Difference between revisions of "Sword Art Online Bahasa Indonesia:The Day Before"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 180: Line 180:
   
 
===Bagian 3===
 
===Bagian 3===
Sword Art Online Bahasa Indonesia:There is but one ultimate way
 
Jump to: navigation, search
 
   
  +
Jadi ini tempat yang salah.
Peringatan Spoiler Cerita sampingan ini terjadi setelah arc Alicization selesai.
 
[edit] Hanya Ada Satu Jalan Terakhir
 
   
  +
Itu adalah penjelasan yang paling masuk akal, jadi aku meminta maaf kepada Asuna dan menuruni bukit, mencari-cari di padang terdekat selama dua jam.
Sword Art Online: Gaiden X2 Mei 2010
 
   
  +
Namun tidak hanya rumah kayu, aku bahkan tidak dapat menemukan percabangan jalan yang mengarah ke jalan kecil yang lain. Mendaki bukit yang pertama kudaki dengan melankolis, sekali lagi aku memandang sekitar.
   
  +
"......Ada di sini, aku yakin..."
Peringatan
 
   
  +
Tak terpikirkan kata-kata itu keluar dari mulutku.
Edisi cerita pendek ini mengandung banyak informasi yang belum dipublikasikan di Dengeki Bunko [Sword Art Online]. Hati-hati terhadap spoiler.
 
   
  +
Taman luas yang begitu halus (meskipun hanya tanah kosong tanpa rumah), dimana hutan lebat pohon konifer membentang; terlihat pilar-pilar menjulang tinggi yang menunjang lingkar luar Aincrad di luar rerimbunan pohon dan di ujungnya adalah langit yang membentang tanpa batas. Pemandangan ini masih segar dalam ingatanku meskipun telah berselang satu setengah tahun.
Kejadian hari ini selesai pada dini hari antara pukul 2 dan 5 (tertawa). Isinya...seperti biasa, Kirito-shi dan seperti biasa, Asuna-san dan seperti biasa, Lyfa-san dan seperti biasa Lisbeth-san dan seperti biasa Silica-san dan seperti biasa Sinon-san dan seperti biasa Yui-san dan seperti biasa Alice-san. Yah, Alice tidak biasa sih......
 
   
  +
Tapi rumah kayu yang kucari itu tidak ada. Aku ragu bila melakukan ini akan mengubah keadaan,aku mencoba berjalan ke pusat dari tanah lapang tersebut, namun rumah tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali.
Dalam karya SAO ini, heroine-nya terus bertambah sebagaimana ceritanya berjalan, tapi struktur cerita SAO tidak bisa membiarkan sang protagonis Kirito-shi untuk menjawab dengan jelas, kalau saya mencoba mencari konklusi dari situasi ini, hanya bisa dalam bentuk semacam ini. Itulah yang saya pikirkan saat menulis cerita pendek ini.
 
   
  +
Ketika aku berdiri di sana terpaku kebingungan, suara berderak seseorang melangkah melalui semak terdengar, berhenti tepat di belakangku.
Kali ini juga, saat saya membaca ulang naskah...... saya merasa naskahnya jelek dari berbagai sisi. Tapi, yah, saya tak bisa berhenti berpikir kalau itulah, sedikit banyak, makna dari seri SAO (tertawa).
 
   
  +
Aku tidak tahan untuk membalik badan. Mari kita pindah ke rumah kayu di lantai dua puluh dua, hanya kita berdua, adalah lamaranku kepadanya. Jika rumah kayu itu tidak ada, bukannya lamaran pernikahan ini hanya menjadi sebuah janji kosong saja?
『Arc Alicization』 versi web memperkenalkan «Akselerasi Waktu Subjektif», dan gagasan itu nantinya digunakan di seri『Accelerated World』. Sang protagonis Haruyuki-kun juga dikelilingi oleh sejumlah cewek, namun Kirito-shi punya kepribadian yang berbeda, dalam situasi yang berbeda, dan mengambil kesimpulan yang berbeda. Saya berharap untuk bisa terus melanjutkan seri ini di masa depan.
 
SAO X2.JPG
 
   
  +
"Asuna... -Aku tidak bohong. Rumah itu benar-benar ada di sini."
   
  +
Kata-kata itu keluar dengan lemah, dengan kepalaku tertunduk lemas.
   
  +
Mendekatiku dengan cepat, Asuna menepuk bahuku sebelum ia memegang dan mengangkat wajahku dengan telapak tangannya. Mata cokelat itu tidak berubah sama sekali, tetap berkilauan dengan cahaya lembut.
Ketika aku bangun dari kasur, sinar lembut matahari masuk melalui tirai berenda putih di jendela. Ini sendiri hanyalah kejadian biasa tanpa masalah atau perubahan drastis. Baru saja aku siap melanjutkan tidurku yang nyenyak, kedua mataku yang hampir tertutup mendadak terbuka lebar. ―――― Tunggu ... Tunggu sebentar!
 
   
  +
"Bukankah sudah jelas, aku percaya kamu."
Ini... ini... ini terlalu aneh.
 
   
  +
Dia memberikan pernyataan sederhana itu, melepaskan tangannya dari wajahku, mundur beberapa langkah dan melanjutkan.
Pertama-tama, kasur ini luar biasa besar dan lembut.
 
   
  +
"Rumah itu pasti sudah hancur karena kondisi sistem tertentu. Sayang sekali, tapi sungguh, ini benar-benar tempat yang indah, jadi aku senang sekali kamu membawaku kesini."
Aku ―― Kirigaya Kazuto harusnya hanya menggunakan single bed[1] berisi busa di kamarku.
 
   
  +
Dia berputar di atas rumput yang berkilauan zamrud, roknya berkibar. Pemandangan sinar matahari sore yang menyinari rambutnya yang panjang dan pelindung dada peraknya, terpantul apa yang tergantung di pinggangnya, sarung Rapier yang berkilauan, «Lambent Light», sangat indah digunakan untuk video promosi untuk game ini tanpa perlu melakukan editing apapun.
Tapi sekarang, punggungku terasa seperti dilapisi oleh bulu lembut bermutu terbaik. Bahkan saat kugerakkan, tangan kiriku tak menyentuh dinding yang harusnya ada. Yang menutupiku bukanlah selimut halusku yang biasa, melainkan selimut sutra yang sangat lembut.
 
 
Dan juga, entah mengapa langit-langitnya amat tinggi, dan aku tidak tahu apakah dekorasinya bergaya barat atau bergaya Jepang. Ditambah lagi, kandil[2] klasik yang indah tergantung di sana alih-alih lampu LED.
 
 
Akhirnya, masuk dari celah-celah di jendela yang tertutup tirai tebal di sisi lain ruangan ―― Tirainya amat besar, mungkin itu jendela ganda ―― adalah cahaya matahari musim dingin dari sudut rendah.
 
 
Bukannya sekarang pertengahan musim panas?
 
 
Di akhir Agustus, liburan musim panas akan berakhir beberapa hari lagi, jadi aku dipenuhi rasa gelisah dan putus asa, menyerah, ketika aku menghadapi fakta: baru kemarin pagi, aku harus menahan dibakar oleh terik matahari, aku ingat memaksa diri untuk beranjak dari kasur dalam kondisi itu.
 
 
Tetapi, saat ini, aku berada di kamar mewah tak dikenal, yang dinginnya bukan main, mungkin jika aku tak dilapisi dengan baik oleh selimut, aku akan sangat kedinginan. Bagaimanapun aku melihatnya, ini musim dingin, pagi musim dingin... kenapa bisa begini...
 
