggak akan pernah bisa menciptakan cahaya sejati.


–Tapi dia salah.


Pada akhirnya, dia melihat cahaya yang tak berujung.


Cahaya itu merupakan cahaya baru yang terlahir di dunia ini.


Apa yang dia inginkan dalam mimpinya ternyata ada di dunia ini, bukan di celah itu.


Wadahnya, wujud pinjaman dari Sacred Maiden, berubah menjadi partikel cahaya dan perlahan menghilang.


Setelah merasa puas oleh tarian pedang yang dia saksikan diakhir–


Alexandros, Penguasa Cahaya, lenyap.


Sebuah titik kecil cahaya yang berkedip masih tersisa.


Itu adalah pecahan dari kesadaran Areishia, dari Sacred Queen yang tersegel.


(...Terimakasih, sudah menyelamatkan dunia.)


Sacred Maiden berbicara pada Raja Iblis dari dunia masa kini–


(–Est, kita bisa bersama sekarang.)


(...Ya, Areishia. Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku.)


Bersama dengan pecahan dari pedang suci, dia lenyap.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Final Chapter - Kembali Ke Akademi[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah melakukan pertempuran akhir di Astral Zero–


Kamito dan rekan-rekannya tinggal di kuil Divine Ritual Institute selama seminggu. Setelah meminjam pemandian air panas tempat itu untuk memulihkan diri sepenuhnya dari rasa lelah, mereka kembali ke alam manusia.


Seluruh siswi Akademi dikerahkan untuk menyambut kembalinya Tim Scarlet.


Dibandingkan dengan sambutan setengah tahun lalu saat mereka lolos untuk ikut serta Blade Dance, sikapnya betul-betul berbeda.


Claire dan Rinslet, yang dulunya anak bermasalah dari Kelas Gagak.


Ellis, yang selalu dibanding-bandingkan dengan kakak angkatnya sebagai kapten Sylphid Knight.


Fianna, yang dicemooh sebagai Ratu Hilang setelah kehilangan kekuatan roh terkontrak miliknya.


Gak seorangpun yang akan memandang cewek-cewek ini dengan mata penuh prasangka masa lalu lagi.


Bahkan Kamito, yang dijauhi karena merupakan satu-satunya elementalis laki-laki–


"Oh, itu Kazehaya Kamito!"
"Sungguh luar biasa. Raja Iblis Malam Hari betul-betul menyelamatkan dunia..."
"Tunggu, itu sangat gak sopan, kau harusnya memanggil dia Baginda Raja Bejat!"
"Ya, itu benar, Baginda Raja Bejat...."
"Luar biasa, Baginda Raja Bejat."
"Kalau begitu, Baginda Raja Bejat, aku–"


(....K-Kenapa cuma reputasiku saja yang gak berubah!?)


Sambil berjalan menuruni tangga kapal terbang, Kamito tertunduk lesu dan menggerutu dalam benaknya.


...Kayaknya semuanya jauh lebih buruk daripada sebelumnya.


"Ayolah, Kamito, busungkan dadamu dan tegapkan posturmu."


Melihat Kamito seperti itu, Claire mendorong dia dari belakang.


"Gimanapun juga, kau harusnya bangga."


"Malam ini, sepertinya rekan-rekan dari Sylphid Knight mengadakan pesta besar untuk perayaan."


"Itu sesuatu yang bisa dinantikan."


"Tapi kayaknya aku nggak ikut deh. Mereka sepertinya akan melanjutkan pelajaran besok."


Claire berbicara serius.


"Eh, beneran.... Kita kan sudah ketinggalan pelajaran jauh sekali...."


"H-Hmm, kita harus segera menyusul pelajaran yang tertinggal...."


"Biar kuberitahu kalian bahwa aku sudah belajar serius. Aku akan mengajari sisanya pada kalian nanti."


"Oh, makasih."


"Ya, itu akan sangat membantu..."


Segera setelah Kamito dan rekan-rekannya turun dari kapal terbang, kerumunan besar siswi mengerumi mereka.


Ditengah gelombang manusia, Kamito menengadah menatap langit biru yang cerah.


(Kembali ke kehidupan sekolah lagi, huh...?)


Melalui pengaturan Greyworth, dia datang ke Akademi, dan ikut serta dalam Blade Dance hanya karena dia ingin mencari Restia. Sekarang dia gak punya alasan lagi untuk tetap berada di Akademi.


Akan tetapi–


(....Lulus dari sekolah ini gak buruk-buruk amat kurasa.)


Berdiri dibawah langit biru adalah bangunan sekolah yang sedang direkonstruksi. Asrama Kelas Gagak.


Ini adalah tempat dimana dia dan rekan-rekannya pulang, tempat yang dia lindungi.


–Malam itu, saat pesta perayaan dan perkumpulan para roh, Kamito mabuk untuk yang pertama kalinya dalam hidupnya.

Bagian 2[edit]

"...Mmm... Ughhh... Ooh..."


Keesokan harinya, dibawah sinar matahari, Kamito membuka matanya.


...Puyeng banget. Kayaknya dia ketiduran sambil masih memakai seragamnya tadi malam.


Karena permohonan yang keras kepala dari Ellis bersama Rakka dan Reishia, Kamito meminjam pakaian princess maiden dari Fianna untuk menampilkan tarian pedang. Itulah hal terakhir yang dia ingat.


Meskipun para roh di pesta itu kelihatan cukup senang–


....Kamito yakin dia gak akan melakukannya kalau dia nggak mabuk.


Dibesarkan oleh Sekolah Instruksional, Kamito gak pernah mabuk sebelumnya. Dengan mengedarkan divine power melalui saluran-saluran di seluruh tubuhnya, dia bisa menghilangkan alkohol.


Tapi teknik ini gak mempan terhadap Dragon Wine yang dibawa Leonora. Ini adalah anggur yang dipersiapkan untuk para roh.


Pesta itu bahkan menyambut kedatangan agung dari sang Raja Naga, yang mendesak Kamito untuk meminum Dragon Wine. Gak bisa menolak sang raja Dracunia, Kamito minum sepuas hatinya, dan beginilah ujung-ujungnya.


Tanpa ingat apapun, dia berhasil kembali ke kamarnya di asrama Kelas Gagak dan jatuh tertidur.


(Apa-apaan sih yang kulakukan...)


Saat Kamito mencengekeram kepalanya, tenggelam dalam kebencian terhadap dirinya sendiri...


Boing. Boing.


Dia merasakan sesuatu yang lembut pada perutnya, seperti sebuah kantong air.


"...!?"


Kamito segera mengangkat selimutnya. Tepat seperti yang dia duga, didalamnya–


"...E-Est!?"


Roh pedang telanjang cuma memakai kaos kaki selutut telah menyelinap diam-diam ke tempat tidurnya.


"Est, bukankah sudah kubilang kamu jangan menyelinap ke tempat tidur...?"


Kamito mengelus rambut putih peraknya dan mengingatkan dia lagi.


Dia tau dia selalu memanjakan Est, tapi dia harus lebih ketat soal ini.


"Tidak, Kamito–"


Akan tetapi, Est menggeleng tanpa ekspresi.


"Tadi malam, kamu lah yang membawaku ke tempat tidur."


"....Apa benar begitu....?"


Wajah Kamito berkedut.


...Dia sama sekali gak tau. Meski ingatannya sangat kabur, setelah menampilkan tarian pedang seraya memakai pakaian princess maiden, dia sepertinya tidur sambil memegang Est dalam wujud pedang tanpa melepaskannya.


"M-Maaf...."


Kamito meminta maaf.


"Bukan cuma itu."


"Huh?"


Mendengar Est bergumam pelan tanpa ekspresi diwajahnya, Kamito mau tak mau bertanya.


"Saat kamu tidur, Kamito, kamu terus menarik-narik kaos kakiku saat aku kembali ke wujud manusia."


"...A-Aku melakukan itu!?"


...Sial. Dia sama sekali gak punya ingatan soal itu.


(....Tidak, kurasa aku mimpi main tarik-tarikan sama Est.)


Mata ungunya yang jernih menatap erat Kamito.


"Kamito... Kamu punya banyak rasa frustasi, kan?"


"...Ohhhhhhhh, Est, aku lah yang salah!"


Kamito segera bersujud di kasur untuk meminta maaf.


Meskipun itu terjadi tanpa niat secara sadar, dia gak pernah menduga kalau dirinya sampai melakukan sesuatu seperti itu–


....Gak heran kalau Est marah.


