Difference between revisions of "Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Prolog I"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 48: Line 48:
 
————————''Tiga ratus tahun!''
 
————————''Tiga ratus tahun!''
   
Pada saat itu, hal itu adalah waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh Eugeo, yang baru saja mencapai ulang tahunnya yang kesepuluh. Tentu saja, hal itu tidak berubah bahkan meskipun dia sekarang berumur sebelas tahun. Apa yang entah bagaimana dia mengerti adalah, dari waktu orang tuanya, kakek neneknyanya, waktu sebelum itu, dan bahkan jauh sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang yang melakukan tugas ini dapat dikatakan tidak terbatas, dan hasilnya hanyalah luka bekas tebangan yang kurang dari satu mel dalamnya.
+
Pada saat itu, hal tersebut adalah waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh Eugeo, yang baru saja mencapai ulang tahunnya yang kesepuluh. Tentu saja, hal itu tidak berubah bahkan meskipun dia sekarang berumur sebelas tahun. Apa yang entah bagaimana dia mengerti adalah, dari waktu orang tuanya, kakek neneknyanya, waktu sebelum itu, dan bahkan jauh sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang yang melakukan tugas ini dapat dikatakan tidak terbatas, dan hasilnya hanyalah luka bekas tebangan yang kurang dari satu mel dalamnya.
   
 
Kenapa menebang pohon besar itu sangatlah penting? Alasannya dijelaskan oleh kepala desa dengan nada berat.
 
Kenapa menebang pohon besar itu sangatlah penting? Alasannya dijelaskan oleh kepala desa dengan nada berat.
Line 60: Line 60:
 
Kepala desa menyelesaikan bercerita tentang misi ini ini dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa tidak nyaman, sehingga dia bertanya, mengapa mereka tidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan membuka hutan lebih jauh ke selatan.
 
Kepala desa menyelesaikan bercerita tentang misi ini ini dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa tidak nyaman, sehingga dia bertanya, mengapa mereka tidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan membuka hutan lebih jauh ke selatan.
   
Kepala desa menjawab dengan suara yang bergetar bahwa menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka, pekerjaan itu telah berubah menjadi kebiasaan desa untuk memberikan tugas ini kepada dua orang. Kemudian Kirito, yang memiringkan kepalanya sementara bertanya dengan keras kenapa leluhur mereka memilih untuk membangun desa di tempat ini sejak awal. Kepala desa kehilangan kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi sangat marah dan memukul kepala Kirito dan bahkan kepala Eugeo dengan tangannya.
+
Kepala desa menjawab dengan suara yang bergetar bahwa menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka, pekerjaan itu telah berubah menjadi kebiasaan desa untuk memberikan tugas ini kepada dua orang. Kemudian Kirito, yang memiringkan kepalanya sementara bertanya-tanya dengan keras kenapa leluhur mereka memilih untuk membangun desa di tempat ini sejak awal. Kepala desa kehilangan kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi murka dan memukul kepala Kirito dan bahkan kepala Eugeo dengan tangannya.
   
 
Sudah satu tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe dan menantang Gigas Cedar. Tetapi, kelihatannya dikarenakan tangan mereka yang belum dewasa, ayunan kapak mereka tidak dapat membuat potongan yang dalam ke batang kayu. Bekas tebangan di batang kayu yang sampai sekarang ada adalah hasil kerja keras selama tiga ratus tahun, jadi cukup normal jika kerja keras dua anak muda tidak membuat perbedaan yang besar, mereka tidak dapat merasakan pencapaian apapun dari hasil kerja mereka.
 
Sudah satu tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe dan menantang Gigas Cedar. Tetapi, kelihatannya dikarenakan tangan mereka yang belum dewasa, ayunan kapak mereka tidak dapat membuat potongan yang dalam ke batang kayu. Bekas tebangan di batang kayu yang sampai sekarang ada adalah hasil kerja keras selama tiga ratus tahun, jadi cukup normal jika kerja keras dua anak muda tidak membuat perbedaan yang besar, mereka tidak dapat merasakan pencapaian apapun dari hasil kerja mereka.
   
Tidak————perasaan mereka, tidak hanya tidak dapat terlihat, perasaan depresi mereka yang kelihatannya terbentuk dengan jelas terlihat di kenyataan juga.
+
Tidak————perasaan mereka, tidak hanya dapat terlihat, bentuk depresi mereka kelihatannya dapat dibuktikan di dalam kenyataan juga.
   
Kirito, berdiri di samping Eugeo sementara menatap pada Gigas Cedar tanpa mengatakan apapun,terlihat memikirkan hal yang sama, lalu dia berjalan dengan cepat menuju pohon sementara mengulurkan tengan kirinya.
+
Kirito, berdiri di samping Eugeo sambil menatap tanpa kata pada Gigas Cedar, terlihat memikirkan hal yang sama, lalu dia berjalan dengan cepat menuju pohon sementara mengulurkan tengan kirinya.
   
"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan sering melihat «Life» pohon itu, bukan?"
+
"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan sering mengintip «Life» pohon itu, bukan?"
   
Eugeo dengan cepat memanggilnya, tapi Kirito hanya menatapnya dengan senyuman jahil yang terlihat di ujung mulutnya.
+
Eugeo dengan cepat memanggilnya, tapi Kirito hanya menatapnya dengan senyuman jahil yang terlihat di sudut mulutnya.
   
 
"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, ini tidak lagi terlalu sering, hanya kadang-kadang."
 
"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, ini tidak lagi terlalu sering, hanya kadang-kadang."
   
"Selalu seperti itu, huh, aku tidak dapat melakukan apapun kalau begitu...Oi, tunggu aku, biarkan aku melihatnya juga."
+
"Selalu seperti ini, huh, mau bagaimana lagi...Oi, tunggu, biarkan aku melihatnya juga."
   
Eugeo yang akhirnya mulai tenang segera berdiri dengan gerakan yang sama seperti Kirito sebelumnya dan berlari menuju ke samping patnernya.
+
Eugeo yang tubuhnya akhirnya mulai tenang segera berdiri dengan gerakan yang sama seperti Kirito sebelumnya dan berlari menuju ke samping patnernya.
   
"Sudah siap? Aku akan membukanya sekarang."
+
"Siap? Buka sekarang."
   
Kirito mengatakannya suara nada rendah, tangan kirinya terulur ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terulur keluar, sedangkan jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang merayap tergambar di udara di saat sebelumnya. Itu adalah simbol dasar dari pengabdian terhadap Dewi Penciptaan.
+
Kirito mengatakannya suara nada rendah, tangan kirinya terulur ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya merenggang keluar, sedangkan jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang merayap tergambar di udara di hadapan mereka. Itu adalah simbol dasar dari pengabdian dari dewa penciptaan.
   
 
Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito dengan segera menyentuh kulit kayu dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara ketukan pelan seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal dari bermain dengan peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu cahaya kecil dari kotak window itu keluar dari batang pohon.
 
Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito dengan segera menyentuh kulit kayu dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara ketukan pelan seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal dari bermain dengan peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu cahaya kecil dari kotak window itu keluar dari batang pohon.
   
Semua di dunia ini, tidak peduli apakah benda itu dapat bergerak atau tidak, memiliki keberadaan yang dikuasai oleh Dewi Pencipta Stacia dalam bentuk «Life». Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit «Life», kucing dan kuda memiliki lebih banyak, dan manusia memiliki «Life» yang jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan lumut yang menutupi batu memiliki «Life» yang lebih banyak dari manusia. Semuanya memiliki satu persamaan, Itu terus meningkat setelah lahir, dan saat itu mencapai puncaknya, itu terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan atau manusia berhenti bernafas, tanaman menjadilayu, dan bebatuan menjadi hancur.
+
Semua di dunia ini, tidak peduli apakah benda itu dapat bergerak atau tidak, memiliki keberadaan yang dikuasai oleh dewa pencipta Stacia dalam bentuk «Life». Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit «Life», kucing dan kuda memiliki lebih banyak, dan manusia memiliki «Life» yang jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan lumut yang menutupi batu memiliki «Life» yang lebih banyak dari manusia. Dalam semua bentuk, life mempunyai satu kesamaan : dia terus meningkat setelah lahir, dan saat mencapai puncaknya, dia terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan atau manusia berhenti bernafas, tanaman menjadi layu, dan bebatuan menjadi hancur.
   
«Stacia Window» adalah dimana sacred text dari Life yang tersisa tertulis. Itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan. Sementara sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput dan kerikil,itu entah mengapa cukup sulit untuk melakukannya pada hewan, dan untuk manusia, itu tidak mungkin mengeluarkannya jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sacred art sebelumnya.————Di sisi ini, itu akan sedikit menakutkan ketika melihat window miliknya sendiri.
+
«Stacia Window» adalah dimana sacred text dari Life yang tersisa tertulis. Itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan. Sementara sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput dan kerikil, entah mengapa cukup sulit untuk dilakukan pada hewan, dan untuk manusia, tidak mungkin mengeluarkannya jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sacred art pertama-tama.————Di sisi lain, akan sedikit menakutkan ketika melihat window miliknya sendiri.
   
Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis Gigas Cedar sangat tinggi seperti yang diduga, Eugeo dan Kirito baru bisa memanggil window itu sekitar satu setengah tahun yang lalu.
+
Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis Gigas Cedar sangat tinggi seperti yang diduga : Eugeo dan Kirito baru bisa memanggil window itu sekitar setengah tahun yang lalu.
   
Dahulu ada sebuah cerita , di «Katedral Pusat Gereja Axiom» di Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil memanggil window dari Dewi Tanah Terraria setelah upacara selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat tetua tadi melihat Life tanah itu, dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.
+
Dahulu ada sebuah cerita , di «Katedral Pusat Gereja Axiom» di Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil memanggil window dari dewa tanah Terraria setelah sebuah upacara selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat tetua tadi melihat Life bumi itu, dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.
   
Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut untuk tidak hanya saat melihat window miliknya sendiri, tapi juga winodw dari sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito menaruh wajah penasarannya di dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia terkadang tidak bisa mengerti sahabat terbaiknya ini, Eugeo menjadi kalah dengan rasa penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu.
+
Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut tidak hanya saat melihat window miliknya sendiri, tapi juga winodw dari sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito memasang wajah penasarannya di dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia terkadang tidak bisa mengerti sahabat masa kecilnya ini, Eugeo menjadi kalah dengan rasa penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu.
   
Window persegi berwarna ungu pucat yang memiliki tulisan yang merupakan kombinasi dari kalimat berbentk lurus dan melengkung. Itu adalah sacred letter yang kuno, jika itu hanya membaca beberapa kata, Eugeo masih dapat melakukannya, hanya menulis huruf tersebut yang dilarang.
+
Window persegi berwarna ungu pucat yang memiliki tulisan yang merupakan kombinasi dari kalimat berbentuk lurus dan melengkung. Itu adalah sacred letter yang kuno, jika hanya membaca beberapa kata, Eugeo masih dapat melakukannya, hanya menulis huruf tersebut yang dilarang.
   
 
"Baiklah......"
 
"Baiklah......"
Line 108: Line 108:
 
".........."
 
".........."
   
Hanya mendengar jawaban Eugeo, Kirito mengangkat tangannya dengan gerakan yang berlebihan, terjatuh dengan lutut menyentuh tanah, lalu mengacak-acak rambut hitamnya dengan menggunakan jari-jarinya.
+
Mendengar jawaban Eugeo, Kirito mengangkat tangannya dengan gerakan yang berlebihan, terjatuh dengan lutut menyentuh tanah, lalu mengacak-acak rambut hitamnya menggunakan jari-jarinya.
   
 
"Hanya lima puluh! Kita bekerja keras selama dua bulan dan hanya berhasil mengurangi lima puluh dari 235 ribu! Jika seperti ini terus kita tidak akan bisa menebangnya selama seumur hidup kita!"
 
"Hanya lima puluh! Kita bekerja keras selama dua bulan dan hanya berhasil mengurangi lima puluh dari 235 ribu! Jika seperti ini terus kita tidak akan bisa menebangnya selama seumur hidup kita!"
Line 120: Line 120:
 
"K~a~u~~"
 
"K~a~u~~"
   
Kirito yang sedang merangkak sambil memegang kepalanya dengan tangannya, menatap pada Eugeo, lalu tiba-tiba menggenggam kaki Eugeo. Eugeo kehilangan keseimbangan disebabkan oleh serangan tiba-tiba tadi, lalu terjatuh di lumut tebal di belakangnya.
+
Kirito yang sedang merangkak sambil memegang kepalanya dengan tangannya, menatap pada Eugeo, lalu tiba-tiba menangkap kaki Eugeo. Eugeo kehilangan keseimbangan disebabkan oleh serangan tiba-tiba tersebut, lalu terjatuh di lumut tebal pada punggungnya.
   
 
"Ada apa dengan sikapmu yang seperti siswa teladan! Setidaknya bersikaplah lebih terbebani dengan tugas tidak beralasan ini!"
 
"Ada apa dengan sikapmu yang seperti siswa teladan! Setidaknya bersikaplah lebih terbebani dengan tugas tidak beralasan ini!"
Line 128: Line 128:
 
"Uwa——, kenapa kau!"
 
"Uwa——, kenapa kau!"
   
Tangan Eugeo memegang pergelangan tangan Kirito dan menariknya dengan keras. Dia lalu memanfaatkan keadaan Kirito menengangkan tubuhnya untuk melawan, berputar secara vertical dengan gerakan setengah melingkar, maka membuat dia di atas sekarang.
+
Tangan Eugeo memegang pergelangan tangan Kirito dan menariknya dengan keras. Dia lalu memanfaatkan kesempatan saat Kirito menegangkan tubuhnya untuk menahan, berputar secara vertikal dengan gerakan setengah melingkar, sehingga membuat dia di atas sekarang.
   
 
"Sekarang, waktunya membalas!"
 
"Sekarang, waktunya membalas!"
Line 138: Line 138:
 
Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan digelitik , tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari belakang mereka.
 
Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan digelitik , tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari belakang mereka.
   
"Kalian berdua————! Bermain-main lagi!!"
+
"Kalian berdua————! Bermalas-malasan lagi!!"
   
 
Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi benar-benar berhenti.
 
Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi benar-benar berhenti.
Line 150: Line 150:
 
Mereka berdua mengangkat bahu mereka lalu dengan takut melihat ke belakang.
 
Mereka berdua mengangkat bahu mereka lalu dengan takut melihat ke belakang.
   
Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua tangannya berada di pinggang, sosok manusia dengan dadanya sedikit menonjol berdiri. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara dengan tersenyum.
+
Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua tangannya berada di pinggang, sesosok manusia dengan dadanya sedikit menonjol berdiri. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara dengan tersenyum.
   
 
"H....Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini."
 
"H....Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini."
Line 160: Line 160:
 
Nama gadis muda ini adalah Alice Schuberg. Anak perempuan dari kepala desa, dan dia umurnya sama dengan Eugeo dan Kirito, sebelas tahun.
 
Nama gadis muda ini adalah Alice Schuberg. Anak perempuan dari kepala desa, dan dia umurnya sama dengan Eugeo dan Kirito, sebelas tahun.
   
Untuk semua anak yang tinggal di Rulid————tidak, di daerah utara, itu sudah menjadi tradisi bahwa mereka akan diberikan «Sacred Task» dan menjadi murid di musim semi saat mereka berumur sebelas tahun, tapi, Alice satu-satunya pengecualian, dia belajar di gereja daripada bekerja. Dia diberi pelajaran khusus dari Suster Azariya agar dapat mengembangkan bakatnya dalam sacred art lebih jauh sebagai anak terbaik di desa.
+
Untuk semua anak yang tinggal di Rulid————tidak, di daerah utara, itu sudah menjadi tradisi bahwa mereka akan diberikan «Sacred Task» dan menjadi murid magang di musim semi saat mereka berumur sebelas tahun, tapi, Alice satu-satunya pengecualian, dia belajar di gereja sebagai gantinya. Dia diberi pelajaran khusus dari Suster Azariya agar dapat mengembangkan bakatnya dalam sacred art lebih jauh sebagai anak terbaik di desa.
   