 
Ketika itu, aku akhirnya ingat.
 
 
Kemarin pagi, aku bangun di tengah panas, gosok gigi dengan mata setengah terbuka dan ganti baju. Selagi aku mempertimbangkan untuk mengerjakan PR musim panas, dan berjalan ke meja dengan enggan, aku ditelpon oleh orang yang bertanggung jawab atas departemen pengembangan RATH ―― Higa, yang mengeluarkan pernyataan resmi. Ada beberapa masalah dalam blokade di UW, dan dia ingin bantuanku untuk memecahkannya. Jadi, di hari yang teramat panas itu, protes keluar dari mulutku. Namun hatiku masih cukup bersemangat, melihat aku langsung bersepeda ke cabang RATH di Roppongi, menjalankan instruksi di layar dan masuk ke STL. Bahkan tanpa peduli untuk tahu situasinya, aku Dive in ―― dan bangun di kamar ini.
 
 
Dengan kata lain, ruangan ini mungkin berada dalam bangunan di Di antara Bintang «Cardina», ibu kota Centoria di UW. Walau aku sudah lama menggunakan STL, aku masih sedikit takut pada efek dari fungsi akselerasi waktu karena ingatanku sebelum Dive akan sedikit kabur. Kalau aku ingin lupa, kenapa gak lupa lebih banyak lagi sih... misalnya fakta bahwa di dunia nyata, ada tiga hari lagi sebelum liburan musim panas berakhir...
 
 
...Sambil terus memikirkan hal sejenis itu, aku memutuskan untuk bangun sebelum berkata apa-apa, lalu meregangkan badanku lebar-lebar.
 
 
Kemudian, begitu tangan dan jariku bergerak, aku menyentuh objek yang lembut dan hangat, membuatku kaget sedikit.
 
 
Pelan-pelan aku menoleh ke kanan.
 
 
Di sana, dengan pipi kirinya terkubur di bantal yang besar, ekspresi wajah yang damai, dan mengeluarkan suara tidur yang lembut, terbaring seorang gadis berambut kastanye. Wajahnya mungkin lebih banyak berada di dalam ingatanku dibanding wajahku sendiri, dialah Asuna, Yuuki Asuna.
 
 
Kenapa bisa begini?
 
 
Setelah ditelpon Higa, harusnya hanya aku yang Dive in. Bahkan kalaupun setelah itu mereka menemukan masalah, lalu Asuna juga ikut Dive in, kenapa kita tidur di kasur yang sama?
 
 
Tapi sebelum masuk ke sana, ada yang harus kupastikan dulu.
 
 
Perlahan-lahan aku berbalik dengan lembut, kali ini ke sebelah kiri.
 
 
Tiba-tiba, sebuah cahaya emas berkilauan menusuk mataku.
 
 
Meski cahaya mentari di musim dingin itu lemah, ia masih merefleksikan kilau rambut emas yang mulia itu dengan cemerlang. Memiliki bulu mata berwarna sama dan kulit putih yang terang, gadis itu terbaring dalam postur yang persis sama dengan Asuna di sebelah kanan ―― Alice, sang Ksatria Integritas - Alice Synthesis Fifty.
 
 
Situasi ini di luar pemahamanku. Akan tetapi, ini masih merupakan awal dari kejutan yang dikirim langit.
 
 
Di sisi lain Alice, ada sosok satu orang lagi.
 
 
Kubuka mata dan mulutku, lalu perlahan menggerakkan penglihatanku ke atas.
 
 
Di situ, yang tertidur dan melekuk seperti kucing, adalah seorang gadis berambut air yang pendek, sang sniper es, Sinon, Asada Shino.
 
 
Kalau begini ceritanya, mungkin... mu-ng-kin――
 
 
Aku berbalik ke kanan untuk menghadap ke arah Asuna.
 
 
Di bawah selimut sutra, dengan wajah menghadap atas, dalam postur tidur yang lurus adalah si gadis yang rambut kuning-kehijauannya diikat ekor kuda, sang Swordsman Hijau, Lyfa... adik perempuanku, enggak, lebih tepatnya sepupu perempuanku, Kirigaya Suguha.
 
 
.........Kasurnya segede apa sih?! Adalah yang kutanya pada diriku sendiri dalam hati.
 
 
Walau ada lima orang tidur di atasnya, kasur ini masih punya tempat kosong, jadi aku tak akan kaget bila kasur ini kurang lebih 8 tatami (atau sekitar 13 meter persegi). Mengganti sprei kasur sebesar ini pasti sangat merepotkan.
 
 
Pada saat ini, ada sesuatu yang menekan kaki kananku.
 
 
Berdasarkan sudut penglihatanku, pelakunya bukan Asuna ―― sambil memaksa kepalaku untuk berhenti berpikir, menggeser kecepatan berpikirku ke gigi yang lebih rendah, aku mengangkat kepala lagi untuk melihat kakiku.
 
 
Menggunakan kakiku sebagai bantal, dengan rambut merah muda menutupi wajahnya yang berbintik-bintik, gadis itu adalah sang master blacksmith ―― Lisbeth, Shinozaki Rika.
 
 
Dan di sampingnya, dengan rambut berwarna teh jatuh ke kedua sisi, seorang gadis lembut tertidur dengan seekor naga berbulu menempel di dadanya, sang beast tamer ―― Silica, Ayano Keiko.
 
 
Kasurnya bukan 8 tatami lagi, 10 tatami mungkin. Keluarga kerajaan Arab mungkin satu-satunya orang yang menggunakan kasur sejenis ini di dunia nyata.
 
 
Meski berada di dunia virtual seperti UW, mereka yang punya kekuasaan adiministratif sekalipun tidak mampu untuk membuat item sesukanya, jadi kasur ini masih memerlukan pemotong kayu untuk memotong kayunya, lalu disusun oleh tukang kayu, dan akhirnya didirikan oleh pabrikan sebelum bisa disebut sebagai kasur. Ini tentunya pekerjaan yang sangat amat merepotkan.... berapa harga kasur ini?
 
 
Selagi aku berpikir macam-macam dan lari dari kenyataan, kali ini, ditutupi oleh selimut diantara aku dan Asuna, di tempat sebesar satu meter itu, ada sesuatu yang bergerak perlahan.
 
 
Sesuatu itu pelan-pelan mendaki ke dadaku mulai dari perut, lalu dari ujung selimut muncullah suatu kepala.
 
 
Umurnya 8 tahun, gadis kecil dengan rambut lurus yang indah, matanya masih mengantuk, mendekat untuk melihat wajahku, lalu berkedip, tersenyum dan berkata,
 
 
"Selamat pagi, Papa!"
 
 
"En... Selamat pagi, Yui."
 
 
 
Kalau kasurnya 10 tatami, maka kamar ini pasti lebih dari 30 tatami.
 
 
Sejam setelah aku bangun, aku, Asuna, Yui, Alice, Sinon, Lisbeth, Lyfa, Silica and Pina, totalnya delapan orang tambah satu, duduk melingkar bersama di meja di bagian selatan kamar.
 
 
Sekarang, para cewek tinggal di dapur untuk menyiapkan teh dan air Siral. Selagi meminum minuman jeruk yang rasanya akrab, aku bertanya keras-keras,
 
 
"Hei, kita dimana?"
 
