Difference between revisions of "Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Bab 1"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 948: Line 948:
 
Apa yang terjadi? Aku mengulang-ulang kalimat ini di hatiku dan mengingat kembali semua yang terjadi semenjak aku pergi ke desa ini.
 
Apa yang terjadi? Aku mengulang-ulang kalimat ini di hatiku dan mengingat kembali semua yang terjadi semenjak aku pergi ke desa ini.
   
Eugeo membawaku ke desa ini, dan kami pertama-tama pergi ke Tempat Penjagaan di dekat gerbang. Di sana ada seorang lelaki muda yang seumuran Eugeo yang dipanggil Jink, dan dia menatapku dengahn curiga pada awalnya, tetapi setelah mendengar bahwa aku adalah seorang «Anak Hilang Vector», dia langsung membolehkanku masuk.
+
Eugeo membawaku ke desa ini, dan kami pertama-tama pergi ke Tempat Penjagaan di dekat gerbang. Di sana ada seorang lelaki muda yang seumuran Eugeo yang dipanggil Jink, dan dia menatapku dengahn curiga pada awalnya, tetapi setelah mendengar bahwa aku adalah seorang «Anak Hilang karena Vector», dia langsung memperbolehkanku masuk.
  +
  +
Tapi ketika Eugeo memberikan penjelasan, mataku hanya tertuju pada sebuah pedang yang berada di pinggang Jink, dan benar-benar tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Aku ingin sekali meminjam pedang yang agak tua itu darinya dan mencoba apakah aku yang di dunia ini —atau lebih tepatnya, keahlian Kirito sang ahli pedang virtual masih berguna. Tak dapat dipungkiri bahwa aku memiliki hasrat tersebut, tetapi aku akhirnya dapat mengendalikan keinginan tersebut.
  +
  +
Eugeo dan aku kemudian meninggalkan Tempat Penjagaan tersebut, dan aku menahan diriku dari tatapan penuh curiga para penduduk desa ketika aku berjalan di jalan desa. Aku terus mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti 'siapa dia', ketika Eugeo berhenti untuk memberikan penjelasan kepada semuanya. Kami menghabiskan sekitar 30 menit berjalan sebelum mencapai alun-alun pusat desa ini. Di tengah perjalanan, kami bahkan bertemu seorang wanita tua yang membawa keranjnag besar, dan dia kemudian berkata sesuatu seperti 'benar-benar anak yang malang' ketika dia melihat kami dan mengambil sebuah apel (atau apapun yang terlihat seperti itu) dan memasukkannya ke tanganku, membuatku merasa sedikit bersalah.
  +
  +
Matahari hampir terbenam di bawah horison ketika kami sampai di gereja yang di bangun di atas bukit. Kami mengetuk pintu, dan seorang sister muncul. Dia adalah Sister Azariya. Aku menatapnya, dan langsung teringat pada Michin-sensei yang muncul di «Little Princess». "INI TIDAK MUNGKIN!" Aku berteriak dalam hatiku. Namun, Sang Sister langsung membawaku masuk, yang sebenarnya tak pernah kukira, dan bahkan menyuguhiku makanan.
  +
  +
Setelah sepakat untuk bertemu esok hari, aku mengucapkan selamat tinggal kepada Eugeo dan masuk ke dalam. Setelah berkenalan dengan Selka, si sulung, dan 6 anak lainnya yang lebih muda darinya, kami duduk di sebuah meja makan yang indah (Makanan yang disajikan ialah kentang yang terlihat seperti ikan goreng). Setelah makan, aku diinterogasi oleh mereka, dan ini semua sudah kuperkirakan. Setelah aku menjawab semua pertanyaan mereka, 3 orang anak mengajakku untuk mandi bersama...seperti itulah, aku melewati semua cobaan , dan sekarang, aku akhirnya bebas sebagaimana aku berbaring di tempat tidur di kamar tamu ini — itulah yang terjadi padaku sampai saat ini.
   
 
===Bagian 4===
 
===Bagian 4===

Revision as of 10:42, 23 April 2013

Bab 1 - Underworld

Bulan Ke-3 Kalender Dunia Manusia 378


Bagian 1

Ada suatu bebauan di udara.

Pikiranku yang buram ini merasakan hal itu tepat sebelum Aku bangun.

Udara yang mengalir kedalam rongga hidungku memberikan ku berbagai hal. Aroma harum bebungaan. Aroma rerumputan yang hijau. Aroma pepohonan yang seakan-akan dapat membuat dadaku merasa lega. Aroma air yang mengalir ke tenggorokan ku yang haus.

Selagi kesadaran ku mulai bangkit, berbagai suara melonjak ke dalam tubuh ku. Suara dari dedaunan yang bergesekan dengan satu-sama lain. Suara dari burung-burung kecil yang berkicau dengan gembira. Suara dengungan serangga dibawah nya. Dan suara samar-samar dari sungai kecil dikejauhan.

Dimana Aku!? Setidaknya udah pasti ini bukan kamarku. Biasanya, saat Aku bangun, selalu ada aroma matahari dari pakaian yang kering, suara dari pendingin ruangan, dan suara dari mobil-mobil yang berlarian di jalanan Kawagoe yang sedikit jauh, tapi disini gak ada satupun dari hal itu. Dan lagi —— cahaya hijau yang menyikat kelopak mataku sampai sekarang ini bukanlah cahaya terang dari alat yang lupa kumatikan, tapi adalah cahaya matahari yang tersaring melewati dedaunan, kan?

Aku menyingkirkan keinginan ku yang tersisa untuk kembali kedalam tidur lelap, sebelum akhirnya membuka mata ku.

Aku mengedip berkali-kali karena disilaui banyak nya cahaya yang melintas di mata ku. Selagi Aku mengusap mata ku, yang sedang buram karena air mata, dengan bagian belakang dari tangan kanan ku, Aku pelan-pelan mengangkat bagian atas tubuh ku.

"... ...Dimana Aku... ...?"

Tanpa sadar Aku menggumam.

Yang selanjutnya kulihat adalah semak-semak hijau. Disana terdapat bunga kecil berwarna kuning dan putih diberbagai tempat, kupu-kupu biru muda yang berkilauan terbang kesana-kesini disekitar nya. Sekitar lima meter jauh nya, karpet rerumputan terpotong, dan dari sana, adalah bentangan dari hutan yang dalam, dimana pohon-pohon besar yang sepertinya sudah berumur lebih dari sepuluh tahun itu berbaris disana.

Selagi Aku memfokuskan pandangan ku kearah celah gelap diantara ranting-ranting pohon, sepertinya pepohonan itu masih terus berbaris sampai batas dari jarak yang bisa diraih oleh cahaya. Kulit pohon yang kasar dan bergelombang dan tanah ditutupi oleh lumut yang tebal, bercahaya hijau dan emas dibawah matahari.

Aku menengok ke kanan, dan berbalik, Aku disambut oleh ranting pohon-pohon tua dari seluruh arah. Dengan kata lain, seperti nya Aku terbaring di lingkaran kecil rerumputan di tengah hutan. Kemudian Aku melihat keatas, dan dari celah diantara ranting pohon yang kasar yang terbentang ke seluruh arah, dapet terlihat langit biru dimana awan-awan melayang, seperti yang sudah kuduga.

"Dimana... ... tempat ini?"

Aku menggumam lagi lalu menghela nafas. Tapi gak ada jawaban.

Aku menggali seluruh sudut dari ingatan ku, tapi Aku gak bisa menemukan ingatan dari bagaimana Aku bisa datang dan tertidur di tempat ini. Berjalan sambil tidur? Amnesia? Saat kata-kata berbahaya itu terlintas di fikiran ku, gak mungkin, Aku dengan segera menyangkal hal tersebut.

Aku... ... namaku adalah Kirigaya Kazuto. Tujuh belas tahun lebih delapan bulan. Aku tinggal di Kawagoe, prefektur Saitama bersama ibu dan adik perempuan ku.

Aku merasa agak tenang sembari data itu keluar dengan mulus, kemudian Aku mengolah lebih ingatan ku.

Saat ini, Aku adalah murid SMA kelas dua. Tapi berhubung Aku telah mencapai syarat kelulusan di semester pertama tahun depan, Aku berfikir tentang pergi ke universitas pada musim kemarau. Ya, Aku telah berkonsultasi dengan seseorang tentang hal itu. Pada hari minggu terakhir bulan Juni, saat sedang hujan. Aku pergi ke toko milik Agil, «Dicey Café» di Okachimachi setelah pulang sekolah, dan mengobrol dengan teman ku Sinon, Asada Shino tentang Gun Gale Online.

Kemudian, Asuna —— Yuuki Asuna bergabung, dan kami bertiga ngobrol untuk sementara waktu sebelum meninggalkan toko.

“Asuna……”

Aku mempunyai seorang kekasih, Aku dengan lembut menyebut nama dari gadis itu, yang adalah seorang partner yang dapat kupercaya dengan penuh keyakinan. Aku melihat-lihat kesekeliling berkali kali, mencoba untuk mencari sosok nya, yang sosok nya sangat jelas di ingatan ku, namun, Aku gak bisa menemukan seorangpun sosok manusia di rerumputan atau di hutan yang dalam.

Selagi bertarung dengan rasa kesepian, Aku mencoba untuk mengusut kembali ingatan ku.

Asuna dan Aku berpisah dengan Shino setelah kami meninggalkan toko. Setelah pergi ke Tokyo Metro Ginza Line di Shibuya, kami pergi ke jalur Toyoko untuk pergi ke Setagaya, tempat dimana rumah Asuna berada.

Hujan telah berhenti saat kami keluar dari stasiun. Selagi kami berjalan berdampingan di jalan bata setapak, kami mengobrol tentang urusan masuk universitas. Aku berterus terang tentang keinginanku untuk pergi ke universitas di Amerika, dan membuat peromohonan yang keterlaluan kepada Asuna untuk pergi menemaniku, pada saat itu, ia memberikan senyuman hangat dan lembut yang biasanya, dan kemudian——


Ingatan ku terputus pada momen tersebut.


Aku gak bisa mengingat nya. Bagaimana dengan balasan Asuna? Bagaimana Aku mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke stasiun? Jam berapa Aku kembali ke rumah, kapan Aku pergi tidur? Aku gak bisa mengingat satupun dari hal tersebut.

Selagi Aku terkaget, Aku mati-matian mencoba untuk mengolah lebih ingatan ku.

Namun, senyuman Asuna hanya menghilang seperti memburam di air, kejadian setelah itu gak bisa kuingat gak peduli seberapa keras kucoba mengingat nya. Aku mengerutkan dahi sembari menutup mata ku, dan dengan buru-buru menggali debu abu-abu.

Aku merasa sesak seolah-olah akan marah.

Itu adalah dua gambaran yang muncul dalam fikiran ku, seperti gelembung kecil. Tanpa sengaja, Aku menghirup aroma dari udara kedalam dada ku. Dan Aku merasakan tenggorokan ku yang kering, yang kulupakan sampai sekarang.

Gak ada keraguan lagi, kemarin sore Aku berada di kota Miyasaka di Setagaya. Kemudian bagaiamana Aku berakhir tertidur di tengah hutan yang Aku gak tau seperti ini?

Gak, apa itu benar-benar kemarin? Angin sepoi-sepoi yang bergesekan dengan kulit ku terasa sejuk dan nyaman. Hutan ini gak memiliki sedikitpun kelembaban pada akhir Juni. Saat ini, perasaan takut mengalir dalam fikiran ku.

«Ingatan hari kemarin», yang dengan mati-matian Aku bergantung kepadanya terasa solah-olah adalah sebuah rakit yang mengapung ditengah-tengah badai di lautan, apa itu benar-benar terjadi? Apakah Aku... benar-benar siapa yang Aku pikirkan...?

Setelah mengusap wajah ku dan menarik rambut ku berkali-kali, Aku menurunkan tangan ku dan melihat detail nya. Aku merasa agak tenang karena wajah dan rambut ku terlihat sama seperti dalam ingatan ku, ada tahi lalat dibawah jempol kanan, bagian belakang dari jari tengah tangan kiri memiliki bekas luka yang kudapatkan saat Aku masih kecil.

Pada saat itu, akhirnya Aku menyadari suatu hal yang aneh.

Yang menggantikan baju tidur ku yang biasa nya bukanlah kaos oblong atau seragam sekolah, bukan, bahkan bukanlah apapun yang kumiliki. Sebaliknya, bagaimanapun Aku melihatnya, baju ini bukanlah baju yang tersedia di toko.

Baju ini berwarna biru pucat, dan bukanlah baju katun ataupun kemeja lengan pendek. Tekstur nya aneh, dan terasa kasar. Untaian di bagian belenggu seperti dijahit oleh tangan bukannya oleh mesin jahit. Gak ada kerah, potongan bentuk V di bagian dada diikat dengan tali coklat muda. Saat Aku melihat kearah tali yang dipegang oleh jari-jari ku, Aku dapat melihat kalau itu gak dibuat dengan jalinan serat, tapi sepertinya oleh kulit yang dipotong dengan rapi.

Celana nya juga dibuat dari bahan yang sama, tapi sepertinya gak diklantangkan dan berwarna krem. Gak ada kantong, sabuk kulit yang terikat di pinggang ku gak dikencangkan dengan gesper logam, tapi dengan kancing panjang dan sempit. Sepatu nya juga adalah kulit yang dijahit dengan tangan, beberapa paku payung tertancap di kulit tebal sol sepatu.

Aku gak pernah melihat baju dan sepatu seperti ini sebelum nya. ——Di dunia nyata, setidaknya.

"... ...Eh."

Aku merilekskan bahu ku sembari Aku bergumam dengan sedikit helaan nafas.

Meskipun terlihat benar-benar berbeda, pada saat yang sama, adalah pakaian yang kelihatan familiar. Dari Eropa pada Zaman Pertengahan, atau secara bahasa fantasi nya, adalah apa yang disebut jubah, celana katun, dan sepatu kulit. Tempat ini bukanlah kenyataan namun adalah dunia fantasi, atau dunia virtual yang familiar.

"Eh... ..."