Tapi, Rulid tidak cukup kaya untuk membiarkan anak kepala desa yang berumur sebelas tahun hanya belajar seharian, tidak peduli seberapa banyak bakat yang dia miliki. Semua orang yang dapat bekerja harus bekerja, mereka semua harus terus menahan serangan panas, hujan untuk waktu yang lama, penyakit, semua yang bisa menghilangkan Life dari tanaman dan bahan pangan————dengan kata lain, «Dewa kegelapan Vector si penipu». Itu hanya ketika musim dingin yang keras telah tiba semua penduduk desa akhirnya dapat menjadi tenang.
+
Tapi, Rulid tidak cukup kaya untuk membiarkan anak kepala desa yang berumur sebelas tahun hanya belajar seharian, tidak peduli seberapa banyak bakat yang dia miliki. Semua orang yang dapat bekerja harus bekerja, mereka semua harus terus menahan serangan panas, hujan untuk waktu yang lama, penyakit, semua yang bisa menghilangkan Life dari tanaman dan bahan pangan————dengan kata lain, «dewa kegelapan Vector si penipu». Itu hanya ketika musim dingin yang keras telah tiba semua penduduk desa akhirnya dapat menjadi tenang.
   
 
Keluarga Eugeo mempunyai ladang gandum di lahan subur yang luas di sebelah selatan desa, ayahnya Orick dan keluarganya adalah petani. Setelah mengetahui Eugeo, salah satu dari tiga anaknya, tepilih untuk menjalankan tugas menebang mulutnya dipenuhi dengan perkataan yang gembira, tapi sebagian pikirannya pasti memiliki perasaan kekecewaan. Tentu saja mereka akan mendapat pembayaran untuk tugas menebang dari uang miliki desa , tapi kenyataan bahwa berkurangnya satu orang untuk membantu di ladang sama sekali tidak berubah.
 
Keluarga Eugeo mempunyai ladang gandum di lahan subur yang luas di sebelah selatan desa, ayahnya Orick dan keluarganya adalah petani. Setelah mengetahui Eugeo, salah satu dari tiga anaknya, tepilih untuk menjalankan tugas menebang mulutnya dipenuhi dengan perkataan yang gembira, tapi sebagian pikirannya pasti memiliki perasaan kekecewaan. Tentu saja mereka akan mendapat pembayaran untuk tugas menebang dari uang miliki desa , tapi kenyataan bahwa berkurangnya satu orang untuk membantu di ladang sama sekali tidak berubah.
   
Kenyataannya, anak tertua dari masing-masing keluarga akan diberikan Sacred Task yang sama seperti ayah mereka, jika berada di keluarga petani, anak perempuan mereka, anak laki-laki mereka, dan anak ketiga mereka juga mengikuti standar ini. Anak dari pemilik toko peralatan akan melanjutkan bekerja di toko peralatan, anak dari penjaga desa akan menjadi penjaga juga, dan anak dari kepala desa ikut menjadi kepala desa selanjutnya. Desa Rulid telah mempertahankan tradisi ini tanpa perubahan sama sekali selama ratusan tahun, orang dewasa mengatakan bahwa itu adalah hadiah perlindungan suci dari Stacia, tapi Eugeo dapa mengingat secara samar-samar ketidaksesuaian dari cerita mereka.
+
Dalam prakteknya, anak tertua dari masing-masing keluarga akan diberikan Sacred Task yang sama seperti ayah mereka, jika berada di keluarga petani, anak perempuan mereka, anak laki-laki mereka, dan anak ketiga mereka juga mengikuti standar ini. Anak dari pemilik toko peralatan akan melanjutkan bekerja di toko peralatan, anak dari penjaga desa akan menjadi penjaga juga, dan anak dari kepala desa ikut menjadi kepala desa selanjutnya. Desa Rulid telah mempertahankan tradisi ini hampir tanpa perubahan selama ratusan tahun, orang dewasa mengatakan bahwa itu adalah anugerah dari perlindungan suci Stacia, tapi Eugeo dapat mengingat secara samar-samar ketidaksesuaian dari cerita mereka.
   
Kenapa, jika orang dewasa berpikir ingin memperluas desa, kenapa tidak ada satupun kesempatan sampai sekarang? Dia masih tidak dapat mengerti. Jika mereka ingin memperluas lahan, mereka tingal pindah sedikit ke selatan dan membiarkan pohon besar ini saja untuk memperluas hingga ke hutan selatan. Tapi, kepala desa yang merupakan orang terbijak, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengubah tradisi lama tersebut.
+
Kenapa, jika orang dewasa berpikir ingin memperluas desa, kenapa tidak ada satupun perubahan sampai sekarang? Dia masih tidak dapat mengerti. Jika mereka ingin memperluas lahan, mereka tingal memutar sedikit ke selatan dan membiarkan pohon besar merepotkan ini saja untuk bisa memperluas hingga ke hutan selatan. Tapi, kepala desa yang merupakan orang terbijak, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengubah tradisi lama tersebut.
   
Lagipula, tidak peduli sudah berapa waktu telah berlalu, desa Rulid masih tetap miskin, jadi Alice yang merupakan anak kepala desa, hanya dapat belajar di pagi hari saat dia mengerjakan pekerjaan penting untuk merawat hewan ternak dan membersihkan rumah di siang hari. Tugas pertamanya setelah belajar adalah untuk membawa bekal makan siang pada Eugeo dan Kirito.
+
Dengan begitu, tidak peduli sudah berapa lama waktu telah berlalu, desa Rulid masih tetap miskin, jadi Alice yang merupakan anak kepala desa, hanya dapat belajar di pagi hari sama pentingnya dengan dia merawat hewan ternak dan membersihkan rumah di siang hari. Tugas pertamanya setelah belajar adalah untuk membawakan bekal makan siang untuk Eugeo dan Kirito.
   
Dengan keranjang rotan di tangan kanannya, Alice melompat dengan lincah dari batu besar. Saat dia hendak mengeluarkan kemarahan dari mulutnya, Eugeo langsung berdiri semnetara menggelengkan kepalanya.
+
Dengan keranjang rotan di tangan kanannya, Alice melompat dengan lincah dari batu besar. Saat dia di ambang mengeluarkan omelan ronde berikutnya dari bibir mungilnya, Eugeo langsung berdiri sambil menggelengkan kepalanya.
   
 
"Kami tidak sedang bermain-main, sungguh! Kami sudah menyelesaikan tugas pagi kami."
 
"Kami tidak sedang bermain-main, sungguh! Kami sudah menyelesaikan tugas pagi kami."
   
Bersamaan dengan alasan Eugeo yang cepat, Kirito, d ibelakangnya, bereaksi dengan cepat sambil berkata "Ya, ya."
+
Bersamaan dengan alasan Eugeo yang cepat, Kirito, di belakangnya, bereaksi dengan cepat sambil berkata "Ya, ya."
   
Mata Alice mengeluarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua lagi, lalu kemarahannya menjadi melunak.
+
Mata Alice memancarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua lagi, lalu pipinya menjadi melembut.
   
"Jika kalian punya kekuatan untuk berkelahi setelah selesai bekerja, aku ingin tahu jika aku seharusnya meminta pada kakek Garitta untuk meningkatkan beban pekerjaan untuk kalian berdua?"
+
"Jika kalian punya kekuatan untuk berkelahi setelah selesai bekerja, aku ingin tahu apakah aku sebaiknya meminta pada kakek Garitta untuk meningkatkan beban pekerjaan untuk kalian berdua?"
   
 
"A-Apapun selain itu!"
 
"A-Apapun selain itu!"
Line 186: Line 186:
 
"Hanya bercanda.————Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak."
 
"Hanya bercanda.————Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak."
   
Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah, mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, lalu membentangkan itu. Dia memilih tempat yang landai dan membentangkannya, yang membuat Kirito dengancepat melepas sepatunya dan segera mendudukinya. Eugeo duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan dua pekerja yang lapar.
+
Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah, mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, dan membentangkannya. Dia memilih tempat yang landai dan menaruhnya, yang membuat Kirito dengan cepat melepas sepatunya dan melompat mendudukinya. Eugeo duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan dua pekerja yang lapar.
   
Menu hari ini adalah daging asin dan pai dengan isi kacang panggang, roti hitam berlapis keju dan irisan daging asap, beberapa jeni buah dikeringkan, dan susu hasil perahan tadi pagi. Bahkan meskipun semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi sinar matahari yang kuat di bulan ketujuh masih dapat menghabiskan «Life» dari makanan ini tanpa ampun.
+
Menu hari ini adalah daging yang diasinkan dan pai dengan isi kacang panggang, roti hitam lapis keju dan irisan daging asap, beberapa jenis buah kering, dan susu hasil perahan tadi pagi. Bahkan meskipun semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi sinar matahari yang kuat di bulan ketujuh masih dapat menghabiskan «Life» dari makanan ini tanpa ampun.
   
 
Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor anjing, lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi «Window» dari setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.
 
Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor anjing, lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi «Window» dari setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.
   
"Uwa, susunya hanya memiliki waktu sepuluh menit tersisa, dan painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Bahkan saat aku berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan cepat. Tapi pastikan untuk mengunyahnya dengan lembut."
+
"Uwa, susunya hanya memiliki waktu tersisa sepuluh menit , dan painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Dan aku bahkan berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan cepat. Tapi pastikan untuk mengunyahnya dengan benar."
   
Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah menjadi «Makanan Busuk», yang bahkan satu gigitannya dapat menyebabkan suatu gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak mempunyai perut yang kuat. Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan mulai menggigit potongan besar pai itu tanpa mengatakan apapun.
+
Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah menjadi «Makanan Busuk», yang bahkan satu gigitannya dapat menyebabkan gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak mempunyai perut yang kuat. Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan mulai menggigit potongan besar pai itu tanpa mengatakan apapun.
   
Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa mengatakan apapun. Itu sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga membuat seseorang berpikir dimana dia menaruh semua makanan yang dia makan dengan perut kecilnya. Semua makanan segera habis satu demi satu. Pertama tiga potong pai, diikuti oleh sembilan potong roti hitam, lalu sebotol toples susu itu habis, dan, setelah itu mereka bertiga menghela nafas lega.
+
Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa bicara. Itu sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga membuat seseorang heran dimana dia menaruh semua makanan yang dia makan dengan perut kecilnya. Semua makanan segera habis satu demi satu. Pertama tiga potong pai, diikuti oleh sembilan potong roti hitam, lalu sebotol besar susu itu habis, setelah itu, mereka bertiga menghela nafas lega.
   
 
"————————Bagaimana rasanya?"
 
"————————Bagaimana rasanya?"
   
Itu adalah Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada yang seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.
+
Adalah Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada yang seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.
   
"Ya, pai hari ini sangat enak. Kemampuan sudah sangat meningkat, Alice."
+
"Ya, pai hari ini enak. Kemampuanmu sudah sangat meningkat, Alice."
   
 
"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang dari rasanya bagaimanapun juga."
 
"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang dari rasanya bagaimanapun juga."
   
Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya, Eugeo saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak makan siang mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun mengatakan hal itu, perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan bantuan ibunya, Bibi Sadina, dan tanpa bantuannya, sangatlah jelas. Mereka mengerti bahwa suatu keahlian tidak segera didapatkan tanpa latihan untuk waktu yang lama, dan ini berlaku untuk apapun————tetapi, Eugeo dan Kirito juga paham bahwa itu lebih baik untuk tidak mengatakannya.
+
Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya, Eugeo saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak makan siang mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun mengatakan hal itu, perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan bantuan ibunya, Bibi Sadina, dan tanpa bantuannya, sangatlah jelas. Mereka mengerti bahwa suatu keahlian tidak segera didapatkan tanpa latihan untuk waktu yang lama, dan ini berlaku untuk apapun————tetapi, Eugeo dan Kirito juga paham bahwa itu lebih baik untuk tidak mengatakannya.
   
 
"Lagipula——"
 
"Lagipula——"
Line 218: Line 218:
 
Kali ini, tanpa menyembunyikan senyum masamnya, Eugeo mengangkat bahunya dengan gerakan yang berlebihan.
 
Kali ini, tanpa menyembunyikan senyum masamnya, Eugeo mengangkat bahunya dengan gerakan yang berlebihan.
   
"Kau mengatakan hal yang aneh, huh? Musim panas membuat Life menurun lebih cepat karena itulah bagaimana itu bekerja. Apakah itu daging, ikan, sayuran dan buah-buahan, itu akan menjadi membusuk jika kamu meninggalkannya saja, bukan?"
+
"Kau mengatakan hal yang aneh, hah? Musim panas membuat Life menurun lebih cepat karena memang begitulah hal itu bekerja. Apakah itu daging, ikan, sayuran dan buah-buahan, itu akan menjadi membusuk jika kamu meninggalkannya saja, bukan?"
   
"Aku tahu itu, aku bertanya kenapa, bukan? Di saat musim dingin, bahkan jika kamu meninggalkan daging asin mentah diluar selama berhari-hari, daging itu tidak akan membusuk, bukan?"
+
"Aku tahu itu, aku bertanya kenapa, bukan? Di saat musim dingin, bahkan sekalipun kau meninggalkan daging asin mentah di luar selama berhari-hari, daging itu tidak akan membusuk, bukan?"
   
"Itu....Itu karena musim dingin itu dingin."
+
"Itu....karena musim dingin itu dingin."
   
 
Kirito melengkungkan mulutnya seperti anak kecil yang rewel pada jawaban Eugeo. Mata hitamnya, yang sangat jarang di daerah utara, memancarkan sinar ketidakpatuhan.
 
Kirito melengkungkan mulutnya seperti anak kecil yang rewel pada jawaban Eugeo. Mata hitamnya, yang sangat jarang di daerah utara, memancarkan sinar ketidakpatuhan.
Line 228: Line 228:
 
"Itu benar, itu seperti yang Eugeo katakan, hawa dingin akan membuat makanan menjadi lebih tahan lama. Tidak hanya di musim dingin. Jika ada hawa dingin, bahkan di musim ini, kita masih dapat menyimpan makanan untuk waktu yang lama."
 
"Itu benar, itu seperti yang Eugeo katakan, hawa dingin akan membuat makanan menjadi lebih tahan lama. Tidak hanya di musim dingin. Jika ada hawa dingin, bahkan di musim ini, kita masih dapat menyimpan makanan untuk waktu yang lama."
   
Kali ini Eugeo yang tercengang, dia perlahan menendang kaki Kirito secara dengan kakinya.
+
Kali ini Eugeo yang tercengang, dia menendang ringan tulang kering Kirito secara dengan jari kakinya.
   
"Jangan mengatakannya seperti itu adalah hal yang mudah. Dingin? Musim panas itu panas, karena itu adalah musim panas. Apakah kamu memikirkan tentang menggunakan art pengontrol cuaca yang benar-benar terlarang untuk memanggil salju? Hari berikutnya Integrity Knight dari pusat akan terbang ke sini untuk membawa pergi dirimu."
+
"Jangan mengatakannya seperti itu adalah hal yang mudah. Dingin? Musim panas itu panas, karena itu adalah musim panas. Apakah kamu memikirkan tentang menggunakan art pengontrol cuaca yang benar-benar terlarang untuk memanggil salju? Hari berikutnya Integrity Knight dari pusat akan terbang ke sini untuk menangkapmu."
   
