Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 5 Bab 4

From Baka-Tsuki
Revision as of 03:48, 1 November 2016 by Adiellya (talk | contribs) (→‎Bab 4)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 4[edit]

Saat dia melangkah melewati gerbang sekolah, angin kering dan dingin meniup menerpa wajahnya.

Asada Shino berhenti sejenak, dengan erat membungkus kembali syal putihnya.

Mengenakan kacamata cell-frame, dengan setengah wajahnya tersembunyi dibalik kain syalnya, dia sekali lagi mulai berjalan. Dia melanjutkan dengan langkah cepat di trotoar yang ditutupi oleh daun musim gugur, sambil mendesah kecil dari dalam dadanya.

…Saat ini, dari total 608 hari untuk 3 tahun di SMA[1], 156 hari telah berlalu.

Seperempatnya telah berlalu akhirnya. Dengan pikiran itu, dia digoncangkan oleh kesederhanaan yang telah dipaksakan pada dirinya untuk waktu terlalu lama. Namun jika dia menambahkan waktu saat ia masih di SMP[2], maka sudah 60 persen hari-hari itu telah memudar menuju masa lalu. Ini akan berakhir, suatu saat nanti…. Ini akan berakhir suatu saat nanti. Dia mengulangi kata-kata tersebut dalam pikirannya seperti mantra.

Tentu saja, meskipun hari kelulusan sudah semakin dekat, itu bukan seolah-olah dia memiliki sesuatu yang dia ingin lakukan atau menjadi seseorang yang dia impikan. Sederhananya, dirinya telah ditengah-tengah keadaan dipaksa untuk mengikuti, dia ingin bebas dari yang dikenal sebagai «High School Students»[3]

Menghadiri tempat bagaikan suaka itu dari hari ke hari, mendengarkan ajaran guru-guru yang lesu, berolahraga dan melakukan hal-hal yang lain bersama sekelompok orang yang dia ragu tidak berubah bahkan sedikitpun sejak kecil. Makna apa yang bisa dipetik dari melakukan hal-hal itu? Shino sangat tidak mengerti. Di situasi tertentu ,ada juga guru yang memberi pelajaran yang dia temukan bermakna dan ada juga siswa yang harus dihormati. Tetapi bagi Shino, tidak ada satupun dari mereka yang keberadaanya sangat penting.

Shino pernah mengatakan sekali pada kakek dan neneknya yang sekarang adalah wali resminya, bahwa dia ingin langsung bekerja atau pelatihan kerja di sekolah kejuruan[4] daripada ke SMA. Kakeknya yang kuno memerah karena marah sementara neneknya menangis, mengatakan bahwa dia ingin Shino pergi ke sekolah yang baik dan menikah ke keluarga yang baik, kalau tidak dia tidak dapat mampu bertahan meminta maaf kepada ayah Shino. Dia memiliki sedikit pilihan tapi hanya untuk belajar mati-matian, mendapat pengakuan ke sekolah cukup terkenal di metropolitan Tokyo, tapi dia terkejut ketika dia masuk dan melihat. Sama sekali tidak ada perubahan dari SMP yang ada di tempat tinggalnya yang sebelumnya.

Pada akhirnya Shino, sama seperti saat dia di sekolah menengah, secara rutin menghitung hari yang tersisa saat berjalan keluar gerbang sekolah setiap harinya.

Shino tinggal sendirian di apartemen yang terletak di antara sekolah dan stasiun JR. Walaupun apartemen itu hanya seluas 6 tatami mats[5], dan tidak seluas dapur rumah pada umumnya, tempat itu bagus dan terletak tepat disamping pusat perbelajaan.

Pusat perbelanjaan pada jam 14.30 siang masih tidak terlihat terdapat jumlah orang yang banyak.

Pertama Shino menelusuri melewati rak toko buku. Meskipun dia menemukan sebuah buku dari penulis favoritnya, dia menahan diri karena buku itu hard cover copy[6] dan meninggalkan toko itu . Jika dia memesannya online, dia dapat meminjam buku itu dari perpustakaan kota.

Selanjutnya dia pergi ke toko alat tulis untuk membeli penghapus dan buku kotak-kotak. Setelah mengecek uang yang tersisa, dia menuju supermarket di tengah pusat perbelanjaan sambil berpikir menu untuk makan malam. Tentu saja, makan malam Shino simpel dan sederhana. Selama makanannya bergizi,berkalori dan murah, rasa dan penampilan makanan adalah sekunder.

Sambil memikir memasak wortel dan sup seledri bersama hamburger tofu, dia melewati game center di depan supermarket yang hendak dia masuki.

"Asada~—"

Di ruang antara dua toko, sebuah suara memanggil Shino dari lorong sempit.

Terkejut secara refleks, Shino berputar 90 derajat ke arah kanannya.

Tiga siswi berpakaian seragam yang identik dengan Shino —kecuali dengan perbedaan signifikan di kepanjangan rok mereka— berdiri di lorong tersebut. Salah satu dari mereka berjongkok dan memainkan ponselnya. Dua lainnya bersandar di dinding supermarket, sambil tersenyum melihat Shino.

Ketika Shino tetap diam, salah satu dari mereka membuat isyarat sombong dengan menyentakkan dagunya.

"Ayo ke sini."

Tapi Shino tidak bergerak, dan bertanya dengan suara kecil.

"…Apa? "

Pada saat itu, satu dari lainnya mendekati Sinon dan tanpa ragu-ragu meraih tangan kanan Shino.

"Terserah, datang saja. "

Dengan itu, Shino telah ditarik sebelum ia sempat merespon.

Shino didorong ke arah lorong dan keluar dari pandangan pusat perbelanjaan dan siswi yang berjongkok menatapinya. Ketua dari kelompok itu adalah Endou. Eyeliner hitam menghiasi di sekitar matanya dan dagunya yang runcing menunjukkan kesan seperti serangga buas.

Mengontrol bibirnya yang berkilau untuk tersenyum, Endou berbicara.

"Maaf Asada. Kami baru saja menyanyi terlalu banyak di karaoke, dan sekarang kami tidak memiliki uang untuk naik kereta pulang. Kami akan membayarmu besok, jadi pinjamkan kami sejumlah uang sekarang ."

Dia memasang jarinya. Dia maksud bukan seratus bukan juga seribu tapi sepuluh ribu.

Mereka menyanyi dan menyanyi tetapi tidak lebih dari 20 menit telah berlalu sejak kelas berakhir, mereka bertiga bahkan memiliki kartu kereta api regular, dan juga, kenapa meminta uang sebanyak sepuluh ribu yen hanya untuk naik kereta? Dengan itu Shino memikirkan sederet perbedaan pikiran logis yang muncul dari pikirannya tapi tak dapat mengatakannya .

Ini kedua kalinya mereka bertiga meminta uang darinya. Sebelumnya, Shino menolak dengan alasan tidak punya uang.

Sambil mempertimbangkan memakai cara yang sama akan memiliki kesempatan keberhasilan yang sangat rendah, Shino menjawab.

"Tidak mungkin aku memiliki uang sebanyak itu"

Senyum Endou menghilang sesaat dan kemudian muncul lagi "Kalau begitu ambil lebih banyak lagi."

"..."

Shino dengan diam-diam pergi ke pusat perbelanjaan.. Mereka kemungkinan tidak akan mengikuti Shino sampai ke bank dimana semua orang dapat melihat. Siapa yang sejujurnya sebodoh itu untuk balik kembali dimana kamu cukup bisa pergi meninggalkan mereka-- sambil memikir itu, Endou lanjut bicara.

"Tasnya, tinggalkan disini. Dompetmu juga. Selama kamu memiliki kartu, kamu tidak apa-apa kan?

Shino berhenti dan berbalik. Meskipun bibir Endou tidak berubah dari bentuk senyumnya, kedua matanya menyipit menyala-- seperti kucing bersemangat bermain dengan mangsanya.

Ketiga orang ini, Shino pernah sekali mengira mereka temannya. Ketika ia teringat itu, Shino tidak dapat memaafkan kecerobohannya.


Ketika pindah dari pedesaan, dia telah meninggalkan semua orang yang dia kenal. Dan setelah masuk SMA, Shino tidak memiliki minat yang sama dengan teman sekelasnya, tanpa memiliki topik menarik yang bisa dibicarakan, dan oleh karena itu ia diam setiap hari. Endou dan teman-temannyalah yang pertama kali menghampirinya.