Aku mengatakan nya lagi selagi memiringkan kepala ku.

Itu berarti Aku tertidur saat sedang melakukan FullDive? Tapi kapan dan game apa yang sedang kumasuki? Kenapa Aku gak bisa mengingat apapun?

Toh, Aku akan mengetahui nya setelah Aku log-out, memikirkan hal itu, Aku mengayun tangan kanan ku.

Setelah beberapa detik, menu nya gak keluar, jadi sekarang Aku mencoba mengayun tangan kiri ku. Hasilnya sama saja.

Sembari Aku mendengarkan suara kicauan burung-burung kecil dan dedaunan yang bergesekan, secara serampangan Aku mencoba untuk menyingkirkan perasaan gelisah yang merambat dari pinggang ku,

Tempat ini adalah dunia virtual. Seharusnya begitu. Tapi —— setidaknya ini bukan Alfheim. Ini bahkan bukan dunia VR biasa yang diciptakan dengan The Seed.

Tapi bukannya Aku baru saja memastikan tahi lalat dan bekas luka yang kumiliki di dunia nyata? Dunia VR yang bisa menciptakan hal itu dengan sangat detail, setau ku, gak ada.

“Command. ……Log out.”

Aku mengucapkan nya dengan secercah harapan, tapi hal itu gak juga memberikan respon. Aku duduk bersila, dan melihat ke tangan ku lagi.

Ada sidik jari melingkar di ujung jari ku. Ada kerutan di sendi jari. Bulu-bulu halus yang tipis yang tumbuh disitu. Keringat dingin telah menyucur untuk sementara waktu sekarang.

Aku mengelap nya menggunakan baju ku, dan mengecek detail dari kain itu lagi. Benang yang kasar diikat dengan baju menggunakan metode lama. Tali yang halus terlihat jelas di permukaan nya.

Kalau ini adalah dunia virtual, mesin yang membuat hal ini pasti sangat luar biasa bagus dayaguna nya. Aku mengalihkan tatapanku ke semak-semak didepan, dengan cepat Aku merobek sepotong rumput dengan tangan kanan ku dan menggenggam nya didepan mata ku.

Dunia VR biasa yang dibuat dengan The Seed, yang menggunakan tehnik «Detail Focusing», gak akan bisa mengikuti gerakan mendadak ku, sedikit jeda waktu akan terjadi sebelum Aku sempat melihat tekstur yang detail dari daun ini. Namun, dari tulang daun yang tipis dan ujung daun yang bergerigi, bahkan sampai tetesan air yang menetes darinya, semuanya ditampilkan dengan detail yang sangat luar biasa saat Aku menatap nya.

Itu berarti objek yang masuk kedalam pandangan ku diolah secara real-time dengan tingkat ketepatan milimeter. Kalau begitu kapasitas yang diperlukan untuk menyimpan data dari satu daun ini akan berpuluh-puluh megabytes. Apakah hal seperti itu benar-benar mungkin?

Aku tak ingin meneruskan hal ini lagi, Aku menahan fikiran seperti itu kedalam benak ku sambil mendorong rumput diantara kaki ku dan mulai menggali tanah mengunakan tangan kanan ku sebagai pengganti sekop.

Tanah lembab ini aneh nya lembut, akar kecil dari rumput dengan cepat memasuki pandangan ku. Aku melihat gerakan menggeliat diantara akar-akar yang kusut dan dengan lembut mengambil nya dengan jari-jari ku.

Itu adalah cacing tanah yang kecil, sekitar 3 centimeter panjang nya. Makhluk hijau berkilau, yang diambil keluar dari tempat tinggal nya, bergerak-gerak dengan sembrono. Apakah ini spesies baru? Tepat setelah Aku memikirkan nya, cacing itu mengangkat salah satu ujung dari tubuh nya, yang adalah kepala nya, dan mengeluarkan suara kecil Kyu— Kyu—. Sementara Aku merasa sedikit pusing, Aku menaruh nya kembali ke tanah yang kugali. Aku kemudian melihat tangan kanan ku, ada banyak kotoran hitam di telapak tangan ku, sela-sela jari tangan ku penuh dengan tanah.

Aku terdiam selama beberapa puluh detik, kemudian, sementara masih enggan, Aku memikirkan tiga hipotesis yang bisa menjelaskan situasi saat ini.

Pertama, mungkin disini adalah dunia virtual yang dibuat oleh teknologi FullDive yang telah dikembangkan. Situasi dimana Aku bangun di tengah hutan, adalah adegan pertama dalam dunia fantasy-RPG yang biasanya.

Namun, kalau begitu, gak peduli seberapa banyak jenis supercomputer yang kuketahui, gak ada satupun dari nya mempunyai kemampuan untuk menciptakan objek 3D super-detail seperti ini. Mungkin saja kalau Aku kehilangan sebagian ingatan ku dan waktu di dunia nyata telah berjalan selama beberapa tahun, atau selama belasan tahun.

Kemudian, kemungkinan kalau tempat ini bisa jadi adalah suatu tempat di dunia nyata. Itu berarti Aku adalah sebuah subjek dari tindak kejahatan, eksperimen ilegal, atau perbuatan iseng yang keterlaluan, seseorang memakaikan ku baju ini dan menempatkan ku di hutan ini — dari udara nya bisa jadi ini adalah Hokkaido, atau mungkin disuatu tempat di belahan bumi bagian selatan. Namun, kupikir di Jepang gak ada spesies cacing tanah hijau berkilau yang bisa membuat suara 'kyu kyu', atau bahkan mungkin gak ada di seluruh dunia.

Hipotesis terakhir, tempat ini mungkin terdapat di dimensi lain, dunia yang berbeda, atau mungkin dunia setelah mati. Hal ini biasa terjadi di manga,novel, dan anime. Menurut skenario dari hal tersebut, setelah ini Aku akan menolong seorang gadis dari serangan monster, mendengarkan permohonan kepala desa dan menjadi sang pahlawan, dan bertarung melawan raja iblis. Tapi gak ada «Steel sword»[1] di pinggang ku.

Aku menahan perut ku selagi tiba-tiba ingin tertawa terbahak-bahak karena pemikiran itu, setelah entah bagaimana Aku berhasil menahan nya, Aku memutuskan untuk menghilangkan kemungkinan ketiga karena sangat mustahil. Saat Aku kehilangan arah akan kenyataan dan yang bukan, Aku merasa kalau Aku juga mulai kehilangan kewarasan ku.

Bagaimanapun juga —— apakah ini dunia virtual? Ataukah dunia nyata?

Kalau yang pertama, gak peduli senyata apa dunia ini, gak sulit untuk memastikan nya. Aku hanya perlu memanjat ke puncak pohon terdekat, melompat, dan mendarat dengan kepala duluan. Kalau Aku ter log-out atau dibangkitkan di save-point di sebuah kuil di suatu tempat, kalau begitu tempat ini adalah dunia virtual.

Tapi kalau ini adalah dunia nyata, hal yang terburuk akan menjadi hasil dari eksperimen itu. Di sebuah novel yang dulu pernah kubaca, sebuah organisasi kriminal, agar dapat memfilmkan game kematian asli, menculik sekitar 10 orang dan meninggalkan mereka di alam liar tak berpenghuni untuk saling membunuh satu sama lain. Meskipun hal seperti itu terlihat mustahil untuk terjadi di dunia nyata, kejadian yang sama seperti itu terjadi saat insiden SAO terjadi. Kalau ini benar-benar game yang ditempatkan di dunia nyata, kupikir melakukan bunuh diri tepat di awal bukanlah pilihan yang bagus.

"... ...Kalau benar seperti itu, mereka belum memulai permainan nya... ..."

Tanpa sadar Aku mengatakan hal itu. Setidaknya Kayaba Akihiko masih menjalankan tugas nya, menjelaskan situasi detail tepat pada awal permainan.

Aku melihat keatas langit sebelum berbicara lagi,

"Oi, GM-san! Kalau kau mendengarkan tolong jawab Aku!!"

Namun, gak peduli seberapa lama Aku menunggu, wajah besar ataupun sosok manusia berjubah gak muncul. Pada saat itu, Aku mulai mengecek semak-semak di sekeliling lagi sebelum mencari sesuatu di baju ku yang mungkin saja adalah buku peraturan, tapi Aku gak bisa menemukan apapun.

Tampaknya, siapapun yang melemparku ke tempat ini gak berniat untuk merespon panggilan ku. Situasi ini, kalau bukan kecelakaan kalau begitu... tapi...

Sembari mendengarkan kicauan burung-burung, Aku dengan sembrono memikirkan tentang apa yang harus kulakukan setelah ini.

Kalau ini adalah kecelakaan di dunia nyata, Aku harus menganggap kalau bergerak kesana-kesini dengan ceroboh bukanlah pilihan yang bagus. Mungkin saja saat ini, tim penyelamat sedang dalam perjalanan kesini.

Tapi, apa alasan nya kecelakaan seperti ini bisa terjadi?

Kalau berusaha mendapatkan satu alasan dengan paksa, sebuah masalah terjadi pada kendaraan yang kunaiki saat dalam perjalanan — mau itu pesawat ataupun mobil, dan Aku jatuh pingsan di hutan ini, dampak nya membuat ku kehilangan ingatan akan kejadian yang terjadi sebelum dan setelah hal itu. Tapi hal itu gak bisa menjelaskan tentang pakaian aneh ini, dan juga gak ada luka di tubuh ku.

Atau, suatu kecelakaan terjadi saat Aku berada di dunia virtual, hal seperti itu juga mungkin. Ada kendala yang berlangsung di rute komunikasi dan membuat ku masuk ke dunia yang bukan seharusnya kumasuki. Tapi dalam hal ini, objek 3D yang super-detail ini gak bisa dijelaskan.

Dan juga, kalau menganggap kalau situasi ini diatur oleh niat seseorang. Kalau begitu akan lebih baik untuk berfikir kalau 'selama Aku gak berbuat apa-apa, situasi nya gak akan berubah'.

"Yang mana... ..."

Apakah ini kenyataan? Ataukah dunia VR? Pasti ada cara untuk mengetahui nya, Aku berfikir seperti itu selagi bergumam.

Pasti ada jalan. Dunia virtual yang mendekati sempurna sampai-sampai orang gak bisa membedakan nya dengan kenyataan, meskipun kata-kata itu sering digunakan, Aku gak yakin kalau menciptakan seluruhnya dengan tingkat ketepatan 100% itu mungkin.

Sudah hampir 5 menit Aku duduk di rumput ini sambil berfikir tentang berbagai macam hal. Namun, Aku gak bisa menemukan ide yang masuk akal untuk situasi seperti ini. Kalau Aku punya mikroskop, Aku bisa mencari eksistensi dari mikro-organisme di tanah, atau kalau Aku punya pesawat, Aku bisa terbang sampai ke ujung permukaan. Namun, sayang nya, hanya dengan tangan dan kaki yang kupunya, menggali tanah adalah hal terbaik yang bisa kulakukan.

Pada saat seperti ini, kalau Asuna, dia pasti punya cara untuk mengidentifikasi dunia ini yang tak bisa kupikirkan, Aku mengeluarkan helaan nafas pendek selagi memikirkan hal itu. Atau kalau Asuna, dia gak akan duduk sambil khawatir seperti ini, tapi dengan cepat melakukan suatu tindakan.

Aku mengigit bibirku saat rasa putus asa menyerang ku lagi.

Aku terkejut kalau Aku sampai begini hanya karena gak mungkin untuk mengontak Asuna, tapi Aku juga menerima hal ini. Selama dua tahun terakhir ini, Aku mendiskusikan hampir semua keputusan ku dengan nya. Sekarang, tanpa sirkuit berfikir Asuna, otakku seperti CPU yang setengah dari inti nya mati.

Rasanya baru kemarin Aku mengobrol dengan asyik dengan nya selama beberapa jam di toko milik Agil. Kalau Aku tau ini bakal terjadi, Aku gak akan ngobrol tentang RATH ataupun STL, tapi tentang bagaimana cara membedakan kenyataan dengan dunia virtual super-deta——……

“Ah……”

Tanpa sengaja Aku menaikkan tubuh ku. Suara disekitar dengan cepat mereda.

Jadi begitu, dan Aku gak menyadarinya sampai sekarang.

Bukannya Aku udah tau tentang hal itu? Eksistensi dari sesuatu yang jauh melebihi mesin FullDive, teknologi yang bisa dibilang dapat membuat dunia VR dengan kualitas super-nyata. Kalau begitu dunia ini adalah... ...

"Didalam Soul Translator... ...? Apakah tempat ini... Underworld?"

Gak ada respon akan gumaman ku selagi Aku tanpa sadar melihat kesekeliling ku dengan penuh kebingungan.

Hutan yang dipenuhi pohon-pohon tua yang hanya bisa kupikirkan sebagai benda nyata. Rerumputan yang bergoyang. Kupu-kupu yang beterbangan.

"Semua itu... ... sebuah mimpi buatan yang ditulis langsung kedalam Fluctlight milik-ku... ...?"

Pada hari pertama Aku memulai kerja paruh waktu di sebuah perusahaan, «RATH»; si peneliti dan operator, Higa Takeru, dengan bangga menjelaskan struktur dari STL dan sebagaimana nyata nya dunia yang bisa dibuat kepada ku.

Dan Aku menyadarinya setelah Test Dive setelah nya, kalau kata-kata nya sama sekali gak dilebih-lebih kan — namun, yang kulihat pada saat itu hanya satu ruangan. Meskipun meja, kursi dan berbagai benda kecil yang ada disana benar-benar sulit untuk dibedakan dengan yang sebenarnya, ruangan itu sendiri gak bisa disebut sebagai «Dunia».

Namun, ukuran dari hutan yang mengitari ku sekarang, mungkin beberapa kilometer di kenyataan. Enggak, kalau pegunungan yang samar-samar terlihat dibalik pepohonan itu benar-benar ada, kalau begitu ukuran dari tempat ini bakal ada di level puluhan atau bahkan ratusan kilometer.