"Tidak, Kamito. Aku adalah pedangmu, jika itu adalah keinginanmu... Lakukanlah."


Est mengibaskan rambut putih-peraknya yang panjang dan berdiri.


Kulit pucatnya, seputih salju, terpampang jelas didepan mata Kamito.


Pipinya begitu merah sampai-sampai seseorang gak akan bisa mempercayainya bahwa itu adalah pipi dari roh pedang dengan afinitas baja.


"...E-Est!?"


Kamito hanya bisa menahan nafasnya.


Dia memperhatikan saat Est memegang kaos kakinya dan mulai menurunkannya.


Saat sampai di mata kaki, Est berhenti sejenak, menatap Kamito.


"....Apa kamu yakin melepas kaos kakimu, Est?"


Dihadapkan dengan keraguan Kamito, Est mengangguk.


"Ya, Kamito. Perhatikanlah diriku seutuhnya–"


Dia mengangkat kakinya dan melepaskan kaos kakinya.


Jari-jari kaki sehalus mutiara.


Kaki telanjangnya yang menggemaskan, putih dan selembut susu, sepenuhnya terlihat kali ini.


"....Bagaimana...., Kamito?"


Masih dalam postur kakinya terangkat, Est malu-malu memalingkan tatapannya.


Mungkin karena rasa malu yang teramat sangat, pundaknya gemetaran.


"U-Uh, sangat manis.... Begitu cantik."


Kamito menatap dengan seksama dan menjawab. Est langsung menarik kakinya kedalam selimut.


STnBD V20 BW09.jpg


"Uwah, jangan menatapnya seperti itu."


"G-Gak boleh?"


"....Bukannya gak boleh."


Takut-takut, Est mengeluarkan lagi kaki telanjangnya dari selimut... Manis sekali.


"A-Aku nggak keberatan, kalau kamu menyentuhnya sedikit."


"Eh—"


"Ijin khusus. Bagaimanapun juga, aku adalah roh terkontrakmu–"


Est memalingkan kepalanya ke samping dan dengan lembut mengulurkan kaki mungilnya.


"Est..."


Kamito menahan nafasnya dan membelai jari-jari kaki Est.


Sebuah sensasi lembut. Dingin saat disentuh.


"Uwah... Geli, Kamito."


Est menjerit pelan.


...Kenapa? Est yang biasanya saja sudah menggemaskan, tapi dia tampak lebih menggemaskan sekarang.


Mungkin masih ada efek yang tersisa dari Dragon Wine yang diminum semalam.


Kepalanya masih berkabut, Kamito mencoba meraih telapak kaki Est.


"K-Kamito, jangan... Uwahhhh!"


Est memejamkan matanya erat-erat dan mencengkeram sudut selimut.


Lalu–


"Fufu, sepertinya kamu sedang bersenang-senang."


"Uwah..."


Tiba-tiba, bulu hitam legam memblokir pandangan Kamito.


Dia menoleh ke belakang, dan melihat Restia berdiri disana seraya sayap hitamnya direntangkan.


"R-Restia!?"


"Roh kegelapan—!"


Est buru-buru bersembunyi dibelakang Kamito, menyembunyikan kaki telanjangnya.


"Ya ampun, aku juga ingin melihat kaki Nona Roh Pedang...."


Restia tertawa kecil dan menggendalikan sayapnya dengan lincah, berusaha mengangkat selimutnya.


"....! Roh kegelapan, apa kau ingin dimusnahkan dari muka bumi ini?"


"Lihat sedikit saja."


"Gak boleh."


Dengan Restia berusaha menangkap dia, Est yang telanjang bulat memeluk Kamito, gak mau melepaskan dia.


"H-Hei...!"


Saat mereka bertiga bergulat di kasur...


"Sheesh, kenapa pagi-pagi begini sudah berisik sekali kah... Tunggu–Huaah, a-apa, a-apa yang kalian lakukan?"


Datang untuk membangunkan Kamito, Claire membeku.


Bulu-bulu hitam berhamburan. Est yang telanjang bulat. Kamito, yang dipeluk erat oleh dia. Bahkan Restia, karena pergumulan di kasur, pakaiannya sudah melorot sampai bahunya.


"K-Kalian, kalian......"


Suaranya bergetar.


Kobaran api langsung muncul pada kuncirnya.


"T-Tunggu, ada alasan untuk ini–"


Kamito tergagap.


...Meski dia ingin menjelaskan, dia gak bisa mendapatkan apapun yang meyakinkan untuk menjelaskan situasi saat ini.


"D-Dasar mahluk bejat, jadilah arang!"


Untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama, suara ledakan Fireball kembali terdengar di kamar itu.

Bagian 3[edit]

"....Serius deh, pagi-pagi gini udah bikin ribut aja."


Rinslet, mengenakan apron, berbicara jengkel saat dia menatap lubang di dinding yang hangus.


Karena ledakan di asrama, Kamito dan rekan-rekannya pergi ke kamar sebelah untuk sarapan di kamar Rinslet.


....Oh yah, ini cukup melegakan mengingat mereka kembali ke kehidupan keseharian mereka.


Bisa dikatakan, ada sesuatu yang salah soal kembali ke kehidupan sehari-hari dengan mengalami ledakan ruangan.


"Ya, bener-bener deh. Mau berapa kali kau mengubah kamar asrama menjadi arang sampai kau puas?"


Di kamar yang sama, Fianna melotot pada Claire.


"....~! I-Itu salah Kamito, melakukan sandwich roh!"


"Kamito-san, apa maksudnya ini?"


Rinslet cemberut setelah mendengar apa yang dikatakan Claire dan melotot pada Kamito.


"S-Seperti yang kubilang, dia salah sangka!"


"Kamito-kun, astaga, energik sekali kamu di pagi hari. Itu bagus."


Fianna tampak riang, disertai senyum nakal di wajahnya.


Est dan Restia sudah kembali ke wujud pedang.


Kesampingkan Restia, Est biasanya berubah ke wujud manusia di saat sarapan. Mungkin karena dia masih malu dari menunjukkan kaki telanjangnya tadi, bahkan aroma lezat dari roti nggak bisa menggoda dia.


"....Uwah, semuanya, selamat pagi~"


Masih memakai piyamanya, Carol mengucek matanya dan bangun.


Melihat Rinslet menyiapkan piring-piring di meja makan....


"N-Nyonya, ijinkan saya membantu!"


Kata dia buru-buru. Akan tetapi, Rinslet menggeleng.


"Nggak usah, duduk saja disana."


Berkata begitu, Rinslet memberi isyarat pada Carol untuk duduk di kursi disamping kursinya... Masih memanjakan dia seperti biasanya.


"Aku membuat hidangan sarapan yang mudah dicerna perut karena pesta minum semalam. Karena itulah aku mengumpulkan sayur-sayuran berkualitas tinggi dari Hutan Roh."


"Wow, itu kelihatan begitu lezat!"


Melihat makanan di meja makan, mata Claire berkilauan.


Jamur liar dengan salad sayuran. Roti buah kenari yang baru matang. Teh hitam hangat. Susu segar dan mentega buatan sendiri. Dan juga yogurt buah.


Meskipun hidangannya cukup sederhana, setiap bahannya dipilih dengan hati-hati.


"Silahkan nikmati."


"Ya, terimakasih untuk makanannya–"


Kamito dengan sopan menepukkan telapak tangannya lalu mengambil roti.


Roti itu masih panas, mengeluarkan aroma lezat yang memenuhi lubang hidung.


"Meow—"


Scarlet berada di kaki Kamito, menatap dia dengan penampilan melas. Sekarang ini, Scarlet bisa bangkit sebagai Ortlinde, tapi roh kucing neraka itu sepertinya menikmati kehidupan kucing yang bebas tanpa kekangan.


"Scarlet, itu gak sopan. Tirulah Fenrir."


Melihat itu, Claire memarahi dia.


Fenrir duduk tenang di lantai, terengah-engah dan meneteskan air liur.


"Waduh ♪♪ Menteganya netes ke dadaku."


"...!?"


Fianna menampilkan ekspresi kebingungan dan menatap Kamito yang ada disampingnya.


Kamito mau gak mau melirik, dan melihat sepotong mentega cair di belahan payudaranya.


"Kamito-kun, bisakah kamu membantuku membersihkannya?"


"Ah, tidak, itu..."


Dihadapkan pada sang putri yang meminta dia penuh kasih, Kamito tergagap dan ragi-ragu. Lalu....