 
"Y-Yah.....Tidak ada yang dapat kita lakukan.....? Aku merasa ada suatu cara, suatu cara yang mudah....."
 
"Y-Yah.....Tidak ada yang dapat kita lakukan.....? Aku merasa ada suatu cara, suatu cara yang mudah....."
   
Sementara Kirito bergumam dengan wajahnya yang merengut, Alice yang dengan tenang mendengarkan percakapan mereka sambil menggulung ujung rambut kucirnya sampai sekarang dan berkata,
+
Sementara Kirito bergumam dengan wajahnya yang merengut, Alice yang dengan tenang mendengarkan percakapan mereka sambil menggulung ujung kuncir rambutnya sedari tadi hingga sekarang dan berkata,
   
 
"Menarik."
 
"Menarik."
Line 250: Line 250:
 
Eugeo melipat kedua tangannya dan berpikir.
 
Eugeo melipat kedua tangannya dan berpikir.
   
Di tengah ruangan luas di depan gereja, ada sebuah sumur menakutkan yang sangat dalam yang digali semenjak desa Rulid terbentuk, air yang dikeluarkan dari dalam sumur itu sangat dingin hingga dapat membuat tangan menjadi mati rasa bahkan di musim panas. Juga, di hutan utara, ada beberapa pohon Silve yang tumbuh, daunnya sangat dingin dan melepaskan aroma tajam ketika diremas, tapi itu sangat bemanfaat untuk merawat luka memar. Mungkin jika menaruh satu toples air dari dalam sumur, atau membungkus pai dengan beberapa lembar daun Silve membuat itu mungkin untuk menjaga kotak makan dingin sementara membawanya ke tempat lain.
+
Di tengah ruangan luas di depan gereja, ada sebuah sumur menakutkan yang sangat dalam yang digali semenjak desa Rulid terbentuk, air yang dikeluarkan dari dalam sumur itu sangat dingin hingga dapat membuat tangan menjadi mati rasa bahkan di musim panas. Juga, di hutan utara, ada beberapa pohon Silve yang tumbuh, daunnya sangat dingin dan melepaskan aroma tajam ketika diremas, tapi itu sangat bemanfaat untuk merawat luka memar. Mungkin jika menaruh satu toples air dari dalam sumur, atau membungkus pai dengan beberapa lembar daun Silve membuatnya mungkin untuk menjaga kotak makan dingin sementara membawanya ke tempat lain.
   
 
Tetapi, Kirito, yang juga terdiam sejenak untuk berpikir, perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata.
 
Tetapi, Kirito, yang juga terdiam sejenak untuk berpikir, perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata.
   
"Jika seperti itu, aku berpikir itu tidak akan bekerja. Air sumur akan menjadi hangat beberapa menit setelah itu diambil, daun Silve mungkin bisa menjaga hawa dingin lebih lama, tapi aku tidak berpikir itu akan cukup untuk menutupi jarak dari rumah Alice menuju Gigas Cedar."
+
"Jika seperti itu, aku berpikir itu tidak akan berhasil. Air sumur akan menjadi hangat beberapa menit setelah diambil, daun Silve mungkin bisa menjaga hawa dingin lebih lama, tapi aku tidak berpikir itu akan cukup untuk menutupi jarak dari rumah Alice menuju Gigas Cedar."
   
 
"Jadi, apa kamu memiliki metode lain?"
 
"Jadi, apa kamu memiliki metode lain?"
   
Alice, yang idenya telah ditolak, bertanya sementara mengejek. Kirito mengacak rambut hitamnya sambil terdiam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba bicara dengan nada rendah.
+
Alice, yang idenya telah ditolak, bertanya sambil cemberut. Kirito mengacak rambut hitamnya sambil terdiam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba bicara dengan nada rendah.
   
 
"Es. Dengan es yang sangat banyak, itu akan lebih dari cukup untuk menjaga kotak makan ini tetap dingin."
 
"Es. Dengan es yang sangat banyak, itu akan lebih dari cukup untuk menjaga kotak makan ini tetap dingin."
Line 266: Line 266:
 
Alice menggelengkan kepalanya dengan kekaguman.
 
Alice menggelengkan kepalanya dengan kekaguman.
   
"Sekarang musim panas. Dimana tepatnya kamu bisa menemukan es? Bahkan toko besar di pusat pasti tidak akan memilikinya!"
+
"Sekarang musim panas. Dimana tepatnya kamu bisa menemukan es? Bahkan toko besar di pusat kota pasti tidak akan memilikinya!"
   
Dia mengatakannya dengan nada seperti ibu yang memarahi anak bandelnya.
+
Dia mengatakannya dengan nada seperti ibu yang memarahi anaknya yang nakal.
   
Eugeo, di sisi lain, dapat merasakan perasaan yang buruk, saat dia sekilas melihat Kirito membuat ekspresi wajah yang seperti sebelumnya. Teman masa kecilnya, ketika suatu cahaya terlihat di matanya, ketika berbicara dengan nada seperti itu, Eugeo mengetahui dari pengalaman bahwa Kirito sedang memikirkan sesuatu yang tidak bagus. Di dalam kepalanya, dia mengingat ketika Kirito mengambil madu dari lebah raja di pegunungan timur, atau ketika dia memecahkan toples susu yang telah kadaluarsa ratusan tahun yang lalu di ruang bawah tanah gereja, pemandangan itu terlihat dan menghilang dengan cepat.
+
Eugeo, di sisi lain, dapat merasakan perasaan yang buruk, saat dia sekilas melihat Kirito membuat ekspresi wajah yang seperti sebelumnya. Teman masa kecilnya ini, ketika suatu cahaya terlihat di matanya, saat berbicara dengan nada seperti itu, Eugeo tahu dari pengalaman bahwa Kirito sedang memikirkan sesuatu yang tidak bagus. Di dalam kepalanya, dia mengingat ketika Kirito mengambil madu dari lebah raja di pegunungan timur, atau ketika dia memecahkan toples susu yang telah kadaluarsa ratusan tahun yang lalu di ruang bawah tanah gereja, pemandangan itu terlihat dan menghilang dengan cepat.
   
"J-Jadi, tidak apa-apa, bukan? Tidak ada yang salah dengan makan secara cepat bagaimanapun itu. Juga, jika kita tidak segera memulai pekerjaan sore kita dengan segera kita akan pulang terlambat."
+
"J-Jadi, tidak apa-apa, bukan? Tidak ada yang salah dengan makan secara cepat bagaimanapun itu. Juga, jika kita tidak segera memulai pekerjaan sore kita dengan segera kita akan terlambat pulang."
   
Eugeo berkata seperti sementara memindahkan piring kosong itu dengan cepat pada keranjang rotan, saat dia menginginkan untuk menghentikan pembicaraan mengganggu ini. Tapi, saat dia melihat mata Kirito yang bersinar dengan terang, seolah-olah dia mendapat suatu ide, secara tak terhindari dia menyadari bahwa ketakutannya telah menjadi kenyataan.
+
Eugeo berkata sambil memindahkan piring-piring kosong tersebut dengan cepat pada keranjang rotan, karena dia ingin menghentikan pembicaraan yang mengganggu ini. Tapi, saat dia melihat mata Kirito yang bersinar terang, seolah-olah dia mendapat suatu ide, dia mau tidak mau menyadari bahwa ketakutannya telah menjadi kenyataan.
   
 
"....... Apa itu, apa rencana yang kamu miliki untuk saat ini?"
 
"....... Apa itu, apa rencana yang kamu miliki untuk saat ini?"
Line 280: Line 280:
 
Pertanyaannya telah tercampur dengan kepasrahan, Kirito tersenyum sebelum menjawab.
 
Pertanyaannya telah tercampur dengan kepasrahan, Kirito tersenyum sebelum menjawab.
   
"Hei.......Pada waktu yang duluuuu, kakek Eugeo menceritakan kita sebuah cerita, ingat?"
+
"Hei.......Duluuuu sekali, kakek Eugeo menceritakan kita sebuah cerita, ingat?"
   
 
"Hmm......?"
 
"Hmm......?"
Line 288: Line 288:
 
Selain Eugeo, Alice juga perlahan memiringkan kepalanya.
 
Selain Eugeo, Alice juga perlahan memiringkan kepalanya.
   
Sebelum Stacia memanggil kakek Eugeo ke sisinya dua tahun lalu, ada banyak legenda yang diceritakan olehnya dibalik janggut putihnya. Sementara duduk di kursi goyang di taman, dia selalu menceritakan berbagai cerita kepada tiga anak-anak yang duduk di dekat kakinya. Cerita aneh, cerita menarik, cerita menakutkan, ada ratusan cerita seperti itu, jadi Eugeo tidak tahu cerita mana yang Kirito maksudkan. Lalu teman masa kecilnya yang berambut hitam segera terbatuk sambil mengacungkan jari telunjuknya sebelum mengatakan.
+
Sebelum Stacia memanggil kakek Eugeo ke sisinya dua tahun lalu, ada banyak legenda yang diceritakan olehnya dari balik janggut putihnya. Sambil duduk di kursi goyang di taman, dia selalu menceritakan berbagai cerita kepada tiga anak-anak yang duduk di dekat kakinya. Cerita aneh, cerita menarik, cerita menakutkan : ada ratusan cerita seperti itu, jadi Eugeo tidak tahu cerita mana yang Kirito maksudkan. Lalu teman masa kecilnya yang berambut hitam segera terbatuk sambil mengacungkan jari telunjuknya sebelum mengatakan.
   
"Es di musim panas, tidak ada yang lain selain itu, bukan? 『Bercouli dan si Putih dari Utara......』 "
+
"Es di musim panas, tidak ada yang lain selain itu, bukan?『Bercouli dan si Putih dari Utara......』 "
   
"Oi, hentikan ini, kau bercanda, bukan?"
+
"Oi, hentikan, kau bercanda, bukan?"
   
Eugeo memotong perkataannya tanpa mendengar bagian akhir sementara mengayunkan tangan dan kepalanya dengan cepat.
+
Eugeo memotong perkataannya tanpa mendengar bagian akhir sambil mengayunkan tangan dan kepalanya dengan cepat.
   
Bercouli, diantara leluhur yang membentuk desa Rulid, adalah pengguna pedang terkuat, yang berperan sebagai kepala penjaga generasi pertama. Tapi karena itu dia hidup ratusan tahun yang lalu, hanya ada beberapa cerita tentang keberaniannya yang tersisa, dan cerita yang Kirito sebutkan adalah cerita yang yang paling hebat diantara itu semua.
+
Bercouli, diantara leluhur yang membentuk desa Rulid, adalah pengguna pedang terkuat, yang berperan sebagai kepala penjaga generasi pertama. Tapi karena dia hidup tiga ratus tahun yang lalu, hanya ada beberapa cerita tentang keberaniannya yang tersisa, dan cerita yang Kirito sebutkan adalah cerita yang yang paling hebat diantara itu semua.
   
Pada suatu hari di saat puncak musim panas, Bercouli melihat sebuah batu besar yang mengapung di sungai di sebelah timur desa. Saat mengambil batu tersebut, yang ternyata merupakan bongkahan es, Bercouli, dangan kekagumannya, berjalan menyusuri hulu sungai. Tidak lama kemudian, dia sampai pada bagian dari ujung dunia, «Puncak Barisan Pegunungan», dan saat dia tetap berjalan mengikuti sungai yang sempit itu, dia berhadapan dengan mulut gua yang besar.
+
Pada suatu hari di saat puncak musim panas, Bercouli melihat sebuah batu besar yang mengapung di sungai sebelah timur desa. Saat mengambil batu tersebut, yang ternyata merupakan bongkahan es, Bercouli, dengan kagum, berjalan menyusuri hulu sungai. Tidak lama kemudian, dia sampai pada bagian dari ujung dunia, «Puncak Barisan Pegunungan», dan saat dia tetap berjalan mengikuti sungai yang sempit itu, dia berhadapan dengan mulut gua yang besar.
   
Bercouli melangkah menuju ke dalam gua melawan angin dingin yang berhembus, dan setelah dia melalui berbagai bahaya, dia sampai aula yang sangat luas. Apa yang dia lihat adalah seekor naga putih raksasa, yang diceritakan sebagai penjaga perbatasan Dunia Manusia. Sosok naga, yang menggulung tubuhnya pada berbagai macam harta karun yang tak terhitung jumlahnya, membuat Bercouli menyadari bahwa naga itu sedang tertidur, tapi bahkan dengan keberaniannya, dia masih terus mendekatinya dengan perlahan. Diantara berbagai harta karun itu, dia menemukan pedang panjang yang indah, dan dia ingin untuk memilikinya tidak peduli apapun yang terjadi. Dia perlahan menarikt pedang tersebut tanpa membangunkan naga itu, dan berlari menjauh secepat yang dia bisa———itu adalah ringkasan ceritanya. Judul cerita itu adalah 『Bercouli dan Naga Putih Utara』.
+
Bercouli melangkah menuju ke dalam gua melawan angin dingin yang berhembus, dan setelah dia melalui berbagai bahaya, dia sampai aula yang sangat luas. Apa yang dia lihat adalah seekor naga putih raksasa, yang diceritakan sebagai penjaga perbatasan Dunia Manusia. Sosok naga, yang menggulung tubuhnya pada berbagai macam harta karun yang tak terhitung jumlahnya, membuat Bercouli menyadari bahwa naga itu sedang tertidur, tapi bahkan dengan keberaniannya, dia masih terus mendekatinya dengan diam-diam. Diantara berbagai harta karun itu, dia menemukan pedang panjang yang indah, dan dia ingin untuk memilikinya tidak peduli apapun yang terjadi. Dia perlahan menarik pedang tersebut tanpa membangunkan naga itu, dan berlari menjauh secepat yang dia bisa———itu adalah ringkasan ceritanya. Judul cerita itu adalah 『Bercouli dan Naga Putih Utara』.
   
 
''Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara dan mencari naga yang asli, bukan?'' Sementara setengah berdoa, Eugeo bertanya dengan penuh ketakutan.
 
''Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara dan mencari naga yang asli, bukan?'' Sementara setengah berdoa, Eugeo bertanya dengan penuh ketakutan.
   
"Maksudmu, kita akan melihat sungai Ruhr dan menunggu sebongkah es mengapung hingga turun......Apakah itu benar?"
+
"Maksudmu, kita akan melihat sungai Ruhr dan menunggu sebongkah es mengapung hingga turun......bukan begitu?"
   
Tetapi, Kirito menghela nafasnya sebelum hanya mengatakan.
+
Tetapi, Kirito mendengus sebelum berkata.
   
"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir sebelum kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin mengikuti Bercouli dan pergi mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk gua, bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnay pada kotak makanan itu."
+
"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir sebelum kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin meniru Bercouli dan pergi mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk gua, bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnya pada kotak makanan itu."
   
 
"Kau, seperti yang aku bilang......"
 
"Kau, seperti yang aku bilang......"
   
Eugeo menjadi terdiam untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide anak laki-laki yang berani itu. Lalu dia menyadari bahwa mata birunya bersinar dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan pemikiran itu.
+
Eugeo menjadi kehilangan kata-kata untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide anak laki-laki yang nekat itu. Lalu dia menyadari bahwa mata birunya bersinar dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan pemikiran itu.
   
Eugeo dan Kirito adalah dua anak nakal nomor satu di desa, mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka berdua di setiap hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa banyak kenakalan mereka yang dibantu dan direncakan dari belakang oleh Alice, siswa teladan nomor satu di desa.
+
Eugeo dan Kirito adalah dua bocah nakal nomor satu di desa, mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka berdua di setiap hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa banyak kenakalan mereka yang diam-diam dibantu dan direncakan dari belakang oleh Alice, siswa teladan nomor satu di desa.
   