 
Alice yang menjawab,
 
 
"Berdasarkan pemandangan di luar jendela, kita harusnya ada di pinggiran utara Centoria, di bekas wilayah pribadi «Bangsawan» di daerah ini."
 
 
Seusai bicara dalam nada tegasnya yang tak pernah berubah, ia menarik rambut emasnya ke satu sisi, sambil mendekatkan cangkir tehnya ke bibir.
 
 
"Er... em... aku belum pernah datang ke sini, terlebih lagi, kita diam-diam melewati perbatasan ke tempat ini, kita bisa dipenjara..."
 
 
Setelah aku bicara, Lyfa membuka matanya lebar-lebar dan berucap, "Whoa, kejam banget, Onii-chan bisa hidup beberapa tahun di tempat yang aman."
 
 
"Ahaha, memang begitu, tapi menantang peraturan dan membuat GM marah adalah keahlian khusus yang dibanggakan Kirito."
 
 
Semuanya tertawa mendengar komentar Asuna.
 
 
Meski agak telat untuk mengatakan ini setelah semuanya bangun di kasur yang sama, ketujuh cewek itu semuanya mengenakan piyama putih yang desainnya sama, jadi situasi sekarang ini penuh dengan rasa imoral. Walau tekstur pakaiannya tampak sangat tipis, karena ada pemanas yang kuat, kamar ini terasa hangat. Bahkan aku pun hanya mengenakan piyama katun hitamku yang biasa.
 
 
Bila aku tidak di meja, situasi ini akan terlihat bagai lukisan impresionis yang indah.
 
 
Meskipun begitu, aku tak bisa mengatakan "Sekarang semuanya terserah kalian" dan lalu kabur melalui jendela.
 
 
Tidak... barangkali situasi ini terjadi dengan paksa... Walau aku takut akan firasatku sendiri, tapi ada sesuatu yang harus dikonfirmasi dengan jelas. Kuhabiskan air Siral yang sekarang sudah suam dalam sekali teguk, lalu meletakkan cangkirnya di meja. Perhatian semuanya tertuju padaku. Setelah berdeham, akhirnya kuucapkan pertanyaan ini,
 
 
"....Ini... situasi ini sungguhan...? Aku sama sekali gak tahu semuanya Dive in bersama ke sini..."
 
 
Tiba-tiba, para cewek mulai bertukar pandangan, jadilah aku mengerti.
 
 
Mereka sudah selesai berdiskusi, dan tahu mengapa ini terjadi.
 
 
Dalam hati, rasa takut dari firasat tadi makin memburuk.
 
 
Ahem, Lisbeth berdeham, dan berkata,
 
 
"Kalau begitu... aku akan menjelaskan semuanya."
 
 
"M-Maaf merepotkan."
 
 
"Ini semua dimulai karena.... liburan musim panas akan berakhir."
 
 
"Aha?"
 
 
Terkejut, kubuka mata dan berpikir ―― Memang, buat seorang pelajar, liburan musim panas ini sangat mempesona.
 
 
Tiga hari lagi sebelum berakhir.
 
 
Tidak perlu lagi menyebut masalahnya, bukan, tragedinya, sebab semuanya sudah tahu.
 
 
Aku benar-benar setuju dengan kata-kata itu, tapi apa hubungannya dengan situasi kita sekarang ini?
 
 
"...Ah, begitu... karena liburan musim panas hampir selesai, jadi kita harus melakukan aktivitas terakhir kita bersama-sama, makanya kita bareng-bareng mengunjungi UW?"
 
 
Kumiringkan kepalaku, berspekulasi dalam hati.
 
 
"Ini ide yang bagus, tapi bukannya kalian bisa bilang langsung saja padaku dari awal?"
 
 
Para cewek menggelengkan kepala mereka bersamaan, kemudian Lisbeth membuka mulut dan berujar,
 
 
"Tentang itu, masalahnya gak segampang yang kamu kira, aku dan Asuna sudah kelas tiga, ini mungkin liburan musim panas terakhir kami!"
 
 
Memang, dari semua yang ada disini, yang paling tua adalah Alice yang berumur 20 tahun, diikuti oleh Asuna dan Liz yang berumur 18 tahun. Aku dan Sinon 17, Silica dan Lyfa 16, dan yang paling muda tentu Yui. Kalau kuhitung waktu yang kujalani di UW, mungkin aku kurang lebih seumuran Alice. Tapi di dunia nyata aku hanyalah anak SMA kelas dua.
 
 
Liz mengarahkan jarinya padaku, lalu melanjutkan ucapannya.
 
 
"Liburan musim panas kelas tiga kami hampir selesai, artinya... emm... Satu babak dalam hidup kami akan segera berakhir! Kalau memakai istilah MMO, ini artinya kami di ronde kedua, yang berarti kita harus memulai masa latihan yang panjang dan berat."
 
 
――Mahasiswa atau anggota masyarakat mungkin punya hak untuk ngomongin ini ―― adalah yang tadinya ingin kuucapkan, tapi sekarang aku bisa mengerti apa masalahnya.
 
 
"Oh, oh... mungkin."
 
 
Melihatku mengangguk, Liz menatapku dengan paksa, dan berkata dengan tenang,
 
 
"Kamu akan ngerti gimana rasanya di liburan musim panas tahun depan."
 
 
Pendeknya, kulihat kalendar, sambil membatin "Setelah liburan musim panas selesai ada ujian."
 
 
Mendadak ada yang melintas di pikiranku.
 
 
Sesudah itu Liz memerah tanpa alasan yang jelas, dan menundukkan kepala. Melihat situasi ini, dengan nadanya yang dingin, Sinon menyambung penjelasan,
 
 
"Walau aku masih kelas dua, aku mengerti perasaan Liz dan Asuna, bagaimanapun, aku ingin bekerja nantinya. Meski... meski memperhitungkan dunia nyata, kita harus mulai melihat kenyataan. Aku gak bilang aku benci atau gak mau tumbuh dewasa, tapi kalau begini terus, akan ada masalah lain yang muncul."
 
 
"M-Masalah?"
 
 
"Iya, masalah, «Alliance» kita mau diapain?"
 
 
"Ah? Alliance?"
 
 
Mendengar kata asing ini, sekali lagi pikiranku tersesat.
 
 
Apa itu asosiasi ALO? Tapi aku gak pernah dengar...
 
 
Diam-diam melirikku saat aku sedang berpikir, Sinon berucap,
 
 
"Singkatannya ―― KKA, nama resminya adalah Kirito Kataomoi Alliance."[3]
 
 
"..........................................................."
 
 
――Dalam situasi semacam ini, mampu merespon dengan baik adalah keahlian yang tak pernah kulatih, jadi aku hanya bisa berdiri membeku di sana, tapi kalau dipikir lagi, mungkin ini salah satu dari sedikit solusi yang ada...
 
 
Di sisi lain, buat Sinon mengatakan hal ini... Aku perlu bilang aku tidak terkejut dengan Sinon. Dengan tekad seteguh ini, tidak mengejutkan bagi dia untuk menjadi sniper terkuat di GGO.
 
 
Sinon mempertahankan wajah tegangnya, membentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan mengaku,
 
 
"Meski agak sedikit terlambat, tapi sejujurnya, aku dan Liz, Lyfa, Silica diam-diam membuat alliance bersama, melindungi kamu dan Asuna. Lagian, gak ada yang yakin bisa menghadapi Asuna dengan percaya diri."
 