"Scarlet, jilati dia sampai bersih."


"Meow—!"


"Kyah!?"


Scarlet melompat ke dada Fianna dan menjilat mentega itu dengan marah.


"Tunggu, geli... Ahhh, aku benci kau, Claire!"


Sambil menggeliat, Fianna melotot marah pada Claire.

Bagian 4[edit]

Sambil sarapan di meja makan, Kamito dan rekan-rekannya mulai membahas masa depan.


"Situasi di benua, ahmm... kurasa akan ada banyak perubahan."


"...Ya."


Mendengar Claire yang berbicara sambil makan roti, Kamito sependapat.


Para Elemental Lord, yang rusak karena Kegelapan Dunia Lain, semuanya telah dibebaskan oleh Kamito.


Karena hancurnya Gerbang secara menyeluruh, Astral Zero seharusnya gak akan membuat kontak lagi dengan dunia origin. Demikian juga dengan para Malaikat dari Cahaya Dunia Lain kemungkinan gak akan turun lagi.


Dengan lenyapnya Holy Lord dan Elemental Lord Kegelapan, hanya empat Elemental Lord yang tersisa.


Meskipun Belphal dan Lode Gear kembali normal, terbebas dari kendali Holy Lord, kekuatan mereka sebagai Elemental Lord menurun drastis. Saat ini, mereka hanyalah roh individual yang kuat.


Mungkin, tugas dari Elemental Lord sebagai penguasa dunia juga berakhir.


Jika demikian, mungkin hubungan antara Astral Zero dan alam manusia akan berubah drastis.


Dipindahkan ke Ragna Ys, Ibukota Suci lenyap dari alam manusia. Setelah menimbulkan kekacauan di seluruh benua, Kerajaan Suci Lugia akan diawasi oleh negara-negara lain mulai dari sekarang. Catatan berbagai pelanggaran kesepakatan militer, konspirasi di Ordesia dan operasi rahasia Des Esseinte, dan sebagainya, kemungkinan akan dipublikasikan. Kebetulan, pemimpin dari tim pengawas kabarnya adalah Virrey Branford, ksatria operasi khusus dari Number.


"....Ngomong-ngomong, gimana dengan catatan pelajarannya?"


Lalu, topiknya berganti dari situasi benua saat ini kembali ke Akademi.


Sejujurnya, masalah yang ada didepan mata oni jauh lebih penting bagi Kamito dan teman-temannya.


"Kita sudah memenangkan Blade Dance, aku nggak percaya itu nggak dihitung sebagai nilai akademik, itu kejam sekali."


"Pastinya begitu."


Claire berkomentar gak berdaya.


"Kita harus mencari cara untuk menyusul."


"Ya, Mireille dan Milla akan daftar di sekolah dasar tahun depan. Aku gak punya niat tahan kelas setahun dan mempermalukan diriku didepan adik-adikku."


Mireille dan Milla Bassett sepertinya masuk Akademi Dasar Eluor di ibukota kekaisaran tahun ini.


Sebuah sekolah bergengsi untuk para bangsawan, disana juga tempat Claire dan Rinslet belajar saat masih kecil.


Seperti Carol, Milla sepertinya masuk sebagai seorang maid pendamping. Gak seperti Carol, Milla sangat bisa diandalkan, jadi dengan adanya dia disana, sepertinya gak ada yang perlu dikuatirkan.


"Betul juga, Mireille akan jadi adik kelas kita."


"Ya. Setelah mata Judia sembuh, aku menduga dia akan sekolah di Akademi juga."


Rinslet menangguk senang.


"Aku senang Judia akan pulih."


"Itu semua berkat kamu, Kamito-san."


Mata Judia yang buta kabarnya pulih dengan cepat. Kemungkinan besar, itu karena tubuh utama dari Elememtal Lord Air, yang memberi dia kutukan es, sudah menghilang.


"Ngomong-ngomong, apa yang akan terjadi pada wilayah Laurenfrost?" tanya Fianna.


"Aku akan mewarisinya setelah lulus dari Akademi."


Rinslet mengangkat bahu dan menjawab.


"Sejujurnya, aku ingin membuka restoran di ibukota kekaisaran, menyerahkan wilayah itu pada Judia atau Mireille untuk mengelolanya. Ya, aku sudah memutuskan namanya, White Wolf Pavilion."


Dibawah meja makan, Fenrir menggonggong.


"Sebuah restoran yang kau buka, Rinslet, pasti akan sangat populer."


"Ya, kami semua akan makan disana."


Berkata begitu, Claire mengangguk sungguh-sungguh.


"Hei, Fianna, apa kau betul-betul gak berencana untuk jadi ratu?"


Melihat topik percakapannya beralih pada dia, Fianna menggeleng pelan.


"Kesehatan Kaisar sudah membaik. Selain itu, aku juga gak cocok jadi ratu."


"Benarkah? Kurasa kau bisa jadi ratu yang hebat–"


"Makasih. Pikiran-pikiran baik ini saja sudah cukup untukku."


Fianna tersenyum masam.


Memurut dia, otoritas dewan kekaisaran di Kekaisaran Ordesia telah meningkat saat ini. Banyak anggota Number juga akan diganti dengan personil baru. Saat dia memulihkan diri di Ragna Ys, Virrey menanyai Kamito lagi apakah dia mau bergabung menjadi anggota Number, tapi tentu saja, Kamito menolak.


"Gimana denganmu, Claire, kau nggak kembali ke Elstein?"


"Aku sudah memutuskan arah karirku."


Mendengar pertanyaan Fianna, Claire menjawab tegas.


"Aku ingat kau bilang kau ingin menjadi guru di Akademi, kan?"


"Tepat."


"Seorang guru, huh? Aku paham."


Memang, selain kepribadian yang serius dan nilai yang menakjubkan, Claire juga handal dalam mengajari teman-temannya.


...Jadi seorang guru mungkin sangat cocok buat dia.


"Awalnya, aku ingin mempercayakan masalah Elstein pada Nee-sama–"


Berkata begitu, wajah Claire menampilkan sedikit rasa muram.


Setelah pertempuran akhir di Ibukota Suci, Kamito dan rekan-rekannya menginap di pemandian air panas Ragna Ys. Akan tetapi, Rubia menghilang.


"Gimanapun juga, Rubia-sama memang senang menyendiri–"


Lalu, Fenrir berdiri dan menggonggong.


"Oh, sudah hampir waktunya."


"Terlambat di hari pertama akan buruk, ayo bergegas."


Menghabiskan teh hitam didalam cangkirnya, Kamito berdiri.

Bagian 5[edit]

Setelah bersiap-siap dengan cepat, Kamito dan rekan-rekannya melewati taman yang indah saat mereka menuju ke bangunan sekolah.


"Bangunan sekolah yang rusak sudah diperbaiki."


"Ya, kudengar Akademi menerima donasi yang besar dari Ordesia."


"Tamannya bahkan lebih besar dari yang sebelumnya."


Melewati gereja yang bertindak sebagai markas operasi Sylphid Knight, mereka secara kebetulan bertemu roh batu milik Rakka membersihkan drum-drum kosong dari minuman beralkohol yang dihabiskan saat pesta semalam.


"Halo, Tuan Pahlawan–"


Rakka menyapa tanpa menahan diri.


"Kau menampilkan banyak hal bagus pada semua orang tadi malam."


Disampingnya, Reishia tertawa kecil.


"Maaf, aku gak ingat banyak soal itu..."


...Apaan sih yang kulakukan?


"M-Met pagi, Kamito–"


Ellis muncul dengan seragamnya.


Mungkin karena dia baru selesai mandi, ujung kuncirnya masih lembab.


"Ellis, kau langsung latihan pagi dihari pertama kembali?"


"Ya, dengan mbakyu. Kami berlatih tombak."


Berkata begitu, Ellis tersenyum masam.


"Gak bisa kupercaya...."


Claire gak bisa berkata apa-apa.


"Rakka, maaf sudah menyerahkan pekerjaan bersih-bersih padamu."


"Nggak apa-apa. Kau baru kembali, Kapten, jadi bersantai saja dan beristirahatlah."


Rakka tersenyum dan melambaikan tangannya.


"Ngomong-ngomong, Kapten, apa kau menyimpan "itu" dengan baik dari yang semalam?"


"...Ah, ya, tentu saja."


Mendengar Reishia, Ellis mengangguk kelihatan agak malu.