Alice sementara meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya, saat dia terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,
+
Alice itu saat ini meletakkan jari telunjuknya ke bibirnya, sambil terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,
   
 
"——Itu bukan ide yang buruk."
 
"——Itu bukan ide yang buruk."
Line 322: Line 322:
 
"J-Jangan kau juga, Alice....."
 
"J-Jangan kau juga, Alice....."
   
"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju Perbatasan Utara. Coba untuk mengingat baik-baik. Kalimat sebenarnya yang tertulis di peraturan, [Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil tidak boleh bermain melewati Perbatasan Utara]."
+
"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju Perbatasan Utara. Coba ingat baik-baik. Kalimat sebenarnya yang tertulis di peraturan, [Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil tidak boleh bermain melewati Perbatasan Utara]."
   
 
Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan.
 
Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan.
   
Peraturan desa atau «Perturan Dasar Penduduk Rulid» sebagai nama resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas kertas dan setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen tersimpan di dalam rumah kepala desa. Ini adalah hal pertama yang semua anak-anak yang pergi ke sekolah gereja untuk mengahafalnya. Dan setelah itu, setelah mendengar dari orang tua mereka dan para tetua terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan peraturan', peraturan ini tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur sebelas tahun——apa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara akurat mengingat semua teks, kata demi kata.
+
Peraturan desa atau «Perturan Dasar Penduduk Rulid» sebagai nama resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas kertas dan setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen tersimpan di dalam rumah kepala desa. Ini adalah hal pertama yang semua anak-anak yang pergi ke sekolah gereja harus mengahafalnya. Dan setelah itu, setelah mendengar dari orang tua mereka dan para tetua terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan peraturan', peraturan ini tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur sebelas tahun——apa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara akurat mengingat semua teks, kata demi kata.
   
 
''.......Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga..... tidak, bahkan mengingat dengan sempurna peraturan desa sudah......''
 
''.......Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga..... tidak, bahkan mengingat dengan sempurna peraturan desa sudah......''
   
SSementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti itu, Alice menjelaskan suara di tenggorokannya lagi, lalu melanjutkan perkataan dengan nada seperti seorang guru.
+
Sementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti itu, Alice melancarkan tenggorokannya sekali, lalu melanjutkan dengan nada seperti seorang guru.
   
"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain, itu dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahank es bukanlah bermain. Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga membantu orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini juga dapat dianggap sebagai bagian dari pekerjaan."
+
"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain, itu dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahan es bukanlah bermain. Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga membantu orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini juga dapat dianggap sebagai bagian dari pekerjaan."
   
Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam patnernya yang awalnya memiliki sedikit keraguan, tapi itu dengan segera meleleh seperti balok es yang mengapung di sungai saat musim panas——
+
Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam patnernya yang awalnya memiliki sedikit keraguan, tapi hal itu dengan segera meleleh seperti balok es yang mengapung di sungai saat musim panas——
   
"Ya, itu benar, itu sangat benar."
+
"Ya, itu benar, benar sekali."
   
 
Sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah serius.
 
Sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah serius.
Line 342: Line 342:
 
"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati batas hingga sampai ke ≪Puncak Barisan Pegunungan≫, itu masih tidak dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang diperintahkan, jika kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti itu. Jika mereka menjadi marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya, lalu itu semua seharusnya akan baik-baik saja."
 
"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati batas hingga sampai ke ≪Puncak Barisan Pegunungan≫, itu masih tidak dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang diperintahkan, jika kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti itu. Jika mereka menjadi marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya, lalu itu semua seharusnya akan baik-baik saja."
   
Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel Balbossa adalah orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki tubuh sehat, bahkan meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih banyak dibandingkan dengan keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan kapanpun dia beremu dengan Eugeo di jalan, dia selalu menyalaminya dengan ejekan 'Masih belum bisa menebang jatuh pohon Cedar yang menyebalkan itu?'. Rumor mengatakan bahwa dia meminta kepala desa untuk mengutamakan keluarganya untuk menanam di lahan baru saat Gigas Cedar telah tertebang jatuh. Respon Eugeo adalah, 'Sebelum itu terjadi, Lifemu akan sudah lama hilang,' tentu saja dia hanya mengatakan itu di pikirannya.
+
Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel Balbossa adalah orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki tubuh sehat; bahkan meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih banyak dibandingkan dengan keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan kapanpun dia bertemu dengan Eugeo di jalan, dia selalu menyapanya dengan ejekan 'Masih belum bisa menebang jatuh pohon Cedar yang menyebalkan itu?'. Rumor mengatakan bahwa dia meminta kepala desa untuk mengutamakan keluarganya untuk menanam di lahan baru saat Gigas Cedar telah ditebang jatuh. Respon Eugeo adalah, 'Sebelum itu terjadi, Lifemu akan sudah lama hilang,' tentu saja dia hanya mengatakan itu di pikirannya.
   
Bahkan meskipun ide Kirito untuk menggunakan perkataan Nigel sebagai alasan untuk pergi melewati Perbatasan Utara sangat menarik, tapi setelah bertugas sebagai penahan kelompok ini untuk waktu yang lama membuat Eugeo tidak mampu untuk berhenti mengatakan 'Tapi'.
+
Bahkan meskipun ide Kirito untuk menggunakan perkataan Nigel sebagai alasan untuk pergi melewati Perbatasan Utara sangat menarik, tapi bertugas sebagai penahan kelompok ini untuk waktu yang lama membuat Eugeo tidak mampu untuk berhenti mengatakan 'Tapi'.
   
 
".......Tapi, pergi ke Puncak Barisan Pegunungan tidak hanya melanggar peraturan desa tapi 'itu' juga, bukan? Bahkan jika kita berhasil pergi melewati Perbatasan Utara dan sampai pada dasar pegunungan itu, kita masih tidak dapat memasuki gua itu......"
 
".......Tapi, pergi ke Puncak Barisan Pegunungan tidak hanya melanggar peraturan desa tapi 'itu' juga, bukan? Bahkan jika kita berhasil pergi melewati Perbatasan Utara dan sampai pada dasar pegunungan itu, kita masih tidak dapat memasuki gua itu......"
Line 352: Line 352:
 
«Itu» yang Eugeo katakan adalah hukum mutlak yang memerintah semua manusia di Dunia Manusia yang luas, kekuasaannya jauh diatas «Hukum Dasar Kerajaan Norlangarth Utara», lupakan «Aturan Dasar Penduduk Rulid»—— Namanya adalah «Taboo Index».
 
«Itu» yang Eugeo katakan adalah hukum mutlak yang memerintah semua manusia di Dunia Manusia yang luas, kekuasaannya jauh diatas «Hukum Dasar Kerajaan Norlangarth Utara», lupakan «Aturan Dasar Penduduk Rulid»—— Namanya adalah «Taboo Index».
   
Itu dibuat oleh «Gereja Axiom», menara raksasa yang kelihatannya menjulang hingga mencapai surga, terletak di Centoria Pusat. Buku tebal yang diikat dengan sarung kulit putih bersih yang tidak hanya digunakan di kerajaan utara dimana Eugeo tinggal, tapi juga di setiap kota dan desa di kerajaan timur, selatan, dan barat.
+
Itu dibuat oleh «Gereja Axiom», menara raksasa yang kelihatannya menjulang hingga mencapai langit, terletak di ibu kota Centoria. Buku tebal yang diikat dengan kulit putih bersih yang disediakan tidak hanya di kerajaan utara dimana Eugeo tinggal, tapi juga sekurang-kurangnya satu buah di setiap kota dan desa di kerajaan timur, selatan, dan barat.
   
Taboo Index, tidak seperti peraturan desa dan hukum kerajaan, itu sama seperti namanya, itu adalah catatan dari «Hal yang tidak boleh dilakukan». Itu dimulai dengan larangan dasar seperti «Menentang Gereja» atau «Membunuh», «Mencuri», hingga daftar sampingan seperti batas hewan dan ikan yang dapat ditangkap setiap tahun, atau makanan yang tidak boleh diberikan kepada hewan ternak, jumlahnya dengan mudah melebihi seribu daftar. Untuk semua anak-anak yang menghadiri sekolah, selain belajar menulis dan berhitung, pelajaran yang paling penting adalah untuk menghafalkan semua Taboo Index.——Atau lebih tepatnya, tidak mengajar Taboo Index di sekolah dapat dianggap sebagai melanggar taboo.
+
Taboo Index, tidak seperti peraturan desa dan hukum kerajaan, sama seperti namanya, itu adalah daftar dari «Hal yang tidak boleh dilakukan». Itu dimulai dengan larangan dasar seperti «Menentang Gereja» atau «Membunuh», «Mencuri», hingga daftar sampingan seperti batas hewan dan ikan yang dapat ditangkap setiap tahun, atau makanan yang tidak boleh diberikan kepada hewan ternak, jumlahnya dengan mudah melebihi seribu daftar. Untuk semua anak-anak yang menghadiri sekolah, selain belajar menulis dan berhitung, pelajaran yang paling penting adalah untuk menghafalkan semua Taboo Index.——Atau lebih tepatnya, tidak mengajar Taboo Index di sekolah dapat dianggap sebagai melanggar taboo.
   
 
Meskipun Taboo Index dan Gereja Axiom memiliki kekuasaan yang luas, tapi kelihatannya ada daerah dimana mereka tidak memiliki kekuasaan sama sekali. Dibalik <Puncak Barisan Pegunungan> yang mengelilingi dunia ini adalah tanah kegelapan——atau ≪Dark Territory≫ dalam Pengucapan Suci. Karena itu, pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan saja sudah dilarang oleh Taboo Index sejak awal. Untuk Eugeo, itu sama sekali tidak berguna hanya dengan pergi ke dasar pegunungan tanpa memasuki gua itu.
 
Meskipun Taboo Index dan Gereja Axiom memiliki kekuasaan yang luas, tapi kelihatannya ada daerah dimana mereka tidak memiliki kekuasaan sama sekali. Dibalik <Puncak Barisan Pegunungan> yang mengelilingi dunia ini adalah tanah kegelapan——atau ≪Dark Territory≫ dalam Pengucapan Suci. Karena itu, pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan saja sudah dilarang oleh Taboo Index sejak awal. Untuk Eugeo, itu sama sekali tidak berguna hanya dengan pergi ke dasar pegunungan tanpa memasuki gua itu.
Line 362: Line 362:
 
Bulu matanya yang panjang berkilauan dibawah sinar matahari di siang hari yang melewati dedaunan yang terlihat seperti benang emas yang sangat indah, Alice menjadi terdiam untuk sesaat——Lalu kemudian, dia mengangkat wajahnya, lalu bicara dengan cahaya ketidakpatuhan seperti biasanya yang bersinar di matanya.
 
Bulu matanya yang panjang berkilauan dibawah sinar matahari di siang hari yang melewati dedaunan yang terlihat seperti benang emas yang sangat indah, Alice menjadi terdiam untuk sesaat——Lalu kemudian, dia mengangkat wajahnya, lalu bicara dengan cahaya ketidakpatuhan seperti biasanya yang bersinar di matanya.
   
"Eugeo.Kata laranganmu masih tidak akurat lagi."
+
"Eugeo. Aturan laranganmu tidak akurat lagi."
   
"Eh....... kau berbohong."
+
"Eh....... kau bohong."
   
 
"Aku tidak berbohong. Apa yang tertulis di Taboo Index adalah: Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, 『Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』 .....Melewati pegunungan, normalnya dengan cara «mendaki melewatinya». Itu tidak termasuk pergi ke dalam gua tidak termasuk didalamnya. Juga, tujuan kita bukan pergi melewati perbatasan pegunungan untuk bermain, tapi untuk mendapatkan es, bukan? Tidak tertulis 『Dilarang mencari es di Puncak Barisan Pegunungan』 yang tertulis di Taboo Index sama sekali."
 
"Aku tidak berbohong. Apa yang tertulis di Taboo Index adalah: Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, 『Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』 .....Melewati pegunungan, normalnya dengan cara «mendaki melewatinya». Itu tidak termasuk pergi ke dalam gua tidak termasuk didalamnya. Juga, tujuan kita bukan pergi melewati perbatasan pegunungan untuk bermain, tapi untuk mendapatkan es, bukan? Tidak tertulis 『Dilarang mencari es di Puncak Barisan Pegunungan』 yang tertulis di Taboo Index sama sekali."
   
Kata-kata yang keluar dengan lancar dari suara jelas dan manis Alice seperti bel kecil dari gereja, Eugeo tidak mengatakan apapun. Memang, dia merasa apa yang dikatakan Alices entah bagaimana sangat benar.
+
Kata-kata yang keluar dengan lancar dari suara jelas dan manis Alice seperti bel kecil dari gereja, Eugeo tidak mengatakan apapun. Memang, dia merasa apa yang dikatakan Alice entah bagaimana sangat benar.
   
 
''——Tapi, sampai sekarang kita belum pernah pergi menuju Perbatasan Utara sebelumnya, kita hanya mengikuti sungai Ruhr hingga sampai di kolam kembar. Aku tidak tahu apa yang berada di balik itu, apalagi musim ini ada banyak kumbang menyebalkan di tepi sungai juga......''
 
''——Tapi, sampai sekarang kita belum pernah pergi menuju Perbatasan Utara sebelumnya, kita hanya mengikuti sungai Ruhr hingga sampai di kolam kembar. Aku tidak tahu apa yang berada di balik itu, apalagi musim ini ada banyak kumbang menyebalkan di tepi sungai juga......''

Revision as of 22:33, 27 March 2014

Prolog 1 (Bulan ke-7 Kalender Dunia Manusia Tahun 372)

Bagian 1

Menggenggam kapak.

Mengayun keatas.

Menebas kebawah.

Mungkin hanya itu yang dilakukan, tapi jika pikiran teralihkan bahkan untuk sesaat, reaksi dari kulit kayu keras itu akan menghantam kembali pada kedua lengan tanpa henti. Pernafasan, waktu, kecepatan, pemindahan berat tubuh, semua itu harus dikontrol dengan tepat sejak awal, mengirimkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke pohon, membuat suara jernih, yang enak dan keras.

Sementara dia dapat memahami paham teori tersebut dengan baik, kenyataannya melakukannya tidaklah semudah teorinya. Eugeo telah diberi tugas ini ketika dia berumur sepuluh tahun di musim semi, dan ini akan menjadi musim panas kedua sejak saat itu, tapi dia hanya bisa berhasil membuat suara nyaman setiap sekali dari sepuluh ayunan. Dia telah diberi tahu oleh pengguna kapak sebelumnya bahwa pendahulunya kakek Garitta selalu mengenai sasaran, dan bahkan dia tidak menunjukkan rasa lelah setelah mengayunkan kapak berat tersebut, akan tetapi setelah lima puluh kali, tangan Eugeo menjadi kaku, pundaknya terasa nyeri, dan dia tidak lagi dapat mengangkat kedua tangannya.

"Empat puluh....tiga! Empat puluh....empat!"

Dia menghitung dengan suaranya yang paling keras untuk mendorong dirinya sambil mengayunkan kapak itu ke batang pohon besar tersebut, keringat yang mengalir keluar membuat pandangnnya kabur, tangannya menjadi licin, dan ketepatannya terus-menerus berkurang. Sebagian besar disebabkan oleh rasa putus asa, dia menggenggam kapak itu dengan erat dan mengayunkannya dengan kekuatan dari seluruh tubuhnya.

"Empat puluh....sembilan! Li...ma...puluh!"