Setelah mereka mengajaknya makan siang bersama mereka, mereka akhirnya berhenti di restoran cepat saji sepulang sekolah. Kebanyakan Shino mendengar percakapan mereka. Meskipun diam-diam dia tidak tahan terhadap mereka, dia masih terlihat bahagia. Endou dan temannya adalah teman pertamanya yang tidak menyadari «Insiden Itu». Dia percaya jika dia di sekolah, dia akan menjadi siswi normal. Shino tidak mengetahui kebenaran sampai lama kemudian. Mereka hanya mendekatinya setelah melihat alamatnya di pendaftaran kelas dan menebak bahwa ia tinggal sendiri .

'Bolehkah kami ke rumahmu main? 'Ketika mereka menanyai itu, Shino langsung menyetujui . Apartemennya mendapat pujian dari teman-temannya, dikelilingi oleh snack dan gossip sampai malam.

Hari berikutnya dan seterusnya mereka datang ke apartemen Shino.

Tak lama kemudian mereka menggunakan kamar Shino sebagai tempat mengganti pakaian kasual mereka dan menaiki kereta untuk bermain. Suatu hari barang mereka ketinggalan dan mereka menggunakan pakaian mereka untuk mengisi klosetnya.

Sepatu. Tas. Kosmetik. Barang-barang Endou dan teman-temannya meningkat dari hari ke hari. Di bulan Mei mereka pergi bermain dan kembali dalam keadaan mabuk, dan mereka menginap di kamarnya seperti tadi.

Akhirnya pada suatu titik Shino mengeluh jika mereka datang terlalu sering maka dia akan terganggu belajarnya.

Tapi Endou membalas "Kita teman, kan? " Dan hari berikutnya, mereka meminta kunci duplikat.

Kemudian pada hari Sabtu bulan Mei.

Ketika Shino berdiri di depan kamarnya setelah pulang dari perpustakaan, dia mendengar suara tertawa yang keras menggema. Suara itu bukan hanya milik Endou dan teman-temannya.

Dia menahan nafas untuk mendengarnya baik-baik. Pikiran untuk mengecek kamarnya sendiri tidak masuk akal dan dia tidak ingin melakukannya. Jelas dia mendengar tawa beberapa pria.

Dikamarnya ada beberapa pria yang tidak dia kenal. Dengan pikiran seperti itu Shino dipenuhi dengan rasa takut dan diikuti oleh kemarahan. Dia akhirnya menyadari kebenaran.

Dia berjalan menuju bawah tangga, lalu menggunakan handphonenya untuk menelpon polisi. Meskipun polisi bingung dengan kesaksian mereka, Shino berteriak sungguh-sungguh "Aku tidak kenal mereka. "

"Untuk sementara ini kita ke kantor polisi. " polisi memberitahu Endou yang kemudian menatap tajam Shino.

" Hmph, Aku mengerti. " jawab Endou sambil mengemasi barang dan pergi.


Pembalasan datang dengan cepat.

Menggunakan kemampuan investigasinya yang bagaikan ijajil, yang tidak pernah terdengar dari kelompok mereka, Endou mendongak alasan mengapa Shino hidup sendiri. 5 tahun yang lalu, di prefektur yang jauh, Shino terlibat dengan «Insiden» yang hampir dilupakan bahkan di net. Masa lalunya terkuak dan menyebar ke sekolah. Siswa yang berbicara dengannya menghilang bahkan para guru menghindarinya.

Semuanya kembali semula seperti saat di sekolah menengah.

Tapi Shino berpikir itu tidak apa-apa.

Kelemahannya menginginkan teman telah membutakannya. Tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkannya kecuali dirinya sendiri . Dia tidak memiliki pilihan yang lain kecuali menjadi lebih kuat dengan kekuatannya sendiri dan melewati luka yang tertinggal akibat insiden tersebut. Untuk melakukan itu, teman tidak diperlukan. Sebaliknya, musuh jauh lebih baik. Musuh untuk dilawan--- semua disekelilingnya adalah musuh.

Setelah satu tegukan ia mengambil nafas dalam-dalam dan melihat tajam mata Endou.

Sebuah cahaya bahaya menyala di kedua matanya. Di saat ini senyum Endou telah menghilang dan berkata dengan suara pelan.

"Apa cepatlah dan lakukan. "

"Aku tidak ingin melakukannya. "

"…Huh? "

"Aku tidak mau. Aku tidak memiliki keinginan untuk meminjamkan kau uang lagi. "

Tanpa menghindari tatapannya Shino menjawab.

Seperti suatu penolakan yang mengundang permusuhan dan kedengkian. Meski mengetahui ini Shino tidak akan mengikuti permintaan mereka. Mengikuti keinginan mereka sama saja dengan melarikan diri dan menghianati tekad , sesuatu yang tidak ia inginkan . Bukan karena dia tidak ingin memperlihatkan «Kelemahan Diri». Untuk menjadi lebih kuat dia menghabiskan waktu 5 tahun untuk memikirkannya . Jika dia menyerah disini maka semua usahanya sia-sia.

"Kau sialan…Jangan berani melihat kebawah didepan saya."

Dengan mata kanannya bergetar, Endou mengabil langkah maju. Dua gadis yang lain dengan cepat mengelilinginya di belakang dengan jarak dekat.

"—Aku pergi sekarang, jadi minggirlah ke samping ."Shino mengatakan dalam suara pelan. Tidak peduli berapa banyak mereka mengancamnya, Endou tidak punya nyali untuk melakukan tindakan nyata. Mereka hanya gadis normal, anak baik di rumah, Mereka seharusnya belajar dari sebelumnya agar tidak membuat masalah dengan polisi.

Tetapi.

Endou sngat umum dengan kelemahan Shino, satu hal yang tidak dapat pertahankan.

Warna merah di bibirnya berkilau seperti senyum mengejek.

Endou perlahan menaikkan tangan kanannya dan menunjuk tangkai kacamatanya. Dia membentuk tangannya menjadi imitasi pistol. Sebuah hal yang konyol.

Namun dengan hanya itu, Seluruh tubuh Shino merasakan sensasi merinding.

Perlahan ia kehilangan kekuatan di kekuatan kakinya. Keseimbangannya mulai jatuh. Di matanya lorong mulai kehilangan warnanya dengan jari Endou sebelumnya.Shino tidak dapat kehilangan pandangannya dari kuku panjang yang bersinar glossy. Detak jantungnya menjadi cepat, ebuah frekuensi terdengar di telinganya, meningkatkan efek suaranya dengan cepat.

"Bang!"

Endou tiba-tiba berteriak. Hampir bersamaan Shino menjerit membuat darahnya mengental. Dia tidak bisa menghentikan getaran dari tubuhnya.

"Pfft..., hey, Asada~" Sementara ujung jarinya masih sama, Endou berbicara dengan suara yang bergabung dengan tawa.

"Jadi kakakku memiliki banyak pistol model. Lain kali aku akan menunjukkanmu di sekolah. Kau menyukainya kan. "

"..."

Lidahnya tidak dapat bergerak. Di mulut keringnya. Itu hanya akan memberikan masalah.

Shino menggeleng kepalanya perlahan. Jika ada pistol model yang tiba-tiba ditunjukkan di sekolah dia bisa pingsan . Sederhananya jika membayangkan adegan itu, perutnya akan menyusut dan ia tidak dapat membungkuk.

"Hey hey, Jangan muntah Asada~—"

Dibelakangnya ada suara tercampur dengan tawa.

"Tapi jika kau muntah dan pingsan di tengah kelas, itu akan sangat sulit setelahnya."

"Ya jika bukan disini, maka disini biasanya ada pemabuk yang muntah ."

Tawa terdengar lebih keras.

Aku ingin kabur, aku harap aku bisa kabur dari sini tapi itu tidak bisa. Dua orang yang di belakang berpikir gema keras dipikirannya.

"Untuk saat ini, kami akan membiarkanmu memiliki barang yang kau punya , Asada. Karena kau kelihatan sakit ."

Endou mengambil tas yang Asada pegang. Shino tidak dapat melawan . 'Jangan pikirkan itu, jangan ingat itu . ' Ketika memikirkan visi yang bangkit dari ingatan kosongnya. Bebannya seperti besi. Bau dari mesiu di hidungnya— pada saat itu sebuah suara terdengar dari belakangnya.

"Sebelah sini! Pak polisi, cepatlah!!

Suara seorang anak laki-laki.

Endou dengan cepat menyingkirkan tangannya dari tasnya. Ketiga orang itu lari dengan cepatnya, berbaur dengan orang di pusat perbelanjaan.

Pada waktu kekuatan kakinya mencapai batasnya, dan lutut Shino menyentuh tanah.