"Menyimpan apaan?"


Sebagai tanggapan pada pertanyaan Kamito...


"Tarian pedang crossdress-mu di pesta semalam. Kapten bekerja sangat keras untuk merekamnya."


“R-Rakka!?”


Rakka menjawab tanpa berpikir, membuat Ellis langsung tersipu merah padam.


"T-Tunggu bentar, apa yang terjadi disini!?"


“Uh, umm... Itu, uh...”


Ellis menghindari kontak mata sambil menggaruk pipinya.


"Bukankah ada sebuah kristal roh yang bisa menyimpan gambar yang kau lihat? Itu mungkin yang digunakan untuk merekam tarian pedang crossdress Kamito, kan?"


"A-Apa?"


“Reishia!?”


Ellis panik, rahasianya terbongkar.


....Kamito sama sekali nggak ingat. Jadi Ellis bahkan melakukan sesuatu seperti ini.


“Ellis...”


Kamito memelototi dia.


"....U-Uh, aku cuma ingin menyimpan, sebagai kenangan berharga, pemandangan dari Ren Ashbell-sama menari didepan mataku. Itu sebabnya aku...."


Memutar-mutar jarinya, dia menjelaskan dengan canggung. Meskipun dia terlihat cukup menggemaskan, Kamito memutuskan bahwa rekaman hidup dari sejarah kelamnya gak diijinkan ada didunia ini.


"Hancurkan kristal roh itu. Sekarang."


"G-Gak mau!"


Ellis menggeleng berulang kali.


"Aku sungguh sangat sakit hati bahwa kau menyembunyikan identitasmu sebagai Ren Ashbell-sama. G-Gak boleh kah aku menyimpan sedikit saja rekaman dari pujaanku!?"


“Hmm...”


....Dia ada betulnya. Kamito merasa bersalah karena menyembunyikan hal itu dari dia begitu lama.


Ellis adalah fan berat Ren Ashbell dan bahkan bergabung dalam fan club di Akademi. Melihat dia berlinang air mata, Kamito menghela nafas.


"....Jangan biarkan siapapun melihatnya, terutama Greyworth."


"Ya, tentu saja! Aku akan menyimpannya sebagai kenangan pribadiku."


Mendengar jawaban Kamito, Ellis langsung tersenyum cerah, mengangguk lagi dan lagi.


....Melihat senyum bahagia seperti itu diwajahnya, Kamito merasa terdorong untuk menjaga ucapannya dan gak mencabut ijin yang sudah dia berikan.


"Aku ikut senang untukmu, Kapten."


Rakka menepuk pundak Ellis.


"Maaf semuanya, kita hampir terlambat."


Rinslet mengernyit dan mengingatkan mereka.

Bagian 6[edit]

"Oke Ellis, sampai jumpa lagi."


"Ya."


Berpisah di koridor dengan Ellis yang merupakan murid dari Kelas Musang, Kamito dan rekan-rekannya masuk ke ruangan Kelas Gagak.


Sudah beberapa bulan sejak terakhir mereka mengikuti pelajaran disini.


Setelah mengalahkan Velsaria pada penyisihan untuk perwakilan Akademi di Blade Dance, Tim Scarlet menghabiskan sebagian besar waktunya pada latihan. Diwaktu berikutnya mereka kembali ke Akademi, Kamito kehilangan ingatannya karena syok kehilangan Restia. Setelah itu, ada ekspedisi ke Laurenfrost lalu menyelamatkan Fianna, oh yah, itu memang cerita yang panjang–


"Duduk disana yuk."


Kamito dan rekan-rekanya duduk di barisan belakang dan membuka buku pelajaran bahasa roh.


"Kayaknya buku pelajarannya akan butuh perombakan besar."


"...Ya."


Membaca buku pelajaran tersebut, Claire bergumam dan Kamito sependapat.


Gimanapun juga, Holy Lord, pemimpin dari para Elemental Lord, sudah tiada. Sedangkan para Elemental Lord lainnya juga telah kehilangan kekuatan besar yang dulunya mereka miliki.


Dan juga, Kamito telah menyampaikan banyak kebenaran pada Divine Ritual Institute, termasuk Kegelapan Dunia Lain, para Malaikat, Perang Roh 6.000 tahun lalu, eksistensi dari Ren Ashdoll sang Elemental Lord Kegelapan, kisah Raja Iblis Solomon 1.000 tahun lalu, serta roh Iris dan Sacred Maiden Areishia, dan sebagainya–


Meskipun mereka gak tau seberapa banyak yang akan dibeberkan oleh Divine Ritual Institute, penelitian spiritologi sudah pasti akan mengalami perubahan yang sangat besar.


"Saya mendengar bahwa Divine Ritual Institute berniat menambahkan resep kue milik nyonya pada kurikulum mereka."


"Aku gak kaget. Gimanapun juga, kue-kue itu yang memikat seorang Elemental Lord."


Mendengar Carol berbicara dengan gembira, Fianna sependapat.


"Padahal itu cuma kue biasa...."


Kelihatan sedikit gelisah, Rinslet memiringkan kepalanya.


"Ngomong-ngomong, kita perlu melaporkan api milikku dan milik kakak."


Api Dunia Lain yang dicuri oleh para Elemental Lord di zaman purba dan diwariskan pada ras manusia.


Claire sepertinya berniat meneliti api-api itu secara menyeluruh sebelum dia lulus.


"Dan juga, ada saudara-saudara Scarlet dan rincian dari Perang Roh, ada banyak hal yang ingin aku teliti–"


Dikakinya, Scarlet mengeong.


"–Kalian, cepat duduk."


Lalu, Bu Freya masuk kelas.


Berdiri di podium, dia menaruh materi pembelajaran miliknya diatas mimbar.


"Ah, ijinkan aku memperkenalkan seorang guru honorer hari ini."


Dia berdeham dan berbicara.


"Guru honorer?"


Claire dan Rinslet bertukar tatap.


"Mungkin saat ini ada kekurangan guru yang tersedia."


Fianna bertanya-tanya.


...Dia betul. Insiden penyerangan Millennia Sanctus pada Akademi dan pemanggilan roh iblis yang disebabkan oleh Astral Shift pasti melukai banyak guru. Selain itu, rekonstruksi ibukota kekaisaran juga mewajibkan banyak elementalis handal untuk datang, oleh karena itu kekurangan orang terjadi dimana-mana.


–Lalu, seorang wanita mengenakan setelan datang ke mimbar.


"–Mulai hari ini, aku, Ren Ashbell, akan bekerja disini sebagai seorang guru. Senang berjumpa kalian."


Itu adalah seorang wanita berambut merah panjang. Dia memakai sebuah topeng berwarna merah–


"Ehhhhhhhhhhhhhhhh!?"


Suara Claire menggema di ruang kelas.

Bagian 7[edit]

Di kantin diluar bangunan sekolah.


Karena persediaan tak terbatas dari roti gratis disediakan untuk para siswi, ini merupakan sebuah tempat yang populer untuk nongkrong.


Setelah menunggu dan bertemu Ellis setelah pelajaran spiritologi dasar, kelompok Kamito berada di kantin, menanyai si guru bertopeng.


"...! Kenapa kau ada disini, Nee-sama!?"


"Itu karena permintaan Dame Greyworth. Claire, dasi pitamu berantakan."


Namun, Rubia sama sekali gak terpengaruh dan bahkan cukup santai sampai-sampai merapikan pita milik Claire.


"Kau pergi kemana? Kau membuat Claire begitu kuatir."


"Aku pinjam kapal militer dari Teokrasi dan mengirim anak-anak yatim dari Sekolah Instrusional kembali ke kampung halaman mereka." Jawab Rubia.


"Gimanapun juga, perang sudah berakhir. Keberadaan Tim Inferno sudah gak diperlukan lagi."


"Aku paham...."


Senangnya punya kampung halaman untuk pulang, pikir Kamito. Sebelumnya, gak ada satupun anak yang bisa kembali pulang setelah diambil oleh Sekolah Instruksional.


Anak-anak yang gak diketahui asal-usulnya dikabarkan tinggal di sebuah fasilitas di ibukota kekaisaran untuk sementara waktu. Spesialis pengumpul informasi, Lily mencurahkan upayanya dengan sungguh-sungguh untuk menyelidiki kampung halaman cewek-cewek itu.


"Boleh aku tanya kenapa kau pakai topeng?"


Kali ini, giliran Fianna yang bertanya.