Ayunan terakhirnya sangatlah berbeda dari ayunan sebelumnya, ayunan itu mengenai kulit kayu yang sedikit jauh dari potongan dalam di batang pohon itu dan menghasilkan bunyi logam yang memekakkan telinga. Disebabkan oleh reaksi yang seolah-olah dapat membuat percikan api yang mengenai matanya, Eugeo menjatuhkan kapak tersebut, mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lapisan lumut tebal.

Sementara dia mengulangi nafas beratnya, dia mendengar suara bercampur dengan tawa dari sebelah kanannya.

"Suara yang bagus keluar tiga kali dari lima puluh ayunan. Jadi totalnya adalah, erm..empat puluh satu, huh. Kelihatannya kamu yang harus mentraktir Air Siral hari ini, Eugeo."

Pemilik suara tersebut, yang sedang berbaring sedikit jauh darinya, adalah anak muda yang berumur hampir sama dengannya. Eugeo tidak segera menjawab, tapi meraba kantung air didekatnya lalu mengambilnya. Dia dengan rakus meminum air yang telah benar-benar menjadi hangat. Setelah dia mulai tenang, dia menutupnya dengan sumbat keras, lalu berkata,

"Hmm, punyamu baru empat puluh tiga, bukan? Aku akan menyusulmu nanti. Sekarang, ini adalah giliranmu..., Kirito."

"Ya, ya."

Kirito adalah teman kecil Eugeo dan juga sahabat terbaiknya, sekaligus partnernya dalam «Sacred Task» menyedihkan ini semenjak musim semi tahun lalu. Kirito menyeka keringat dari poni hitamnya, merentangkan kakinya ke depan dan mengangkat tubuhnya. Tapi dia tidak segera mengambil kapak itu; Kirito meletakkan tangannya di pinggangnya sambil dia mendongak ke atas kepalanya. Tertarik dengan tindakannya, Eugeo juga mendongak ke langit.

Langit di puncak musim panas di bulan ke-7 benar-benar sangat biru, dan tepat berada di tengah adalah Dewa Matahari Solus, yang memancarkan cahayanya yang melimpah dari langit. Akan tetapi, cahaya itu terhalang oleh dahan-dahan pohon besar yang menjulur ke segala arah, membuat sebagian besar cahaya tadi tidak mencapai ke tempat dimana Eugeo dan Kirito berada.

Di waktu yang sama dedaunan yang tak terhitung jumlahnya dari pohon besar ini melahap berkah sang dewa matahari, akarnya juga tanpa henti menyerap kemurahan hati dari Dewa Tanah Terraria, membuatnya pulih dari kerja keras Eugeo dan Kirito yang secara terus menebangnya. Tidak peduli seberapa banyak mereka menebangnya di siang hari, setelah istirahat di malam hari, ketika mereka datang di pagi berikutnya, pohon ini telah memulihkan setengah luka tebasan dari hari sebelumnya.

Eugeo menghela nafas pelan saat dia melihat kembali pohon yang menjulang ke langit itu.

Pohon besar itu————«Gigas Cedar», nama suci yang diberikan oleh penduduk desa, adalah monster dengan diameter empat mel, dan memliki tinggi tujuh puluh mel. Menara lonceng di Gereja, yang merupakan bangunan tertinggi di desa,tingginya hanya seperempat dari pohon tersebut. Untuk Eugeo dan Kirito yang tingginya baru saja satu setengah mel tahun ini, monster kuno ini adalah lawan yang sangat tepat.

Bukankah tidak masuk akal menumbangkannya dengan kekuatan manusia? ———— Eugeo mau tak mau memikirkan hal itu setelah melihat bekas potongan di batang kayu. Bekas potongannya telah mencapai satu mel, tapi bagian dari pohon kayu yang tersisa dengan ketebalan tiga kali darinya masih baik-baik saja.

Di musim semi tahun lalu, ketika dia dan Kirito dibawa menuju kediaman kepala desa, saat mereka berada pada umur yang cukup untuk tugas «Memotong Pohon Besar», dia telah mendengar cerita yang membuatnya bingung.

Gigas Cedar sudah tumbuh di sini sebelum desa Rulid terbentuk, dan tugas untuk menebang pohon tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak pertama kali terbentuknya desa. Dihitung dari generasi pertama hingga generasi pendahulunya, kakek Garitta yang merupakan generasi keenam, Eugeo dan Kirito adalah generasi yang ketujuh. Lebih dari tiga ratus tahun telah berlalu semenjak mereka telah diberikan tugas ini.

————————Tiga ratus tahun!

Pada saat itu, hal tersebut adalah waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh Eugeo, yang baru saja mencapai ulang tahunnya yang kesepuluh. Tentu saja, hal itu tidak berubah bahkan meskipun dia sekarang berumur sebelas tahun. Apa yang entah bagaimana dia mengerti adalah, dari waktu orang tuanya, kakek neneknyanya, waktu sebelum itu, dan bahkan jauh sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang yang melakukan tugas ini dapat dikatakan tidak terbatas, dan hasilnya hanyalah luka bekas tebangan yang kurang dari satu mel dalamnya.

Kenapa menebang pohon besar itu sangatlah penting? Alasannya dijelaskan oleh kepala desa dengan nada berat.

Gigas Cedar, dengan batang yang besar dan daya hidup yang begitu banyak, mengambil anugerah dari Dewa Matahari dan Tanah sekelilingnya dalam jarak yang sangat jauh. Bibit yang ditanam di bawah bayangan pohon besar ini tidak akan bisa tumbuh, berbagai usaha untuk menanam apapun didekatnya berakhir sia-sia.

Desa Rulid merupakan bagian dari «Kerajaan Norlangath Utara», salah satu dari empat kerajaan yang terbagi dan memerintah «Dunia Manusia», dan desa ini juga terletak di daerah terpencil di daerah utara. Dengan kata lain, tempat ini dapat dikatakan sebagai ujung dunia. Utara, timur, dan barat, ketiga sisi ini dikelilingi oleh barisan pegunungan yang curam, jadi untuk memperluas ladang atau padang rumput, tidak ada cara lain selain menebang hutan di selatan. Akan tetapi, hal itu tidak dapat dilakukan karena adanya Gigas Cedar yang tumbuh di jalan masuk hutan.

Telah dikatakan bahwa kulit kayunya sama kerasnya dengan besi, dan bahkan api tidak dapat menyebabkan bekas hangus sedikit pun, menggalinya juga tidak mungkin karena akarnya sama panjang dengan tingginya. Akhirnya pendiri desa memutuskan untuk menebang pohon tersebut menggunakan «Dragon Bone Axe» yang bahkan dapat memotong besi sekalipun, dan tugas untuk melakukannya telah diturunkan ke generasi selanjutnya semenjak saat itu ————

Kepala desa menyelesaikan bercerita tentang misi ini ini dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa tidak nyaman, sehingga dia bertanya, mengapa mereka tidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan membuka hutan lebih jauh ke selatan.

Kepala desa menjawab dengan suara yang bergetar bahwa menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka, pekerjaan itu telah berubah menjadi kebiasaan desa untuk memberikan tugas ini kepada dua orang. Kemudian Kirito, yang memiringkan kepalanya sementara bertanya-tanya dengan keras kenapa leluhur mereka memilih untuk membangun desa di tempat ini sejak awal. Kepala desa kehilangan kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi murka dan memukul kepala Kirito dan bahkan kepala Eugeo dengan tangannya.

Sudah satu tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe dan menantang Gigas Cedar. Tetapi, kelihatannya dikarenakan tangan mereka yang belum dewasa, ayunan kapak mereka tidak dapat membuat potongan yang dalam ke batang kayu. Bekas tebangan di batang kayu yang sampai sekarang ada adalah hasil kerja keras selama tiga ratus tahun, jadi cukup normal jika kerja keras dua anak muda tidak membuat perbedaan yang besar, mereka tidak dapat merasakan pencapaian apapun dari hasil kerja mereka.

Tidak————perasaan mereka, tidak hanya dapat terlihat, bentuk depresi mereka kelihatannya dapat dibuktikan di dalam kenyataan juga.

Kirito, berdiri di samping Eugeo sambil menatap tanpa kata pada Gigas Cedar, terlihat memikirkan hal yang sama, lalu dia berjalan dengan cepat menuju pohon sementara mengulurkan tengan kirinya.

"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan sering mengintip «Life» pohon itu, bukan?"

Eugeo dengan cepat memanggilnya, tapi Kirito hanya menatapnya dengan senyuman jahil yang terlihat di sudut mulutnya.

"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, ini tidak lagi terlalu sering, hanya kadang-kadang."

"Selalu seperti ini, huh, mau bagaimana lagi...Oi, tunggu, biarkan aku melihatnya juga."

Eugeo yang tubuhnya akhirnya mulai tenang segera berdiri dengan gerakan yang sama seperti Kirito sebelumnya dan berlari menuju ke samping patnernya.

"Siap? Buka sekarang."

Kirito mengatakannya suara nada rendah, tangan kirinya terulur ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya merenggang keluar, sedangkan jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang merayap tergambar di udara di hadapan mereka. Itu adalah simbol dasar dari pengabdian dari dewa penciptaan.

Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito dengan segera menyentuh kulit kayu dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara ketukan pelan seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal dari bermain dengan peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu cahaya kecil dari kotak window itu keluar dari batang pohon.

Semua di dunia ini, tidak peduli apakah benda itu dapat bergerak atau tidak, memiliki keberadaan yang dikuasai oleh dewa pencipta Stacia dalam bentuk «Life». Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit «Life», kucing dan kuda memiliki lebih banyak, dan manusia memiliki «Life» yang jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan lumut yang menutupi batu memiliki «Life» yang lebih banyak dari manusia. Dalam semua bentuk, life mempunyai satu kesamaan : dia terus meningkat setelah lahir, dan saat mencapai puncaknya, dia terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan atau manusia berhenti bernafas, tanaman menjadi layu, dan bebatuan menjadi hancur.

«Stacia Window» adalah dimana sacred text dari Life yang tersisa tertulis. Itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan. Sementara sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput dan kerikil, entah mengapa cukup sulit untuk dilakukan pada hewan, dan untuk manusia, tidak mungkin mengeluarkannya jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sacred art pertama-tama.————Di sisi lain, akan sedikit menakutkan ketika melihat window miliknya sendiri.

Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis Gigas Cedar sangat tinggi seperti yang diduga : Eugeo dan Kirito baru bisa memanggil window itu sekitar setengah tahun yang lalu.

Dahulu ada sebuah cerita , di «Katedral Pusat Gereja Axiom» di Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil memanggil window dari dewa tanah Terraria setelah sebuah upacara selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat tetua tadi melihat Life bumi itu, dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.

Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut tidak hanya saat melihat window miliknya sendiri, tapi juga winodw dari sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito memasang wajah penasarannya di dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia terkadang tidak bisa mengerti sahabat masa kecilnya ini, Eugeo menjadi kalah dengan rasa penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu.

Window persegi berwarna ungu pucat yang memiliki tulisan yang merupakan kombinasi dari kalimat berbentuk lurus dan melengkung. Itu adalah sacred letter yang kuno, jika hanya membaca beberapa kata, Eugeo masih dapat melakukannya, hanya menulis huruf tersebut yang dilarang.

"Baiklah......"

Eugeo menggunakan jarinya untuk mengeceknya satu demi satu sambil mengucapkan kata-kata yang tertulis,

"235.542."

"Ah————....Berapa jumlahnya pada saat sebulan yang lalu?"

"Mungkin....235.590."

".........."

Mendengar jawaban Eugeo, Kirito mengangkat tangannya dengan gerakan yang berlebihan, terjatuh dengan lutut menyentuh tanah, lalu mengacak-acak rambut hitamnya menggunakan jari-jarinya.

"Hanya lima puluh! Kita bekerja keras selama dua bulan dan hanya berhasil mengurangi lima puluh dari 235 ribu! Jika seperti ini terus kita tidak akan bisa menebangnya selama seumur hidup kita!"

"Tidak, itu bahkan tidak mungkin sejak awal."

Eugeo tidak dapat melakukan apapun kecuali menjawabnya dengan senyuman masam.

"Enam generasi dari penebang kayu sebelumnya sudah bekerja keras selama tiga ratus tahun, dan hasilnya bahkan tidak mencapai seperempatnya......Untuk membuatnya lebih sederhana, hmmm, Itu mungkin akan sampai pada generasi kedelapan belas, atau sembilan ratus tahun lagi."

"K~a~u~~"

Kirito yang sedang merangkak sambil memegang kepalanya dengan tangannya, menatap pada Eugeo, lalu tiba-tiba menangkap kaki Eugeo. Eugeo kehilangan keseimbangan disebabkan oleh serangan tiba-tiba tersebut, lalu terjatuh di lumut tebal pada punggungnya.

"Ada apa dengan sikapmu yang seperti siswa teladan! Setidaknya bersikaplah lebih terbebani dengan tugas tidak beralasan ini!"

Meskipun dia mengatakannya seolah-olah dia sedang marah, senyuman kecil terlihat di wajah Kirito ketika dia berada di atas Eugeo dan mengacak-acak rambutnya.

"Uwa——, kenapa kau!"

Tangan Eugeo memegang pergelangan tangan Kirito dan menariknya dengan keras. Dia lalu memanfaatkan kesempatan saat Kirito menegangkan tubuhnya untuk menahan, berputar secara vertikal dengan gerakan setengah melingkar, sehingga membuat dia di atas sekarang.

"Sekarang, waktunya membalas!"

Sementara berteriak dan tertawa, dia menarik rambut Kirito dengan tangannya yang kotor, tapi tidak seperti rambut Eugeo yang berwarna coklat muda terang yang lembut, rambut hitam lurus Kirito membuat serangannya tidak berarti. Eugeo lalu berganti menjadi menggelitik perut Kirito.

"Ugya, kau....h-hahah...."

Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan digelitik , tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari belakang mereka.

"Kalian berdua————! Bermalas-malasan lagi!!"

Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi benar-benar berhenti.

"Uu....."

"Ini buruk...."

Sword Art Online Vol 09 - 021.jpg

Mereka berdua mengangkat bahu mereka lalu dengan takut melihat ke belakang.

Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua tangannya berada di pinggang, sesosok manusia dengan dadanya sedikit menonjol berdiri. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara dengan tersenyum.

"H....Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini."

"Sama sekali tidak, ini adalah waktu yang sama."

Sosok tadi membuat wajah yang tidak bersahabat, dengan rambut panjang yang dikat di kedua sisi kepalanya memantulkan sinar keemasan di bawah cahaya matahari yang menembus dari dedaunan. Gadis itu melompat dari batu dengan lincah. Dia memakai rok biru terang dengan apron putih, dan keranjang rotan di tangan kanannya.

Nama gadis muda ini adalah Alice Schuberg. Anak perempuan dari kepala desa, dan dia umurnya sama dengan Eugeo dan Kirito, sebelas tahun.

Untuk semua anak yang tinggal di Rulid————tidak, di daerah utara, itu sudah menjadi tradisi bahwa mereka akan diberikan «Sacred Task» dan menjadi murid magang di musim semi saat mereka berumur sebelas tahun, tapi, Alice satu-satunya pengecualian, dia belajar di gereja sebagai gantinya. Dia diberi pelajaran khusus dari Suster Azariya agar dapat mengembangkan bakatnya dalam sacred art lebih jauh sebagai anak terbaik di desa.

Tapi, Rulid tidak cukup kaya untuk membiarkan anak kepala desa yang berumur sebelas tahun hanya belajar seharian, tidak peduli seberapa banyak bakat yang dia miliki. Semua orang yang dapat bekerja harus bekerja, mereka semua harus terus menahan serangan panas, hujan untuk waktu yang lama, penyakit, semua yang bisa menghilangkan Life dari tanaman dan bahan pangan————dengan kata lain, «dewa kegelapan Vector si penipu». Itu hanya ketika musim dingin yang keras telah tiba semua penduduk desa akhirnya dapat menjadi tenang.