Dia berusaha mengontrol nafasnya, mencoba untuk menyimpan rasa paniknya. Perlahan suara percakapan dan bau ayam supermarket kembali dan mimpi buruknya telah menghilang.

Berapa lama ia telah dalam posisi itu? Lalu dari belakang terdengar suara lembut. "...Kau baik-baik saja, Asada-san?

Mengambil nafas yang panjang, Shino mengumpulkan kekuatan dan berdiri.

Dia membetulkan kacamatanya sambil berbalik, dan melihat seorang laki-laki yang kurus.

Dia memakai jeans dan sweater nilon, dengan tas punggung hijau dipunggungnya. Bersama dengan baju kasual, topi baseball hitamnya menutupi sedikit wajahnya. Meskipun kelihat seperti seorang siswa, bayangan mata memperlihatkan wajah mudanya. Shino tahu nama orang itu. Dia adalah satu-satunya orang yang dapat ia percaya atau mungkin bukan musuhnya. Bisa dikatakan ia memiliki hubungan bagus seperti kawan-kawan.

Perasaan detak jantungnya menurun, Shino memberikan senyumnya dan membalas.

"...Aku baik-baik saja. Terima kasih, Shinkawa-kun dimana polisinya? "

Dia kembali melihat lorong, itu gelap dan kosong, tak seorangpun yang keluar.

Shinkawa Kyouji menggaruk kepalanya dibalik topinya dan tersenyum.

"Itu hanya gertakan. Itu sering terjadi di film dan komik kan ? Aku ingin mencobanya sekali. Aku senang itu bekerja."

"..."

Shino terlihat takjub, dan dengan lembut menggeleng.

"...Kau selalu memiliki ide yang aneh dengan cepat—Kenapa kau ada disini?"

"Ah, aku telah di game center di sebelah sana. Aku keluar dari pintu disana..."

Kyouji melihat dibelakangnya. Di tengah hujan yang menempel di dinding, dia dapat melihat pintu perak kecil.

"Saat orang-orang itu mengelilingi Asada-san. Aku berpikir akan menelpon 110[7]..."

Sword Art Online Vol 05 -123.jpeg

"Ya,kau datang dengan bantuan yang besar. Terima kasih." Shino tersenyum lagi, , Kyouji juga tersenyum untuk beberapa saat, dan menjadi wajah khawatir.

"... Asada-san, apa kejadian ini sering terjadi? Itu keterlaluan meskipun itu aku mengatakannya, kau harus melaporkan ini ke sekolah..."

"Itu tidak akan membantu, meskipun aku melakukannya, ini cukup baik, jika mereka melakukan ini lebih jauh, aku akan pergi ke kantor polisi. Lalu , sebelum mengkhawatirkan orang lain, lalu kamu baik-baik saja?"

"Ah aku baik-baik saja. Aku tidak akan bertemu mereka lagi."

Laki-laki itu, kali ini memberikan senyuman yang tulus.

Shinkawa Kyouji pernah menjadi teman sekelas Shino sebelum libur musim panas. "Pernah," karena dia tidak pernah datang ke sekolah sejak semester kedua.

Dari rumor yang dia dengar, Kyouji pernah diganggu oleh senior di klub sepak bola. Fisiknya sangat lemah dan keluarganya pemilik sebuah rumah sakit yang besar, membuatnya menjadi target. Mereka tidak meminta uang seperti kelompok Endou, tapi dia membayar makanan,hiburan dan barang aneh mereka, merusak harga dirinya.

Sebenarnya, dia belum pernah mendengarnya langsung dari Kyouji.

Mereka pertama kali bertemu di bulan Juni di perpustakaan kota.

Shino telah berada di lantai dua ruang membaca , membaca The World's Firearms. Dia telah menghabiskan hampir semua majalah.

Pada waktu itu, dia dapat melihat gambar tanpa panik, tapi melihat halaman dengan gambar «Pistol Itu» dalam waktu sepuluh detik ia sampai batasnya. Ketika ia ingin menutup buku itu sebuah suara terdengar '...Apa kau menyukai pistol?'

Orang yang mengatakan itu adalah teman sekelasnya yang mengatakan sesuatu yang dia tidak sadari sampai waktu berlalu.

Shino segera menjawab, 'Tidak mungkin, itu malah kebalikannya'. Namun ia bertanya kenapa membaca majalah seperti itu. Itu sangat sulit untuk menjawab secara rasional jadi ia menjawab secara samar-samar.

Sekarang, Kyouji tahu Shino sangat takut terhadap pistol di dunia nyata, tapi kembali ke respon Shino yang salah. Jadi ia tersenyum dan duduk di kursi disampingnya.

Dia menunjuk majalah grafik dan berkata tentang menggambarkan senjata api, sementara Shino mendengarkan sambil berkeringat dingin. Tapi di samping itu Kyouji berbicara tentang «Dunia Lainnya».

Dia tahu tentang mesin game Full Dive ketika dijual beberapa tahun yang lalu, dan dia tahu tentang masa VRMMO. Tetapi Shino tumbuh tanpa bermain game dan percaya itu cukup tentang «Dunia Pedang dan Sihir» yang nyata di buku fantasi. Dia tidak tertarik hal itu.

Tapi dunia virtual yang Kyouji jelaskan seperti mimpi tanpa pedang ataupun sihir. Sebagai gantinya ada pistol. Dunia itu bernama «Gun Gale Online» (GGO). Banyak senjata yang ada atau akan ada, di kehidupan nyata senjata itu digunakan di dunia itu, dan para pemain menggunakannya untuk membunuh pemain lain di tanah kosong.

Shino memotong Kyouji, bertanya dengan mendesah.

"—Di game itu...apakah pistol ini ada?"

Laki-laki itu terkejut, dan mengangguk dalam mode tentu saja.

Jika seperti itu maka, Shino mulai berpikir. Di dunia itu, dapatkah dia melawan «Pistol Itu» lagi? Lima tahun lalu, ketika umurnya sebelas tahun luka itu sangat menusuk, memberikan luka peluru yang tak pernah hilang. Dapatkah dia menghadapi senjata itu sekali lagi dan melebihinya?

Shino memhentikan sifat dinginnya, mengelap keringatnya dan bertanya dengan suara dingin kepada Kyouji , "Untuk memulai game ini, berapa banyak uang dikeluarkan?"

Setengah tahun berlalu.

Di dalam Shino lahirlah gadis bernama «Sinon», seorang sniper yang kejam di tanah GGO.

Tapi, sayangnya ia belum bertemu musuh dengan senjata «Pistol Itu». Jadi Shino belum tahu. Apakah diri yang sebenarnya—bukan Sinon, tapi Asada Shino menjadi kuat atau tidak?

Jawabannya masih terbayang dipikirannya . "...Hey, maukah kau minum? Aku traktir."

Suara Kyouji membangunkannya dari lamunannya. Melihat ke atas dia menemukan matahari bersinar menyinari lorong mulai memerah.

"...Benarkah?"

Shino tersenyum, dan Kyouji mengangguk.

"Aku ingin mendengar ceritamu saat berperang. Di lorong ini ada toko yang tenang.

Setelah beberapa menit, duduk di kursi yang jauh di toko yang dia inginkan, tangannya memegang cangkir dengan lembut, susu yang enak, dia akhirnya sedikit santai. Mungkin Endou akan menemukan cara untuk menggangunya. Ya apa yang akan terjadi, dia berpikir untuk menyembunyikan ini di dalam pikirannya.

"Aku dengar, sehari sebelum kemarin. Kau sukses besar kan? "

Dia mendengar suara Kyouji. Laki-laki itu menusuk bola di atas es krimnya mengembang di atas es kopinya dengan sendok, melihatnya dengan mata mengandah.

"...Itu tidak benar. Rencananya gagal. Di regu ada enam orang ada empat orang mati. Untuk sebuah sergapan yang menjadi perang, hasilnya tidak bisa dibilang menang ."

Dia menjawab dengan mengangkat bahu. Berpikir senjata api di dunia nyata membuatnya panik tetapi baru-baru ini berbicara tentang GGO, dia dapat tetap tenang. Ini seperti dunia virtual yang memiliki efek rehabilitasi. "Namun itu menakjubkan. Pemegang Minigun «Behemoth» tidak pernah mati dalam pertempuran kelompok, itu yang aku dengar ."

"Oh...Apakah dia terkenal? Aku tidak pernah melihatnya di rangking «Bullet of Bullets», jadi aku tidak tahu tentangnya.