"Nggak mungkin kan aku bisa menunjukkan wajah sejati dari Ratu Bencana. Aku akan terus meminjam namamu, Kamito."


Memang sih, kesan dunia tentang dia saat dia berpatisipasi dalam Blade Dance sebagai Ren Ashbell si elementalis bertopeng, pemimpin Tim Inferno, masih melekat.


"Pelajaranku sangat ketat. Jangan berharap aku akan lunak pada adikku sendiri."


Rubia berbicara kalem pada Claire sambil mengambil sepotong roti melon.


"Y-Ya, Nee-sama...."


Claire mengangguk dengan ekspresi gugup. Lalu–


"Oh—, itu Onii-sama!"


Terdengar suara yang familiar disertai langkah kaki yang ringan.


Kamito menoleh ke belakang, dan terkejut melihat Muir Alenstarl mengenakan seragam Akademi.


"Kenapa kau disini, Muir!?"


"Dia bilang dia ingin belajar disini, jadi aku bicara pada Dame Greyworth."


"Lihat."


Muir berputar di tempat, menyebabkan rok beserta rambut abu-abunya berkibar.


"Aku paham, ah..."


Mempertimbangkan perkembangan psikologis Muir, bersekolah di Akademi mungkin merupakan hal yang bagus. Meskipun dengan usianya, dia seharusnya masih di Akademi Dasar Eluor–


(...Saat Mireille masuk Akademi, mereka bisa jadi teman akrab.)


Saat dia berpikir begitu....


"–Ketemu."


"Leonora—"


Kali ini, Leonora yang mendekati mereka dengan pedang naga yang besar miliknya menggantung di pinggangnya.


Karena pertukaran aktivitas antara Dracunia dan Akademi, Leonora nampaknya akan tinggal disini selama beberapa waktu.


Tadi malam, dia jelas-jelas minum Dragon Wine sama banyaknya dengan yang Kamito minum, tapi sekarang, dia tampak betul-betul gak terpengaruh. Mengesankan seperti biasanya, seorang princess maiden yang membuat kontrak dengan seekor roh naga, diberkahi dengan ketahanan tubuh yang luar biasa.


"Makanan di kantin ini sangat lezat. Aku menyukainya."


Leonora duduk di meja yang sama dengan kelompok Kamito.


Hal ini membuat meja-meja sekeliling bersorak cukup riuh.


Saat Akademi diserang oleh kawanan roh iblis, Knights of Dragon Emperor datang sebagai bala bantuan dan mengalahkan musuh. Berkat hal itu, Leonora sangat populer di Akademi Roh Areishia.


"Latihan paginya sudah selesai?"


"Ya. Para siswi disini lumayan hebat."


Leonora mengangguk. Dia saat ini merupakan seorang instruktur tarian pedang di Akademi.


"Kamito, aku ingin menjadi pasanganmu jika ada kesempatan kedepannya–"


Menatap lurus pada mata Kamito, Leonora tersenyum.


Karena Greyworth mengajari dia Absolute Blade Art, si ksatria naga ini sudah pasti semakin kuat.


"Kalau tarian pedang yang kau inginkan, aku siap kapanpun."


"Tarian Pedang Malam Hari?"


"....! B-Bego, tentu saja maksudku siang bolong!"


Kamito langsung tersedak.


"Melakukan Tarian Pedang Malam Hari di siang bolong, kau memang bejat, Kamito."


Leonora tersipu, memutar-mutar jarinya dan bergumam.


"T-Tunggu bentar, apa yang kalian berdua bicarakan!?"


"L-Leonora-dono, itu sangat gak bermoral!"


Claire dan Ellis menimpali.


Lalu Leonora berdehem dan memperbaiki sikapnya.


"–Ngomong-ngomong, aku punya berita bagus untuk disampaikan pada kalian semua."


"...?"


Karena Leonora tiba-tiba mengubah topik pembicaraan, Kamito dan rekan-rekannya saling bertukar tatap.


"Berita bagus apa maksudmu?"


Leonora menarik nafas ringan dan berkata:


"–Blade Dance yang selanjutnya sudah dipastikan."


"Ehhhhhhhhhhhhhhhh!?"


Claire dan yang lainnya berseru terkejut.


"....Blade Dance, apa kau serius?"


"Ya. Baginda Raja Naga memberitahuku."


Gak salah lagi. Leonora mengangguk.


"Tapi bukankah mereka baru selesai menyelenggarakannya baru-baru ini–"


"Blade Dance kali ini sepertinya berkaitan dengan pengaturan ulang Astral Zero."


"Jadi begitu."


Fianna mengangguk dengan ekspresi termenung.


Dengan lenyapnya Holy Lord, hubungan antara Astral Zero dan alam manusia mulai berubah. Melalui festival Blade Dance yang menghubungkan manusia dan roh, mereka mungkin mencoba menapaki jalur kedepan dalam pembangunan sebuah hubungan baru.


"Tarian pedang membawa kegembiraan pada semua roh di Astral Zero bukannya ritual kagura yang dipersembahkan pada para Elemental Lord huh?"


Mungkin sebuah ide yang bagus, itu mungkin membawa kembali vitalitas pada benua yang telah rusak karena perang. Kamito bertanya-tanya apakah yang menyarankan ide itu adalah Iseria Elemental Lord Air atau Volcanicus yang merupakan penggila festival.


"Waktunya setengah tahun dari sekarang."


"Mepet sekali, kita perlu mengatur taktik tim baru."


"Claire, masih belum pasti apakah itu sebuah pertempuran tim."


"Regulasinya sepertinya sama seperti yang sebelumnya. Sebagai kapten dari Knights of Dragon Emperor, aku menantikan pertandingan ulang melawan Tim Scarlet."


"Ya, kami gak akan kalah!"


Claire dan Leonora berjabatan tangan.


"Muir mau bergabung dengan Tim Scarlet!"


"Gak bisa. Satu tim maksimal lima anggota. Cari tim lain untuk bergabung."


"Eh—!"


Muir cemberut gak senang.


(....Blade Dance, huh? Itu terasa sungguh nostalgia meskipun yang sebelumnya belum terlalu lama.)


Menatap langit biru yang cerah, Kamito bergumam dalam benaknya.


Putri Linfa dan Shao Fu dari Kekaisaran Quina, Luminaris yang dia lawan di Ibukota Suci, tentunya mereka akan ikut serta lagi, kan?


"Kita gak boleh lengah meskipun kita tim pemenang sebelumnya. Kudengar seorang elementalis laki-laki yang menyebut dirinya penerus Raja Iblis muncul di Teokrasi. Mereka bilang dia lumayan hebat–"


"....Aku merasa dia bukanlah orang asing."


Ekspresi jengkel muncul di wajah Kamito.


Tapi jaman sudah berubah. Claire dan yang lainnya mungkin bisa menang dengan mudah meskipun mereka menghadapi pertempuran yang sulit dimasa lalu.


"Kamito, menggunakan divine power kegelapan dilarang. Para roh akan tidak senang."


Rubia mengingatkan dia terlebih dahulu.


"Ya, aku tau."


Sejak awal dia memang gak punya niat menggunakan kekuatan itu... Gimanapun juga, kekuatan itu memberi beban yang besar pada tubuhnya.


"Aku sungguh gak sabar."


Fenrir menggonggong.


"Sudah hampir jam pelajaran siang–"


"Ya, ayo pergi."


Berkata begitu, Claire berdiri.


Saat Kamito mau pergi mengikuti Claire.


"Kamito–"


Rubia menghentikan dia.


"Hmm?"


"Siapa diantara mereka yang kau pilih?"


".....!?"


Dia menoleh ke belakang, dan melihat tatapan nakal dari Rubia yang telah melepas topengnya.


Ini adalah pertama kalinya Kamito melihat ekspresi seperti itu diwajah Rubia.


"Meskipun kurasa kau hanya perlu memilih adikku, kalau kau betul-betul gak bisa mengambil keputusan, ingatlah bahwa aku juga masuk dalam pilihan–"


Kamito gak tau apakah Rubia bercanda atau enggak–


Dengan tawa kecil, Rubia berbalik dan pergi.

Bagian 8[edit]

"–Astaga, sudah waktunya untuk persiapan Blade Dance yang berikutnya. Aku betul-betul gak bisa pensiun dengan tenang."


Dari jendela di kantor kepsek, memperhatikan pemandangan yang ada dibawah, Greyworth mengangkat bahu ringan.