 
Di momen ini, Asuna yang duduk di sebelah kananku, mendadak jadi 80% malu, dan 20% sisanya adalah ekpresi yang tak kumengerti, kepalanya menyusut, dan di sebelah kiriku, Alice, bertingkah bagai ksatria, menekan perasaannya agar orang lain tak bisa membaca ekspresi wajahnya sambil terus minum teh.
 
 
Yang membuka mulut setelah Sinon adalah Lyfa. Berbeda dengan Sinon, wajahnya merah, dan dengan sayu dia berkata,
 
 
"I-Itu... Aku puas hanya dengan di sisi Onii-chan. Tapi waktu kami di ALO, saat aku minum teh bersama Liz dan Sinon, semuanya terlihat galau. Berada di sisi Onii-chan saja sudah susah, dan suatu hari nanti, Onii-chan akan pergi untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan. Dan perlahan-lahan mulai jarang main bareng kami dan gak datang ke ALO lagi. Lingkungan di sekitar kita pelan-pelan berubah... dan akhirnya... mungkin saja perasaan ini sekalipun akan menghilang... ya kan?"
 
 
Tiba-tiba, Lyfa menitikkan air mata, aku pun merasa dadaku sempit.
 
 
Silica, yang ada di sampingnya, menunduk ke bawah sambil menggenggam tangan Lyfa, dan mulai berkata,
 
 
"Ka... kami juga tahu kalau gak ada solusi gampang untuk ini, tapi kita gak ingin pasrah saja sebelum selesai."
 
 
Saat ini... ketika kami sedang menangis bersama, Alice berujar,
 
 
"Dunia nyata bukan cuma satu."
 
 
"Eh......."
 
 
Kupandang wajah ksatria itu sekali lagi, senyuman samar nampak muncul dari pipi putihnya. Alisnya yang tadi terkulai bergerak ke atas, dan ia memandangku dengan matanya yang biru kobalt.
 
 
"――Buatku, dunia nyata atau UW, keduanya adalah kenyataan, dan dalam kenyataan kita gak bisa mengubah arus waktu."
 
 
"I-Ini... ini benar-benar........."
 
 
"Aku sendiri datang menghadap Asuna, menundukkan kepala dan memohon kepadanya, untuk memberikan mereka... bukan, 'kami' satu kesempatan untuk hidup di kenyataan yang lain, supaya di dunia nyata, kami punya kenangan indah yang bertahan sampai akhir hayat. Dan kalau bisa, juga memberikan kami sesuatu yang bisa jadi bukti nyata."
 
 
Ucapan Alice sungguh sulit dimengerti, jadi aku cuma bisa mendengarkan, dan akhirnya menghadap Asuna, gadis yang kutemui pertama kali, dan yang melalui banyak petualangan bersamaku, ia mengangkat kepalanya, dan memandangku dengan matanya yang berwarna kemiri.
 
 
"......Aku cukup khawatir, aku juga telah banyak merenung, tapi... aku dan Kirito, Alice, Sinon, Lyfa, Liz, Silica, juga Yui, jika semuanya bisa bahagia... Jika hal semacam ini sungguh ada, maka aku akan mengulurkan tangan... dan mencobanya......"
 
 
"Semuanya... bersama."
 
 
Di depan aku yang bergumam sendiri, Lisbeth melanjutkan dengan nada yang sama saat ia mulai bicara,
 
 
"Karena itu, semuanya Dive in bersama ke UW memakai 6 unit STL."
 
 
Dia tersenyum bersemangat,
 
 
"Kami semua bisa menikahi kamu karena dunia ini!"
 
 
Dan Yui yang masih duduk di pangkuanku, tiba-tiba berbalik dan berucap,
 
 
"Walau aku masih sedikit ragu, tapi karena etika dan peraturan di dunia nyata gak berlaku di tempat ini, maka ini bukan termasuk ketidaksetiaan, Papa."
 
 
Untuk beberapa saat, yang bisa kulakukan hanyalah memegang cangkirku sambil duduk terdiam di kursi. Aku bahkan tak berpikir sedalam ini, dan tidak bisa memastikan apakah ini kenyataan atau mimpi yang dibangun oleh STL.
 
 
Tetapi aku gak bisa duduk begini terus, jadi lebih baik kuangkat kepalaku, dan berucap,
 
 
"Itu... sebentar, boleh aku memastikan fakta paling sederhana terlebih dulu......?"
 
 
"Silakan," adalah jawaban Sinon.
 
 
"Setahuku, sistem pernikahan di UW... itu, gimana bilangnya, bukannya sistemnya itu satu suami satu istri?"
 
 
Alice yang menjawab.
 
 
"Benar, tapi ksatria tingkat tiga dan atasnya bukan subyek dari larangan ini, ditambah lagi kamu, apa namanya... «Account»? Kewenanganmu harusnya lebih tinggi dari kaisar."
 
 
"......Begitu."
 
 
Mengangguk, aku sekalipun tak bisa menemukan jalan untuk kabur.
 
 
Dengan canggung kupandang ketujuh gadis yang ada di meja satu per satu, lalu kugunakan ekpresi dan suaraku yang paling serius, dan berkata pelan,
 
 
"......Kenangan... eh, itu... sebenarnya, aku sungguh gak punya kualifikasi macam itu... tapi aku sangat senang buat perasaan kalian, meski ini terlalu tiba-tiba, jadinya aku masih gak tahu gimana caranya buat mengatur perasaanku dengan benar, namun kalau untuk kenangan indah itu, hal semacam pernikahan, dan kebutuhannya, maka kita gak punya waktu lagi... masalahnya adalah kita Dive setelah sore, kalau kita semua buru-buru pulang malam ini, maka masih tersisa empat atau lima jam lagi, jadi apa aku harus bergegas mengambil baju, atau meminjam saja?"
 
 
Usai mengutarakan pendapat, akhirnya aku merasakan kesadaran hatiku.
 
 
Pernikahan di UW, dibandingkan pernikahan diantara player di sistem ALO, bobot yang direpresentasikannya sama sekali berbeda. Tapi di kenyataan lain, pernikahan sungguhan, bila dengan melakukan ini, cewek-cewek itu bisa mendapatkan kenangan indah yang bertahan sampai akhir hayat, maka aku――
 
 
"...Pertama-tama, ayo ke gereja terbesar di Centoria! Aku akan..."
 
 
Saat aku mengatakan itu dan mulai beranjak, Asuna menarik lengan bajuku.
 
 
"........?"
 
 
"Tentang itu... Kirito, menurutku kita gak perlu buru-buru."
 
 
"Eh, tapi kita cuma punya waktu kurang dari lima jam lagi..."
 
 
"I-Itu... aku lupa bilang tadi... tapi..."
 
 
Asuna melanjutkan,
 
 
"Saat ini, UW memiliki akselerasi 10000 kali, jadi kita punya waktu lima puluh ribu jam lagi, jadi..."
 
 
Yui akhirnya bilang,
 
 
"Dua ribu delapan puluh tiga hari, kira-kira lima tahun delapan bulan."
 
 
 
(Selesai)
 
 
===Bagian 4=== harap tungu cerita selanjutnya.
 
   
 
===Bagian 5===
 
===Bagian 5===

Revision as of 07:26, 9 December 2013

Sehari Sebelumnya

Sword Art Online The Day Before - 000.jpg

Bagian 1

Waktu Standar Aincrad, Tahun 2024, Tanggal 23 Oktober, 9 PM.