"Ada sebuah alasan untuk itu. Tidak peduli seberapa kuat Minigun itu dikatakan, membawa 500 peluru membuatnya kelebihan berat, jadi dia tidak dapat berlari. «BoB» adalah pertandingan solo. Jika ditarget dari jarak jauh, maka semuanya akan berakhir. Tetapi bila ia mendapat bantuan dari tim maka dia tak terkalahkan. Senjata itu melawan aturan."

Melihat Kyouji mengeluh seperti itu sambil mencibir, Shino tidak membantu malah tersenyum.

"Geesh, itu masalah yang serius...Jadi, apa yang kau rencanakan untuk «BoB» kedepan?"

"Tentu saja aku akan masuk. Aku hampir masuk rangking 20 besar dari data orang yang terkumpul. Saat ini aku akan membawa Hecate. Jadi aku akan..."

Bunuh, itu akan dia sebut tapi dengan cepat ia berkata:

"...Mencoba untuk mencapai rangking teratas."

Shino/Sinon berpartisipasi di turnamen rangking GGO dua bulan lalu, bernama «Bullet of Bullets» . 30 orang yang lolos dari eliminasi akan mengikuti turnamen utama , a battle royal, mencoba menjadi yang terkuat. Meskipun berusaha Sinnon hanya mendapat rangking 22. Sebagai 30 peserta yang secara random ditaruh di peta yang luas saat dimulai BoB, ada kemungkinan pertempuran jarak dekat . Jadi dia akan menggunakan assault riffle daripada sniper riffle Hecate II . Tapi saat pertempuran jarak dekat, dia terbunuh oleh sniper dengan «Remington M40» dari jauh.

Dua bulan kemudian, meskipun memiliki pistol itu masih sulit untuk mengendalikannya, dia telah mendapat experience dengan Hecate dan menjadi terbiasa. Dia bahkan mendapat senjata langka light sub-machine gun «MP7», jadi dia dapat berperang dalam jarak dekat dengan efektif. Dia akan membawa sniper riffle besar di pertandingan BoB ketiga yang akan datang, yang dia pikirkan. Simpelnya dia akan bersembunyi di cover[8] —meskipun itu sedikit tidak adil—dia akan menunggu musuh sampai jangkauannya, dan menembak mereka tanpa menyisakan sedikitpun.

Di GGO, dipenuhi dengan semangat bertempur, dia akan membunuh siapa saja yang menjadi musuhnya. Dan dia akan yakin dia adalah yang terkuat—di saat itu, untuk yakin...

Suara Kyouji di telinganya membuat ia tersadar dari lamunannya.

"Aku mengerti..."

Shino berkedip dan melihat Kyouji, yang melihatnya dengan mata bersinar. "Asada-san hebat. Kau mendapat senjata yang hebat... dan statusmu seperti mereka dengan meningkatkan STR [9]. Aku mengundangmu di GGO, tetapi kau telah jauh meninggalkanku."

"...Itu tidak betul. Shinkawa-san juga telah masuk semifinal di babak turnamen eliminasi. Pertempuran itu sangat hebat. Sayang sekali. Jika kau masuk final maka, maka kau dapat mengikuti turnamen itu.

"Tidak...Aku tidak bisa dengan tingkatan AGI[10], tanpa keberuntungan yang besar dengan senjata bagus, ini yang paling bagus yang aku dapat. Penempatan statusku telah salah.."

Sambil mendengar Kyouji mengeluh, dia mengerutkan dahi.

Kyouji yang lain adalah, karakter bernama «Spiegel», mengikuti rute AGI, yang mengfokuskan meningkatkan kecepatan dan hindaran yang sangat popular di awal.

Jenis karakter ini digunakan untuk hindaran serta pengisian peluru yang cepat—dalam hal ini kecepatan menembak bukanlah kecepatan sebenarnya, tapi waktu yang digunakan untuk membidik dan bersiap menembak untuk menghancurkan karakter yang memiliki status lain. Status AGI menjadi populer di awal GGO selama setengah tahun. Namun peta baru yang harus ditaklukan mereka tidak memiliki status STR, untuk menuju persenjataan baru serta hindaran menjadi tidak efektif. Sekarang delapan bulan telah berlalu, status AGI tidak menjadi tren utama. Meski begitu status Agi bisa mendapat senjata langka dengan kecepatan tinggi contoh «FN FAL» atau «H&K G3», mereka masih dapat melakukan sesuatu. Ranking 2 sebelumnya «Yamikaze» adalah tipe status AGI—yang katanya dikalahkan oleh pemenang bernama «Zekushiido»,yang seimbang dalam status STR-VIT [11].Tetapi—

Untuk Shino yang, statusnya dan hal terkait hanya«Character Strength». Masih ada factor yang lebih penting dari ini yang sungguh-sungguh ada.

Yakni pemain yang memiliki kekuatan sendiri, kekuatan hatinya. Di permainan sebelumnya di saat kemarin. «Behemoth» biasanya memiliki ketenangan saat bergerak dan bahwa ia memiliki waktu untuk tersenyum. Kekuatannya bukan berasal dari M134 Minigunnya tapi berasal dari senyum mengerikannya.

Itu mengapa Shino tidak dapat menerima ucapan Kyouji yang dibilangnya.

"Ya...pistol langka itu sangat kuat namun...Ada seseorang kuat dengan senjata langka, tapi tidak semua orang memiliki senjata langka kuat. Sebenarnya dari 30 orang yang ikut turnamen sebelumnya hanya setengahnya memakai senjata kustominasi di toko.

"Itu dia...sejak Asada-san memiliki senjata langka kamu dapat berbicara seperti itu, dan diatas itu status STRmu sangat seimbang, jadi kamu dapat mengatakan hal itu. Ada banyak celah tentang kualitas senjata..."

Sambil melihat Kyouji menghela nafas dan meminum kopinya, Shino menyadari berbicara lebih dari itu tidaklah berguna, jadi dia membantu dengan menghentikan topik.

"Jadi, Shinkawa-kun tidak akan mengikuti BoB lagi?"

"...Tidak. Meskipun aku ikut, itu tidak akan berguna."

"Aku mengerti …Jadi...kau harus belajar juga. Kau akan ke menghadapi ujian persiapan sekolah bukan? Bagaimana dengan hasil ujianmu? "

Kyouji tidak pernah pergi kesekolah sejak liburan musim panas, dia sepertinya memiliki argument yang sama sejak kecelakaan itu. Ayahnya menjalankan rumah sakit yang besar, dan Kyouji anak kedua dari ayahnya akan mensukseskan ayahnya dengan cara lulus ujian departemen medis. Hasil dari rapat keluarga, ia dapat belajar di rumah, namun mulai tahun depan dia harus ikut ujian klasifikasi masuk universitas untuk masuk jurusan kedokteran dimana ayahnya lulus tanpa kehilangan waktu. Itu janji mereka, yang pernah Shino dengar darinya di masa lalu.

"Ah...Ya."

Kyouji mengganguk dan tersenyum.

"Aku baik-baik saja. Aku akan memperbaiki rangkingku ketika masuk sekolah. Tidak masalah, Ms. Instructor."

"Bagus."

Shino membalas dengan lelucon dan tersenyum.

"Waktu Shinkawa-kun login itu sangat luar biasa. Aku sedikit khawatir. Kapanpun kau login aku senantiasa online.

"Aku setiap hari belajar. Jadi variasi itu penting."

"Jadi kau memiliki banyak waktu untuk online, berarti kau harus memiliki banyak uangkan—?"

"...Itu tidak betul. Itu sangat mustahil untuk status AGI untuk bertarung sendiri..."

Sejak mood percakapan menjadi aneh lagi, Shino dengan cepat berkata.

"Sepertinya sudah cukup percakapannya...Maaf, aku harus segera pulang ."

"Ah, aku mengerti Asada-san membuat makanannya sendiri kan? Aku ingin makan masakanmu lagi, jika mungkin.

"Ah, ya, yaa, boleh. Tapi sebelum itu aku harus meningkatkan kemampuan masakku sedikit."

Shino mulai panik.

Hanya sekali, dia mengundang Kyouji ke rumahnya untuk makan malam. Makan bersama sangat menyenangkan, tapi setelah saling berhadapan sambil minum teh, dia merasa Kyouji menjadi dewasa, dan dia berkeringat dingin. Meskipun dia maniak game dan pistol, laki-laki tetaplah seorang laki-laki. Bila direnungkan, dia memutuskan mengundangnya ke rumahnya sedikit ceroboh.