Keluarga Eugeo mempunyai ladang gandum di lahan subur yang luas di sebelah selatan desa, ayahnya Orick dan keluarganya adalah petani. Setelah mengetahui Eugeo, salah satu dari tiga anaknya, tepilih untuk menjalankan tugas menebang mulutnya dipenuhi dengan perkataan yang gembira, tapi sebagian pikirannya pasti memiliki perasaan kekecewaan. Tentu saja mereka akan mendapat pembayaran untuk tugas menebang dari uang miliki desa , tapi kenyataan bahwa berkurangnya satu orang untuk membantu di ladang sama sekali tidak berubah.

Dalam prakteknya, anak tertua dari masing-masing keluarga akan diberikan Sacred Task yang sama seperti ayah mereka, jika berada di keluarga petani, anak perempuan mereka, anak laki-laki mereka, dan anak ketiga mereka juga mengikuti standar ini. Anak dari pemilik toko peralatan akan melanjutkan bekerja di toko peralatan, anak dari penjaga desa akan menjadi penjaga juga, dan anak dari kepala desa ikut menjadi kepala desa selanjutnya. Desa Rulid telah mempertahankan tradisi ini hampir tanpa perubahan selama ratusan tahun, orang dewasa mengatakan bahwa itu adalah anugerah dari perlindungan suci Stacia, tapi Eugeo dapat mengingat secara samar-samar ketidaksesuaian dari cerita mereka.

Kenapa, jika orang dewasa berpikir ingin memperluas desa, kenapa tidak ada satupun perubahan sampai sekarang? Dia masih tidak dapat mengerti. Jika mereka ingin memperluas lahan, mereka tingal memutar sedikit ke selatan dan membiarkan pohon besar merepotkan ini saja untuk bisa memperluas hingga ke hutan selatan. Tapi, kepala desa yang merupakan orang terbijak, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengubah tradisi lama tersebut.

Dengan begitu, tidak peduli sudah berapa lama waktu telah berlalu, desa Rulid masih tetap miskin, jadi Alice yang merupakan anak kepala desa, hanya dapat belajar di pagi hari sama pentingnya dengan dia merawat hewan ternak dan membersihkan rumah di siang hari. Tugas pertamanya setelah belajar adalah untuk membawakan bekal makan siang untuk Eugeo dan Kirito.

Dengan keranjang rotan di tangan kanannya, Alice melompat dengan lincah dari batu besar. Saat dia di ambang mengeluarkan omelan ronde berikutnya dari bibir mungilnya, Eugeo langsung berdiri sambil menggelengkan kepalanya.

"Kami tidak sedang bermain-main, sungguh! Kami sudah menyelesaikan tugas pagi kami."

Bersamaan dengan alasan Eugeo yang cepat, Kirito, di belakangnya, bereaksi dengan cepat sambil berkata "Ya, ya."

Mata Alice memancarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua lagi, lalu pipinya menjadi melembut.

"Jika kalian punya kekuatan untuk berkelahi setelah selesai bekerja, aku ingin tahu apakah aku sebaiknya meminta pada kakek Garitta untuk meningkatkan beban pekerjaan untuk kalian berdua?"

"A-Apapun selain itu!"

"Hanya bercanda.————Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak."

Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah, mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, dan membentangkannya. Dia memilih tempat yang landai dan menaruhnya, yang membuat Kirito dengan cepat melepas sepatunya dan melompat mendudukinya. Eugeo duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan dua pekerja yang lapar.

Menu hari ini adalah daging yang diasinkan dan pai dengan isi kacang panggang, roti hitam lapis keju dan irisan daging asap, beberapa jenis buah kering, dan susu hasil perahan tadi pagi. Bahkan meskipun semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi sinar matahari yang kuat di bulan ketujuh masih dapat menghabiskan «Life» dari makanan ini tanpa ampun.

Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor anjing, lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi «Window» dari setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.

"Uwa, susunya hanya memiliki waktu tersisa sepuluh menit , dan painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Dan aku bahkan berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan cepat. Tapi pastikan untuk mengunyahnya dengan benar."

Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah menjadi «Makanan Busuk», yang bahkan satu gigitannya dapat menyebabkan gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak mempunyai perut yang kuat. Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan mulai menggigit potongan besar pai itu tanpa mengatakan apapun.

Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa bicara. Itu sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga membuat seseorang heran dimana dia menaruh semua makanan yang dia makan dengan perut kecilnya. Semua makanan segera habis satu demi satu. Pertama tiga potong pai, diikuti oleh sembilan potong roti hitam, lalu sebotol besar susu itu habis, setelah itu, mereka bertiga menghela nafas lega.

"————————Bagaimana rasanya?"

Adalah Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada yang seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.

"Ya, pai hari ini enak. Kemampuanmu sudah sangat meningkat, Alice."

"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang dari rasanya bagaimanapun juga."

Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya, Eugeo saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak makan siang mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun mengatakan hal itu, perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan bantuan ibunya, Bibi Sadina, dan tanpa bantuannya, sangatlah jelas. Mereka mengerti bahwa suatu keahlian tidak segera didapatkan tanpa latihan untuk waktu yang lama, dan ini berlaku untuk apapun————tetapi, Eugeo dan Kirito juga paham bahwa itu lebih baik untuk tidak mengatakannya.

"Lagipula——"

Kirito mengatakannya sambil mengambil marigo kuning dari dalam botol buah kering.

"Dengan semua usaha untuk membuat kotak makanan yang lezat, aku ingin memakannya dengan waktu yang lebih lama. Aku ingin tahu kenapa hawa panas bisa membuat makanan rusak....."

"Kenapa? Hmmmm......"

Kali ini, tanpa menyembunyikan senyum masamnya, Eugeo mengangkat bahunya dengan gerakan yang berlebihan.

"Kau mengatakan hal yang aneh, hah? Musim panas membuat Life menurun lebih cepat karena memang begitulah hal itu bekerja. Apakah itu daging, ikan, sayuran dan buah-buahan, itu akan menjadi membusuk jika kamu meninggalkannya saja, bukan?"

"Aku tahu itu, aku bertanya kenapa, bukan? Di saat musim dingin, bahkan sekalipun kau meninggalkan daging asin mentah di luar selama berhari-hari, daging itu tidak akan membusuk, bukan?"

"Itu....karena musim dingin itu dingin."

Kirito melengkungkan mulutnya seperti anak kecil yang rewel pada jawaban Eugeo. Mata hitamnya, yang sangat jarang di daerah utara, memancarkan sinar ketidakpatuhan.

"Itu benar, itu seperti yang Eugeo katakan, hawa dingin akan membuat makanan menjadi lebih tahan lama. Tidak hanya di musim dingin. Jika ada hawa dingin, bahkan di musim ini, kita masih dapat menyimpan makanan untuk waktu yang lama."

Kali ini Eugeo yang tercengang, dia menendang ringan tulang kering Kirito secara dengan jari kakinya.

"Jangan mengatakannya seperti itu adalah hal yang mudah. Dingin? Musim panas itu panas, karena itu adalah musim panas. Apakah kamu memikirkan tentang menggunakan art pengontrol cuaca yang benar-benar terlarang untuk memanggil salju? Hari berikutnya Integrity Knight dari pusat akan terbang ke sini untuk menangkapmu."

"Y-Yah.....Tidak ada yang dapat kita lakukan.....? Aku merasa ada suatu cara, suatu cara yang mudah....."

Sementara Kirito bergumam dengan wajahnya yang merengut, Alice yang dengan tenang mendengarkan percakapan mereka sambil menggulung ujung kuncir rambutnya sedari tadi hingga sekarang dan berkata,

"Menarik."

"A-Apa maksudmu, Alice? "

"Tidak, bukan tentang menggunakan art terlarang. Tidak perlu untuk skala yang cukup untuk menutupi desa, tapi hanya cukup kecil untuk diletakkan di dalam kotak makan ini sudah cukup, bukan?"

Saat mendengar apa yang dikatakan olehnya seolah-olah itu sangat normal, Eugeo tanpa sadar berbalik pada Kirito, yang mengangguk. Senyuman terlihat di wajah Alice sebelum dia melanjutkannya.

"Ada beberapa benda yang dingin bahkan di musim panas. Seperti air dari sumur yang dalam, atau daun Silve. Jika kita meletakkannya di dalam keranjang, bukankah itu akan menjadi dingin di dalamnya?"

"Ah.... Itu benar."

Eugeo melipat kedua tangannya dan berpikir.

Di tengah ruangan luas di depan gereja, ada sebuah sumur menakutkan yang sangat dalam yang digali semenjak desa Rulid terbentuk, air yang dikeluarkan dari dalam sumur itu sangat dingin hingga dapat membuat tangan menjadi mati rasa bahkan di musim panas. Juga, di hutan utara, ada beberapa pohon Silve yang tumbuh, daunnya sangat dingin dan melepaskan aroma tajam ketika diremas, tapi itu sangat bemanfaat untuk merawat luka memar. Mungkin jika menaruh satu toples air dari dalam sumur, atau membungkus pai dengan beberapa lembar daun Silve membuatnya mungkin untuk menjaga kotak makan dingin sementara membawanya ke tempat lain.

Tetapi, Kirito, yang juga terdiam sejenak untuk berpikir, perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Jika seperti itu, aku berpikir itu tidak akan berhasil. Air sumur akan menjadi hangat beberapa menit setelah diambil, daun Silve mungkin bisa menjaga hawa dingin lebih lama, tapi aku tidak berpikir itu akan cukup untuk menutupi jarak dari rumah Alice menuju Gigas Cedar."

"Jadi, apa kamu memiliki metode lain?"

Alice, yang idenya telah ditolak, bertanya sambil cemberut. Kirito mengacak rambut hitamnya sambil terdiam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba bicara dengan nada rendah.

"Es. Dengan es yang sangat banyak, itu akan lebih dari cukup untuk menjaga kotak makan ini tetap dingin."

"Kau....."

Alice menggelengkan kepalanya dengan kekaguman.

"Sekarang musim panas. Dimana tepatnya kamu bisa menemukan es? Bahkan toko besar di pusat kota pasti tidak akan memilikinya!"

Dia mengatakannya dengan nada seperti ibu yang memarahi anaknya yang nakal.

Eugeo, di sisi lain, dapat merasakan perasaan yang buruk, saat dia sekilas melihat Kirito membuat ekspresi wajah yang seperti sebelumnya. Teman masa kecilnya ini, ketika suatu cahaya terlihat di matanya, saat berbicara dengan nada seperti itu, Eugeo tahu dari pengalaman bahwa Kirito sedang memikirkan sesuatu yang tidak bagus. Di dalam kepalanya, dia mengingat ketika Kirito mengambil madu dari lebah raja di pegunungan timur, atau ketika dia memecahkan toples susu yang telah kadaluarsa ratusan tahun yang lalu di ruang bawah tanah gereja, pemandangan itu terlihat dan menghilang dengan cepat.

"J-Jadi, tidak apa-apa, bukan? Tidak ada yang salah dengan makan secara cepat bagaimanapun itu. Juga, jika kita tidak segera memulai pekerjaan sore kita dengan segera kita akan terlambat pulang."

Eugeo berkata sambil memindahkan piring-piring kosong tersebut dengan cepat pada keranjang rotan, karena dia ingin menghentikan pembicaraan yang mengganggu ini. Tapi, saat dia melihat mata Kirito yang bersinar terang, seolah-olah dia mendapat suatu ide, dia mau tidak mau menyadari bahwa ketakutannya telah menjadi kenyataan.

"....... Apa itu, apa rencana yang kamu miliki untuk saat ini?"

Pertanyaannya telah tercampur dengan kepasrahan, Kirito tersenyum sebelum menjawab.

"Hei.......Duluuuu sekali, kakek Eugeo menceritakan kita sebuah cerita, ingat?"

"Hmm......?"

"Cerita yang mana......?"

Selain Eugeo, Alice juga perlahan memiringkan kepalanya.

Sebelum Stacia memanggil kakek Eugeo ke sisinya dua tahun lalu, ada banyak legenda yang diceritakan olehnya dari balik janggut putihnya. Sambil duduk di kursi goyang di taman, dia selalu menceritakan berbagai cerita kepada tiga anak-anak yang duduk di dekat kakinya. Cerita aneh, cerita menarik, cerita menakutkan : ada ratusan cerita seperti itu, jadi Eugeo tidak tahu cerita mana yang Kirito maksudkan. Lalu teman masa kecilnya yang berambut hitam segera terbatuk sambil mengacungkan jari telunjuknya sebelum mengatakan.

"Es di musim panas, tidak ada yang lain selain itu, bukan?『Bercouli dan si Putih dari Utara......』 "

"Oi, hentikan, kau bercanda, bukan?"

Eugeo memotong perkataannya tanpa mendengar bagian akhir sambil mengayunkan tangan dan kepalanya dengan cepat.

Bercouli, diantara leluhur yang membentuk desa Rulid, adalah pengguna pedang terkuat, yang berperan sebagai kepala penjaga generasi pertama. Tapi karena dia hidup tiga ratus tahun yang lalu, hanya ada beberapa cerita tentang keberaniannya yang tersisa, dan cerita yang Kirito sebutkan adalah cerita yang yang paling hebat diantara itu semua.

Pada suatu hari di saat puncak musim panas, Bercouli melihat sebuah batu besar yang mengapung di sungai sebelah timur desa. Saat mengambil batu tersebut, yang ternyata merupakan bongkahan es, Bercouli, dengan kagum, berjalan menyusuri hulu sungai. Tidak lama kemudian, dia sampai pada bagian dari ujung dunia, «Puncak Barisan Pegunungan», dan saat dia tetap berjalan mengikuti sungai yang sempit itu, dia berhadapan dengan mulut gua yang besar.

Bercouli melangkah menuju ke dalam gua melawan angin dingin yang berhembus, dan setelah dia melalui berbagai bahaya, dia sampai aula yang sangat luas. Apa yang dia lihat adalah seekor naga putih raksasa, yang diceritakan sebagai penjaga perbatasan Dunia Manusia. Sosok naga, yang menggulung tubuhnya pada berbagai macam harta karun yang tak terhitung jumlahnya, membuat Bercouli menyadari bahwa naga itu sedang tertidur, tapi bahkan dengan keberaniannya, dia masih terus mendekatinya dengan diam-diam. Diantara berbagai harta karun itu, dia menemukan pedang panjang yang indah, dan dia ingin untuk memilikinya tidak peduli apapun yang terjadi. Dia perlahan menarik pedang tersebut tanpa membangunkan naga itu, dan berlari menjauh secepat yang dia bisa———itu adalah ringkasan ceritanya. Judul cerita itu adalah 『Bercouli dan Naga Putih Utara』.

Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara dan mencari naga yang asli, bukan? Sementara setengah berdoa, Eugeo bertanya dengan penuh ketakutan.

"Maksudmu, kita akan melihat sungai Ruhr dan menunggu sebongkah es mengapung hingga turun......bukan begitu?"

Tetapi, Kirito mendengus sebelum berkata.

"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir sebelum kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin meniru Bercouli dan pergi mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk gua, bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnya pada kotak makanan itu."

"Kau, seperti yang aku bilang......"

Eugeo menjadi kehilangan kata-kata untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide anak laki-laki yang nekat itu. Lalu dia menyadari bahwa mata birunya bersinar dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan pemikiran itu.

Eugeo dan Kirito adalah dua bocah nakal nomor satu di desa, mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka berdua di setiap hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa banyak kenakalan mereka yang diam-diam dibantu dan direncakan dari belakang oleh Alice, siswa teladan nomor satu di desa.