Mencoba untuk membuat hal ini menggunakan teknologi yang ada, meskipun menggunakan tempat penyimpanan yang tersedia di internet gak akan bisa muat untuk mencangkup seluruh data yang dibutuhkan. Hanya teknologi terbaru... ... seperti «Visual Mnemonic» dari STL, yang bukan hanya bisa membuat pemandangan yang mustahil di kenyataan, tapi dapat membuat objek berukuran besar seperti ini, Aku benar-benar gak membayangkan nya.

Kalau begitu, kalau tebakanku kalau tempat ini adalah Underworld, dunia virtual yang diciptakan dengan STL, itu benar, mustahil untuk memastikan nya gak peduli tindakan apa yang kulakukan didalam nya.

Itu karena semua objek yang ada disini, bukan, semua 'hal' disini ada pada level yang sama dengan kenyataan dalam kesadaran ku. Gak peduli seberapa banyak rumput yang kurobek, informasi yang sama seolah-olah Aku melakukan nya didunia nyata akan terkirim kedalam kesadaran ku — Fluctlight ku, jadi memang mustahil secara teori untuk memastikan kalau dunia ini adalah eksistensi virtual.

Jadi, kalau STL akan digunakan dalam komersial, sebuah tanda untuk mengidentifikasi kalau ini adalah dunia virtual seharusnya sangat dibutuhkan... ... Aku berdiri selagi memikirkan hal itu.

Meskipun Aku masih belum mendapatkan bukti konkrit, lebih baik befikir kalau tempat ini adalah Underworld. Itu berarti sekarang di dunia nyata, Aku sedang berbaring didalam mesin eksperimen STL di kantor pengembangan Roppongi milik RATH, melakukan kerja paruh waktu bergaji 2000 yen per jam.

"Tapi... ... bukan nya ini aneh... ...?"

Setelah beberapa momen lega, Aku memiringkan kepala ku lagi.

Sang operator, Higa dengan jelas mengatakan kalau untuk mencegah kontaminasi dari test data, memori dunia nyata dari Kirigaya Kazuto seluruhnya akan diblokir. Tapi saat ini, yang gak bisa kuingat hanya satu hari, dari mengantar Asuna pulang sampai Aku pergi kedalam STL di RATH besok nya, hal itu jauh dari kata diblokir.

Dan juga —— berhubung ujian akhir sudah dekat, bukan nya Aku memutuskan untuk keluar dari kerja paruh waktu ini untuk belajar? Kupikir Aku bukanlah orang yang dengan mudah nya melanggar janji ku dengan Asuna setelah sehari hanya karena gaji perjam yang besar.

Selain itu, dari situasi ini, meskipun ini adalah test Dive STL, gak diragukan lagi kalau terjadi suatu masalah. Aku melihat kearah langit biru diantara cela-celah dari puncak pohon dan berteriak dengan suara yang lantang,

"Higa-san, kalau kau sedang mengamati, hentikan proses Dive untuk sementara! Sepertinya sedang terjadi suatu masalah!"

Aku berteriak seperti itu, menunggu jawaban selama lebih dari 10 detik.

Namun, dedaunan terus melambai dibawah cahaya matahari, kupu-kupu terus mengepakkan sayap nya dengan lemah, gak ada perubahan dari pemandangan sekitar.

"... ...Uu... ...mungkin, ini... ..."

Aku mengerang dengan suara yang pelan menuju suatu kemungkinan yang tiba-tiba kusadari.

Mungkin Aku telah menyetujui eksperimen ini —— apakah seperti itu?

Dengan kata lain, agar mereka dapat memperoleh data tentang tindakan yang akan kulakukan kalau Aku berada ditempat yang Aku gak bisa yakin apakah tempat itu adalah dunia virtual atau kenyataan, mereka memblokir memori ku tepat sebelum melakukan Dive dan melemparku ke dunia super nyata yang berbeda yang diciptakan dengan STL.

Kalau seperti itu, Aku merasa ingin menampar wajah ku yang dengan mudah nya setuju terhadap eksperimen kejam tersebut. gak salah untuk mengatakan kalau sangat dangkal kalau berfikir kalau Aku dengan mudah nya menemukan cara yang akurat dan cepat untuk lari dari situasi ini.

Aku menghitung persentase dari kemungkinan yang dengan cukup dapat menjelaskan situasi sekarang sambil melipat jari-jari tangan kanan ku.

"Hmm... ... kemungkinan kalau ini adalah kenyataan adalah... 3 persen. Dunia VR saat ini... 7 persen. Kesetujuan ku dalam melakukan test Dive kedalam STL... 20 persen. Kecelakaan mendadak saat melakukan Dive... 69.0000 persen... ..."

Difikiran ku, Aku menambah kemungkinan 0.0001 persen terakhir kalau Aku hilang kedalam dunia yang benar-benar berbeda. Dan itu adalah batas dari hal yang bisa kupikirkan. Untuk mendapatkan informasi lebih, Aku harus dengan berani menantang bahaya dan mencoba untuk mengontak manusia lain atau pemain atau test Diver.

Jadi sekarang waktu nya untuk bertindak.

Pertama-tama, Aku ingin melegakan tenggorokan ku yang kering sampai sekarang. Aku membalikkan tubuh ku di tengah-tengah rumput yang menyelimuti tanah dimana Aku berdiri. Menuju kearah dimana samar-samar suara arus datang, dilihat dari lokasi matahari, mungkin kearah timur.

Sebelum Aku mulai bergerak, tangan kanan ku meraba-raba punggung ku lagi, tentu saja gak ada sebuah stik disana, apalagi pedang. Aku menendang perasaan putus asa jauh-jauh saat Aku melangkahkan kaki kanan ku, hanya 10 langkah yang dibutuhkan untuk mencapai ujung tanah yang dilapisi rumput. Aku melewati dua pohon tua yang tumbuh seolah-olah adalah gerbang alami, dan melangkah kedalam hutan yang dalam.

Lantai hutan ini ditutupi dengan lumut tebal yang seperti beludru, ruang nya terasa asing dan mencurigakan. Daun-daun dari pepohonan yang tumbuh tinggi hampir seluruhnya menghalangi cahaya matahari, hanya lintasan cahaya emas yang sempit yang dapat sampai ke tanah. Kupu-kupu yang menari-nari di sekitar rumput tergantikan oleh kumbang aneh yang terlihat seperti capung atau ngengat, mereka meluncur tanpa suara di udara. Kadang-kadang, suara dari sesuatu datang dari suatu tempat masuk ketelinga ku. Itu adalah hal yang kupikir gak ada di bumi di dunia nyata.

Aku berjalan selama sekitar 15 menit sambil berdoa agar binatang ganas yang besar atau monster gak akan muncul. Aku merasa sangat lega saat jalan yang dibanjiri oleh cahaya matahari dapat terlihat oleh ku. Suara dari air menjadi jelas, Aku yakin kalau didepan sana adalah sungai. Aku secara alami mempercepat langkah ku sambil menahan rasa haus di tenggorokan ku.

Saat Aku buru-buru pergi keluar hutan, dipisahkan oleh area tiga meter yang dipenuhi rumput, adalah permukaan air, yang dimana cahaya silver dari matahari memantul dan memasuki mata ku.

"A-Air——”

Dengan gerangan sedih, Aku berjalan terhuyung-huyung pada jarak terakhir, sebelum menjatuhkan tubuh ku ke semak halus di sisi sungai.

“Uo……”

Aku tanpa sengaja mengangkat suara ku saat Aku meletakkan nya di perut ku.

Benar-benar arus yang indah. Sungai ini gak lebar, selagi Aku merayap, Aku dapat melihat aliran air yang transparan. Seperti tetesan cat biru yang ada di warna yang kurang, Aku dapat dengan jelas melihat pasir di permukaan sungai melalui arus yang benar-benar jernih.

Sampai beberapa detik yang lalu, dengan sedikit kemungkinan yang tersisa kalau tempat ini adalah dunia nyata, Aku masih memikirkan bahaya akan meminum air mentah. Namun, melihat arus yang terlihat seolah-olah seperti kristal yang cair, tak bisa menahan godaan, tangan kanan ku terjun kedalam permukaan sungai. Dengan suara yang tinggi seolah-olah memotong air yang dingin, tangan kanan ku menuang air itu kedalam mulut ku.

Apakah ini bisa dibilang manis? Aku gak bisa merasakan sedikitpun kotoran, rasa air yang manis dan melegakan membuat ku gak ingin lagi membeli air mineral di toko lagi. Setelah menggunakan kedua tangan untuk mengambil air dengan cepat, Aku akhirnya memasukkan mulut ku ke permukaan air.

Selagi befikir kalau ini benar-benar rasa dari air kehidupan, di sudut fikiran ku, kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia virtual yang diciptakan dengan mesin FullDive sekarang telah sepenuh nya tereliminasi.

Itu karena, untuk mesin yang paling umum sekarang —— yang bernama AmuSphere, mustahil untuk menciptakan ulang cairan sesempurna ini. Polygon adalah angka koordinat tak terhingga yang membentuk permukaan berlevel sebelum terhubung satu sama lain untuk membuat sebuah objek, dan gak cocok untuk menciptakan bentuk keserampangan dan rumit dari air. Namun, keadaan air yang bergoyang di tangan ku, tumpah, dan mengalir kebawah sama sekali gak memiliki tanda-tanda kalau itu adalah buatan.

Aku juga ingin menghilangkan kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata —— selagi berfikir seperti itu, Aku mengangkat tubuh ku dan melihat kesekitar lagi. Sungai yang amat jernih, hutan luar biasa yang terus membentang sepanjang pinggir sungai, dan warna binatang kecil yang sangat jelas, Aku gak yakin hal itu ada dimanapun di bumi. Umumnya, bukan nya yang namanya alam kalau disentuh oleh tangan manusia akan menjadi lingkungan yang buruk? Dan juga, apakah ada suatu alasan Aku gak digigit serangga sampai sekarang, meskipun Aku mondar-mandir sementara dengan pakaian yang enteng seperti ini?

——Memikikan hal ini, Aku punya perasaan kalau STL dapat memanggil gerombolan besar serangga beracun, Aku berdiri sambil menyingkirkan pemikiran itu. Setelah Aku mengatur ulang kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata menjadi satu persen, sekarang, Aku melihat ke arah kanan dan kiri.

Aliran sungai membentuk kurva secara bertahap dari utara ke selatan. Ujung dari kedua arah tertutupi oleh kumpulan pohon besar. Namun, dari kebersihan nya, kedinginan nya, dan lebarnya, kupikir sumber dari sungai ini seharusnya agak dekat. Kalau begitu, akan tinggi kemungkinannya ada rumah atau kota di hilir sungai ini.

Akan mudah kalau Aku punya perahu... Fikir ku sembari mulai berjalan menuju hilir —— pada saat itu,

Angin sepoi-sepoi yang sedikit berubah arah sedikit mengeluarkan suara yang ganjil memasuki telinga ku.

Sesuatu yang keras, entah itu pohon yang besar atau sesuatu yang mirip tertancap sesuatu, suara seperti itu. Bukan hanya sekali. Aku mendengarkan suara dengan laju yang tetap dengan interval sekitar 4 detik.

Suara itu bukan beasal dari binatang atau sumber alam. Suara itu jelas adalah suara yang dibuat orang. Suara itu jelas adalah suara seseorang yang sedang memotong pohon di hutan ini. Tapi mencoba untuk mendekatinya mungkin akan berbaaya, Aku membuat senyum pahit setelah berfikir sementara waktu. Toh ini bukanlah dunia MMORPG dimana bertarung dan membunuh dianjurkan. Membuat kontak dengan orang lain dan mendapatkan informasi adalah pilihan berprioritas utama saat ini.

Aku berbalik setengah putaran menuju hulu sungai, dimana suara gema itu berasal.

Tiba-tiba, Aku mempunyai perasaan kalau Aku melihat pemandangan yang aneh.

Di sisi kanan adalah permukaan sungai yang beriak. Hutan yang lebat dan dalam di sisi kiri. Di depan adalah jalan hijau yang membentang menuju suatu tempat.

Disana, tiga anak berjalan saling berdampingan. Diantara anak laki-laki berambut hitam dan anak laki-laki berambut coklat muda, adalah anak perempuan yang memakai topi jerami yang rambut panjang emas nya berayun dan berkilau. Dibawah sinar matahari musim panas, cahaya emas tersebar dengan bebas.

Ini —— memori... ...?

Jauh, hari-hari yang tak bisa kembali. Kepercayaan abadi yang mereka bersumpah untuk melakukan segala nya untuk melindungi, tapi seperti bongkahan es dibawah cahaya matahari, perlahan menghilang—

Hari-hari nostalgia itu...

Sword Art Online Vol 09 - 210-211.jpg


Bagian 2

Hanya setelah Aku mengedip sekali, pemandangan ilusi itu tiba-tiba hilang, seperti saat pemandangan itu muncul.

Apa itu tadi? Meskipun ilusi itu sudah hilang, perasaan nostalgia yang muncul tak kunjung pergi, bagian tengah dada ku terasa kencang dan sakit.

Ingaan masa kanak-kanak—— Aku punya prasangka kuat saat Aku melihat tiga anak yang sedang berjalan di tepi sungai. Anak laki-laki berambut hiam yang berjalan dikanan, itu Aku kan?

Tapi hal seperti itu mustahil. Berhubung di Kawagoe, tempat Aku tinggal tidak ada hutan ataupun sungai yang jernih seperti itu, dan Aku tidak pernah punya teman dengan warna rambut seperti itu juga. Dan juga, ketiga anak tersebut memakai pakaian fantasi yang sama seperti yang kupakai sekarang.

Kalau ini didalam STL, ilusi barusan adalah ingatan dari Diving yang kulakukan terus menerus pada minggu pertama? Tapi meskipun berfikir seperti itu, karena fitur Akselerasi Fluctlight, Aku seharusnya hanya berada di dalam STL selama paling banyak 10 hari. Waktu sesedikit itu tidak mungkin bisa membuat ku merasakan sakit di dada karena nostalgia seperti barusan.