Dia tidak membencinya. Berbicara dengannya adalah salah satu cara untuk santai di dunia nyata. Tetapi saat itu, dia tidak ingin membicarakan apapun tentang hubungan mereka. Tidak sampai menghancurkan kegelapan di dalam hatinya., dan menang atas ingatan itu.

"Terima kasih telah merawatku. Juga... karena telah menolongku. Kau sangat keren."

Shino menjawab sambil berdiri. Kyouji tersenyum sambil menggarukkan kepala.

"Jika aku dapat melindungimu itu sangat bagus. Itu adalah... yah, ketika kembali dari sekolah bolehkah aku menjemputmu?"

"Ti, tidak itu cukup. Aku juga harus menjadi kuat."

Setelah mendengar jawaban Shino, mata Kyouji bersinar sekali lagi dan kekhawatirannya menghilang.

Shino menaiki tangga beton, berwarna hitam karena terkena hujan selama bertahun-tahun.

Pintu kedua di apartemen tersebut adalah rumah dimana Shino tinggal sendirian. Dia mengambil kunci di sakunya dan memasukkannya di lubang kunci eletronik. Setelah memasukkan kode 4 digit di panel dan memutar kuncinya dan mendengar suara klik.

Dia masuk di ruangan gelap dan menutup pintu di belakangnya dengan tangan.

Dia berbalik ke arah pintu untuk memastikannya terkunci, kemudian dia menjauh dan berkata, "Aku pulang." Tentu saja tidak ada yang menjawab.

Dari ruang tamu ada lorong sepanjang 3 meter. Di sisi kanannya ada kamar mandi dan di sisi kirinya ada dapur.

Dia menaruh sayuran, tahu dan bahan lainnya yang dia beli di supermarket di kulkas yang ada di samping wastafel, dan berjalan ke ruangan dengan enam tatami, sambil menghela nafas. Sinar matahri terakhir menembus gorden, dan dia menyentuh saklar untuk menyalakan lampu.

Ruangan itu tidak memilik sesuatu yang dapt dibanggakan. Lantainya ditutupi dengan karpet, dan gordennya ditutupi oleh motif gading. Di sebelah kanannya ada kasur berwarna hitam dengan warna yang membosankan, dan disampingnya ada meja belajar yang berwarna hitam serta lemari kecil dan rak buku. Sebuah cermin adalah bagian utama dari furnitur.

Dia menaruh tasnya di lantai dan melepas syalnya. Serta melepas jaketnya dan menaruhnya di gantungan bersama syalnya dan menaruh mereka di kamar mandi. Dia menarik syal hijaunya dari seragamnya, tapi sambil tangan kirinya menarik resletingnya, dia berhenti dan melihat meja belajarnya.

Setelah sekolah dia mendapat masalah, tapi dia dapat menghadapinya dari gangguan Endou, jadi sedikit demi sedikit dia percaya diri di dalam hatinya. Sebetulnya ia tidak panik, meskipun ia tetap melangkah untuk menghindarinya tanpa berlari.

Dan dua hari yang lalu, di dalam GGO, dia menang death match dengan musuh yang kuat yang tidak pernah lihat. Dia merasa di dalam hatinya telah melupakan ketakutannya.

Mungkin...

Mungkin, dia dapat menghadapi masa lalunya, dan melawannya.

Sambil tidak bergerak, Shino melihat meja belajarnya.

Sepuluh detik kemudian, dia melempar syalnya, yang masih di tangan kananya ke kasur dan dengan cepat pergi ke meja belajarnya. Dia mengambil nafas yang panjang untuk membuang rasa takutnya di hatinya.

Dia menaruh tangannya di laci ketiga dan menariknya perlahan.

Di dalam kotak itu ada catatan barang yang dia butuhkan. Dan dia mengambil kertas itu dan melihat kotak di belakangnya. Sebuah tulisan tertulis «Itu». Berkilau, hitam dan itu adalah mainan.

Itu adalah plastik model dari pistol. Tapi ia dapat menggingat detailnya sebuah rambut jatuh di permukaan mainan itu yang terbuat dari metal.

Dia berusaha untuk tenang melihat mainan itu, dan menggulurkan tangannya yang gemetar untuk menyentuh pistol itu, menggengamnya dan menggambilnya keluar. Perasaan itu sangat berat seolah-olah udara dingin di ruangan itu masuk ke dalam tubuhnya.

Pistol itu tidak memiliki jenis dari senjata asli. Pegangannya melengkung dan memiliki pemicu yang besar. Itu mungkin dikatakan sebagai Bullpup[12] yang memiliki lubang recoil di belakang Maupin di atas pegangannya.

Pistol itu bernama «Procyon SL», yang nyata di Gun Gale Online. Itu dikategorikan di pistol, tapi dapat menembak otomatis, sehingga populer di tangan yang lain untuk melawan monster.

Meskipun Shino memiliki ruang penyimpanan di Gurokken, benda yang Shino peggang itu bukan sesuatu yang dibelinya. Itu bukan sesuatu yang dijual di toko.

Itu terjadi beberapa hari yang lalu setelah dia mengikuti turnamen Bullet of Bullets dan kalah di rangking 22. Alamat Shino dikirim oleh account e-mail di Inggris dari «Zasker», perusahaan operasi GGO.

Meskipun berusaha menafsirkan isinya. Itu sesuai dengan BoB Participation Award. Dia dapat memilih item di game atau Procyon SL pistol model di dunia nyata, yang sepertinya ada.

Meskipun itu adalah mainan, dia tidak dapat bertahan menerima pistol di dunia nyata jadi dia berpikir untuk mengambil uang game. Tapi dia berpikir sesuatu.

Untuk mengkonfirmasikan efek dia bermain GGO sebagai «Perawatan Drastis», suatu hari nanti dia akan menyentuh pistol di dunia nyata. Bisa saja, dia membeli di toko mainan tetapi dapat berefek psychological. Dia dapat memintanya dari Kyouji, dia mungkin senang meminjamkannya, tapi dia tidak dapat bertahan dari panik ketika menerimanya. Membelinya di internet juga bagus namun saat melihatnya dia tidak dapat membelinya. Dan tentu saja masalah keuangan.

Jika perusahaan GGO mengirimkannya secara gratis, itu mungkin cara terbaik untuknya. Jadi dia menunggu sampai hari terakhir, dan dia memutuskan mengambil pistol model di dunia nyata.

Seminggu kemudian International Postal Parcel (EMS) telah tiba.

Itu membutuhkan 2 minggu untuk memutuskan membukanya.

Tetapi, reaksinya mengkhianati perkiraannya. Shino menyimpannya ke laci lemari yang paling dalam dan menyembunyikannya di dalam pikirannya.

Dan sekarang—Shino sekali lagi memegang Procyon di tangannya.

Udara dingin dari pistol itu merasuk dari tangannya ke bahunya dan sampai di dalam hatinya. Itu hanya model, tetapi dia dapat merasakan tekanan dari pistol itu. Itu seharusnya pistol yang ringan tetapi dia dapat merasakan rantai mengikatnya di lantai.

Pistol itu menjadi hangat, mengambil hangat tangannya. Dan dia dapat merasakan tekanan yang lain.

Siapa itu?

Itu adalah... orang... itu.

Detak jantungnya menjadi cepat dan tidak dapat ia kontrol. Darah dingin menusuk tubuhnya, mendengar suara di telinganya. Dia kehilangan arah. Lantai yang diinjaknya kehilangan kepadatannya.

Tetapi suara itu menjadi lebih jelas. Itu menjadi sebuah teriakan keras. Itu teriakan anak perempuan dengan ketakutan.

Siapa yang berteriak?

Itu adalah aku.

Shino tidak tahu wajah ayahnya.

Itu bukan berarti dia tidak memiliki ingatan ayahnya di dunia nyata. Seperti yang dikatakan , Shino tidak memiliki seseorang seperti ayahnya, bahkan foto ataupun video.

Pada hari itu, keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu dan Shino, menuju ke rumah ibunya untuk merayakan tahun baru. Mobil mereka diparkir di perbatasan timur prefektur, dimana ada 2 jalan tua di samping gunung. Karena mereka meninggalkan Tokyo cukup lama, jadi itu sekitar jam 11 malam.

Penyebab dari kecelakaan itu adalah bukti dari jejak ban di kejadian, sebuah truk datang dari berlawanan arah karena kehilangan kendali dan menyerempet ke jalur mereka.

Pengemudi truk itu menabrak melewati kaca dan menabrak pembatas jalan, mati seketika.