Alice itu saat ini meletakkan jari telunjuknya ke bibirnya, sambil terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,

"——Itu bukan ide yang buruk."

"J-Jangan kau juga, Alice....."

"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju Perbatasan Utara. Coba ingat baik-baik. Kalimat sebenarnya yang tertulis di peraturan, [Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil tidak boleh bermain melewati Perbatasan Utara]."

Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan.

Peraturan desa atau «Perturan Dasar Penduduk Rulid» sebagai nama resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas kertas dan setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen tersimpan di dalam rumah kepala desa. Ini adalah hal pertama yang semua anak-anak yang pergi ke sekolah gereja harus mengahafalnya. Dan setelah itu, setelah mendengar dari orang tua mereka dan para tetua terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan peraturan', peraturan ini tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur sebelas tahun——apa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara akurat mengingat semua teks, kata demi kata.

.......Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga..... tidak, bahkan mengingat dengan sempurna peraturan desa sudah......

Sementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti itu, Alice melancarkan tenggorokannya sekali, lalu melanjutkan dengan nada seperti seorang guru.

"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain, itu dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahan es bukanlah bermain. Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga membantu orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini juga dapat dianggap sebagai bagian dari pekerjaan."

Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam patnernya yang awalnya memiliki sedikit keraguan, tapi hal itu dengan segera meleleh seperti balok es yang mengapung di sungai saat musim panas——

"Ya, itu benar, benar sekali."

Sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah serius.

"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati batas hingga sampai ke ≪Puncak Barisan Pegunungan≫, itu masih tidak dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang diperintahkan, jika kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti itu. Jika mereka menjadi marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya, lalu itu semua seharusnya akan baik-baik saja."

Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel Balbossa adalah orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki tubuh sehat; bahkan meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih banyak dibandingkan dengan keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan kapanpun dia bertemu dengan Eugeo di jalan, dia selalu menyapanya dengan ejekan 'Masih belum bisa menebang jatuh pohon Cedar yang menyebalkan itu?'. Rumor mengatakan bahwa dia meminta kepala desa untuk mengutamakan keluarganya untuk menanam di lahan baru saat Gigas Cedar telah ditebang jatuh. Respon Eugeo adalah, 'Sebelum itu terjadi, Lifemu akan sudah lama hilang,' tentu saja dia hanya mengatakan itu di pikirannya.

Bahkan meskipun ide Kirito untuk menggunakan perkataan Nigel sebagai alasan untuk pergi melewati Perbatasan Utara sangat menarik, tapi bertugas sebagai penahan kelompok ini untuk waktu yang lama membuat Eugeo tidak mampu untuk berhenti mengatakan 'Tapi'.

".......Tapi, pergi ke Puncak Barisan Pegunungan tidak hanya melanggar peraturan desa tapi 'itu' juga, bukan? Bahkan jika kita berhasil pergi melewati Perbatasan Utara dan sampai pada dasar pegunungan itu, kita masih tidak dapat memasuki gua itu......"

Saat mendengar itu, Alice dan Kirito membuat wajah serius.

«Itu» yang Eugeo katakan adalah hukum mutlak yang memerintah semua manusia di Dunia Manusia yang luas, kekuasaannya jauh diatas «Hukum Dasar Kerajaan Norlangarth Utara», lupakan «Aturan Dasar Penduduk Rulid»—— Namanya adalah «Taboo Index».

Itu dibuat oleh «Gereja Axiom», menara raksasa yang kelihatannya menjulang hingga mencapai langit, terletak di ibu kota Centoria. Buku tebal yang diikat dengan kulit putih bersih yang disediakan tidak hanya di kerajaan utara dimana Eugeo tinggal, tapi juga sekurang-kurangnya satu buah di setiap kota dan desa di kerajaan timur, selatan, dan barat.

Taboo Index, tidak seperti peraturan desa dan hukum kerajaan, sama seperti namanya, itu adalah daftar dari «Hal yang tidak boleh dilakukan». Itu dimulai dengan larangan dasar seperti «Menentang Gereja» atau «Membunuh», «Mencuri», hingga daftar sampingan seperti batas hewan dan ikan yang dapat ditangkap setiap tahun, atau makanan yang tidak boleh diberikan kepada hewan ternak, jumlahnya dengan mudah melebihi seribu daftar. Untuk semua anak-anak yang menghadiri sekolah, selain belajar menulis dan berhitung, pelajaran yang paling penting adalah untuk menghafalkan semua Taboo Index.——Atau lebih tepatnya, tidak mengajar Taboo Index di sekolah dapat dianggap sebagai melanggar taboo.

Meskipun Taboo Index dan Gereja Axiom memiliki kekuasaan yang luas, tapi kelihatannya ada daerah dimana mereka tidak memiliki kekuasaan sama sekali. Dibalik <Puncak Barisan Pegunungan> yang mengelilingi dunia ini adalah tanah kegelapan——atau ≪Dark Territory≫ dalam Pengucapan Suci. Karena itu, pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan saja sudah dilarang oleh Taboo Index sejak awal. Untuk Eugeo, itu sama sekali tidak berguna hanya dengan pergi ke dasar pegunungan tanpa memasuki gua itu.

Alice pasti akan mencari cara untuk menantang Taboo Index seperti biasanya, tapi berpikir seperti itu sudah merupakan taboo itu sendiri. Eugeo menatap pada teman masa kecilnya yang lain sementara memikirkan hal itu.

Bulu matanya yang panjang berkilauan dibawah sinar matahari di siang hari yang melewati dedaunan yang terlihat seperti benang emas yang sangat indah, Alice menjadi terdiam untuk sesaat——Lalu kemudian, dia mengangkat wajahnya, lalu bicara dengan cahaya ketidakpatuhan seperti biasanya yang bersinar di matanya.

"Eugeo. Aturan laranganmu tidak akurat lagi."

"Eh....... kau bohong."

"Aku tidak berbohong. Apa yang tertulis di Taboo Index adalah: Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, 『Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』 .....Melewati pegunungan, normalnya dengan cara «mendaki melewatinya». Itu tidak termasuk pergi ke dalam gua tidak termasuk didalamnya. Juga, tujuan kita bukan pergi melewati perbatasan pegunungan untuk bermain, tapi untuk mendapatkan es, bukan? Tidak tertulis 『Dilarang mencari es di Puncak Barisan Pegunungan』 yang tertulis di Taboo Index sama sekali."

Kata-kata yang keluar dengan lancar dari suara jelas dan manis Alice seperti bel kecil dari gereja, Eugeo tidak mengatakan apapun. Memang, dia merasa apa yang dikatakan Alice entah bagaimana sangat benar.

——Tapi, sampai sekarang kita belum pernah pergi menuju Perbatasan Utara sebelumnya, kita hanya mengikuti sungai Ruhr hingga sampai di kolam kembar. Aku tidak tahu apa yang berada di balik itu, apalagi musim ini ada banyak kumbang menyebalkan di tepi sungai juga......

Sementara Eugeo yang masih dengan susah payah memikirkan suatu cara untuk kabur, Kirito menepuk punggungnya—— dengan kekuatan yang tidak cukup untuk mengurangi Lifenya——sebelum mengatakan.

"Lihat, Eugeo, jika Alice, yang belajar paling rajin di desa ini, mengatakan seperti itu, maka tidak ada keraguan tentang itu! Baiklah, maka sudah diputuskan, pada hari libur nanti kita akan mencari naga pu......Erm, maksudku, mencari gua dengan es!"

"Lalu itu akan lebih baik jika kotak makanannya dibuat dengan bahan yang bertahan jauh lebih lama."

Melihat wajah terang dari kedua teman masa kecilnya, Eugeo menghela nafas di dalam pikirannya sebelum menjawab "Yeah...," dengan pelan.

Bagian 2

Kebetulan, tiga hari terakhir bulan ketujuh cuacanya lumayan baik.

Hanya saat hari libur anak-anak yang berumur diatas sepuluh, yang sudah diberi Sacred Task, diperbolekan bermain sampai waktu makan malam seperti saat mereka kecil. Eugeo dan Kirito biasanya menghabiskan waktu dengan memancing dan berlatih teknik pedang dengan anak laki-laki lainnya, tapi, hari ini mereka meninggalkan rumah bahkan sebelum kabut pagi hilang, dan menunggu Alice dibawah pohon tua di pinggiran desa.

"........ Dia sangat lambat!"

Meskipun dia baru menunggunya bersama Eugeo selama beberapa menit, Kirito sudah mengomel.

"Aku tidak mengerti kenapa perempuan mementingakan berdandan daripada datang tepat waktu. Mungkin dalam dua tahun kedepan dia akan seperti kakakmu yang bajunya kotor di hutan dan menolak untuk memakainya lagi sekarang."

"Itu nggak bisa diubah, perempuan emang kayak gitu."

Mengatakannya dengan senyuman masam, Eugeo tiba-tiba membayangkan apa yang akan terjadi dua tahun lagi.

Alice mungkin masih menjadi gadis tanpa Sacred Task, Orang-orang disekitarnya mungkin masih bisa mentoleransi keinginannya bersama dengan Eugeo dan Kirito. Tapi karena dia adalah anak dari kepala desa, akan diputuskan sepihak bahwa dia menjadi contoh dasar bagi perempuan lain di desa. Tak lama lagi, dia akan dilarang untuk bermain dengan laki-laki, dan pasti dia harus belajar bukan hanya Kemampuan Suci, tapi juga tentang tata krama.

Lalu..... apa yang akan terjadi setelah itu? Mungkinkah dia harus menikah dengan keluarga lain?, seperti kakak perempuan tertua Eugeo Sulinea, Kalau seperti itu, apa yang akan Kirito pikirkan.....?

"Oi, kamu kelihatan linglung. Apa kamu tidur cukup semalam?"

Kirito melihat Eugeo dengan muka penuh sangsi, Eugeo mengangguk dengan cepat.

"Y-Ya, aku baik-baik saja. ....Ah, itu dia datang."

Sambil mendengar langkah yang sayup-sayup, dia menunjuk ke arah pusat desa.

Yang muncul dari kabut pagi yang tebal adalah Alice, seperti apa yang Kirito katakan, rambut pirangnya yang disisir rapi diikat dengan pita, yang berayun diatas celemek polosnya. Sambil berusaha menahan senyum dia menatap sahabatnya, lalu menoleh untuk berteriak pada saat bersamaan.

"Lambat sekali!"

"Kalian yang terlalu cepat. Berhenti kayak anak kecil mulai sekarang."

Setelah selesai mengatakannya, Alice mengangkat keranjang anyaman yang di tangan kanannya ke Eugeo dan botol air minum di tangan kirinya ke Kirito.

Mereka berdua mengambil barang itu tanpa perintah sebelum berbalik mengarah ke jalan menuju utara. Alice memetik sepucuk rumput, meluruskannya dan mengarahkannya ke arah gunung batu tinggi, lalu berteriak,

"Kalau begitu...... kelompok pencari es musim panas, berangkat!"

Kenapa kita selalu berakhir dengan «Putri dan dua pengikut»? Sambil memikirkannya, Eugeo menatap muka Kirito dan berlari mengejar Alice yang sudah berjalan duluan.

Desa Rulid punya jalan yang berasal dari utara ke selatan, sementara jalan selatan sudah rata karena pijakan manusia dan kendaraan yang lewat setiap saat, sisi utara, yang hampir tidak mempunyai penghuni, banyak terdapat akar pohon dan kerikil yang membuat berjalan menjadi sulit. Tapi, Alice dengan entengnya melompat diantaranya seperti berjalan di jalan biasa, terus meninggalkan mereka berdua sambil bersenandung.

Bagaimana mengatakannya, dia punya keseimbangan yang hebat?, Eugeo memikirkannya. Beberapa tahun lalu Alice kadang-kadang ikut latihan pedang bersama anak-anak nakal desa, dan ranting tipisnya mengenai Eugeo dan Kirito berulang kali. Tongkat itu seperti bisa memotong udara, bahkan jika lawannya adalah roh angin. Jika dia terus berlatih, mungkin saja dia akan menjadi penjaga perempuan pertama di desa.

"Penjaga, huh........."

Eugeo berbisik dengan suara pelan.

Sebelum Sacred Task untuk menebang pohon besar diberikan padanya, bisa jadi juga menjadi angan-angannya, meskipun tidak jelas dan luar biasa. Semua anak di desa ingin terpilih menjadi seorang penjaga, dan mengganti tongkat kayu lama mereka dengan pedang besi baru, dan juga belajar di sekolah pedang asli.

Bukan hanya itu. Setiap musim gugur, semua penjaga di setiap desa di daerah utara bisa ikut dalam turnamen pedang yang dilaksanakan di Zakkaria di bagian selatan. Jika bisa mendapat peringkat yang tinggi, mereka bisa menjadi pengawal ———— diakui sebagai ahli pedang sungguhan dalam nama dan kenyataan, serta boleh meminjam pedang resmi yang ditempa oleh penempa dari ibukota. Tapi, angannya belum berakhir disitu. Jika mereka bisa menunjukkan prestasi mereka sebagai sentinel, mereka bisa diperbolehkan untuk mengikuti tes untuk masuk ke «Akademi Ahli Pedang», yang memiliki sejarah kuno dan terpandang. Setelah melewati tes yang sulit, dan lulus dari akademi setelah dua tahun belajar, mereka bisa ikut dalam turnamen seni pedang yang dihadiri Raja Kerajaan Utara Norlangath. Bercouli dalam cerita dikatakan berhasil memenangkan turnamen ini dengan gemilang.

Yang terakhir, berkumpulnya semua pahlawan di penjuru Dunia Manusia yang digelar oleh Gereja Axiom sendiri, «Turnamen Persatuan Empat Negara». Hanya yang memenangkan pertarungan yang bahkan bisa dilihat dewa dengan jelas, yang terkuat dari semua pendekar pedang, untuk melawan iblis dari Daratan Kegelapan, untuk diangkat menjadi penunggang naga, seorang «Integrity Knight»——————

Sampai titik ini, impian itu sudah melewati batas, tapi boleh jadi, ada saat dimana Eugeo memikirkannya. Mungkin, jika Alice meninggalkan desa bukan sebagai pendekar pedang tapi sebagai Master Art, untuk belajar di Zakkaria atau bahkan di «Master Art Academy» di capital, saat itu, di sampingnya sebagai pengawal, dengan seragam pengawal berwarna hijau dan coklat muda, dengan pedang keperakan di pinggangnya, adalah......

"Impian itu masih belum berakhir."

Tiba-tiba, bisikan datang dari Kirito yang berjalan di belakangnya. Eugeo menoleh dengan penuh kekagetan. Sepertinya, hanya dengan desahan yang keluar dari mulutnya tadi, Kirito bisa mengetahui semuanya. Instingnya masih tajam seperti biasa. Eugeo membuat senyum masam dan membalasnya,

"Nggak, itu sudah berakhir."

Ya, impian itu sudah berakhir. Musim semi tahun lalu, Sacred Task sebagai penjaga diberikan kepada Jink, anak dari kepala penjaga sekarang. Bahkan meskipun kemampuan pedangnya kalah dengan Eugeo dan Kirito, dan tentu Alice. Eugeo terus bicara seperti merasa terhina,

"Setelah Tugas Suci diberikan, bahkan kepala desa pun nggak bisa merubahnya."

"Dengan satu pengecualian, kan?"

"Pengecualian.........?

"Jika tugas itu sudah selesai dilaksanakan."

Kali ini dia membuat senyum kecut pada sifat keras kepala Kirito. Pasangannya ini masih tidak mau melepaskan ambisinya untuk menebang Gigas Cedar pada generasinya.