Situasi ini sepertinya mulai menjauh dan menjauh menuju arah yang tidak bisa dijelaskan. Apakah Aku benar-benar siapa yang kupikirkan? selagi keraguan itu kembali padaku, Aku dengan takut melihat ke permukaan sungai disamping ku, namun, Aku tidak bisa melihat perbedaan nya berhubung wajah ku terdistorsi karena dipantulkan oleh arus yang bergelombang.

Selagi Aku mencoba untuk melupakan rasa sakit dari sisa ingatan ku untuk sekarang, suara yang terus menerus berbunyi yang memasuki telinga ku menjadi jelas. Saat Aku mencoba mendengarkan nya lagi, suara ini juga membuatku merasa nostalgia, tapi Aku tidak tau kalau Aku pernah mendengar suara dari pohon yang ditebang sebelum nya. Aku menggelengkan kepala ku sebelum mulai berjalan melawan arus lagi.

Sementara Aku menggerakkan kedua kaki ku, Aku mendapat kesempatan untuk sekali lagi menikmati pemandangan yang indah ini, kemudian Aku menyadari kalau arah ku berjalan telah menyimpang kearah kiri. Sepertinya, sumber dari suara itu bukan berasal dari tepi sungai, tapi dari tempat yang lebih dalam didalam hutan disebelah kiri ku.

Suara aneh yang kucoba untuk kuhitung dengan jari ku tidak terus bergema secara konstan. Suara itu terulang tepat sebanyak 50 kali, kemudian diselingi oleh jeda sekitar 3 menit, sebelum melanjutkan 50 kali lagi. Akhirnya Aku yakin kalau suara itu pasti suara yang dibuat manusia.

Selama 3 menit tanpa suara, Aku berjalan dengan mengira-ngira ke arah sumber dari suara itu, kemudian mengatur arah sedikit saat mendengar suara itu berlanjut. Aku telah berpisah dengan tepi sungai dan kembali ke dalam hutan. Aku melanjutkan tanpa suara sembari bertemu kembali dengan capung yang aneh, kadal biru dan jamur raksasa.

"......Empat puluh sembilan, ......lima puluh..."

Terdengar suara kecil yang menghitung pada jumlah yang sama saat tebasan ke 50 berakhir, itulah saat kemudian Aku menyadari kalau celah dari pohon-pohon didepan menjadi lebih terang. Jadi itu pintu keluar hutan? Atau mungkin disana ada desa. Aku mempercepat langkah ku menuju cahaya.

Aku memanjat akar pohon yang tumbuh keatas seperti tangga dan saat wajah ku keluar dari bayangan batang pohon tua, di depan mata ku muncul —— pemandangan yang bisa dibilang tak bisa dipercaya.

Meskipun hutan ini berakhir sampai disini, tidak ada desa. Namun Aku tidak punya waktu untuk merasa kecewa, Aku melamun sambil menatap dengan mulut terbuka.

Tempat ini adalah tempat terbuka dihutan yang melingkar. Tempat ini pastinya lebih lebar dibanding tempat dimana Aku bangun. Diameter nya sekitar 30 meter. Dan juga, tanah yang ditutupi oleh lumut hijau dan emas berbeda dengan yang ada di hutan yang telah kulewati, tidak ada tanaman paku, tanaman merambat, ataupun semak pendek sama sekali.

Kemudian, ditengah-tengah tempat terbuka ini, pandangan ku terfokus kearah sesuatu yang menjulang sangat tinggi.

Besar sekali pohon ini!

Mengira-ngira dengan mata ku, diameter nya seharusnya tidak kurang dari 4 meter. Pohon-pohon yang kulihat sampai sekarang di hutan ini semuanya adalah pohon berdaun lebar dengan batang yang keras dan kasar, tapi pohon raksasa yang menjulang tinggi didepan mata ku ini adalah pohon berdaun tajam. Kulit nya berwarna gelap mendekati hitam, dan melihat keatas, Aku dapat meliha cabang nya tersebar tinggi keangkasa. Sementara Aku memikirkan seberapa besarnya pohon cedar Jomon di Yakushima dan pohon cedar Sequoia di Amerika yang kulihat dari foto dan video, Aku tidak habis fikir kalau kebearadaan luar biasa dari pohon ini bisa ada di dunia alam, dan Aku merasakan pohon itu memancarkan aura dari seorang kaisar.

Pandangan ku pergi ke puncak nya, yang sepenuhnya menghalangi pemandangan diatas nya, kembali pada bagian dasar nya. Aku melihat akar yang seperti ular besar yang bergerak akan menyebar seperti jala di seluruh arah, hampir mencapai batas hutan dimana Aku berdiri. Atau tepat nya, pohon ini menyerap seluruh kesuburan tanah, dan tidak ada tanaman lain selain lumut yang dapat tumbuh, menghasilkan tempat terbuka yang luas ini ditengah hutan.

Berfikir akan mengganggu taman milik kaisar membuatku sedikit ragu, tapi godaan untuk menyentuh batang dari pohon besar ini membuat kaki ku bergerak kedepan. Meskipun Aku beberapa kali tersandung karena liat-liut akar dibawah lumut, hal itu tidak menghentikan ku dari melihat keatas melebihi kepala ku, Aku pelan-pelan melanjutkan.

Aku, yang mendekati batang pohon besar itu sambil menghela nafas berkali-kali karena kagum, benar-benar telah lupa akan waspada terhadap sekitar. Sebagai hasil nya, sudah terlalu terlambat bagiku untuk menyadari nya.

“————!?”

Pandangan ku, yang tiba-tiba kembali melihat lurus kedepan, bertemu dengan wajah seseorang yang mata nya menatap ku dari balik batang pohon. Aku menahan nafas ku. Karena terkejut, Aku mundur setengah langkah sebelum kemudian terjatuh ke tanah. Tangan kanan ku hendak mengambil sesuatu dari punggung ku, tapi tentu saja, tidak ada pedang disitu.

Untung saja, sepertinya orang peratma yang kutemui didunia ini tidak menunjukkan sikap permusuhan ataupun waspada, hanya memiringkan kepalanya dengan bingung.

Umurnya seharusnya sama dengan ku —— Aku melihat kearah anak itu, umurnya sekitar tujuhbelas, atau delapanbelas. Rambut coklat nya yang kelihatan halus sedikit bergelombang. Ia memakai pakaian dan celana yang sama dengan yang kupakai. Ia menggunakan akar dari pohon besar itu sebagai kursi untuk diduduki, dan ditangan kanan nya terdapat sesuatu yang bundar.

Ada yang aneh dari penampilan nya. Meskipun kulitnya berwarna krim, ia tidak bisa dibilang orang barat dan pada saat yang sama, ia tidak bisa dibilang orang timur juga. Aku melihat kearah mata hijau tua pada wajahnya yang kurus dan halus itu.

Pada saat Aku melihat wajah nya, kepalaku...... didalam jiwaku merasakan denyutan yang sakit. Namun, perasaan itu tiba-tiba hilang pada saat Aku mencoba untuk memahami nya. Aku dengan sabar mencoba untuk melupakan nya, untuk sekarang, Aku membuka mulut ku untuk menyatakan kalau Aku tidak punya rasa permusuhan terhadap nya. ——Tapi, apa yang harus kukatakan? Dan sebelum itu, bahasa apa yang harus kugunakan? Aku sama sekali tidak tau. Selagi Aku membuka dan menutup mulutku berulang-ulang seperti seorang idiot, anak itu berbicara duluan.

"Siapa kamu? Darimana asal mu?"

Intonasi yang sedikit asing itu diucapkan dengan —— bahasa Jepang yang sempurna.

Aku terkaget seperti saat Aku pertama kali melihat pohon hitam raksasa itu, dan terdiam untuk sementara. Di tempat ini, yang tidak peduli bagaimanapun kulihat, bukanlah Jepang, mendengar bahasa asli ku di dunia yang berbeda ini sama sekali tidak kuperkirakan. Setelah Aku terbiasa mendengarkan kata-kata yang mengalir keluar dari mulut anak itu, yang memakai baju eksotis Eropa barat pada Zaman Pertengahan, hal ini terasa seperti bukan kenyataan, seolah-olah Aku melompat kedalam film barat yang di dubbing.

Namun, ini bukan situasi yang bisa membuat ku asyik. Ini adalah situasi dimana Aku melatih pikiran ku. Aku mulai untuk mati-matian memutar otak ku, yang rasanya udah karatan akhir-akhir ini.

Anggaplah kalau dunia ini adalah dunia virtual yang dibuat dengan STL, dengan kata lain, «Underworld». Anak didepan ku adalah, ① seorang test-player pada saat Dive, dan mempunyai ingatan dunia nyata seperti diriku ini, ② seorang test-player tapi ingatan nya diblokir, menjadi penduduk di dunia ini, atau ③ sebuah NPC yang dioperasikan oleh program.

Kalau yang pertama akan cepat ceritanya. Aku tinggal menjelaskan situasi aneh ku kepadanya dan menanyakan cara log out dari dunia ini.

Tapi kalau yang kedua atau ketiga, situasinya tidak akan mudah. Bagi manusia yang berperan sebagai penduduk Underworld atau sebuah NPC, kalau Aku tiba-tiba mengatakan sesuatu yang mereka tak bisa mengerti seperti hal aneh pada Soul Translator atau cara untuk log out, hal itu bisa menyebabkan tingkat waspada yang tinggi yang akan membuatku lebih sulit untuk mendapatkan informasi.

Jadi, Aku perlu memilih kata-kata yang aman untuk berbicara pada anak ini dan mengetahui posisi nya. Sembari diam-diam mengelap keringat dingin di tangan ku dengan celana, Aku membuat wajah senyum dan membuka mulut ku,

"Umm...... nama ku......"

Aku merasa ragu untuk beberapa saat. Gaya Jepang atau gaya Barat, yang mana yang umum digunakan di dunia ini? Aku kemudian memberikan nama ku sambil berdoa kalau gaya bahasa ku akan cocok.

"——Kirito. Aku datang dari arah sana, tapi pada saat itu Aku nyasar sedikit......"

Sembari berbicara, Aku menunjuk kearah dibelakang ku, mungkin ke arah selatan, dan anak itu melihat ku dengan terkejut. Setelah menaruh benda bundar di tangan kanan nya, ia berdiri dengan cepat, kemudian menunjuk kearah yang sama dengan yang kutunjuk.

"Dari situ...... hutan bagian selatan? Kamu dari Zakkaria?"

"Bu-Bukan... bukan seperti itu."

Wajah ku menjadi kaku pada dilema yang tiba-tiba, tapi Aku bisa menjawab nya,

"Itu, erm...... Aku juga tidak tau dari mana Aku berasal...... Aku mendapati diriku sedang tertidur di tengah hutan saat Aku bangun......"

'Oh, apakah ada yang salah dengan STL? Tunggu sebentar, Aku akan mengontak operator.' ——adalah jawaban yang kuinginkan dari lubuk hati ku, namun, anak itu masih terlihat terkejut, dan bertanya padaku sementara masih menatap wajah ku,

"Hmm...... tidak tau dari mana kamu berasal...... bagimana dengan kota tempat kamu tinggal sampai sekarang......?"

"A-Ah...... Aku tidak ingat. Satu-satu nya hal yang kuingat hanyalah nama ku......"

"......Benar benar mengejutkan ......«Perbuatan Iseng Vector», huh. Meskipun sebelum nya Aku pernah dengar...... tapi ini pertama kali nya Aku benar-benar melihatnya."

"Perbuatan iseng... Vector......?"

"Eh, kamu tidak pernah mendengar nya dari kampung halaman mu? Itu adalah yang dikatakan penduduk desa ku sebagai orang yang pada suatu hari tiba-tiba menghilang, dan kemudian, tiba-tiba muncul di hutan atau di lapangan. Dewa kegelapan Vector senang berbuat iseng pada manusia dengan menculik nya, dan mengambil ingatan nya sebelum melempar nya ke tanah yang jauh. Dulu sudah lama sekali, wanita tua di desa ku menghilang."

"H-Heh...... Kalau begitu mungkin Aku juga seperti itu......"

Situasi ku menjadi lebih mencurigakan, Aku mengangguk, Anak didepan ku sepertinya bukanlah test-player yang diberi peran. Sembari emosi ku dipacu sampai dinding, Aku mulai mengatakan sesuatu yang sedikit lebih berbahaya,

"Dan juga...... ada masalah lain, dan Aku ingin pergi dari sini. Tapi... Aku tidak tau gimana caranya......"

Aku berdoa sepenuh hati agar hal ini akan membuatnya mengerti situasi ku, suatu simpati terlihat di mata hijau anak itu ketika ia mengangguk dan berkata,

"Ya, kalau tidak tau arah, memang wajar untuk tersesat di hutan yang dalam. Tapi tenang aja, kalau kamu pergi kearah utara dari sini, kamu akan menemukan jalanan."

"Bu-Bukan... erm......"

Yah, lakukan saja lah, Aku mengatakan sebuah kata kunci utama,

"......Aku ingin log out."

Aku menaruh secercah harapan ku pada kata-kata ini, anak itu memiringkan kepalanya sebelum bertanya,

"Log...... apaan tuh? Apa yang kamu maksud?"

Sepertinya dengan ini sudah terkonfirmasi.

Dia adalah test-player yang menjadi penduduk tanpa tau apapun kalau tempat ini adalah «Dunia Virtual», atau sebuah NPC. Sementara Aku bersikap waspada untuk tidak menunjukkan ekspresi kecewa di wajah ku, Aku entah bagaimana menambahkan beberapa kata untuk membohongi nya,

"Ma-Maaf, sepertinya Aku menggunakan susunan kata yang salah untuk wilayah ini. Hmm...... Maksudku apakah ada desa atau kota yang bisa kutinggali."

Menyakitkan bagiku untuk mengatakan hal ini. Anak itu kemudian mengangguk memberi apresiasi.

"Heh..... Ini pertama kalinya Aku mendengar kata-kata seperti itu. Rambut hitam mu juga tidak biasa disini...... mungkin saja kamu lahir di selatan."

"I-Iya, sepertinya."