Mobil mereka terkena di bagian kanan menerobos pembatas jalan dan jatuh dari sisi gunung, dan berhenti ketika menabrak pohon. Pada saat itu ayahnya, pingsan karena terluka parah, tapi masih hidup, ketika ibunya mengalami patah tulang. Bayi Shino yang ada di belakang terikat dengan sabuk pengaman tidak memiliki luka. Tetapi dia tidak memiliki ingatan di kejadian itu.

Sayangnya, bahkan penduduk lokal jarang menggunakan jalan itu, apalagi di tengah malam, jadi tidak ada satu mobilpun yang lewat. Juga karena tabrakan handphone menjadi rusak.

Waktu berlalu seorang pengendara menyadari kecelakaan dan melaporkannya di pagi itu, enam jam telah berlalu.

Di saat itu ibu Shino hanya dapat duduk dan melihat ayahnya perlahan menjadi dingin dan akhirnya mati karena pendarahan dari dalam.

Di saat itu, sesuatu di dalam pikiran ibunya, sesuatu rusak.

Setelah kecelakan, ia mundur ketika pertama kali dia remaja dan bertemu ayah Shino. Shino dan ibunya meninggalkan Tokyo dan tinggal bersama keluarga ibunya. Semua barang milik ayahnya disingkirkan, semua foto dan video berkaitan dengannya, ketika menyingkirkan benda itu, ibunya tidak pernah mengatakan ingatannya.

Ibunya ingin hidup damai dan tenang, jadi ibunya mulai hidup di desa. Apa yang ibunya lihat dari Shino, dia tidak yakin meskipun 15 tahun setelah kecelakaan itu, mungkin dia menganggap Shino sebagai saudaranya. Meskipun begitu, ibunya masih menyayanginya setelah kecelakaan. Dia masih ingat ibunya membacakan cerita dan menyanyikan lagu pengantar tidur.

Karena itu—Shino berpikir kembali. Itu mengapa peristiwa itu terjadi. Hal itu tak terelakan. Shino berusaha untuk menjaga dunia luar menjadi jauh, supaya dunia itu tidak membalas dendam.

Shino, berumur sebelas tahun, kelas lima sekolah dasar, dia tidak pernah bermain, biasanya dia kembali ke rumah setelah pulang sekolah dan membaca buku yang dipinjamnya di perpustakaan. Nilai ulangannya bagus, tapi dia tidak memiliki banyak teman. Dia sangat sensitif terhadap gangguan, ada sebuah kejadian teman laki-lakinya menyembunyikan sepatunya, jadi dia memukulnya sampai membuat hidungnya berdarah.

Itu terjadi di hari Sabtu, setelah dimulainya semester kedua.

Shino dan ibunya pergi ke kantor pos[13] bersama-sama. Tidak terlihat penggunjung untuk mengambil uang.

Ketika ibunya menulis cek, Shino duduk di kursi meluruskan kakinya dan membaca majalah untuk ruang tunggu. Dia tidak ingat judulnya.

Squeak, dia mendengar suara pintu di buka, terlihat sebuah pria masuk. Terlihat setengah baya menggenakan jaket abu-abu, dan memegang tas Boston.

Pria itu berhenti di pintu masuk dan melihat sekitarnya. Matanya melihat Shino untuk sebentar. Dia pikir warna matanya aneh. Berwarna kuning namun ada warna hitam gelap ditengahnya. Memikirkannya sekarang pupilnya terlalu lebar. Itu seperti disuntik stimulant.

Tapi saat itu, Shino tidak memiliki waktu untuk memikirkannya, pria itu bergerak ke kasir.

Saat ibu Shino melakukan prosedur «Transfers & Savings», laki-laki itu memegang tangannya dan menariknya. Dia menjatuhkannya dengan kejam. Ibunya merasakan sakit tapi tidak bersuara, benturan itu sangat keras sampai membuatnya sadar.

Shino dengan cepat berdiri. Dia ingin memprotes, karena tanpa alasan menyakiti ibunya.

Lalu, pria itu menaruh tas Boston, dan mengambil benda berwarna hitam. Shino sadar itu pistol, dan dia menodongkannya kepada penjaga kasir. Pistol—mainan—tidak, asli—perampokan—!? Sebuah kata muncul dipikirannya.

"Taruh uang itu di tas!"

Pria itu berbicara serak. Dan melanjutkan.

"Kedua tangan diangkat! Jangan menekan alarm! Kau disana jangan bergerak!!"

Menggerakkan pistolnya ke kiri dan menodong pekerja di belakang.

Dia berpikir untuk lari dan meminta bantuan diluar, pikir Shino, Tetapi dia tidak dapat meninggalkan ibunya terbaring di tanah dan pergi.

Ketika dia mengeluh, pria itu berkata lagi.

"Cepatlah dan taruh semua uang didalamnya!! Semua yang kalian punya!!"

Pekerja laki-laki di dekat jendela memberi uang setebal 5cm dari tangan kanannya.

Tapi saat itu.

Telinganya mati rasa. Itu membutuhkan beberapa waktu untuk memikirkannya, suara ledakan dan terdengar suara, ding, yang dari metal. Sesuatu menabrak tembok dan terpantul serta mendarat di kaki Shino, sebuah benda dari metal.

Ketika dia mengarahkan pandangannya, dia melihat kasir yang lain, pekerja itu mencengkram dadanya diluar. Di dapat melihat di bawah dasinya ada sesuatu di cat merah. Pada saat itu pekerja yang membawa arsip ke depan, dan menjatuhkan arsipnya.

"Aku bilang jangan tekan alarmnya!!"

Suara pria itu menjadi lebih tinggi. Dia dapat melihat tangan yang memegang pistol bergetar. Aroma kembang api mencapai hidungnya.

"Hey, kau! Kesini dan ambil uangnya!!"

Pria itu menodong dua pekerja yang berdiri membeku.

"Cepatlah dan kesini!!"

Suara pria itu makin mengeras, tapi pekerja itu terkejut dan tidak bergerak. Mereka mungkin memiliki pelatihan jika ada kasus perampokan, tapi sebenarnya peluru tidak bisa dihindari meskipun dari latihan secara manual.

Pria itu menendang mesin kasir dengan frustasi. Mungkin dia berpikir untuk menembak orang lain, kemudian mengangkat tangannya yang memegang pistol, dan lagi, berteriak dengan suara keras, pekerja wanita itu merangkak.

Tapi kemudian, dia berputar dan menghadap ke arah pengunjung di sisi ruangan.

"Jika kau tidak cepat maka, aku akan menembak seseorang!! Aku akan menembak!!"

Pria itu menodong ke arah—pengunjung yang terbaring, ibu Shino yang melihatnya menjadi hampa dengan mata yang kosong.

Kejadian di depan matanya tidak dapat dia tahan. Ibunya tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dengan sekejap Shino berpikir.

—Aku harus melindungi ibuku.

Pikiran itu ada di dalam pikirannya sejak dia kecil, keinginan itu membuat Shino bertindak.

Shino menjatuhkan bukunya dan berlari, dia menuju tangan pria itu yang memegang pistol dan dengan cepat menggigit tangan itu. Giginya menembus kulit pria itu.

"Whaa!?"

Pria itu memberikan ekspresi terkejut, dan mengayun tangannya yang tergigit oleh Shino. Tubuh Shino menabrak mesin kasir. Dia kehilangan dua gigi susunya, tapi dia tidak dapat merasakannya. Di depan matanya pistol itu telepas dan jatuh dari tangannya. Shino mengambil pistol itu.

Itu berat.

Berat dari metalnya menembus ke dalam tangannya. Itu sangat kontras bekas genggaman dari pria itu masih terasa menimbulkan keringat dingin, dengan panas dari bekas genggaman dari pria itu. Psitol itu seperti benda hidup.

Shino sejak kecil mengenal penggunaan senjata. Jika dia menggunakan ini maka, dia dapat menghentikan pria itu . Dituntut oleh pikiran itu, Shino membidik dengan kedua matanya, kedua tangannya dalam posisi menekan pelatuk dan membidik ke arah pria itu. Pada saat itu, pria tersebut mengeluarkan suara aneh dan melompat ke arahnya, mencoba mendapatkan pistolnya kembali dari tangan Shino. Kedua tangannya hendak menangkap tangan Shino.

Aksi yang dilakukan Shino sangat bagus tetapi caranya sangat buruk. Dia masih tidak mengerti. Tapi sederhananya dia telah membidik pria itu.

Sekarang Shino memiliki cukup informasi tentang pistol yang digunakan dalam kasus perampokan—«Pistol Itu».