Aku, swordsman level 96, Kirito, telah melamar Asuna level 94 Fencer, dan dia menerimanya.


Tentu saja ini terjadi di VRMMO bernama Sword Art Online — kejadian di dalam sebuah RPG. Di dunia nyata aku dan Asuna belum pernah bertemu sama sekali, dan yang paling penting aku belum berada pada usia yang diijinkan untuk menikah secara hukum — mungkin Asuna sedikit lagi mencapai umur tersebut dalam hal itu.

Aku tidak tahu permainan apa yang pertama kali menerapkan «Sistem Pernikahan», namun pernikahan diantara sesama karakter sudah populer di dunia MMO, bahkan sejak duapuluh tahun yang lalu. Berbagai macam keuntungan diberikan kepada kedua «pasangan» hampir di semua seri, jadi banyak kejadian dimana perkawinan dilakukan hanya dilakukan untuk tujuan tersebut, dan tentu saja ada pemain yang menikah sebagai bagian dari mereka untuk sungguh-sungguh melakukan 'roleplaying', dan tampaknya ada beberapa pernikahan di dalam game akhirnya menjadi pernikahan di dunia nyata. Tentu saja ini hanya asumsi dari diriku sendiri, tapi aku percaya apabila semua pemain MMO di seluruh dunia diberikan pertanyaan «Apakah anda memiliki pengalaman menikah di game?», mungkin lebih dari setengah akan memberikan jawaban ya.

Namun, meskipun itu sangat disesalkan (aku tidak tahu apa aku harus menggambarkannya seperti itu), aku tidak pernah menikah dengan siapa pun dalam semua MMORPG yang pernah aku mainkan selama ini.

Alasannya adalah —well, mungkin karena kelemahan komunikasi interpersonal-ku, disamping itu aku benar-benar tidak mengerti konsep dari sebuah «Pernikahan dalam Game». Apabila karakter laki-laki, Kirito yang dikendalikan olehku menikah dengan karakter perempuan, Dareko[1], yang dikontrol oleh seorang perempuan, atau seorang laki-laki (bisa saja ini terjadi) yang ada di suatu tempat di dunia ini, apa tidak masalah bagiku untuk mengartikan aku sebagai party permanen dengan Dareko-san? Atau haruskan aku meningkatkan 'roleplaying'-ku untuk mencintai Dareko-san itu? Atau mungkin-aku harus mewaspadai mahluk tertentu yang berada di belakang Dareko-san?

Sejujurnya, bukannya aku tidak pernah punya mengalami pengalaman menerima tawaran, "Mau menikah (〃 ^ ▽ ^ 〃)", dari karakter wanita yang terdaftar sebagai teman atau anggota guild dalam game lain yang pernah kumainkan sebelum SAO. Namun, dalam setiap kasus-kasus tersebut, aku akan membeku di depan monitor sambil berkeringat dingin dan akhirnya memberikan jawaban seperti "(´ノω;`)".

Aku terlalu berhati-hati, terlalu analitis, terlalu gugup, bahkan aku pikir begitulah diriku.

Namun, pada dasarnya kenapa aku begitu larut dalam game MMO adalah karena MMO hanyalah dunia sementara. Dibalik setiap dan masing-masing karakter, terdapat pemain yang tidak kita ketahui umur dan jenis kelaminnya. Hasilnya, pasti kita akan bertanya-tanya "Siapa sebenarnya orang ini?". Setiap orang bukanlah diri mereka sendiri, termasuk juga diriku.

Meskipun begitu, bagiku sistem «Pernikahan» ada untuk mengadu langsung anggapan itu. Walaupun pernikahan itu dilakukan didalam game, orang itu akan menjadi sadar diri bila dihubungkan dengan orang tertentu melalui hubungan khusus tersebut. «Orang Tertentu» yang menggerakkan mouse dan mengetik keyboard di dunia nyata.

Karena itu, aku selalu menghindar untuk menjadi permanen partner dengan orang di net game dan tentu saja itu tidak berubah di game kematian ini, Sword Art Online. Tidak, dengan avatar yang menggunakan penampilan asli, menambah lebih banyak alasan untuk menjaga jarak dengan yang lain.

Namun, yang perlahan-lahan membuyarkan, mengecilkan, dan akhirnya menghancurkan kegelisahan —atau lebih tepatnya kecurigaanku, tentu saja adalah Asuna.

Kurang dari dua tahun semenjak dimulainya game kematian ini, meskipun berada di situasi yang berbeda-beda gadis itu tidak pernah menghilang dari pandanganku. Dia adalah anggota party pertama-ku, dan tak lama setelah itu menjadi rekan dalam group clearing meskipun dia telah bergabung dengan guild Knights of Blood. Ada suatu ketika kami menyelidiki kasus pembunuhan aneh bersama-sama dan di waktu lain aku meminta dia untuk memasakkan bahan makanan grade-S. Melalui interaksi bersama Asuna itu aku menyadarinya.

Di dunia ini -dan pastinya di dunia nyata juga, mungkin juga di game MMO non-fulldive yang kumainkan sebelum SAO, bahwa yang menentukan apakah orang-orang yang di hadapanku adalah yang sebenarnya adalah diriku sendiri. Jika aku meninggalkan keraguan dan jarak, mereka hanya akan menjadi sebuah kebohongan. Jika aku memberikan kepercayaan dan kompromi ke dalamnya, mereka akan menjadi sebuah kenyataan.

Sekarang, tepat di hadapanku, ada seorang swordswoman bernama Asuna.

Aku menikmati setiap waktu yang kuhabiskan dengannya. Asuna bertarung, Asuna tertawa, bahkan ketika Asuna marah, menyaksikan setiap dan semua momen tersebut menumbuhkan emosi kuat dalam hatiku. Dia selalu dalam jangkauanku dan jelas dia juga tertarik. Ketika aku melihat Asuna sekarang, aku tidak merenungkan apakah dirinya yang sekarang adalah yang sebenarnya, tidak sedikitpun.

Oleh karena itu, aku melamar Asuna.

Kalau boleh berbicara jujur, bukannya semua keraguanku telah menghilang. Aku masih tidak memiliki keyakinan untuk mengklaim bahwa emosi yang selalu mencari Asuna ini adalah apa yang disebut «Cinta». Aku selalu menjaga jarak dengan keluargaku di dunia nyata, dan semenjak aku datang ke dunia ini aku terus menerus bersikeras mempertahankan 'solo playing'-ku, membuatku bertanya apakah aku memiliki hati untuk mencintai orang lain.

Namun, aku berpikir mungkin aku bisa menemukan jawaban dari keraguan terakhirku bila aku bersama Asuna.

-Dan, dari semua itu adalah «pemahaman pernikahan di SAO» maka aku telah tiba sejauh ini.

Pada topik lain, karena ini benar-benar sebuah pernikaham, meskipun itu terjadi dalam dunia permainan, masih ada aspek materi adat untuk itu. Untuk lebih spesifiknya, apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan rumah baru, boleh dibilang seperti itu.

Secara natural kami akan hidup bersama setelah menikah, dalam hal ini, bahkan sebelum mempertimbangkan tempat pelarianku di gang-gang belakang kota utama Algade di lantai limapuluh, mansion Asuna yang berada di Salemburg, di lantai keenampuluh satu terlalu sempit untuk kita berdua. Belum lagi dengan mengesampingkan masalah area fisiknya, ada keadaan yang memaksa kita tidak dapat hidup bersama di tempat tinggal kita saat ini.