Aku memberikan senyum kaki selagi melihat kearah anak yang tersenyum tanpa ragu, kemudian, ia mengerutkan dahi dengan rasa kasihan.

"Hmmm, tempat untuk tinggal. Meskipun desa ku hanya sedikit keutara, karena tidak ada pengembara disekitar sini, jadi tidak ada penginapan. Tapi...... kalau kamu menjelaskan keadaan mu, mungkin Suster[2] Azariya akan menolong mu dan membolehkan mu tinggal di gereja."

"Be-Begitukah, bagus kalau begitu."

Itu benar-benar perasaan ku. Kalau ada desa, mungkin juga disana ada seorang petugas dari RATH yang sedang Diving, atau mereka mungkin mengamati desa itu dari luar.

"Kalau begitu Aku akan pergi ke desa. Apa tinggal keutara dari sini?"

Pandangan ku berpaling hampir kearah sebaliknya dari dimana Aku datang kesini dan disana Aku melihat jalan sempit yang membentang. Namun, sebelum kaki ku mulai bergerak, anak itu membuat isyarat menggunakan tangan kiri nya untuk menghentikan ku.

"Ah, tunggu sebentar. Di desa itu ada penjaga, mungkin akan sulit untuk menjelaskan situasi mu kalau kamu tiba-tiba datang kesana sendirian. Aku akan menemanimu dan membantu menjelaskan keadaan."

"Wah itu akan banyak membantu, terima kasih."

Aku tersenyum dan berterima kasih, pada saat yang sama, Aku menggumam difikiran ku, sepertinya Kamu bukan NPC. Balasan mu terlalu natural untuk program kepribadian-semu yang hanya bisa bertindak sesuai respon yang ditentukan, dan tindakan aktif mu barusan juga tidak seperti NPC.

Meskipun Aku tidak tau apakah dia melakukan Dive dari kantor pengembangan di Roppongi, atau dari kantor utama disuatu tempat di area teluk, pemilik Fluctlight yang menggerakkan anak didepan ku ini benar-benar mempunyai sifat yang baik. Begitu Aku keluar dengan selamat, Aku ingin berterima kasih pada nya.

Selagi Aku memikirkan hal ini, anak itu menunjukkan wajah muram lagi.

"Ah...... tapi, Aku masih belum bisa pergi sekarang...... Aku masih kerja......"

"Kerja?"

"Iya. Aku sedang istirahat sekarang."

Aku memalingkan pandangan ku ke sesuatu yang dibungkus oleh kain disamping kaki anak itu, dua barang yang salah satu darinya yang dapat terlihat sepertinya adalah roti bundar, Jadi itu yang ia pegang tadi. Sementara objek lain nya hanyalah botol air yang dibuat dari kulit, benar-benar menu yang simpel untuk makan siang.

"Ah, apakah Aku menganggu waktu istirahat mu?"

Aku menurunkan leher ku, sementara anak itu tersenyum malu-malu.

"Kalau kamu bisa menungguku menyelesaikan pekerjaan ku, Aku akan menemani mu untuk memohon pada Suster Azariya untuk membolehkan mu tinggal di gereja...... tapi mungkin sekitar empat jam lagi."

Aku sebenarnya ingin pergi ke desa dan mencari seseorang yang bisa menjelaskan situasi ini secepatnya, tapi perasaan bahwa aku ingin menghindari percakapan lebih lanjut yang seperti menginjak es tipis bahkan lebih besar. Empat jam bukan waktu yang sebentar tapi saat memikirkan tentang fitur akselerasi dari STL, waktu di dunia nyata hanya akan berjalan sekitar satu jam dan beberapa menit.

Dan juga, untuk suatu alasan yang tidak kumengerti, Aku juga merasa kalau Aku ingin berbicara dengan anak yang ramah ini lebih banyak lagi. Aku mengangguk lalu berkata.

"tidak apa-apa, akan kutunggu. Aku mungkin akan merepotkan mu, tapi mohon bimbingan nya."

Kemudian, senyuman yang lebih cerah dari sebelumnya tampak di wajah anak itu dan mengangguk.

"Oke, kalau begitu... duduk saja disitu untuk sementara. Ah...... Aku masih belum memberitahu namaku."

Sword Art Online Vol 09 - 225.jpg

Anak itu menjulurkan tangan kanan nya sambil melanjutkan,

"Namaku Eugeo. Senang bertemu dengan mu, Kirito-kun."


Menjabat tangan nya yang kuat, yang berlawanan dengan tubuhnya yang kurus, Aku mengulang nama anak itu beberapa kali di mulut ku. Nama itu tidak ada dalam ingatan ku, Aku tidak tau dari bahasa apa itu, tapi entah kenapa Aku merasa kalau nama itu familiar dengan mulut ku untuk suatu alasan.

Anak yang menyebut dirinya Eugeo menarik kembali tangan nya dan kembali duduk di kaki pohon besar, sebelum mengeluarkan rota bundar dari bungkusan kain dan menawarkan nya padaku.

"Ti-Tidak, Aku tidak bisa..."

Aku buru-buru mengibaskan tangan ku, tapi anak itu tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.

"Kirito-kun pasti lapar, kan? Kamu belum makan apapun, kan?"

Seperti yang ia katakan, Aku tanpa sadar menaruh tangan ku di perut untuk menahan rasa lapar yang menyerang. Meskipun air sungai itu terasa enak, Aku tidak bisa bilang kalau hal itu bisa membuatku kenyang.

"Tidak... tapi......"

Aku masih menahan diriku, tapi tangan yang memegang roti itu terus maju, Aku kemudian terpaksa menerima nya. Anak itu —— Eugeo nyengir dan mengangkat bahu.

"Tidak apa-apa. Meskipun Aku bilang seperti Aku ingin kamu memakan nya, sebenarnya, Aku tidak suka roti ini."

"......Kalau begitu dengan syukur Aku akan menerimanya, Aku benar-benar lapar sampai ke titik dimana Aku bisa pingsan kapanpun."

'Itu yang Aku pikirkan,' Selagi Eugeo terawa dan duduk di akar di depan pohon, Aku menambahkan,

"Oiya, panggil Aku Kirito saja."

"Oh? Kalau begitu panggil saja Aku Eugeo juga...... Ah, tunggu sebentar."

Eugeo mengangkat tangan kiri nya untuk menghentikan ku dari memasukkan roti bundar ini kedalam mulut ku.

“……?”

"Yah, berhubung ini bukan 'Pan' yang bisa tahan lama, sekedar memastikan saja."

Mengatakan hal itu, tangan kiri Eugeo bergerak sementara tangan kanan nya memegang roti. Jari telunjuk dan tengah nya membentang sejajar dengan rapi dengan jari-jari lain nya yang dilipat. Dengan bentuk tangan nya itu, ia menggambar jejak yang terlihat seperti huruf alfabet S dan C di udara.

Didepan ku, yang sedang melihat dengan tercengang, kedua jarinya mengetuk pelan roti dan mengeluarkan suara aneh yang seperti logam yang diketuk dan kemudian muncul persegi panjang ungu pucat transparan. Lebar nya sekitar 15 centimeter, sementara tinggi nya sekitar 8 centimeter. Menurut pengetahuan ku, persegi panjang yang tampak familiar itu, bersama dengan alfabet dan huruf arab yang tampil itu menggunakan bentuk yang simpel yang Aku bisa langsung mengerti. Itu adalah —— sudah pasti, yang disebut «Status Window».

Dengan mulut ku yang terbuka, Aku berbicara pada diriku sendiri.

——Kalau begitu sudah pasti. Tempat ini bukanlah dunia nyata atau yang lain nya, tapi adalah dunia virtual.

the anxiety would eat up my whole body. Tubuhku terasa lebih ringan karena lega saat Aku mengetahui hal itu. Sekarang Aku 99% yakin. Sungguh, tanpa bukti yang nyata ini, rasa gelisah pasti sudah akan memakan seluruh tubuh ku.

Sementara permasalahan tentang Dive masih belum diketahui, untuk saat ini, Aku lebih baik membiasakan diri dengan dunia virtual ini dan menikmati situasi nya. Pertama-tama, Aku harus mencoba membuka window itu, Aku membentangkan dua jari tangan kiri ku kedepan.

Aku meniru apa yang kulihat dengan membuat jejak berbentuk S dan C, dengan ragu mengetuk roti ku, membuat suara yang mirip seperti bunyi bel, dan window ungu pun muncul. Aku mendekatkan wajah ku dan menatap nya.

Rangkaian tampilan ini ternyata cukup simpel. Hanya muncul [Durability: 7]. Aku dengan mudah bisa mengerti kalau itu adalah nilai daya tahan dari roti ini. Selagi memikirkan tentang apa yang akan terjadi kalau nilai itu mencapai angka 0 sambil menatap roti ini; didepan ku, Eugeo dengan ragu bertanya,

"Hey, Kirito. Jangan bilang kalau ini pertama kalinya kamu melihat Sacred Arts, «Stacia Window»?”

Saat Aku mengangkat wajah ku, Aku melihat Eugeo dengan kepalanya yang dimiringkan sambil memegang roti dengan satu tangan nya, window nya sudah menghilang. Aku dengan segera membuat wajah yang seperti mengatakan 'Jangan bilang hal yang tidak masuk akal seperti itu.' Saat Aku menyentuh permukaan nya, window iu berubah menjadi kilatan cahaya dan tersebar hilang, Aku merasa agak lega.

Untung saja, Eugeo tidak menunjukkan keraguan lagi dan mengangguk.

"Masih ada cukup banyak «Life» yang tersisa, jadi tak perlu buru-buru makan nya. Tapi kalau sekarang musim panas, tak akan tersisa sebanyak ini."

Mungkin «Life» yang ia sebutkan itu adalah jumlah nilai yang ditampilkan dari [Durability], dan status window yang menampilkan hal tersebut dinamakan «Stacia Window». Melihat «action command» yang memanggil window disebut sebagai sacred arts, Eugeo tidak tau kalau hal tersebut adalah sebuah fungsi dari sistem, tapi menganggap nya sebagai fenomena ajaib.

Masih banyak hal yang perlu dipikirkan, tapi lebih baik kusimpan dulu untuk sekarang dan segera mengatasi rasa lapar ku sekarang.

"Kalau begitu, itadakimasu[3]."

Aku mendekatkan roti ke mulut ku yang terbuka segera setelah mengatakan hal itu, tapi kekerasan dari roti ini membuat mata ku menggelap. Namun, Aku tidak bisa memuntahkan nya juga, jadi Aku dengan paksa menggigit dan merobeknya. Aku tanpa sadar tersanjung akan rasa gigi yang bergoyang di dunia vurtial ini.

Roti ini mirip atau bahkan mungkin lebih keras daripada roti gandum yang dibeli oleh adik perempuan ku, Suguha. Rasa lapar ku memerintah mulut ku untuk terus mengunyah benda yang lebih krenyes dari yang biasanya, meskipun rasanya lumayan. Ditambah sedikit mentega, atau sepotong keju...... enggak, kalau dipanggang saja pasti akan lebih enak, selagi Aku memikirkan berbagai fikiran akan hal ini, Eugeo, yang juga mengerutkan dahi ketika menggigit roti itu, memberikan senyum pahit dan berkata,

"tidak terlalu enak, kan?"

Aku buru-buru menggelengkan kepala ku.

"E-Eh, tidak kok."

"Tidak apa-apa, tidak perlu memaksakan dirimu seperti itu. Aku biasanya membeli nya di toko roti di desa sebelum pergi, tapi berhubung Aku pergi saat masih sangat pagi, mereka hanya mempunyai sisa roti kemarin. Saat siang hari, Aku juga tidak punya cukup waktu untuk kembali ke desa......"

"Heh...... Kalau begitu lebih baik membawa bekal makan sendiri dari rumah......"

Mendengar kata-kata biasa ku, Eugeo menurunkan mata nya menuju roti di tangan nya. Aku menyiutkan leher ku secara tak yakin kalau Aku mengatakan sesuatu yang kasar, untung saja, ia kemudian menaikkan wajah nya dan memberikan sedikit senyuman.

"Duluuuuu...... pada siang hari, ada seseorang yang membawakan bekal makan siang kesini. Tapi sekarang......"

Mata hijau nya itu menggeleng, mata itu dipenuhi oleh rasa kehilangan yang besar, pada saat itu, Aku lupa kalau ini adalah dunia buatan dan membungkukkan tubuh ku kedepan.

"Orang itu... apa yang terjadi......?"

Setelah Aku bertanya, Eugeo melihat kearah puncak pohon yang jauh diatas kepalanya dengan diam untuk sementara, kemudian ia pelan-pelan menggerakkan bibir nya,

"......Teman masa kanak-kanak ku. Seorang perempuan, yang umurnya sama dengan ku...... kami selalu bermain bersama-sama dari pagi sampai sore sejak kami masih kecil. Meskipun setelah Aku diberikan Sacred Task, ia masih akan membawakan bekal setiap hari...... Tapi... 6 tahun yang lalu...... saat musim panas ku yang kesebelas, seorang Integrity Knight datang ke desa kami...... dan membawa nya pergi ke ibu kota......"

Integrity Knight. Ibu Kota.

Kata-kata yang asing itu adalah sebutan bagi mereka yang menegakkan hukum dan ibu kota dari dunia ini, Aku tetap diam agar Eugeo melanjutkan nya.

"Itu semua...... adalah salah ku. Pada hari istirahat, kami berdua pergi untuk menjelajahi gua di utara...... tapi kami tersesat saat ingin pulang dan malah mencapai sisi yang lain dari Mountain range at the Edge. Kau tau, kan? Dark Territory yang kita semua dilarang menginjakkan kaki didalam nya yang tertulis dalam Taboo Index. Meskipun Aku tidak keluar dari gua, ia tersandung dan kepalan nya menekan daratan di luar gua...... Tapi hanya karena hal itu... Integrity Knight datang ke desa dan mengikat nya dengan rantai didepan semua orang......"

Eugeo meremas roti yang sudah dimakan setengah itu dengan tangan kanan nya.