Segera setelah Blade Dance diumumkan secara resmi, Akademi harus mengatur sebuah program khusus berpusat pada tema pertandingan turnamen. Ini akan jadi Saat-saat yang sibuk.


Kesampingkan itu–


"–Sepertinya bocah itu sudah menemukan tempat pulang."


Menatap muridnya yang berjalan bersama rekan-rekannya, Greyworth menyeringai.


"Ya ampun, apa kau mau pensiun? Penyihir Senja?"


Lalu, angin berhembus seraya bulu-bulu hitam berjatuhan.


Dengan sayap hitam legamnya terentang, roh kegelapan mendarat di dekat jendela.


Mereka berdua telah menyaksikan seluruh perjalanan perkembangan Kamito.


Meskipun mereka berdua nggak selalu berada dipihak yang sama, mereka akrab layaknya kawan lama.


"....Mana mungkin. Aku masih harus memperhatikan perkembangan Akademi ini sedikit lebih lama lagi."


"Begitukah?"


Restia mengarahkan tatapannya keluar jendela, menatap lembut pada Kamito.


Anak laki-laki itu, yang dahulu hatinya tertutup rapat, telah menemukan tempat pulang–


(....Mungkin misiku adalah untuk memandu dia ke tempat ini.)


Berbisik pelan, Restia tersenyum tenang.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya

Epilog[edit]

Beberapa minggu telah berlalu setelah mereka kembali ke Akademi.


Kamito dan teman-temannya sibuk antara akademik, latihan Blade Dance dan pertandingan turnamen sekolah.


Meskipun ujian tertulis merupakan tantangan terbesar baginya, Kamito berhasil mendapatkan kreditnya berkat sesi pelajaran Claire dan pembelajaran khusus dari Rubia.


Mata pelajaran Rubia mencakup semuanya. Gimanapun juga, sebagai seorang mantan Ratu, dia mengajar dengan cara yang sangat jelas dan teratur serta mudah dipahami, mirip dengan Claire.


Adapun untuk Leonora, dia tinggal selama beberapa waktu sebagai seorang instruktur. Setelah mempengaruhi para princess maiden fansnya dengan kebiasaan gak pakai daleman, dia kembali ke negara asalnya, Dracunia.


Dari apa yang Kamito dengar, kebiasaan berpakaiannya saat mengkomando telah menjadi sangat populer diantara para siswi baru-baru ini, menyebabkan Ellis pusing dalam menegakkan moral publik.


Yang lebih merepotkan bagi Ellis adalah bahkan Velsaria yang tegas dan keras kepala juga berhenti memakai daleman. Velsaria dan Leonora sepertinya menjadi sangat akrab, dan sepertinya terpengaruh oleh kebiasaan itu setelah menghabiskan waktu yang sangat lama bersama-sama.


"Aku betul-betul menantikan untuk bertempur di Blade Dance."


Meninggalkan kata-kata itu, Leonora meninggalkan Akademi. Meskipun Kamito menang tiga kali pertandingan latihan saat Leonora berada disini, dia yakin Leonora akan menjadi lebih kuat lagi setengah tahun lagi.


.....Dalam hal ini, Kamito sangat sibuk setiap harinya di Akademi.


Suatu sore, setelah pelajaran, Kamito kembali ke asrama dan berbaring di ranjang.


Menyandarkan Est dan Restia pada dinding, dia tenggelam dalam pemikiran yang dalam.


(....Hari-hari pertempuran itu terasa seperti sudah lama sekali.)


Menatap langit-langit yang hitam karena asap pembakaran, dia bergumam pelan.


Dia telah mengalami begitu banyak hal sejak datang ke Akademi.


Bertemu Claire, membuat kontrak dengan Est. Membentuk Tim Scarlet bersama Claire, Ellis, Fianna dan Rinslet, keempat rekannya, untuk mengikuti Blade Dance.


Di Ragna Ys, dia bertemu saingan kuat seperti Shao dan Leonora, dan melawan mereka. Di babak final, dia akhirnya melawan dan mengalahkan Rubia, tapi kehilangan Restia dan kuil Elemental Lord.


Setelah itu, Kamito kehilangan ingatannya sementara, terjebak dalam kudeta Ordesia, mengunjungi Dracunia, Teokrasi, Kota Raja Iblis, dan mengambil alih ibukota kekaisaran.


Dan akhirnya, dia mengalahkan Holy Lord yang berencana membuat ulang dunia, dengan itu, menyelamatkan benua.


(...Beneran deh, banyak sekali yang terjadi.)


Saat dia merenung secara mendalam–


"Kamito, kau sudah kembali?"


Pintu kamar terbuka pelan.


Orang yang membuka pintu itu adalah Claire. Mungkin, dia mandi fi fasilitas pemandian setelah berlatih sebelum kembali ke asrama.


"Ya..."


Kamito duduk.


"H-Hmm, kau sendiri..."


Bergumam, Claire melihat sekeliling lalu batuk ringan.


Dia masuk ke kamar dan duduk disamping Kamito.


Disinari mentari senja, leher pucatnya menjadi berwarna agak merah.


"....Waktu berlalu begitu cepat. Pertempuran di Ragna Ys sudah berlalu seminggu lalu."


"Ya."


Kamito mengangguk. Kehidupan damai saat ini di Akademi terasa seperti sebuah mimpi.


....Setelah itu, Claire terdiam beberapa saat.


Mentari senja terbenam di kota Akademi. Ruangan itu mulai semakin gelap.


Kamito mau mengaktifkan sebuah kristal roh untuk penerangan.


"Tunggu–"


Lalu, Claire meraih lengan Kamito dan menghentikan dia.


".....Ada apa?"


"Ah, u-uhh..."


Claire tersipu sambil memutar-mutar jarinya.


"K-Kalau diingat-ingat, bukan hari ini hari itu? Itu sangat memalukan kalau terlalu terang..."


Berkata begitu, Claire menggigit bibirnya. Kamito langsung merasa hatinya berdebar-debar.


"M-Masih terlalu dini, kan?"


"B-Benerkah? Tapi langit sudah gelap."


"Tapi yang lainnya gak–"


Kamito terkesiap. Segera setelah dia mengucapkan beberapa kata, Claire menempatkan jarinya pada bibir Kamito.


"R-Rahasiakan ini dari yang lainnya. Gak ada salahnya memulai ritual lebih awal–"


Berkata begitu, Claire menyandarkan tubuh mungilnya pada dada Kamito.


"...!?"


Ritual–artinya Kagura Kegelapan.


Memang, Elemental Lord Kegelapan sudah tiada di dunia, tapi kekuatannya masih bersemayam didalam diri Kamito.


Meskipun Kamito gak akan mengamuk dan berubah menjadi Raja Iblis, divine power kegelapan tak terbatas yang bersemayam dalam dirinya tetap memiliki masalah jika tidak diredakan.


Pada tingkat ini, dia mungkin secara gak sengaja melepaskan divine power kegelapan saat bertemu lawan yang kuat di Blade Dance setengah tahun mendatang.


Oleh karena itu, sampai Kamito menguasai kekuatannya, dia masih membutuhkan ritual Kagura Kegelapan untuk dilakukan setiap beberapa hari.


Ritual itu bertempatkan di asrama Kelas Gagak pada malam hari mangkanya menghasilkan banyak rumor. Para siswi sepertinya menyebutnya Tarian Pedang Malam Hari yang diadakan oleh sang Raja Iblis.


....Hal itu semakin memperburuk reputasi Kamito.


"....Kamito, pejamkan matamu."


Claire mencium pipinya.


Itu adalah ciuman malu-malu disertai pergerakan yang gak berpengalaman.


"C-Claire!?"


"A-Ayolah, rileks..."


Tersipu sampai telinganya, Claire berkata penuh ketidaksenangan.


Kagura Kegelapan mengharuskan dia menyerahkan tubuhnya dengan kepercayaan penuh pada para princess maiden, jika tidak, itu gak akan berhasil.


Dengan kontak fisik yang rekat, dia bisa mendengar nafas Claire. Bahkan ada sensasi dari tonjolan kecil pada lengannya.


"A-Aku cuma melakukan ini dengan laki-laki yang kusukai, ngerti–?"


Berkata begitu, Claire memeluk erat Kamito. Lalu.....


"Claire, kita sudah setuju untuk tidak mencuri start!"


"...! Hwah!"


Pintunya terbuka secara paksa.


Fianna, Ellis, Rinslet masuk ke kamar.