Di 1933, 90 tahun yang lalu, tentara Soviet menggunakan pistol «Tokarev TT33». Dan China memodifikasinya menjadi «Type 54 Black Star». Itu adalah nama pistol itu.

Pistol itu berkaliber 30, menggunakan peluru baja 7.62mm. Dibanding dengan pistol 9mm yang diproduksi kemudian, kalibernya sangat rendah namun menggunakan banyak mesiu. Dengan alasan, kecepatan peluru mendekati kecepatan suara, jadi kekuatan menembus yang tinggi dimiliki oleh semua pistol.

Tapi recoilnya masih besar, jadi di tahun 1950 Soviet mendesain pistol yang lebih kecil menggunakan peluru 9mm. «Makarov» menggantikan Tokarev sebagai pistol yang umum.

Pistol itu bukan sesuatu yang seorang anak berusia 11 tahun dapat membidik dan menembak. Namun pria itu dengan cepat berusaha untuk merebut pistol itu, dengan cepat Shino menekan pelatuk dari pistol itu secara refleks.

Suara letusan dengan cepat merasuk tangan dan bahunya tapi dengan cepat efek itu terhisap oleh tangan pria itu. Udara menjadi tertekan.

Pria itu mengeluarkan suara erangan, melepaskan tangan Shino, dan mundur beberapa langkah.

Kemeja abu-abu pria itu di dekat perutnya, sebuah lingkaran hitam muncul dan lingkaran merah melebar. "Aa... Ahaaa!!"

Ketika pria itu mengeluarkan erangan, dia menekan lukanya. Mungkin pembuluh yang mengalirkan darah terkena, di antara tangannya mengeluarkan banyak darah.

Tapi pria itu tidak jatuh. Black Star menggunakan kaliber kecil dengan peluru Full Metal Jacket, jadi itu dapat menembus tubuh manusia walaupun efeknya kecil.

Dengan suara yang aneh, pria itu menutupi lukanya mengarah ke Shino, dan mecoba untuk menangkapnya lagi. Darah dari lukanya jatuh ke tangan Shino.

Dengan tangan gemetar, seperti kejang dia menekan pelatuknya lagi.

Kali ini pistolnya memberikan efek lebih hebat ke tangan serta bahunya. Tubuhnya terlempar ke mesin kasir, membuat nafasnya keluar. Kali ini dia tidak mendengar suara tembakan.

Peluru kedua mengenai paha kanan pria itu, sekali lagi melewatinya dan mengenai dinding. Pria itu terhuyung-huyung terpeleset oleh darahnya sendiri, dan jatuh di lantai porselen.

"Gaaaaa!!"

Tapi itu tidak menghentikannya. Dia berteriak marah dan menaruh tangannya di lantai dan mencoba berdiri lagi.

Shino menjadi panik. Dia pikir, jika dia tidak menghentikan pria itu maka, dia dan ibunya akan terbunuh.

Dia menghiraukan rasa sakit di tangan dan di bahunya, dan melangkah maju. Dia membidik ke arah pria itu yang telah bangun 20cm dari lantai.

Tembakan ketiga akan membuat bahu kanannya sakit. Kali ini dia tidak dapat menahan dan terlempar karena recoil tersebut, dan merasa akan terjatuh. Meski begitu pistol itu masih di tangannya.

Seperti sebelumnya, peluru itu keluar dari pistol itu dan hendak mengenai targetnya sekitar 10cm di depan—

Itu mengenai wajah pria itu. Dengan itu pria itu terjatuh dan mengenai lantai. Dia tidak bergerak atau berteriak.

Shino dengan gemetar mendekati pria itu untuk memastikan pria itu tidak bergerak.

—Melindungi.

Sebelum semuanya, dia pikir. Dia melindungi ibunya.

Shino menggerakkan kepala, untuk melihat ibunya yang masih di lantai. Dan ibu yang menyayangi Shino melebihi siapapun di dunia ini...

Menatap langsung Shino. Takut dan panik terlihat di matanya.

Shino melihat tangannya. Tangannya masih memegang pistol yang tertutupi oleh darah.

Shino membuka mulut dan menyadari sesuatu sambil berteriak.

"Aaaa...!!"

Sebuah tangisan kecil keluar. Shino terus menatap Procyon SL di tangannya. Dia dapat melihat darah jatuh dari tangannya ke jarinya. Tidak peduli berapa kali dia melihat pistol itu tidak menghilang dari tangannya. Drip, drip. Darah itu jatuh dari tangannya ke kakinya . Tiba-tiba, air matanya keluar dari matanya. Dengan penglihatan sedikit kabur, penglihatannya tertutupi oleh warna hitam dari pistol model itu.

Di dalam hatinya dia dapat melihat wajah pria itu.

Peluru ketiga mengenai wajah pria itu. Lukanya terlihat kecil namun terlihat bekas peluru seperti lubang. Tetapi lubang itu mengeluarkan darah. Semua ekspresi dan nyawa keluar dari lubang itu.

Tapi, tiba-tiba mata kirinya melihat Shino, seperti lubang tanpa dasar, menatap Shino.

Itu melihat lurus ke arah Shino.

"... Ah ... ah ... ... ... ..."

Tiba-tiba, lidahnya menjadi tertahan dan dia tidak dapat bernafas. Di saat yang sama dia merasa perutnya mengalami rasa sakit. Shino menggeretak giginya, dan mengeluarkan tekadnya melempar Procyon ke lantai. Dengan cepat dia berlari dengan langkah tertatih-tatih, dia berlari ke arah dapur dan memutar ganggang pintu kamar mandi dengan tangan kanannya yang berkeringat.

Di saat yang sama Shino di toilet muntah dari perutnya. Sampai semua di perutnya habis, dia muntah dan muntah lagi, menyebabkan tubuhnya kejang.

Ketika sakit perutnya telah menghilang, Shino telah kelelahan.

Tangan kirinya menyiram toilet. Dengan sedikit kesusahan Shino bangkit dan melepas kacamatanya, dia mencuci muka dan tangannya berulang kali dengan keras dengan air wastafel.

Terakhir dia berkumur, mengambil handuk bersih dari lemari sambil menyeka mukanya, meninggalkan kamar mandi. Dia tidak dapat berpikir jernih.

Dengan kaki goyah, Shino kembali ke kamarnya.

Menghindari menatap pistol model itu sebisa mungkin. Shino menutupi pistol model yang bergulir dengan kain, dia segera melemparnya ke dalam laci. Berisik, Shino menutup laci dan, kelelahan, jatuh terlungkup di tempat tidur.

Tetesan air dan air mata bercampur. Di pipinya dan diserap oleh kasur. Tanpa disadari suara kecil berkata hal yang sama berulang kali.

"Tolong aku...seseorang... Tolong aku...selamatkan aku...siapa saja..."

Ingatannya tentang beberapa hari setelah perampokan tidaklah jelas.

Ketika sesorang menggenakan pakaian seragam berkata untuk melewati pistol itu, jarinya menjadi kaku dan, tidak peduli berapa lama dia mencoba tidak akan kendur.

Disekitarnya, ada banyak cahaya merah dan kuning tergoyang oleh angin. Cahaya putih bersinar sebelum membuat matanya berputar.

Ketika di rumah sakit, dua polisi menanyakan tentang kasus itu. Meskipun dia mengatakannya berulang kali bahwa dia ingin bertemu ibunya, tapi keinginan itu dapat dikabulkan sesudahnya.

Shino sembuh setelah tiga hari dan dia kembali ke rumah kakeknya, tapi ibunya dirawat selama sebulan. Mereka tidak dapat kembali hidup normal seperti sebelum kejadian.

Karena menahan diri dari media, detail dari kejadiaan itu tidak ada di berita. Kematian tersangka di kantor pos saat perampokan telah di lapor ke jaksa namun sidang tidak pernah di gelar sedikitpun. Tetapi rincian dari kantor pos telah menyebar dan lebih dari itu, mereka membesar-besarkan kejadian itu seperti penyebaran api.

Dalam setahun yang tersisa di sekolah, Shino diperkatai oleh semua orang dengan kata «Pembunuh». Sejak masuk SMP tidak ada seorangpun yang tidak mengabaikannya.

Tetapi, bagi Shino keadaan sekelilingnya bukanlah masalah. Dari awal Shino tidak memiliki ketertarikan terhadap apapun.

Tapi syal yang yang tertinggal di kejadian itu, tidak peduli berapa tahun berlalu, mereka tidak membantu Shino dan terus menghindarinya.