Sub-Leader dari Guild «Knights of the Blood», Asuna sang «Flash» boleh dibilang merupakan pemain yang paling diidolakan di Aincrad saat ini.

Dia hampir selalu di peringkat pertama dalam jajak pendapat popularitas pemain di surat kabar yang diterbitkan oleh broker informasi, bahkan memiliki beberapa klub penggemar dengan toko besar yang menawarkan debut, bukan debut CD, tapi debut RC (Recording Crystal), meskipun sepertinya dia mengusir mereka dengan tusukan rapier-nya.

Rasanya seperti telah bertahun-tahun sejak fase «Gadis Kecil Berkerudung Merah» pada awal game kematian ini ketika dia terus menerus mengenakan cape berkerudungnya, tetapi bila publik mengetahui pernikahan idol seperti itu, bukan tidak mungkin itu akan menjadi berita bagi setiap dan semua surat kabar, semuanya sekaligus.

Banyak fansnya akan mengeluh dan mengerang, dan bisa saja terbentuklah sebuah energi dan terubah menjadi sebuah serangan dengan properti curse, menyebabkan pasangannya, yaitu aku, mengalami kesialan—bahkan jika kita mengesampingkannya, diinterogasi atau hal seperti itu tidak akan mungkin aku dapat menikmati kehidupan sebagai pengantin baru, maka aku akan tetap menyembunyikan kenyataan di balik pernikahan ini semampu yang aku bisa.

Tentu saja, kami banyak mengirimkan pesan kepada teman-teman Asuna, dan sedikit dari teman-temanku, jadi kami tidak berharap berada dalam kerahasiaan dalam waktu yang lama, namun demikian kami tidak berada dalam posisi untuk menikmati bulan madu kami terlalu lama. Baru empat hari berlalu sejak bos lantai Tujuhpuluh empat, «The Gleameyes», berhasil dikalahkan dan membutuhkan beberapa waktu sebelum ruang bos berhasil ditemukan di lantai Tujuhpuluh lima, lini depan saat ini. Namun baik aku dan Asuna tidak mempunyai pilihan lain untuk berpartisipasi dalam pertempuran boss tersebut, meskipun kami dapat meninggalkan pemetaan labirin di menara tersebut.

Dengan demikian, jika kami bisa memiliki waktu selama sepuluh hari... tidak, dua minggu... sampai hal itu terjadi, maka kami harus segera mencari rumah di mana kami bisa menghabiskan waktu dengan sedikit lebih damai.

Jika kami me-list semua item yang telah kami kumpulkan selama gameplay kami di bagian rahasia surat kabar, mengkonversi hampir semua yang tidak kami butuhkan menjadi Col, kita mungkin hanya bisa membeli satu rumah di dalam area... atau dengan kata lain, di dalam kota. Namun jika kita mendirikan rumah baru kita disitu, akan berakhir dengan broker informasi yang mengetahui hal tersebut di hari yang sama pula. Maka rumah yang ideal bagi kami adalah salah satu rumah yang berada di lantai yang telah diselesaikan dan tidak dipenuhi pemain lain, belum lagi dibangun di tepian dan memiliki luas yang wajar dan tidak begitu menarik perhatiam.

Memang sebuah kondisi yang agak sulit, tetapi dalam kenyataannya aku sudah punya firasat unit yang cocok sebelum aku mengusulkannya.

Sudah lebih dari satu setengah tahun sejak lini depan ditempatkan di lantai duapuluh dua Aincrad. Itu adalah lantai rendah namun luas, namun hampir semua daerahnya ditutupi hutan yang mendalam, dataran rumput dan danau yang memiliki topografi indah namun halus, dan terpenting lagi, tidak ada quest penting ataupun Field Boss di sana. Para pemain dari grup clearing mengambil rute langsung menuju labirin dari kota utama, Coral Village, bergegas naik ke menara dengan tingkat kesulitan menengah, mengalahkan boss-nya dalam beberapa hari di bawah rata-rata saat itu. Pada saat ini, satu-satunya pemain yang mengunjungi lantai duapuluh dua kemungkinan adalah para nelayan yang menuju ke bebrbagai ukuran danau dan dan para woodcrafter yang mengumpulkan bahan kayu di hutan.

Sebenarnya,tempat itu adalah tempat yang belum kukunjungi selama lebih dari satu tahun, tapi untuk beberapa alasan pemandangan spektakuler itu tetap berada dalam ingatanku.

Pada hari ketika Boss di lantai duapuluh dua itu dikalahkan, ketika aku berlari sendirian, berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin quest yang belum kuselesaikan.

Aku menemukan sebuah jalan sempit di tepi danau biru yang jernih, yang tidak akan ditemukan kecuali benar-benar memperhatikan dari dekat. Tampaknya tidak berhubungan dengan quest tertentu, namun ketika aku mengikuti jalan dan mendaki bukit, aku menemukan sebuah rumah kayu sepi terpisah didirikan di ujungnya, dikelilingi oleh hutan lebat pohon konifer.

Dinding kayu-nya diselumiti lumut di sana-sini, sementara dua atau tiga pancang pohon keluar dari atap, tapi tidak menimbulkan kesan membusuk sama sekali. Sebaliknya, karena bercampur dengan alam sekitarnya, timbul kesan keindahan, seolah-olah itu adalah rumah yang dimiliki oleh salah satu ras Elf.

Perlahan aku membuka gerbang kayunya (karena itu mungkin, maka tidak mungkin rumah itu milik pemain lain), memeriksa interior dengan skill Search milikku (karena rumah itu kosong, bukanlah juga rumah NPC), dan setelah aku mendekati teras di depan, akhirnya aku menemukannya. Sebuah tanda «FOR SALE» dari kayu tergantung di kenop pintu.

Bahkan belum mencapai level 40, aku hanya bisa menunjuk pada harga yang tercantum pada tanda kayu tersebut sembari aku menghitung jumlah digit yang tertera, mendesah, dan meninggalkannya sementara dengan keras kepala melirik kembali lagi dan lagi. Dengan menetapkan mimpi bahwa suatu hari nanti, aku akan membuat item storage-ku dipenuhi cukup col untuk membeli rumah ini.

Pada kenyataannya, ketika aku berada di level 70-an saat lantai lima puluh ditaklukkan, tidak ada yang aku tidak mampu beli jika aku benar-benar menginginkannya. Tapi sebagai salah satu kelompok garis depan, aku tidak bisa memiliki waktu untuk melakukan perjalanan dua puluh menit untuk sampai ke gerbang teleport terdekat sebagai basis aku beroperasi. Pada akhirnya, aku mengambil tempat berlindungku di kota utama lantai lima puluh, Algade, dan akhirnya menghabiskan waktu tidurku di sana hingga beberapa hari lalu.

Benar-benar sudah satu setengah tahun semenjak aku menemukan rumah itu di hutan pada lantai duapuluh dua-

Aku memutuskan untuk melamar Asuna dan ketika aku memikirkan tentang rumah baru, yang segera muncul dalam pikiranku adalah rumah kayu itu. Aku percaya tidak ada pilihan lain yang lebih baik dari ini.

Dalam lamaranku, pertama kali aku mengungkapkan informasi tentang rumah kayu tersebut, menyarankan untuk pindah ke sana dan akhirnya aku berkata, "Mari kita menikah".