"Astaga, aku gak boleh lengah. Dan juga ini masih petang."


"Kau melanggar perjanjian."


"Ya, sungguh liciknya dirimu mau menguasai dia sendirian."


"B-Bukankah kalian masih ada pelajaran?"


"Fufu, jangan remehkan intuisi seorang princess maiden."


Fianna mengangkat jari telunjuk dan berbicara dengan bangga.


"Kita sudah sepakat untuk melakukan ritual Kagura Kegelapan bersama-sama, dan ternyata, ini yang terjadi."


"....A-Aku tau, oke?"


Wajah Claire merah cerah. Dia memalingkan wajahnya kesamping.


"Fufu, makasih udah nunggu, Kamito-kun♪♪"


Berkata begitu, Fianna melepas sepatunya dan naik ke kasur.


"Kau bisa merilekskan tubuhmu."


"G-Gak perlu malu."


Ellis dan Rinslet naik ke kasur juga.


Kasur yang sempit itu langsung penuh.


"Tunggu, kalian....!"


"Kamito-kun, aku gak pake daleman sekarang."


Tersenyum samar, Fianna dengan lembut mengangkat ujung roknya.


"...Huh!?"


"A-Apa yang kau lakukan!?"


"Y-Yang Mulia! Sebagai putri negara, bagaimana bisa anda menjadi begitu bejat–"


"Dengar, bukankah ini tren populer diantara para cewek belakangan ini? Dan juga, ini memungkinkan aku untuk secara penuh merasakan divine power milik Kamito-kun dengan kulitku–"


"...!?"


Kamito gak bisa menghentikan tatapannya dari memperhatikan roknya Fianna, dan melihat dia menggosok-gosokkan lututnya malu-malu.


....Apa dia betul-betul gak pakai apapun dibalik rok itu!?


"Tunggu, Fianna, apa yang kau lakukan!?"


"–Fufu, bukankah ini menyenangkan? Aku ikutan juga."


Bulu-bulu hitam mendarat di kasur bersamaan dengan dia berbicara.


"Restia!?"


Kamito menengadah, dan melihat cewek mengenakan gaun one-piece hitam mendarat di kasur.


"K-Kau itu seorang roh, ritual ini gak ada hubungannya denganmu!"


"Astaga, justru sebaliknya. Perlukah aku mengingatkanmu kalau aku bisa menekan kekuatan kegelapan itu?"


"Kau mau apa, roh kegelapan?"


Lalu, Demon Slayer yang bersandar di dinding bersinar dan berubah ke wujud seorang cewek.


Est duduk di pangkuan Kamito. Kasur itu langsung penuh dengan cewek.


".....~! S-Sempit sekali!"


"Kamito, maaf payudaraku menabrak....!"


"A-Apa ini, sheeeeeesh!"


"Fufu, gak mudah menjadi Raja Iblis Malam Hari. Dengan begitu banyak selir, apa yang akan kau lakukan?"


Restia terkikih.


....Dia betul-betul menikmatinya.


"A-Apa maksudmu, apa yang akan kulakukan–"


"Gak usah kuatir. Aku punya solusi yang bagus buat Kamito-kun♪♪"


Fianna mengangkat jari telunjuknya.


"Yang perlu kita lakukan adalah memenangkan Blade Dance dan membangun sebuah kerajaan harem poligami."


"...Huh?"


....Ide gila apaan lagi yang diusulkan si putri ini sekarang?


"Sebuah kerajaan harem, kau bilang?"


"Ya. Meskipun para Elemental Lord sudah kehilangan kemampuan untuk mengabulkan harapan, berbagai negara di benua akan memberi hadiah mewakili mereka, kan? Gimanapun juga, sudah ada negara-negara dimana poligami diijinkan, seperti Teokrasi misalnya, dan secara kebetulan, ada wilayah yang sesuai di Ordesia yang cocok untuk mendirikan sebuah negara baru."


"Jangan bilang maksudmu adalah wilayah Elstein?"


Claire terkejut.


Saat ini, wilayah Elstein dikelola oleh seorang perwakilan yang dikirim dari ibukota kekaisaran. Tapi setelah wilayah itu berubah menjadi tanah gersang karena kehancuran yang diakibatkan oleh Elemental Lord Api, yang tersisa hanyalah sesuatu seperti sumber air panas.


Meminta wilayah itu sebagai sebuah hadiah pemenang untuk Blade Dance gak akan berlebihan.


"G-Gak bisa kupercaya kau punya ide sebagus itu."


"...H-Harem? Tapi..."


Ellis terlihat gelisah.


"Memang, itu adalah solusi paling damai."


Restia tersenyum, tampak puas.


"Kamito, harem itu artinya apaan soh?"


Est bertanya tanpa ekspresi.


"Tunggu! Pertama-tama, akankah harapan semacam itu bisa diterima!?"


Blade Dance melibatkan ritual suci kagura dipersembahkan pada para roh sebagai persembahan.


Kamito nggak berpikiran bahwa para Elemental Lord akan menyetujui permintaan edan semacam itu.


"....Kau ada benarnya. Tunggu sebentar, biar kutanyakan pada Iseria-sama."


"Huh?"


Rinslet mendekatkan tangan kirinya pada telinganya. Segel mawar es itu langsung bersinar.


"....Hmmm, Saya paham.... Baiklah, baik...."


Dia terus mengangguk-angguk.


"Beliau memberi ijin!"


Lalu Rinslet mengangkat jempol dengan kegembiraan yang gak bisa dijelaskan.


"Huh!? Hei, Rinslet, kau berkontak langsung dengan seorang Elemental Lord.....?"


.....Bukankah hal ini membuat Ratu Air gak berguna?


"Sekarang kita sudah dapat ijin dari para Elemental Lord, bagaimana kalau kita menyebutnya Nirwana Raja Iblis Malam Hari?"


"Ditolak!"


Saat Fianna dengan riang memberi saran, Kamito langsung menolaknya.


"Tapi kalau kau mau mendirikan sebuah kerajaan harem, siapa yang akan kau pilih sebagai permaisuri pertama?"


Saat Restia menyela seperti ini–


Para cewek langsung bertukar tatap satu persatu, dan Kamito berada ditengah-tengahnya.


".....A-Aku bukan yang pertama, tapi aku nggak keberatan."


"Memang, aku bisa menerima peran selir."


"Aku menginginkan perlakuan setara untuk semuanya."


"Y-Ya, sejujurnya, menjadi yang pertama adalah yang terbaik, tentu saja.... T-Tapi aku nggak masalah sejajar dengan yang lainnya."


Memerah padam, Claire berbicara terbata-bata.


"Kamito, aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku–"


Setelah mereka menyampaikan keinginan mereka, diskusi para nona muda itu mencapai puncaknya.


"Y-Yang jelas sudah diputuskan, kita harus meraih kemenangan di Blade Dance!"


"Ya."


"Itu benar!"


"Tentu saja."


Mengabaikan keinginan Kamito sendiri, para nona muda itu menenggelamkan diri merekq kedalam topik pembangunan kerajaan harem.


(....Rasanya ini akan serius.)


Kamito menghela nafas.


Akan tetapi, gimana mengatakannya....?


Lalu, saat Kamito memperhatikan cewek-cewek itu, disamping telinganya....


"Kamito—"


Restia berbisik pelan.


"...?"


"–Apa kau bahagia sekarang?"


Mendengar pertanyaan itu, Kamito terkejut.


–Bahagia. Dikala dia berada di Sekolah Instruksional, dia mungkin akan menjawab dia gak tau.


Gimanapun juga, kata itu betul-betul asing dalam kehidupannya saat itu.


Tapi sekarang, dia dikelilingi oleh rekan-rekan yang berharga.


Claire, Ellis, Fianna, Rinslet—


Est dan Restia, mereka semua ada disini.


Setelah pertempuran-pertempuran sulit, dia berhasil melindungi mereka semua.


Dia telah melindungi kehidupan keseharian disini yang mana itu tak tergantikan.


Oleh karena itu, jawaban untuk pertanyaan itu....


"Ya—"


Kamito tersenyum dan mengangguk.


¤ ¤ ¤ ¤


–Dimasa lalu, ada seorang anak lelaki yang menyandang gelar "Penari Pedang Terkuat".


Kisahnya dimulai dari pertemuannya dengan sebuah pedang, Akademi, dan gadis kucing neraka, dan berakhir disini.


Akan tetapi, kisah dari para roh dan para elementalis mungkin akan tetap ada dimasa depan.