Sejak itu, hanya melihat sesuatu seperti pistol Shino akan mengingat kejadian itu dan pengalaman membuatnya mengalami syok, hyperventalation, kekakuan tubuh, kehilangan arah bahkan lebih buruk pingsan. Serangan ini disebabkan meletakkan mata pistol yang dimiliki oleh seorang anak kecil di pinggir jalan, mereka dapat mudah dibujuk bahkan dalam layar TV.

Oleh karena itu Shino tidak dapat menonton film atau drama. Bahkan dia pernah mengalami serangan ketika menonton video di kelas sosial. Relatifnya buku lebih aman khususnya karya sastra tanpa senjata api. Jadi sejak belajar di sekolah menengah, dia menghabisakan waktunya hanya untuk membaca buku di perpustakaan.

Dia mengatakan kepada kakeknya setelah lulus, dia ingin bekerja di suatu kota yang jauh dan menghadapi tantangan. Kakeknya menyuruhnya belajar di sekolah menengah, setidaknya di Tokyo ketika ia hidup bersama ibu dan ayahnya. Ketika dia ingin pergi ke suatu tempat yang tidak memiliki rumor dan tatapan aneh di sekitarnya. Dia sangat yakin bila dia tinggal di kota ini maka luka di hatinya takkan pernah sembuh seumur hidupnya.

Tentu saja gejala Shino di diagnosis oleh doktor yakni PTSD, dan dalam empat tahun dia menerima bimbingan yang tak terhitung jumlahnya. Dia patuh untuk mengambil obat yang disediakan. Tapi kata-kata yang diucapkan dokter dengan senyum mereka itu hanya sampai di permukaan hati Shino tidak sampai di bagian terluka. Di ruang pemeriksaan, sambil mendengar mereka berkata 'Saya mengerti. Itu sangat menyakitkan. Itu sangat sulit,' Shino mengulang kata-kata tersebut.

—Jika begitu, pernakah kamu membunuh seseorang dengan pistol?

Sekarang bila direnungkan, dia menyadari sikapnya yang menghalangi kepercayaan dan menghambat pengobatannya. Namun bahkan sekarang niatnya ditutup-tutupi. Apakah dia baik atau jahat? Sebuah jawaban yang jelas namun dapat mempengaruhi Shino. Tapi tentu saja dokter yang mampu menjawab pertanyaan itu tidak ada.

Tetapi, tidak peduli berapa banyak rasa sakit yang diterima, dia tidak pernah berpikir untuk bunuh diri.

Dia tidak menyesal membidik dan menembak pria itu. Ketika ibunya ditodong oleh senjata itu, Shino tidak punya pilihan yang lain. Bahkan jika dia dapat kembali ke waktu yang sama dia tetap melakukan hal yang sama.

Tapi jika Shino dapat melarikan diri dari bunuh diri, bahkan pria itu kembali dari kuburannya, atau itu pemikiran Shino.

Karena itu dia harus menjadi kuat. Di situasi itu, hanya ada satu tindakan, meski dia masih ingin kekuatan untuk mengatakan itu. Kekuatan seperti medan perang, dimana ada tentara perempuan mengalahkan musuhnya tanpa ampun. Karena itu di mencoba hidup sendiri. Ketika dia akan meninggalkan kota itu setelah kelulusan, orang yang mengantar kepergiaannya adalah kakek, nenek dan ibunya yang memeluk dan membelai rambutnya. Dia akan selalu mengingat anaknya sebelum kecelakaan tersebut.

Dia pergi ke tempat udara kotor, air yang sulit diminum , dan segalanya mahal.

Dan kemudian dia bertemu Shinkawa Kyouji dan VRMMORPG «Gun Gale Online».

Akhirnya, nafas dan denyut nadinya menurun, dan Shino membuka matanya.

Terlentang di atas tempat tidurnya, di pipi kirinya ada sebuah bantal, dan di depan Shino ada cermin.

Pengguna sniper riffle Sinon. Hidupnya dan penampilan rambutnya diikat dengan pita di kedua sisi yang wajahnya mengingatkan kepada Shino, kecuali tidak ada yang lain. Gadis itu seperti pemburu.

Meskipun sangat takut ketika dia pertama kali log in di GGO dan tidak mengetahui apa-apa di pertempuran, Shino menemukan sesuatu yang tak terduga. Itu sangat berbeda dengan Jepang di dunia nyata, areanya seperti dari dunia lain. Dan di dunia itu, jika dia mencoba menyentuh segala macam senjata- tidak bahkan menembak pemain lain, suatu ketegangan akan terjadi dalam beberapa derajat, tapi tidak ada kebencian yang muncul.

Shino akhirnya mengetahui cara untuk melebihi ingatan itu. Bahkan karena dia mencoba bermain GGO, jika dia melihat gambar pistol, serangan itu tidak akan datang, dan dia dapat berbicara dengan Kyouji tentang senjata di GGO.

Tidak,bukan hanya itu saja. Setengah tahun lalu ketika dia mendapat riffle besar bernama «Hecate II», yang disukai Shino. Ketika gadis lain mendapat hewan peliharaan atau boneka binatang, Shino dengan santai memeluk laras lembut itu, dan jika dia menyandarkan pipinya ke laras itu dia merasa hangat.

Bersama senjata ini, di dunia virtual, jika dia terus bertarung suatu saat lukanya akan menutup dan rasa takutnya akan hilang. Percaya hal itu dia menembak monster dan pemain dengan pelurunya.

Tetapi.

Benarkah? Benarkah ini lebih baik?

Sebuah suara bertanya dalam hatinya.

Betulkah... betulkah... ini yang terbaik?

Mata gadis itu terpantul di cermin, di belakang kacamatnya gemetar dan tampak bingung.

Kacamata ini telah dipakainya tahun lalu tanpa resep apapun. Ini bukan untuk memperbaiki mata, tapi untuk «protective equipment». NXT polymer-made lenses, tidak dapat rusak meskipun peluru mengenainya—atau itu yang tertulis di brosur. Dia tidak tahu apakah ini betul atau tidak, tapi dia hidup sederhana dan sebuah kacamata memberikan rasa aman. Sekarang bila dia tidak keluar tanpanya, dia tidak akan tenang.

Singkatnya dia bergantung terhadap aksesoris kecil.

Dia menutup mata lebih rapat dan lagi sebuah pertanyaan muncul dalam hatinya.

Seseorang...beri tahu aku...apa yang harus aku lakukan... ?

—tak seorangpun akan menyelamatkanku!!

Sebuah teriakan menolak dan menghapus suara lemahnya, dan Shino berdiri. Di depan matanya di atas meja di samping tempat tidurnya, sebuah sinar perak bercahaya di Amuspherenya.

Itu hanya tidak cukup. Itu adalah masalahnya.

21 penembak lebih kuat dari Sinon masih ada di dunia ini. Hancurkan mereka dan kirim mereka ke alam baka, dan sederhananya mendominasi pemain terkuat di Gun Gale Online, dan suatu hari—

Shino menjadi Sinon di dunia nyata, akan mendapat kekuatan yang sebenarnya. «Pria Itu» dan «Pistol Itu» sampai sekarang mengubur target Sinon dan memori itu tidak akan pernah muncul lagi.

Shino mengambil remote AC, dan menyalakannya, melepas jaketnya dan melemparnya jauh. Dia mengancing roknya dan mengumpulkan sesuatu yang dapat dilempar ke lantai. Terakhir menaruh kacamata birunya dan dengan lembut menaruhnya di meja belajarnya. Dia dengan cepat tidur dan memakai AmuSphere, di kepalanya.

Dengan sedikit rabaan, dia menekan tombol hidup dan suara eletronik menkonfirmasikannya bahwa sudah siap, dia berkata.

"LINK START"

Suara yang murung itu, seperti anak kecil yang menangis, meminta pertolongan.


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. SMA = Sekolah Menengah Atas, English Translation: high school
  2. SMP = Sekolah Menengah Pertama, English Translation: Middle School
  3. High School Students = Murid-murid SMA (Sekolah Menengah Atas).
  4. Sekolah Kejuruan = seperti SMK di Indonesia
  5. mats = 9 m x 12 m.
  6. Hard cover copy dapat berarti buku dengan sampul keras/tebal
  7. Japanese 911,nomor polisi Jepang
  8. cover=tempat berlindung.
  9. STR= strength istilah game dengan meningkatkan status di kekuatan.
  10. AGI=agility istilah game dengan meningkatkan status di kecepatan.
  11. VIT= vitality adalah istilah game dengan meningkatkan status di tehnik.
  12. Bullpup=senjata yang pelatuknya di belakang genggaman.
  13. kantor pos= kantor pos di Jepang ada sistem bank.