Aku percaya bahwa setidaknya sebagian kecil dari alasan di balik mengapa Asuna menjawab "Ya" tanpa ragu adalah berkat perlindungan suci dari rumah itu.


Bagian 2

Kemudian.

Satu malam telah berlalu setelah lamaran itu, tanggal duapuluh empat Oktober, sekitar setelah pukul 2 pagi. Aku dan Asuna bersama-sama mengunjungi lantai duapuluh dua.

Kami dipanggil ke markas dari Knights of the Blood di Grandum pada lantai limapuluh lima kemarin dan telah menyelesaikan permintaan sementara kami untuk mundur. Meskipun hanya sementara, kami meninggalkan guild dengan cara yang benar, dengan tanda salib merah sebagai lambang guild tidak tercantum lagi pada kursor kami.

Kami keluar dari gerbang teleport di kota utama, Desa Koral, dan saat kami berjalan menuju danau besar di sebelah baratdaya, dengan santai aku bertanya pada Asuna.

"Hei, sudah berapa lama kamu bergabung dengan KoB, Asuna?"

"Coba kuingat-ingat..."

Sambil menggelengkan rambutnya yang coklat, fencer tersebut sedikit memiringkan kepalanya.

"Kalau tidak salah Ketua mengajakku pada bulan Februari tahun lalu, jadi... mungkin sekitar satu-setengah tahun. Tepat setelah pertempuran dengan boss di lantai duapuluh lima berakhir, begitu..."

"Begitu... Jadi KoB dibentuk setelah setengah dari «Force» dihancurkan, bukan begitu?"

Aku melirik ke bagian bawah dari lantai di atasku.

Tiga lantai di atas lantai yang begitu damai ini adalah lantai duapuluh lima dari Aincrad yang akhirnya menjadi pencobaan sesungguhnya dari para pemain di grup clearing, setelah lantai pertama.

Mob yang abnormal kuatnya bila dibandingkan dengan lantai empatpuluh empat, menghambat kemajuan kami tepat setelah meninggalkan kota utama ditambah desain topografi dari field yang serumit labirin; kesulitannya memakan korban bahkan ketika kami sedang dalam perjalanan menuju kota berikutnya. Hampir tidak ada NPC dimana kita dapat memperoleh informasi, di sisi lain banyak terdapat medan perangkap yang berakhir di rawa beracun dan entah bagaimana saat kita berhasil mencapai menara labirin dengan berjalan kaki, para pemain dari grup clearing merasa sudah seperti tidak punya harapan.

Kami mencoba membangkitkan kembali diri kami dengan semua semangat yang bisa kita kumpulkan, dan orang yang memotivasi yang lain adalah pemimpin dari guild, «Aincrad Liberation Corps»—belum bernama «Liberation Force», saat itu-yang bernama Kibaou. Makiannya dalam dialek Kansai yang mengutuk semua orang dengan kata-kata "Kalian Bajingan!", menyadarkan kami semua kembali untuk bertahan.

Namun, itu adalah bagaimana Kibaou, yang pada saat itu dianggap sebagai pemimpin grup clearing, terjebak oleh informasi palsu yang diberikan seseorang pada pertarungan dengan boss lantai duapuluh lima tepat di mukanya. Hanya dengan sekitar empatpuluh orang anggota guild yang bahkan tidak bisa membuat secara menyeluruh grup penyerangan, mereka bergegas masuk ke ruang boss mendahului yang lain. Dan hasilnya, lebih dari setengah «Aincrad Liberation Corps» meninggal... dan anggota utama dari grup clearing, termasuk aku dan Asuna, akhirnya berhasil menyusul mereka, akhirnya kami berhasil menundukkan boss mengerikan tersebut entah bagaimana caranya, meskipun kami tidak lolos tanpa cukup banyak korban.

Namun kebahagiaan dari dicapainya titik kuartal Aincrad terasa begitu kurang dari tiap-tiap orang. Ruang boss dipenuhi oleh teriakan kebencian dari Kibaou, bergema di setiap sudutnya.

Di titik itulah dia berpisah dari kelompok kliring, membawa serta rekan-rekannya yang masih hidup, ia kembali ke lantai pertama jauh di dasar. Akhirnya, mereka bergabung dengan organisasi yang diperuntukkan untuk membantu pemain lain, «MMO Today», aktif di Kota Awal-dan berasal dari kelompok besar itulah, akhirnya «Force» terbentuk.

"...Seluruh anggota kelompok kliring pasti berada dalam keadaan putus asa pada saat itu... Yang berjuang di garis depan tiba-tiba berkurang hanya menjadi dua pertiganya dan tidak ada yang tahu siapa pelaku yang menyiapkan perangkap itu, tapi kupikir itulah yang pasti terjadi.... Semua orang begitu suram bahkan pada meeting strategi pertama untuk menghadapi Field Boss di lantai duapuluh enam... tapi, pada saat itulah terbentuk guild baru, KoB, dengan bangga turut serta. Semua anggotanya yang mengenakan equipment khusus berwarna putih dan merah, benar-benar membawa impact, huh..."

Sembari kami berjalan di tepi danau, aku teringat apa yang terjadi saat itu dan berbicara tentang mereka dengan kalimat yang sengaja tergenti-henti. Namun, dia yang ada di sampingku tetap terdiam, jadi aku menoleh sekilas dan anehnya, pipi Asuna menjadi merah dan dengan sengaja melihat ke arah yang lain. Dalam pikiranku aku terkekeh dan melanjutkan, berpura-pura tidak menyadarinya.

"...Terutama sang wakil-ketua yang berdiri di paling depan; kita semua... yah kesampingkan aku dan Klein, bahkan Agil pun terpesona, kamu tahu? Pakaian yang berlawanan dari yang selama ini selalu polos. Korset putih murni tanpa lengan dengan rok mini merah tua dan sepatu putih tinggi yang melengkapi itu semua... pada saat itu juga, bagaimana aku harus mengatakannya ya, hati anggota kelompok kliring yang saat itu terpecah belah kembali bersatu dan..."

Buakk! Serangan jenis-blunt datang terbang di bahu kiriku, berhenti sesaat untuk menghasilkan sedikit damage dan menyela kata-kataku. Ketika aku menoleh, sang wakil-ketua wajahnya dipenuhi dengan warna merah sambil tangan kanannya mengepalkan tinju.

"Ya ampun! Jujur, waktu aku benar-benar malu, kamu tahu! Aku berpikir bahwa ketua pasti secara alami akan ada di depan, tapi kemudian dengan tenang seperti biasa, dia bilang dengan wajah yang sangat serius, 'Saya percaya kita bisa mencapai efek yang jauh lebih besar jika Asuna-kun yang berdiri paling depan', jadi dengan putus asa aku pergi ke sana!"

"Ha-Hah...—Aku jadi ingat, equipment itu benar-benar dijahit khusus, kan? Siapa yang mengusulkan desainnya?"

"......Semua anggota guild mengadakan meeting untuk menentukan desainnya berulang-ulang kali tak terhitung banyaknya tanpa memberitahuku sedikitpun. Ketika mereka pertama kali menunjukkannya kepadaku, kutolak dengan 'Aku tidak bisa memakai sesuatu seperti ini!', dan akhirnya diberitahu oleh Daizen-san 'Biaya untuk satu set seperti ini luar biasa mahalnya!' sambil berlinangan airmata, jadi aku tidak punya pilihan selain..."

"...O-Oh begitu."