Raja Iblis dan para princess maiden akan terus menampilkan tarian pedang elementalis.


~THE END~

STnBD V20 BW10.jpg




Kata Penutup[edit]

–Saya persembahkan ini pada kalian, tarian pedang Ren Ashbell, Penari Pedang Terkuat!



Shimizu disini. Terimakasih sudah menunggu, semuanya.


Dengan ini saya persembahkan pada kalian "Kekuatan Sejati", jilid terakhir dari Seirei Tsukai no Blade Dance!


Untuk menghentikan rencana Holy Lord untuk menghancurkan dunia, Kamito dan rekan-rekannya pergi ke Astral Zero bersama para Ratu mendampingi mereka. Akan tetapi, pedang suci yang dibangkitkan telah menghancurkan Ragna Ys dan memisahkan para anggota Tim Scarlet. Didepan Kamito, yang dilahap oleh kekuatan kegelapan, seorang gadis menyatakan diri sebagai Ren Ashdoll muncul–


Dengan demikian, akhirnya ceritanya mencapai jilid terakhir. Saya penasaran apakah semuanya menikmati perjalanan ini sepenuhnya? Seraya saya menulis jilid terakhir ini, saya merasa kebingungan karena ada begitu banyak konten yang ingin saya masukkan ke dalam buku. Beruntungnya, pada aljiemya, saya masih berhasil menyelesaikan ending yang bagus yang saya bayangkan didalam pikiran saya.


....Oh astaga, kalau dipikir-pikir, ini benar-benar waktu yang lama. Dimulai dari jilid pertama dijual pada akhir 2010, serial ini berlanjut sampai sekarang, delapan tahun penuh totalnya. Wow, itu benar-benar membuat saya emosional.


Setelah mengalami pembuatan duapuluh buku, cinta saya pada karakter-karakter telah menjadi begitu dalam. Sejujurnya, ada saat-saat ketika saya tidak ingin mengakhirinya. Ada hal-hal yang saya masih ingin tulis. Tetapi meskipun novelnya tidak menggambarkannya, Kamito dan Claire memiliki kehidupan yang panjang didepan mereka, dan akan terus hidup penuh energik di dunia mereka. Setelah selesai menulis jilid terakhir, inilah yang saya pikirkan. Saya penasaran berapa banyak selir yang dimiliki kerajaan harem pada akhirnya (setidaknya ada 12 selir, kan!?) Ngomong-ngomong, inspirasi untuk keterangan "Kekuatan Sejati" berasal dari lagu pembuka adaptasi anime oleh Harada Hitomi-san. Ini adalah lagunya Est dan Kamito, serta lagunya Restia dan Ren Ashbell. Saya harap semuanya bisa mendengarkan lagi lagunya setelah membaca jilid terakhir. Saya bertanya-tanya apakah itu akan memberi pemikiran baru pada kalian.


Dan demikianlah, meskipun tingkat publikasinya turun di pertengahan dan membuat semua orang khawatir, serial ini pada akhirnya berhasil sampai pada penentunya. Semua itu berkat dukungan kalian semua, wahai pembaca. Disaat yang sama, delapan tahun ini telah memberi saya banyak kenangan berharga.


Sesi tanda tangan dengan pembaca, event di Taiwan (saya sangat menikmatinya, pengalaman sekali seumur hidup yang tidak terlupakan. Terimakasih atas dukungan kalian, fans di Taiwan!), manga keren dari Hyouju Issei-sensei, dan adaptasi anime yang keluar empat tahun lalu, rapat naskah setiap minggu sangat mendebarkan. Dan event-event dari voice actress anime unit "Kaos kaki selutut" sangat luar biasa. Tarian pedang scene terakhir masih memberi saya kesan yang jelas (sangat disayangkan saya tidak punya halaman yang cukup untuk melanjutkan dengan pemikiran saya!) Dan juga, ada CD drama yang keluar tahun lalu, diproduksi oleh staff original anime. Meskipun saya yang menulis naskahnya, pengisi suaranya benar-benar membuat saya kagum dengan kemampuannya akting mereka yang luar biasa, membuat saya mengerti apa arti sesungguhnya kemampuan profesional. Saya benar-benar berterimakasih pada semua orang karena memberi saya segala macam pengalaman yang berharga!


Sulit untuk tidak merasa sedih tentang konklusi serialnya, tetapi sekarang ini, hati saya dipenuhi dengan kepuasan.


Akhirnya, izinkan saya berterimakasih pada semua orang yang terlibat dalam produksi Seirei Tsukai no Blade Dance.


Sakura Hanpen-sensei, yang menciptakan begitu banyak karakter manis, Umeda Natsuno-sensei, yang bertanggung jawab atas ilustrasi karakter SD, Nimura yuuji-sensei yang mengambil alih ilustrasi selanjutnya, dan Shimesaba Kohada-sensei yang melintasi garis finish, saya sangat berterimakasih pada kalian semua. Berkat kalian, Seirei Tsukai no Blade Dance bisa mencapai penyelesaian yang sempurna.


Hyouju Issei-sensei, terimakasih sudah menggambar manga yang luar biasa.


Sekali lagi, izinkan saya berterimakasih pasa Direktur anime Yanagisawa Tetsuya, Yoshioka Takao-sama, Fujii Maki-sama, Kawai-sama, Hatayama-sama, semua staff di TNK, Produser Tanaka-sama, dan semua animator yang menuangkan kehidupan pada karakter. Lalu ada Kashiwagi-sama dan Yonezou-sensei dari Connect Hearts yang memproduksi CD drama.


Berikutnya benefaktur serial, Shouji-sama, Narita-sama, Sukawa-sama, Nakamichi-sama, dan jajaran editor, proofreader, desainer, sales dan marketing, saya berterimakasih dari lubuh hati saya pada semua orang yang terlibat dalam pekerjaan serial ini!


Akhirnya, saya sungguh sungguh berterimakasih pada semua pembaca yang mendukung serial ini yang berlangsung hingga 20 jikis! Saya akan menyimpan semua surat dan survei pembaca yang dikirim pada saya!


Izinkan saya memanfaatkan ini untuk sedikit mengiklan disini. Saya saat ini mengerjakan cerita After School Bitchcraft milik Ichihara Kazuma-sensei yang mana diserialisasi pada majalah Comic Alive bulanan, serta Iseikai Munchkin milik Aogiri Makoto-sensei yang diserialisasi pada majalah web Wednesday's Sirius. Seperti jilid terakhir Blade Dance, jilid pertama dari After School Bitchcraft akan tersedia dipasar pada bulan Maret. saya mengharapkan dukungan dari semuanya!


Dan juga, CD drama dari Seirei Tsukai no Blade Dance terjual dengan review yang besar. Disc edisi terbatas yang pertama akan disertai dengan kartu game manusia serigala (diilustrasikan oleh Yanezou-sensei), saya harap semuanya bisa mendapatkannya!


Dan juga, saya saat ini menulis dalam persiapan untuk sebuah serial baru untuk dipublikasikan di MF Bunko J. Saya akan bekerja keras untuk menghadirkan buku baru untuk semua orang sesegera mungkin, jadi silahkan dinantikan.


–Baiklah, sampai jumpa lagi dengan serial baru saya!

Shimizu Yuu, Februari 2019 (#nowplaying Kokuin Sanka)

Kata Penutup Ilustrator[edit]

Salam, ini Shimesaba Kohada, bertanggung jawab atas ilustrasi.


Seirei Tsukai no Blade Dance akhirnya sampai pada jilid terakhirnya.


Melalui empat jilid ini, melangkah pada pertengahan serial dan melanjutkan sampai akhir, saya merasa gembira tentang mengerjakan sebuah properti intelektual besar.


Meskipun saya juga menghadapi tekanan yang cukup besar, pada akhirnya, semuanya selesai dan saya melewati garis finish dengan aman.


Meskipun tidak terlalu lama, memberi ilustrasi untuk Seirei Tsukai no Blade Dance benar-benar sebuah pengalaman yang sangat menakjubkan.


Saya berterimakasih pada Shimizu-sensei dan editor karena memilih saya.


Akhir kata, saya sangat berterimakasih pada semua pembaca yang memberi berkah pada Kohada yang mengambil alih di pertengahan serial. Terimakasih banyak atas dukungan kalian!


Ilustrasi terakhir adalah Claire!

STnBD V20 BW11.jpg
Sebelumnya Halaman Utama