"......Aku ingin menolongnya. Kupikir tidak apa-apa kalau Integrity Knight itu membawaku pergi bersamanya, dan berencana untuk menggunakan kapak untuk menyerang nya...... tapi... tangan ku... kaki ku... Aku tidak bisa menggerakkan nya. Yang kulakukan hanya... melihatnya dibawa pergi... tanpa mengatakan apapun......"

Ekspresi wajahnya menjadi hampa saat ia menatap keatas langit untuk beberapa saat, tapi setelah itu, senyuman lemah terlihat di wajah nya lagi. Ia kemudian melempar roti yang sudah hancur itu kedalam mulut nya dan mengunyahnya sambil melihat kebawah.

Aku tidak tau apa yang harus kukaatkan, jadi Aku juga kembali memakan roti ku, dan berfikir selagi mengunyah nya dengan seluruh kekuatan ku.

Eksistensi status window telah membuktikan kalau dunia ini adalah dunia virtual yang diciptakan dengan teknologi yang realistis, bisa jadi suatu eksperimen oleh seseorang. Namun, kenapa «Event» seperti ini bisa terjadi? Aku menelan roti ku, dan dengan ragu bertanya,

"......Apa kamu tau apa yang terjadi padanya......?"

Eugeo menggelengkan kepalanya sambil menatap kebawah.

"Integrity Knight itu bilang kalau ia akan dieksekusi setelah diinterogasi...... Tapi, eksekusi seperti apa, Aku tidak tau. Aku pernah... mendengar dari ayah nya, Gasupht si kepala desa...... kalau dia sudah meninggal...... ——Tapi Kirito, Aku percaya kalau dia masih hidup."

Kemudian,

"Alice... pasti masih hidup dan ada disuatu tempat di ibu kota......"

Aku menghembuskan nafas dengan tajam saat Aku mendengar nama itu.

Lagi-lagi, Aku merasakan perasaan yang aneh berlari di kepala ku. Sebuah perasaan yang mengganggu. Kesepian. Dan lebih dari itu, perasaan nostalgia yang menggelengkan jiwa ku——

Itu hanya delusi. Aku membujuk diriku sendiri, Itu hanyalah perasaan yang tersisa setelah syok. Tidak ada alasan bagiku untuk memiliki perasaan pribadi dengan teman masa kecil Eugeo, atau dengan kata lain, «Alice» yang merupakan penduduk dari dunia ini. Pasti itu hanya reaksi pada nama Alice yang umum. Ya —— bukannya Asuna mengatakan padaku kemarin di Dicey Cafe? «RATH», perusahaan yang mengembangkan STL, dan dunia virtual «Underworld», bukannya nama itu diambil dari novel『Alice in Wonderland』?

Nama orang itu cocok dengan dua nama lain nya adalah suatu kebetulan yang mengejutkan, mungkin ada maksud dibalik nya. Dan juga, Aku menyadari sekeping informasi dari kata-kata Eugeo.

Tadi dia bilang 6 tahun yang lalu, saat ia masih berumur 11 tahun. Itu berarti sekarang dia berumur 17 tahun, tapi itu terlalu lama —— perilaku nya saat berbicara seperti ia punya seluruh ingatan dari 10 tahun hidupnya, seperti ku.

Tapi hal seperti itu tidak mungkin. Dari yang mereka katakan padaku, fungsi akselerasi Fluctlight hanya bisa dipercepat sampai tiga kali lipat, untuk menjalankan dunia ini selama 17 tahun, butuh waktu 6 tahun di dunia nyata. Namun, seharusnya belum sampai 3 bulan sejak mesin eksperimen STL diciptakan.

Apa yang harus kupikirkan tentang hal ini?

Ini bukan didalam STL yang kuketahui, tapi didalam mesin FullDive yang tak kuetahui, dan juga, sudah berjalan selama 17 tahun. Atau, mungkin Aku salah mendengar tentang fungsi FLA (Fluctlight Acceleration) yang tiga kali lipat, dan sebenarnya bisa berakselerasi sampai lebih dari 30 kali. Tapi keduanya sama-sama tidak dapat dipercaya.

Didalam kepalaku, rasa penasaran dan kegelisahan dengan cepat berkembang. Aku ingin log out sekarang juga dan menanyakan orang diluar untuk menjelaskan situasi ini, dan pada sisi lain, Aku juga ingin tetap tinggal didalam dan lanjut mengejar pertanyaan-pertanyaan.

Setelah Aku menelan bagian terakhir dari roti, Aku dengan takut bertanya pada Eugeo,

"Kalau begitu...... kamu mau pergi mencarinya? Ke... ibu kota."

Kupikir 'Gawat' tepat setelah Aku bertanya. Kata-kataku membuat Eugeo mengeluarkan reaksi yang tak terduga.

Anak berambut coklat muda itu tercengang melihat wajah ku selama beberapa detik dan kemudian, ia berbisik 'Tidak mungkin.'

"......Desa rulid ini ada di ujung utara dari kerajaan utara. Pergi ke ibu kota di selatan, meskipun menggunakan kuda yang cepat masih akan memakan waktu satu minggu. Kalau berjalan, akan makan waktu dua hari untuk mencapai kota terdekat, Zakkaria. Mustahil untuk mencapai tempat itu bahkan kalau Aku meninggalkan desa pada sore hari saat hari istirahat."

"Kalau begitu...... kamu tinggal melakukan persiapan untuk perjalanan panjang......"

"Hey Kirito... Kamu kelihatannya seumuran dengan ku, kamu tidak diberikan Sacred Task di desa tempatmu tinggal? Menelantarkan Sacred Task dan pergi melakukan perjalanan bukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan, kan?"

"......B-Benar juga."

Sementara Aku mengangguk, Aku dengan waspada memperhatikan reaksi Eugeo.

Dari awal sudah jelas kalau anak ini bukan sekedar NPC. Dari ekspresinya yang berlimpah dan balasan nya yang natural, ia tidak bisa disebut apapun selain manusia asli.

Tapi pada saat yang sama, tindakannya sepertinya dibatasi oleh peraturan absolut yang lebih efektif dari pada hukum di dunia nyata. Ya, mirip dengan bagaimana NPC di VRMMO tidak bisa menyeleweng dari gerakan yang telah ditentukan.

Eugeo bilang ia tidak di tangkap karena ia tidak menginjakkan kaki di area yang dibatasi oleh «Taboo Index». Dengan kata lain, Index itu adalah peraturan absolut yang mengikat nya, mungkin hal itu adalah kontrol langsung kepada Fluctlight. Sementara Aku tidak tau apa Sacred Task nya..., bukan, apa pekerjaan nya, Aku tidak bisa membayangkan pekerjaan apa yang lebih penting dari hidup dan mati akan gadis yang selalu bersama nya sejak lahir.

Untuk memastikan nya, Aku dengan hati-hati memilih kata-kata dan bertanya pada Eugeo, yang sedang minum air dari botol minum,

"Umm, di desa tempat Eugeo tinggal, selain Alice-san, apakah ada orang lain yang melanggar Taboo...... Index dan dibawa ke ibu kota?"

Eugeo melebarkan matanya lagi, sebelum mengelap mulutnya dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada. Dalam 300 tahun sejarah desa Rulid, satu-satunya saat Integrity Knight datang ke desa adalah 6 tahun yang lalu, itu yang dikatakan Garitta-jiisan."

Setelah ia menyelesaikan kata-katanya, ia memberikan botol minum itu padaku. Aku menerimanya dan melepas tutup nya ayng seperti gabus setelah berterima kasih padanya. Aku kemudian mendekatkan nya ke mulutku dan meminum air itu, yang tidaklah dingin tapi ada aroma wangi, seolah-olah dicampur dengan lemon atau herbal. Setelah tiga tegukan, Aku mengembalikan botol itu kepada Eugeo.

Selagi Aku mengelap mulutku dengan ekspresi murni, bagian dalam dadaku seperti ditiup oleh badai rasa kaget yang entah berapa kali.

————Tiga ratus tahun!?

Tanpa hal yang disebut «Setting», tapi benar-benar berjalan selama periode yang lama, kalau begitu akselerasi sebenarnya dari fungsi FLA harusnya ratusan kali lipat...... atau mungkin sampai seribu kali. Kalau begitu, kalau tingkat akselerasi itu dimasukkan saat Test Dive terus menerus yang kulakukan pada minggu pertama, berapa lama Aku tinggal didalam? Pada saat yang sama Aku gemetar, lenganku terasa menggigil, tapi Aku tidak punya waktu untuk mengagumi reaksi psikologikal yang realistis itu.

Mendapat informasi yang lebih, misteri ini sepertinya mulai lebih ribet lagi. Apa sebenarnya Eugeo itu manusia, atau program? Dan juga, sebenarnya apa tujuan dunia ini diciptakan——

Aku tidak bisa tau lebih banyak dari hal ini tanpa pergi ke desa yang Eugeo bilang bernama Rulid dan membuat kontak dengan orang lain. Dari sana, bagus kalau Aku bisa bertemu orang dari RATH yang tau situasinya...... Memikirkan hal itu, Aku entah bagaimana dapat tersenyum sebelum berkata pada Eugeo,

"Terima kasih makanan nya. Tapi maaf yah Aku mengambil setengah dari bekal mu."

"Ah, jangan khawatir. Aku juga udah muak kok sama roti itu."

Ia membalas dengan senyuman yang sangat natural dan dengan cepat merapikan bungkusan bekal.

"Kalau begitu, maaf, tapi tunggu sebentar yah. Sampai Aku menyelesaikan pekerjaan siang ku."

Ucap Eugeo sambil berdiri dengan cepat, Aku kemudian bertanya,

"Oiya, pekerjaan Eugeo...... apa Sacred Task mu?"

"Ah, benar juga...... kamu tidak bisa melihatnya dari sana."

Eugeo tersenyum lagi sambil memberi isyarat. Aku menggelengkan kepalaku lalu berdiri dan berjalan mengitari batang pohon besar dibelakang nya itu.

Kemudian, karena lagi-lagi terkejut, mulutku terbuka lebar.

Pada batang pohon raksasa itu, yang hitam seperti kegelapan malam, ada potongan sekitar 20 persen atau lebih dari diameter nya —— sekitar semeter dalam nya. Kayu hitam didalam nya mengingatkan ku pada batu bara, lapisan yang tebal dari pohon itu mengkilap seperti logam.

Pandangan ku berpaling dari potongan itu menuju pada kapak yang bersender ke batang. Meskipun bentuk nya bermata-satu yang simpel dan gak digunakan untuk bertarung, mata kapak yang sangat besar dan gagang nya yang panjang itu keduanya dibuat dari material putih keabu-abuan yang sama. Menatap pancaran misterius itu, seperti stainless steel, Aku entah merasa kalau kapak itu dipahat dari satu bongkah bahan mentah.

Tangan kanan Eugeo memegang gagang kapak itu yang dilapisi oleh kulit hitam berkilau, dan ditaruh dipundak nya. Ia kemudian berjalan ke ujung kiri dari potongan satu setengah meter itu, melebarkan kaki nya, menurunkan pinggang nya, dan dengan kencang menguatkan pegangan nya di gagang itu.

Badan yang ramping itu membungkuk, kapak itu, yang ditarik jauh kebelakang, terdiam sejenak untuk mengumpulkan momentum sebelum merobek udara dengan tajam. Bilahnya, yang terlihat berat, dengan tepat mengenai bagian tengah dari potongan di pohon itu, *Gaan*! suara logam bernada tinggi terdengar sangat nyaring. Tak diragukan lagi, ini adalah sumber dari suara aneh yang membawa ku kesini. Suara pohon yang ditebang, intuisi asal ku ternyata benar.

Didepanku, yang sedang mengamati dengan kagum, bisa dibilang Eugeo mengatasi tubuhnya dengan sempurna, ia berulang-ulang mengayun kapak itu sambil mempertahankan ritme dan lintasan yang akurasinya melebih sebuah mesin. Mengembalikan kapak kebelakang memerlukan waktu dua detik, mengumpulkan tenaga satu detik, dan mengayun satu detik. Rangkaian tindakan nya sangat lancar seolah-olah sword skill juga ada di dunia ini.

Tepat 50 kali selama 4 detik tiap pukulan nya, kapak itu terus menghantam pohon selama 200 detik, dan setelah hantaman terakhir, Eugeo menarik kapak itu keluar dari potongan yang dalam dan menghela nafas panjang. Ia kemudian menyenderkan kapak itu di batang pohon dan duduk di akar didekatnya. Sekumpulan keringat di dahi nya bersinar karena kelelahan. Sementara Aku melihatnya, Aku berfikir kalau ternyata mengayun kapak itu lebih sulit dari pada yang kuduga.

Aku menunggu nafas nya kembali stabil sebelum bertanya,

"Jadi pekerjaan mu...... bukan, Sacred Task mu adalah «Penebang pohon»? Menebang pohon di hutan ini?"

Mengambil sapu tangan dari kantung baju nya dan mengelap keringatnya, Eugeo memiringkan kepalanya sedikit dan membalas setelah berfikir sejenak.

"ngg... yah, bisa dibilang seperti itu. Tapi pohon yang berhubungan dengan Sacred Task yang telah kulakukan selama 7 tahun untuk menebangnya hanyalah pohon ini."

“Ehh?”

"Nama dari pohon raksasa ini adalah «Gigas Cedar» dalam 'Bahasa Sakral'. Tapi para orang tua di desaku memanggilnya pohon iblis."

......Bahasa Sakral? Gigas......Cedar......?

Eugeo memberikan senyuman pengertian terhadap ku, yang sedang ragu, sambil menunjuk tegak keatas kearah puncak pohon yang tinggi.

"Alasan mengapa mereka memanggilnya seperti itu karena pohon itu menyerap semua anugrah Terraria dari sekeliling tanah. Jadi gak ada yang hidup dibawah pohon ini selain lumut, dan pohon-pohon dibawah bayangan nya tidak akan tumbuh tinggi juga."

Terraria, sementara Aku tidak tau apa itu, sepertinya kesan pertamaku setelah melihat pohon dan ruangan terbuka ini tidak lah salah. Aku mengangguk dan menunggu kata-kata berikutnya.