Sepertinya guild seperti Knights of Blood pun, yang boleh dikatakan terkuat dan terkenal dengan aturan ketat mereka, memiliki kelakuan humor yang cukup antik di awal. Namun, tidak salah lagi bagaimana debut KoB mampu meningkatkan moral seluruh anggota kelompok kliring waktu itu dan mereka selalu berdiri di garis depan game kematian ini sejak saat itu. -Bahkan pada detik ini pun, kelompok dengan anggota berpakaian merah dan putih itu terus melakukan pertempuran sengit di lantai tujuhpuluh lima yang baru-baru ini saja dibuka...

Aku melirik ke bagian bawah lantai atas sekali lagi. Tampaknya Asuna mampu membaca isi batinku hanya dengan melihat tindakanku. Sambil dengan lembut memegang tangan kiriku dengan tangan kanannya yang sudah diregangkan, dia berbicara.

"Kamu mengalahkan bos lantai tujuhpuluh empat hampir sendirian, Kirito-kun. Kamu hampir tidak punya dua atau tiga piksel tersisa di HP bar-mu. Meskipun kamu pergi sebentar dari grup kliring, tak ada seorang pun yang akan mengeluh."

"...Kalau alasan untuk istirahatku ini diketahui, mungkin aku akan mendapatkan komplain dari semua orang."

Aku memberikan jawaban yang dipenuhi dengan tawa dan membalas isyarat Asuna tersebut. Wakil-ketua itu menunjukkan ekspresi tidak yakin apakah mau marah atau malu dan aku tertawa kecil.


Setelah sekitar setengah putaran mengitari danau besar tersebut, dengan diameternya sekitar satu kilometer, terlihat pohon cedar Jepang yang dipaksakan-atau setidaknya, pohon konifera yang tampak seperti mereka, yang tumbuh menjulang tinggi. Ketika menatap tajam dari suatu tempat di dekat akar-akar besar tersebut, jalan luas di tepi danau terlihat terbelah menjadi jalan yang lebih kecil, tipis dan sempit menuju ke arah barat daya.

"...Kamu menemukan jalan ini? Seperti biasa kamu benar-benar teliti kalau menemukan rute rahasia seperti ini."

Aku mengganggap kata-kata itu sebagai pujian dan membusungkan dada.

"Bahkan waktu itu aku belum memiliki «Detection Mob» dari Skill Searching-ku, jadi aku menemukan ini hanya dengan mata dan naluri. Nanti kamu bisa melihat rumah itu setelah mendaki bukit itu."

Dengan itu, wajah Asuna berseri-seri penuh dengan kebahagiaan dalam sekejap.

"Aku penasaran rumah itu seperti apa, aku ingin segera melihatnya! Ayo lebih cepat!"

"......Hei, Asuna-san, itu hanyalah sebuah rumah kayu biasa tanpa ada yang aneh, meskipun kamu mengharapkan sebanyak itu, tidak akan ada..."

"Nah, selalu menjadi mimpiku untuk tinggal di rumah kayu sejak aku masih kecil. Aku akan benar-benar, benar-benar dan benar-benar puas jika memiliki kompor Rusia [2] dan sebuah kursi goyang!"

Asuna dengan cepat mendaki bukit itu ketika dia berbicara, membuatku mengejarnya dengan terburu-buru. Kursi goyang bisa saja dibeli dari toko furnitur, tapi untuk sekarang, aku tidak bisa diharapkan untuk mengingat jika di rumah itu ada kompor Rusia atau tidak. Tidak, bukannya tidak mungkin bila rumah itu punya. Alasan kenapa aku menemukan rumah kayu ini hanya dalam satu setengah tahun yang lalu, aku yakini demi hari ini. Jika ini benar-benar adalah sebuah takdir, maka pasti ada kompor Rusia di sana juga.

Sembari berdoa semoga ada cerobong asap di atas atap rumah kayu itu, aku berhasil mendaki bukit itu beberapa detik setelah Asuna. Aku berdiri di samping Asuna yang masih terdiam sembari terus mencari cerobong asap dengan mata terbuka lebar.

——Namun.

Tidak ada di sana.

Bukan cerobong asapnya.

Apa yang membentang di depan mata kita adalah sebuah ruang melingkar yang diselimuti semak hijau, tanpa satu pun objek buatan manusia... dengan kata lain, rumah itu tidak ada.


Bagian 3

Jadi ini tempat yang salah.

Itu adalah penjelasan yang paling masuk akal, jadi aku meminta maaf kepada Asuna dan menuruni bukit, mencari-cari di padang terdekat selama dua jam.

Namun tidak hanya rumah kayu, aku bahkan tidak dapat menemukan percabangan jalan yang mengarah ke jalan kecil yang lain. Mendaki bukit yang pertama kudaki dengan melankolis, sekali lagi aku memandang sekitar.

"......Ada di sini, aku yakin..."

Tak terpikirkan kata-kata itu keluar dari mulutku.

Taman luas yang begitu halus (meskipun hanya tanah kosong tanpa rumah), dimana hutan lebat pohon konifer membentang; terlihat pilar-pilar menjulang tinggi yang menunjang lingkar luar Aincrad di luar rerimbunan pohon dan di ujungnya adalah langit yang membentang tanpa batas. Pemandangan ini masih segar dalam ingatanku meskipun telah berselang satu setengah tahun.

Tapi rumah kayu yang kucari itu tidak ada. Aku ragu bila melakukan ini akan mengubah keadaan,aku mencoba berjalan ke pusat dari tanah lapang tersebut, namun rumah tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali.

Ketika aku berdiri di sana terpaku kebingungan, suara berderak seseorang melangkah melalui semak terdengar, berhenti tepat di belakangku.

Aku tidak tahan untuk membalik badan. Mari kita pindah ke rumah kayu di lantai dua puluh dua, hanya kita berdua, adalah lamaranku kepadanya. Jika rumah kayu itu tidak ada, bukannya lamaran pernikahan ini hanya menjadi sebuah janji kosong saja?

"Asuna... -Aku tidak bohong. Rumah itu benar-benar ada di sini."

Kata-kata itu keluar dengan lemah, dengan kepalaku tertunduk lemas.

Mendekatiku dengan cepat, Asuna menepuk bahuku sebelum ia memegang dan mengangkat wajahku dengan telapak tangannya. Mata cokelat itu tidak berubah sama sekali, tetap berkilauan dengan cahaya lembut.

"Bukankah sudah jelas, aku percaya kamu."

Dia memberikan pernyataan sederhana itu, melepaskan tangannya dari wajahku, mundur beberapa langkah dan melanjutkan.

"Rumah itu pasti sudah hancur karena kondisi sistem tertentu. Sayang sekali, tapi sungguh, ini benar-benar tempat yang indah, jadi aku senang sekali kamu membawaku kesini."

Dia berputar di atas rumput yang berkilauan zamrud, roknya berkibar. Pemandangan sinar matahari sore yang menyinari rambutnya yang panjang dan pelindung dada peraknya, terpantul apa yang tergantung di pinggangnya, sarung Rapier yang berkilauan, «Lambent Light», sangat indah digunakan untuk video promosi untuk game ini tanpa perlu melakukan editing apapun.

Bagian 5

Bagian 6

Bagian 7

Notes

  1. saya menggunakan bahasa Jepang aslinya, kalau diterjemahkan seorang perempuan
  2. Sebuah jenis oven/tungku unik yang digunakan untuk memasak dan memanaskan. Istilah sebelum diterjemahkan "pechika"