"Para orang dewasa di desa ku ingin memperluas ladang gandum ke hutan ini. Tapi itu sia-sia selama pohon ini masih berdiri. Jadi mereka ingin menebangnya, tapi yah membang hebat pohon iblis ini, batang nya benar-benar sangat keras. Kalau menggunakan kapak besi biasa, bilah nya akan hancur dan tidak akan bisa digunakan lagi hanya dengan satu pukulan. Karena itulah, mereka mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memesan kapak ini, yang dipahat dari tulang naga kuno, dari ibu kota, dan menunjuk «Petugas memotong» kepada seseorang untuk terus memotong pohon ini setiap hari. Dan orang itu adalah Aku."

Aku memutar pandangan ku antara Eugeo, yang mengatakan hal itu, dan 1/4 potongan di pohon raksasa itu.

"......Kalau begitu, dalam 7 tahun terakhir ini, kamu mencoba untuk memotong pohon ini setiap hari, dan kamu hanya memotongnya sejauh ini?"

Kali ini Eugeo melebarkan matanya dan menggelengkan kepalanya karena terkejut.

"Tidak mungkin. Kalau potongan ini hanya memerlukan waktu 7 tahun, kalau begitu Aku akan sedikit lebih bersemangat. Dengar, Aku adalah generas ketujuh dari penebang pohon ini. Sejak Rulid ditemukan di tanah ini, selama 300 tahun, perwakilan tiap generasi menjadi penebang pohon dan datang kesini setiap hari. Mungkin, perkembangan saat Aku menjadi kakek-kakek dan mewariskan kapak ini kepada generasi kedelapan akan......"

Eugeo menggunakan kedua tangan nya untuk membuat renggangan sekitar 20 centimeter lebarnya.

"Sekitar segini, mungkin."

Aku bahkan tidak mengeluarkan nafas ku lagi.

Di MMO genre fantasy, meskipun pekerjaan pengrajin dan pekerja tambang biasanya dikenal sebagai pekerjaan yang membutuhkan ketahanan dalam bekerja tanpa kenal lelah, menghabiskan waktu seumur hidup dan masih tak bisa memotong satu pohon sangatlah berlebihan. Karena dunia ini adalah dunia buatan, pasti pohon ini ditaruh disini karena niat seseorang, meskipun untuk tujuan apa, Aku masih gak tau sekarang.

——Tapi, demikian, Aku merasakan sedikit gatal seperti ada sesuatu yang merayap di punggung ku.

Sebagian karena dorongan hati, Aku berkata pada Eugeo, yang berdiri dan memegang kapak setelah ia istirahat selama tiga menit.

"Hei, Eugeo...... boleh tidak Aku mencobanya sebentar?"

“Eh?”

"Um, Aku memakan setengah bekal mu. Jadi Aku harus menggunakan otot ku untun membantu setengah pekerjaan mu juga, kan?"

Aku merasa seolah-olah ini pertama kalinya Aku menawarkan untuk membantu seseorang melakukan pekerjaan nya —— mulut Eugeo terbuka sedikit, tapi kemudian dengan ragu menjawab,

"Hmm...... yah, meskipun tidak ada peraturan tentang melarang seseorang untuk membantu Sacred Task mu...... yah, ini benar-benar sulit. Waktu pertama kali, Aku bahkan tidak bisa mengenainya dengan tepat."

"Kita tidak akan tau sebelum dicoba, kan?"

Sembari Aku menyengir, Aku membentangkan tangan kanan ku dan memegang gagang dari «Dragon Bone Axe» yang Eugeo pegang sementara ia masih menunjukkan ekspresi yang ragu.

Kapak ini ternyata berat, meskipun penampilannya terlihat seperti dibuat dari tulang, dan membuat tangan kanan ku berat. Aku segera menggenggam pegangan kulit dengan kedua tangan ku dan mengayun sekali untuk mengecek keseimbangan nya.

Meskipun Aku tidak pernah menggunakan kapak sebagai senjata utama ku di SAO dan ALO, Aku seharusnya bisa mengenai target yang diam tanpa masalah. Aku berdiri di sisi kiri dari potongan yang dalam itu, dan kemudian meniru pose yang dilakukan Eugeo dengan melebarkan kaki ku dan sedikit menurunkan pinggang ku.

Eugeo masih menunjukkan ekspresi ragu, tapi pada saat yang sama ia juga terlihat senang. Setelah Aku memastikan kalau ia udah lumayan jauh, Aku mengangkat kapak ini keatas bahu ku, dan kemudian mengeraskan gigi ku dan menaruh kekuatan ke lengan ku sebanyak-banyak nya, sebelum mengayun kapak ini, mengincar tengah-tengah dari potongan yang dalam di batang Gigas Cedar itu.

*Gagi*, dengan suara yang tumpul, mata kapak itu mengenai tempat yang sekitar 5 centimeter jauhnya dari potongan di pohon itu. Kilatan oranye tersebar sementara arus balik yang keras menyerang tangan ku. Aku gak bisa menahan nya dan menjatuhkan kapak itu, sebelum menaruh kedua lengan, yang kesemutan sampai tulang, keantara kedua kaki ku dan mengerang,

“A-Adudududuh.”

Melihatku yang bahkan tak bisa melantarkan satu pukulan, 'Ahahaha......' Eugeo tertawa bahagia. Saat Aku memalingkan pandangan penuh celaan ku kearah nya, 'Maaf,' ia mengisyaratkan tangan kanan nya, tapi masih terus tertawa.

"......Kamu tidak perlu tertawa begitu kan......"

"Hahaha...... maaf maaf. Kirito, kamu bukan menggunakan tenaga dari lengan dan pinggang mu. Tapi kamu harus menggunakan tenaga dari seluruh tubuh mu...... hmm, gimana yah jelasin nya......"

Sementara melihat Eugeo mengulang gerakan mengayun kapak dengan lambat, Aku terlambat menyadari kesalahan ku. Mungkin hukum ketat fisika dan konsentrasi otot tidak berlaku di dunia ini. Secara ini adalah mimpi realistis yang diciptakan dengan STL, yang paling penting disini adalah kekuatan imajinasi ku.

Akhirnya setelah kesemutan telah pergi dari tangan ku, Aku mengambil kapak itu.

"Lihat saja, kali ini Aku pasti akan mengenai nya......"

Sembari menggerutu, kali ini Aku mencoba sekeras mungkin agar tidak memikirkan tentang tenaga. Aku terus fokus kepada gerakan seluruh badan ku dengan kesadaran ku sementara Aku membuat gerakan menggambar yang besar dan pelan. Sebelum memasuki gerakan serangan swrod skill tipe tebasan horizontal, «Horizontal» yang kugunakan berkali-kali di SAO, Aku mengeluarkan tenaga dari memutar pinggangku yang ditambah dengan momentum berputar dari bahu ku dan mengalir melewati lengan ku menuju bilah kapak... dan membenturkan nya ke pohon——

Kali ini Aku mengenai kulit kayu yang jauh dari potongan,*gain*, lagi-lagi, kapak itu mental setelah mengeluarkan suara yang tidak enak didengar. Namun, tangan ku tidak kesemutan lagi seperti sebelumnya, sepertinya Aku telah sepenuhnya mengacuhkan akurasi karena Aku terlalu fokus pada gerakan tubuh ku. Saat ini juga, Eugeo sepertinya mendapatkan banyak hal untuk ditertawakan, Aku menengokkan kepalaku selagi berfikir seperti itu, tapi tak terduga ternyata Eugeo menampilkan wajah yang serius dan memberikan komentar,

"Oo...... Kirito, yang tadi tidak buruk juga. Tapi, kamu tidak memperhatikan kapak mu saat mengayun. Pandangan mu tidak boleh goyah dari pusat potongan. Coba lagi sebelum kamu lupa!"

"O-Oke."

Yang berikutnya juga kasar. Tapi setelah itu, Eugeo masih memberikan saran kesana kemari selagi Aku terus mengayunkan kapak, Aku lupa butuh berapa kali ayunan sebelum akhirnya berhasil membua suara logam bernada tinggi dan mengenai pusat potongan, mengeluarkan suatu pecahan hitam yang kecil.

Setelah Aku bergantian dengan Eugeo dan mendapat kesempatan untuk melihat 50 tebasan sempurna nya. Kemudian Aku mengambil kapak nya dan menebas 50 kali lagi.

Kami mengulang nya beberapa kali, dan tanpa sadar, matahari sudah mulai terbenam, dan ruangan terbuka ini dipenuhi cahaya oranye yang agak kabur. Selagi Aku meminum tegukan terakhir dari botol minum yang besar, Eugeo menyelesaikan tebasan terakhirnya, dan kemudian berkata,

"Oke...... sekarang sudah 2000 tebasan."

"Eh, udah sebanyak itu?"

"Yep. 500 dari ku, dan 500 lagi darimu. Digabungkan dengan saat pagi hari, menghantam Gigas Cedar 2000 kali setiap hari, itu adalah Sacred Task ku."

"2000 kali......"

Aku melihat kearah potongan besar di pohon hitam raksasa itu lagi. Tak peduli bagaimanapun kulihat, potongan itu tidak bertambah dalam sejak saat kami memulainya. Benar-benar pekerjaan yang tidak ada untungnya, sementara Aku heran, suara riang Eugeo datang dari belakang.

"Sebenarnya, otot Kirito cukup bagus. Pada 50 pukulan terakhir, kamu membuat dua... tiga suara yang bagus. Berkat kamu, hari ini Aku banyak bersenang-senang."

"Eh...... tapi seharusnya akan lebih cepat selesai kalau Eugeo melakukannya sendirian. Maaf, seharusnya Aku membantu mu tapi Aku malah menghambatmu......"

Aku meminta maaf dengan malu, tapi Eugeo hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Bukannya Aku sudah bilang kalau Aku tidak bisa menebang pohon ini seumur hidup ku? Karena setengah dari potongan yang kita lakukan hari ini akan pulih pada malam hari...... Oh iya, Aku akan menunjukkan mu sesuatu yang bagus. Meskipun seharusnya Aku gak boleh membuka ini terlalu sering."

Sementara ia berkata begitu, Eugeo mendekati pohon raksasa dan menjulurkan tangan kiri nya. Setelah ia menggunakan kedua jari untuk membentuk simbol, ia menyentuh kulit hitam dari pohon itu.

Oh, jadi pohon ini juga mempunyai durability toh, Aku berlari menuju Eugeo saat memikirkan nya. Bersamaan dengan suara yang seperti bel, status window itu keluar, bukan, Stacia Window», Aku mengintipnya bersama Eugeo.

“Ue……”

Aku mengerang karena reflek setelah melihatnya. Nilai yang muncul di window itu adalah 232.000, jumlah yang tidak masuk akal.

"Hmmm, ini sekitar 50 lebih sedikit dibanding saat Aku melihatnya bulan lalu, huh......"

Tentu saja, Eugeo mengatakan nya dengan nada yang lelah.

"Kirito, ini berarti...... meskipun Aku menghabiskan waktu setahun penuh menghantam nya, Life Gigas Cedar ini hanya akan berkurang sekitar 600. Pada saat Aku pensiun, masih akan ada 200.000 lagi yang tersisa. Sekarang kamu mengerti kan...... hanya setengah hari kemajuan nya berlambat bukanlah masalah besar. Toh lawan ku bukan sekedar pohon biasa, tapi adalah «pohon cedar raksasa»."

Saat Aku mendengar kata-kata itu, Aku sekarang mengerti asal nama dari Gigas Cedar. Itu adalah kombinasi dari bahasa Latin dan Inggris. Kata-kata itu bukan terputus di Giga, tapi Gigas, Gigas Cedar...... pohon cedar raksasa.

Dengan kata lain, anak yang berdiri dibelakang ku, selain bericara dengan menggunakan bahasa Jepang; bahasa Inggris dan bahasa lainnya juga digunakan dalam sejenis mantra, «Bahasa Sakral». Kalau begitu mungkin ia tidak sadar kalau ia berbicara dalam bahasa Jepang. Bahasa Underworld...... bukan, bahasa kerajaan Norlangarth? Tapi tunggu sebentar, tadi dia menyebut roti itu «Pan». Pan mungkin bukan kata-kata dalam bahasa Inggris...... bahasa Portugis? Atau Spanyol?

Selagi Aku berfikir macam-macam, tanpa sadar, Eugeo sudah selesai beres-beres dan berkata,

"Kirito, maaf menunggu nama. Ayo kembali ke desa."


Setelah itu, sambil memanggul Dragon Bone Axe, dan menenteng botol minum yang kosong, selagi kami berjalan kembali ke desa, Eugeo dengan riang berbicara tentang banyak hal. Tentang pendahulunya, orang tua bernama Garitta yang terbiasa menggunakan kapak; tentang bagaimana ia agak jengkel kepada anak-anak yang seumuran dengan nya didesa menganggap kalau Sacred Task milik Eugeo itu gampang; sementara Aku tetap merespon ceritanya, pikiran ku masih fokus kepada pikiran yang sama.

Yaitu pertanyaan tentang maksud dunia ini diciptakan, dan bagaimana dunia ini diperasikan.

Untuk memeriksa teknologi «Mnemonic Visual» milik STL? Kalau begitu hal itu sudah mencapai kesempurnaan. Secara Aku sudah merasakan kalau dunia ini sangat susah dibedakan dengan dunia nyata.

Mengenai urusan waktu di dunia ini, setidaknya sudah berjalan selama 300 tahun, yang mengerikan adalah pohon raksasa itu —— mempertimbangkan jumlah kerja keras Eugeo sangat berbanding terbalik dengan durability milik Gigas Cedar, kupikir pohon itu akan terus ada sampai hampir mencapai 1000 tahun.

Sementara Aku gak tau batas akselerasi yang bisa dicapai dari fungsi FLA, pada kasus terburuk nya, orang yang Dive kedalam dunia ini dengan ingatan yang diblokir bisa saja menghabiskan seluruh hidupnya disini. Dan pastinya tidak mungkin akan menyebabkan bahaya kepada otot di dunia nyata, dan memorinya di blok sampai Dive itu selesai, orang itu mungkin akan merasa seperti telah mengalami «Mimpi panjang» —— namun, apa yang akan terjadi dengan jiwa, dengan Fluctlight yang mengalami mimpi itu? Kumpulan kuantum cahaya yang membuat kesadaran manusia, bukannya juga mempunyai batas usia?

Tak peduli bagaimanapun Aku pikirkan, hal yang telah dilakukan terhadap dunia ini terlalu berlebihan, tak masuk akal, dan tak berperasaan.

Dengan berani melawan bahaya itu, pasti ada tujuannya —— tapi apa? Di Dicey Cafe, Sinon bilang, untuk membuat ruang virtual yang realistis, tapi sudah ada AmuSphere kan? Pasti ada «Something» yang hanya bisa dicapai dengan menghabiskan waktu yang tak terhingga di dunia virtual yang bisa menyamai level dunia nyata——

Aku tiba-tiba mengangkat wajah ku, Aku bisa melihat cahaya oranye tersebar dicelah hutan didepan jalan yang sempit ini. Di celah jalanan dekat pintu keluar, ada bangunan yang terlihat seperti tempat penyimpanan berdiri disana. Eugeo berjalan menujunya dan dengan santai membuka pintunya. Aku mengintipnya dari belakang, disana ada beberapa kapak besi biasa, alat tajam yang kecil yang kelihatan seperti machete[4], dan sekumpulan alat-alat seperti tali dan ember, diantaranya, ada pak kulit panjang yang Aku gak tau apa isinya.

Eugeo menaruh «Dragon Bone Axe» diantaranya, dan menutup pintu. Saat ia berbalik kebelakang dan kembali ke jalanan, Aku segera bertanya,

"Eh, apa tidak apa-apa pintunya tidak dikunci? Kapak itu sangat penting, kan?"

Eugeo melebarkan matanya karena terkejut.

"Dikunci? Kenapa?"

"Kenapa... bagaimana kalau dicuri......"

Aku mengatakannya sampai kemudian akhirnya sadar. Tidak ada pencuri disini. Karena, pasti ada peraturan akan larangan mencuri yang tertulis di «Taboo Index» yang ia sebut tadi. Kepadaku yang menyela kalimatku sendiri, Eugeo membuat wajah serius dan memberikan jawaban yang kuharapkan,

"Tidak mungkin hal seperti itu terjadi. Karena hanya Akulah yang membuka tempat penyimpanan ini."

'Itu benar,' sembari merespon dengan mengangguk, sebuah pertanyaan melintas dipikiranku.

"Err, tapi...... bukannya tadi kamu bilang ada penjaga di desa? Kalau tidak ada pencuri, untuk apa pekerjaan itu dibutuhkan?"

"Bukannya sudah jelas? Untuk melindungi desa dari pasukan kegelapan."

"Pasukan...... kegelapan......?"

"Lihat kesana, kamu bisa melihatnya, kan?"

Kami baru saja berjalan melewati pohon terakhir saat Eugeo mengangkat tangan kanan nya.

Didepan mataku adalah ladang gandung. Ladang itu masih muda, padi nya yang hijau dan masih berkembang berayun-ayun karena terkena angin. Pemandangan yang sangat memuaskan, di mentari petang yang terlihat seperti lautan. Jalan ini meregang ke bidang kelok-kelok dari ladang itu, dimana Aku melihat bukit yang menjulang jauh didepan. Saat Aku fokus pada bukit yang dikelilingi oleh pepohonan, Aku melihat bangunan bertekstur pasir berkumpul dan ada menara tinggi yang terlihat jelas ditengah nya. Sepertinya, disitu adalah tempat dimana Eugeo tinggal, desa Rulid.

Tapi yang ditunjuk Eugeo jauh melebihi desa itu —— ia menunjuk kearah garis putih murni dari deretan pegunungan di kejauhan sana. Pegunungan yang tinggi kelihatan melebar ke ujung kiri dan kanan dari pandangan ku.

"Itu adalah «Mountain range at the Edge». Di sisi lainnya adalah tempat dimana cahaya Solus tidak bisa mencapai nya, tanah kegelapan. Meskipun pada siang hari, langit akan tetap diselimuti awan hitam, cahaya dari surga berwarna merah seperti darah. Tanahnya, pohon-pohonnya, semuanya hitam seperti batu bara......"

Eugeo kelihatannya memanggil kembali suatu kejadian jauh dimasa lalu, berhubung suaranya menjadi lemah dan gemetar.

"......Yang tinggal di tanah kegelapan adalah demi-human terkutuk seperti goblin dan orc, bersama dengan monster mengerikan lain nya...... dan juga, ksatria kegelapan yang menaiki naga hitam. Tentu saja, Integrity Knight yang melindungi pegunungan telah mencegah mereka dari melakukan invasi, tapi kadang-kadang, beberapa sepertinya dapat menyelip ke gua bawah tanah. Tapi Aku belum pernah melihatnya sih. Dan juga, menurut legenda Gereja Axiom...... 1000 tahun sekali, saat cahaya Solus melemah, pasukan kegelapan yang dipimpin oleh ksatria kegelapan akan menyebrangi pegunungan dan memulai serangan mereka melawan kita. Pada perang besar tersebut, para penjaga di seluruh desa, di seluruh kota dan ksatria di pasukan kerajaan akan dipimpin oleh Integrity Knight untuk bertarung melawan pasukan monster itu."

Sembari memiringkan kepalanya karena ragu, Eugeo bertanya,

"......Itu adalah dongeng yang bahkan anak kecil di desa pun tau. Apa Kirito juga lupa akan dongeng ini?"

"I-Iya, kurasa Aku pernah mendengarnya sebelumnya...... tapi... sedikit berbeda detail nya, mungkin."

Aku dengan takut mencoba menghindari pertanyaan nya, ekspresi Eugeo berganti menjadi senyuman yang sepertinya tak mempunyai keraguan, sebelum mengangguk.

"Oh begitu...... Mungkin, bisa jadi kalau Kirito bukan dari Norlangarth melainkan dari tiga kerajaan lain nya."

"Mu-Mungkin saja."

Selagi Aku mengangguk, Aku mencoba menghindari topik yang berbahaya ini dan menunjuk kearah bukit yang sudah dekat.

"Itu desa Rulid, kan? Dimana rumah mu?"

"Yang kita lihat sekarang adalah gerbang selatan, rumah ku ada didekat gerbang barat, jadi kita tidak bisa melihatnya dari sini."

"Hmm. Menara tertinggi itu... gereja...... Suster Azariya?"

"Yep, kau benar."

Aku memfokuskan pandangan ku ke puncak menara, ada simbol yang merupakan kombinasi dari silang dan lingkaran.

"Itu entah kenapa... terlihat lebih elegan dari yang kupikirkan. Orang sepertiku benar-benar bisa tinggal disana?"

"Jangan khawatir. Suster Azariya benar-benar orang yang baik."

Mungkin tidak akan mudah, tapi kalau Azariya-san mempunyai keyakinan yang sama dengan hakiki kebaikan pada orang lain seperti Eugeo, tak akan ada masalah yang terjadi kalau Aku memberikan respon yang bijaksana. Tapi, saat ini Aku adalah pria yang kurang pengetahuan tentang dunia ini.

Idealnya, kalau Suster Azariya adalah seorang pengamat dari RATH, akan mudah ceritanya. Tapi mungkin, petugas yang tujuannya menjadi pengamat seharusnya tidak diberikan peran penting seperti menjadi kepala desa atau suster. Kemungkinan kalau pengamat itu merupakan salah satu dari penduduk sipil biasa lebih besar, Aku harus menemukan nya dengan cara apapun.

Tapi itu hanya kalau mereka benar-benar menempatkan pengamat di desa yang kecil ini...... sembari khawatir, Eugeo dan Aku menyebrangi jembatan batu yang berlumut yang merentang melewati jalan air yang sempit, dan menginjakkan kaki kedalam «desa Rulid».

Bagian 3

"Ini bantal dan selimut. Jika udaranya terasa sangat dingin, masuklah lebih ke dalam rumah. Ibadah pagi dilakukan jam 6, dan sarapan dilakukan jam 7. Kau harus ikut, jadi cobalah untuk bangun lebih pagi. Selain itu, dilarang pergi keluar setelah lampu dimatikan. Tolong ingat itu baik-baik."

Sebuah bantal dan selimut dari wol terbang ke arahku bersamaan dengan suara itu, dan aku cepat-cepat menggapai bantal dan selimut itu tanda menerimanya.

Aku duduk di atas tempat tidur, dan orang yang ada di depanku adalah seorang gadis yang terlihat berumur duabelas. Dia mengenakan pakaian berwarna hitam dan berkerah putih, dan rambutnya yang berwana teh cerah tumbuh hingga pinggangnya. Matanya yang berwarna sama dengan rambutnya bergerak sebagaimana biasanya, tetapi dia terlihat berubah menjadi seseorang yang benar-benar berbeda ketika dia mulai berada dalam kepribadian sisternya.

Gadis yang dipanggil Selka ini merupakan seorang sister magang yang tinggal di gereja untuk belajar suatu teknik suci. Aku tidak tahu kalau dia juga ditugaskan untuk menjaga laki-laki dan gadis kecil lainnya yang juga tinggal di gereja pada saat dia berbicara kepadaku layaknya seorang kakak atau ibu. Aku hanya dapat tersenyum dan bersabar.

"Jadi, adakah hal lain yang tidak kau mengerti?"

"Tidak, tidak ada. Terima kasih."

Mendengar aku berterima kasih kepadanya, ekspresi Selka sedikit lebih santai, tetapi secara cepat kembali masam lagi.

"Jadi, Selamat malam—kau tahu cara mematikan lampu, kan?"

"...Ahh. Selamat malam, Selka."

Selka mengangguk lagi dan keluar ruangan. Pakaiannya terlihat sedikit kebesaran. Aku menunggu suara langkah kakinya menjauh sebelum melepaskan desahan berat yang panjang.

Tempat aku berada adalah sebuah ruangan di lantai dua sebuah gereja yang jarang digunakan. Lebarnya kira-kira sebanyak 6 buah tatami, dan ruangan tersebut mempunyai sebuah tempat tidur yang terbuat dari besi cor, sebuah meja dan kursi, sebuah rak buku kecil, dan sebuah lemari. Aku meletakkan selimut wol dan bantal yang sebelumnya berada di kakiku ke atas tempat tidur, meletakkan kedua tanganku di belakang kepalaku dan berbaring di atas tempat tidur. Lampu yang berada di atas kepalaku mengeluarkan suara berderit ketika bergoyang.

"Apa yang sebenarnya terjadi..."

Apa yang terjadi? Aku mengulang-ulang kalimat ini di hatiku dan mengingat kembali semua yang terjadi semenjak aku pergi ke desa ini.

Eugeo membawaku ke desa ini, dan kami pertama-tama pergi ke Tempat Penjagaan di dekat gerbang. Di sana ada seorang lelaki muda yang seumuran Eugeo yang dipanggil Jink, dan dia menatapku dengahn curiga pada awalnya, tetapi setelah mendengar bahwa aku adalah seorang «Anak Hilang karena Vector», dia langsung memperbolehkanku masuk.

Tapi ketika Eugeo memberikan penjelasan, mataku hanya tertuju pada sebuah pedang yang berada di pinggang Jink, dan benar-benar tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Aku ingin sekali meminjam pedang yang agak tua itu darinya dan mencoba apakah aku yang di dunia ini —atau lebih tepatnya, keahlian Kirito sang ahli pedang virtual masih berguna. Tak dapat dipungkiri bahwa aku memiliki hasrat tersebut, tetapi aku akhirnya dapat mengendalikan keinginan tersebut.

Eugeo dan aku kemudian meninggalkan Tempat Penjagaan tersebut, dan aku menahan diriku dari tatapan penuh curiga para penduduk desa ketika aku berjalan di jalan desa. Aku terus mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti 'siapa dia', ketika Eugeo berhenti untuk memberikan penjelasan kepada semuanya. Kami menghabiskan sekitar 30 menit berjalan sebelum mencapai alun-alun pusat desa ini. Di tengah perjalanan, kami bahkan bertemu seorang wanita tua yang membawa keranjnag besar, dan dia kemudian berkata sesuatu seperti 'benar-benar anak yang malang' ketika dia melihat kami dan mengambil sebuah apel (atau apapun yang terlihat seperti itu) dan memasukkannya ke tanganku, membuatku merasa sedikit bersalah.

Matahari hampir terbenam di bawah horison ketika kami sampai di gereja yang di bangun di atas bukit. Kami mengetuk pintu, dan seorang sister muncul. Dia adalah Sister Azariya. Aku menatapnya, dan langsung teringat pada Michin-sensei yang muncul di «Little Princess». "INI TIDAK MUNGKIN!" Aku berteriak dalam hatiku. Namun, Sang Sister langsung membawaku masuk, yang sebenarnya tak pernah kukira, dan bahkan menyuguhiku makanan.

Setelah sepakat untuk bertemu esok hari, aku mengucapkan selamat tinggal kepada Eugeo dan masuk ke dalam. Setelah berkenalan dengan Selka, si sulung, dan 6 anak lainnya yang lebih muda darinya, kami duduk di sebuah meja makan yang indah (Makanan yang disajikan ialah kentang yang terlihat seperti ikan goreng). Setelah makan, aku diinterogasi oleh mereka, dan ini semua sudah kuperkirakan. Setelah aku menjawab semua pertanyaan mereka, 3 orang anak mengajakku untuk mandi bersama...seperti itulah, aku melewati semua cobaan , dan sekarang, aku akhirnya bebas sebagaimana aku berbaring di tempat tidur di kamar tamu ini — itulah yang terjadi padaku sampai saat ini.

Bagian 4

Bagian 5

Bagian 6

Referensi

  1. equipment standar yang biasanya diperoleh di awal game fantasy-RPG. atau bisa saja 'wooden sword'
  2. suster disini bukan suster perawat yang ada di rumah sakit, melainkan suster yang ada di gereja
  3. kalimat yang biasa orang jepang katakan sebelum makan
  4. sejenis pisau panjang