"Setelah kita bisa menebang pohon itu, tugas kita selesai dengan sempurna. Setelah itu kita bisa memilih tugas kita sendiri, bagaimana?"

"Itu benar, tapi......

"Aku senang aku tidak mendapat Tugas Suci sebagai penggembala atau petani. Tugas itu nggak akan berakhir, tapi tugas kita berbeda. Aku yakin pasti ada cara, dalam tiga, tidak, dua tahun kita akan menebangnya, lalu....."

"Kita akan mengikuti turnamen pedang di Zakkaria."

"Apa? Apa kamu memikirkan hal yang sama, Eugeo?

"Aku nggak bisa membiarkan Kirito kelihatan hebat sendirian."

Setelah tukar pendapat barusan, Eugeo merasa bahwa impian itu bukan lagi mimpi di siang bolong. Mereka berdua berjalan sambil tersenyum lebar, membayangkan saat mereka menerima pedang resmi, kembali ke desa, dan membuat mata Jink dkk terbelalak iri; Alice yang berjalan di depan mereka tiba-tiba berbalik.

"Hei kalian berdua, apa sih yang kalian bisikkan dari tadi?"

"Ng-Nggak, nggak ada apa-apa. Cuma berpikir apa sekarang waktunya makan siang, bukan?"

"Y-Ya."

"Bukannya kita baru mulai berjalan? Juga, lihat, kita bisa melihat sungainya sekarang."

Saat mereka melihat ke arah yang Alice tunjukkan, mereka melihat, air yang beriak di jalan sana. Sumber dari sungai Ruhr ada di Mountain range at the Edge, yang mengalir di bagian timur desa Rulid, berlanjut ke selatan menuju kota Zakkaria. Di tempat pertemuan jalan dengan sungai, jalannya terbagi menjadi dua. yang kanan melewati sungai Ruhr menuju hutan selatan, yang kiri menyusuri sungai di bagian barat. Arah yang mereka pakai, tentu saja, utara.

Saat Eugeo sampai di persimpangan, dia mencelupkan tangannya ke dalam air yang mengalir hingga membuat suara gemericik air. Karena sekarang pertengahan musim panas, air yang membeku saat musim semi mulai menghangat. Akan menyenangkan jika dia mencopot bajunya dan berenang, tapi tidak bisa di depan Alice.

"Ini bukan suhu air yang bisa menghanyutkan bongkaan es."

Eugeo berkata dan berbalik, Kirito mencibir sebelum protes,

"Karena itu kita pergi ke gua besar tempat esnya ada, kan?"

"Itu lebih baik, tapi kita harus kemari sebelum bel sore berbunyi. Kita lihat..... saat Solus berada di tengah-tengah langit, kita harus segera pulang."

"Kita nggak bisa apa-apa. Kalau begitu ayo cepat!"

Di belakang Alice, yang sedang berteduh, mereka berdua mempercepat langkah mereka untuk mengejarnya.

Dahan-dahan pohon yang menjalar di sisi kiri berfungi sebagai kanopi, menghalangi sinar matahari, lalu udara sejuk dari sungai di sisi kanan, membuat mereka nyaman berjalan meskipun Solus sudah ada di tengah-tengah langit. Jalan di samping sungai yang lebarnya satu mel tertutupi rumput pendek musim panas, dan hampir tidak ada kerikil atau lubang yang menyulitkan berjalan.

Eugeo berpikir, kenapa mereka tidak pernah berjalan melewati kolam kembar sebelumnya, padahal sangat mudah untuk sampai kesana.

«Northern Pass» yang dilarang oleh peraturan desa masih jauh dari kolam kembar. Jadi jika mereka pergi kemanapun selain ke Northern Pass, ya ———— bisa dibilang ketidaknyamanan dari peraturan itu yang membuat kaki mereka tidak bisa bergerak saat melihat batasnya di depan mereka.

Meskipun dia dan Kirito selalu mendengarkan keluhan dari orang dewasa tentang tradisi, meskipun mereka berbuat seperti itu, mereka berdua tidak pernah berpikir untuk melanggar peraturan atau Larangan. Perjalanan hari ini menjadi satu yang paling dekat dengan batas larangan.

Eugeo khawatir, dia melihat Kirito dan Alice berjalan tanpa beban di depannya, mereka bahkan bernyanyi lagu gembala dengan riang. Mereka..... apa mereka tidak ketakutan atau khawatir sedikitpun?, sambil memikirkannya, Eugeo mendesah sedih.

"Hei, tunggu."

Dia memanggil mereka, mereka berdua terus berjalan tapi berbalik berbarengan.

"Ada apa, Eugeo?"

Alice menyondongkan kepalanya sambil bertanya dengan nada mengancam dan penuh maksud.

"Kita sudah jauh dari desa...... Apa nggak ada binatang buas di sekitar sini?"

"Eh——? Aku nggak pernah mendengarnya."

Alice mengataannya sambil melihatnya, Kirito juga mengangkat bahu dengan enteng.

"Hmm........ donetti yang memiliki cakar besar yang panjang seperti yang kakek lihat, dimana dia melihatnya?"

"Ada di sekitar pohon apel hitam di timur, kan? Tapi itu kan cerita lama sepuluh tahun yang lalu."

"Jika benar ada di sekitar sini itu pasti serigala bertelinga empat. Eugeo, kamu takut, ya?"

Menyela tertawaan 'Ahaha' mereka, Eugeo membela diri,

"Ng-Nggak, aku nggak takut........ Kita nggak pernah pergi melewati kolam kembar sebelumnya, bukan? Aku cuma ingin kita lebih hati-hati."

Setelah mendengarnya, mata hitam Kirito berkilau dengan liar.

"Ya, itu benar. Apa kamu tahu? Saat desa baru saja dibentuk, kadang-kadang iblis dari Daratan Kegelapan..... seperti «Goblin» atau «Orc» melewati pegunungan untuk mencuri domba atau menculik anak kecil."

"Apa? Apa kamu ingin menakutiku? Aku sih juga tahu itu. Akhirnya Integrity Knight datang dari ibukota dan membinasakan Pemimpin Goblin."

"—————— 『Sejak saat itu, di hari yang cerah, ksatria naga putih bisa terlihat di atas Mountain range at the Edge.』"

Kirito mendengungkan kalimat terakhir dari dongeng yang diketahui semua anak di desa, sambil mendongak menatap langit. Eugeo dan Alice mengikutinya, sebelum mereka sadar, pandangan mereka terisi dengan pegunungan berbatu putih, dan diatasnya ada langit biru yang mereka cari.

Sesaat, mereka merasa melihat secercah cahaya melintas melewati awan-awan, tapi mereka tidak bisa melihat apapun saat mencoba melihat lebih jelas. Mereka bertiga saling berpandangan satu sama lain sebelum tertawa karena malu.

"——————Itu cuma dongeng, kan? Naga es yang tinggal di dalam gua itu, pasti cuma cerita bohong yang diceritakan olehnya, Bercouli."

"Oioi, jika kamu berbicara seperti itu di desa, kau akan dipukul oleh kepala desa. Bercouli si Ahli Pedang itu pahlawan desa."

Kata-kata Eugeo membuat semua tersenyum kembali, dan Alice mempercepat langkahnya.

"Kita nggak akan tahu sampai kita tiba di sana. Lihat, kalau kalian terus seperti itu, kita nggak mungkin tiba di sana sebelum makan siang."


——————Seperti yang Alice katakan, Eugeo tidak berpikir mereka bisa tiba di «Mountain Range at the Edge» selama setengah hari hanya dengan berjalan.

Mountain range at the Edge, seperti namanya, adalah batas dunia; dengan kata lain, batas negeri manusia yang terdiri dari empat kerajaan yaitu utara, selatan, timur, dan barat; dari desa Rulid yang berada di bagian paling utara di kerajaan utara, anak kecil juga bisa sampai ke pegunungan dengan mudah.

Jadi, Eugeo terkejut, tepat sebelum matahari sampai di tengah-tengah langit, sungai Ruhr, yang semakin menyempit, hilang di depan mulut gua yang berada di dasar jurang.

Hutan yang tersebar di kedua arah tiba-tiba menghilang, di depan matanya ada tebing abu-abu curam memuncak. Jika dia mendongak ke atas, dia bisa melihat langit biru yang melintasi puncak gunung putih bersih di kejauhan, tebing ini pasti, dasar dari Mountain Range at the End.

"Kita sudah sampai......? Ini, Mountain range at the Edge..... benar? Bukannya terlalu cepat......?"

Kirito, yang juga terlihat tidak percaya, berbisik. Sama seperti Alice, yang berbisik dengan mata birunya yang masih terbuka lebar,

"Lalu...... dimana «Northern Pass»nya? Apa kita melewatinya tanpa sadar?"

Seperti yang dia katakan. Mungkin saja anak-anak di desa ———— atau bahan orang-orang dewasa juga sudah melewati batas tersebut tanpa menyadarinya. Ngomong-Ngomong, setelah tiga puluh menit kita berjalan dari kolam kembar, ada tempat yang agak turun dan nah, apa itu Northern Pass?

Sementara Eugeo masih berpikir, bisikan Alice yang serius terdengar.

"Jika ini Mountain range at the Edge..... lalu di seberang adalah Tanah Kegelapan, kan? Kalau begitu..... kita sudah berjalan selama empat jam, ke Zakkaria memakan waktu lebih dari itu. Rulid..... memang ada di tepi dunia....."

Eugeo berdiri dengan pusingnya, Kita tinggal di desa sudah sejak lama tapi kita tidak tahu dimana lokasinya di dunia ini? Tidak —————— mungkinkah bahkan orang tua di desa tidak tahu bahwa Mountain Range at the Edge itu sedekat ini? Selama tiga ratus tahun sejarah, orang yang melewati hutan lebat yang tersebar di utara desa, selain Bercouli, adalah kita....?

"Bagaimanapun, itu aneh. Pikir Eugeo. Tapi, dia tidak tahu kenapa itu aneh.

Setiap hari, pada saat yang sama, semua orang dewasa sarapan, pergi beerja di ladang atau padang rumput, menempa atau memintal di tempat kerja mereka seperti kemarin. Apa yang Alice katakan tadi, empat jam tidak cukup untuk pergi ke Zakkaria, tentu saja, mereka tidak pernah pergi ke Zakkaria sebelumnya, Aku dengar dari orang-orang dewasa bahwa butuh waktu dua hari berjalan lewat jalur utama selatan untuk sampai ke sana. Tapi, ada berapa banyak dari mereka yang pergi ke Zakkaria dan kembali....?

Pemikirannya yang membingungkan, tersapu oleh perkataan Alice,

"————Ngomong-ngomong, tidak ada yang harus kita lakukan selain masuk ke dalam gua. Tapi sebelum itu, ayo kita makan siang terlebih dahulu."

Sambil mengatakannya, dia mengambil keranjang rotan dari tangan Eugeo, lalu duduk di semak pendek yang berbatasan dengan bebatuan. "Ini yang aku tunggu, perutku sudah keroncongan." Dengan suara Kirito yang seperti itu, Eugeo juga duduk di atas rumput. Bau khas dari pai membuyarkan lamunannya, yang bisa dia ingat cuma perutnya yang keroncongan.

Alice memukul tangan Kirito dan Eugeo yang terjulur lalu memeriksa jendela masing-masing makanan. Setelah dia selesai memeriksa semua makanan dan semuanya masih punya banyak waktu yang tersisa, dia mengeluarkan pai isi kacang dan ikan, pai isi apel dan walnut, dan manisan buah persik. Untuk tambahan, dia menuang air Siral dari kantung air ke gelas kayu, ini juga sudah diperiksa dan tidak akan menguap dalam waktu dekat.

Sesaat setelah dia memperbolehkan mereka, Kirito yang sudah cukup kesal sampai-sampai tidak bicara saat mulai makan pai ikannya, bicara dengan mulut yang penuh makanan sambil mengunyah,

"Gua itu.... jika kita menemukan banyak bongkahan es, kita tidak perlu terburu-buru untuk makan siang besok."

Sambil menelan makanannya, Eugeo menoleh dan menjawab,

"Tapi, jika kita bisa menemukan esnya, bagaimana kita menjaga Nyawanya supaya nggak hilang? Jika esnya meleleh sebelum waktu makan siang besok lalu ini nggak ada gunanya, kan?"

"Mu......."

'aku tidak berpikir sejauh itu,' bahu Kirito terkulai, lalu Alice menjawabnya dengan nada mengacuhkan,

"Jika kita membawanya pulang dengan cepat dan menyimpannya di loteng rumahku, semalam tidak masalah. Kalian berdua, kalian harusnya sudah memikirkannya dari awal."

Sesudah mereka tahu kesalahan mereka, Eugeo dan Kirito mencoba menyembunyikan rasa malu mereka dengan memenuhi mulut mereka dengan makanan. Meskipun mereka punya banyak waktu, Alice makan dengan cepat seperti biasa sebelum akhirnya meminum air Siralnya.

Setelah melipat taplak putih dengan rapi dan memasukkannya ke dalam keranjang rotan, Alice berdiri. Dia berjalan menuju sungai terdekat dengan tiga gelas di tangannya, lalu membasuhnya dengan air sungai.

"Uhyaa."

Dia menghela nafas sambil menyelesaikan pekerjaannya, dan saat dia kembali, Alice merentangkan tangannya, yang sudah dikeringkan dengan celemek, ke arah Eugeo.

"Airnya sangat dingin! Suhunya sama dengan air sumur saat tengah musim dingin."

Apa yang dia lihat adalah tangan kecil yang sudah berwarna kemerahan. Refleks, dia menjulurkan tangannya dan menggenggam tangan Alice, tentu saja untuk menyaurkan rasa hangat dari tangannya ke tangan dingin Alice.

"Sebentar..... hentikan itu."

Rona pipinya sekarang sama dengan tangannya, dan Alice menarik tangannya kembali. Saat itu juga, Eugeo baru sadar dia melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya, lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ah..... bukan, itu.."

"Baik, bukannya kita harus berangkat sekarang, tuan dan nyonya?"

'Apa kamu benar-benar ingin membantuku keluar dari masalah ini?' Eugeo menyeringai sambil mengatakannya dan menendang pelan kaki Kirito, setelah apa yang dilakukannya tadi, dia mengambil kantung air dan memanggulnya, lalu berjalan ke dalam gua tanpa menengok ke belakang.

Sulit dipercaya sumber dari Sungai Ruhr, sungai jernih yang dilewati oleh mereka bertiga sampai sekarang, sekecil ini. Dengan diameter kira-kira satu setengah mel, sungai kecil ini mengalir keluar lewat mulut gua di tebing yang tinggi; di sisi kirinya, ada batu yang berukuran sama menonjol keluar, dia menapakinya dan berjalan ke dalam gua.

Eugeo berpikir, Bercouli menapaki batu ini tiga ratus tahun lalu, sambil berusaha untuk masuk ke dalam gua. Suhunya tiba-tiba turun, dia mencoba menghangatkan dirinya dengan menggosokkan tangannya ke lengan yang tidak tertutupi jubah lengan pendeknya.

Dia berjalan sejauh sepuluh langkah sambil mengiakan dua langkah di belakangnya.

Saat itu juga, Eugeo sadar dia melakukan kesalahan besar, bahunya jatuh dan menoleh ke belakang.

"Oh tidak...... Aku lupa tidak membawa lampu. Kirito, apa kamu membawa satu?"

Meskipun dia hanya berjarak lima mel dari mulut gua, dinding gua sudah cukup gelap sampai dia tidak bisa melihat wajah mereka berdua. Dalam kegelapan di dalam, wajar jika dia berharap pada rekannya tentang sesuatu yang dia lupakan, tapi jawabannya hanya "Bagaimana mungkin aku ingat sesuatu yang juga kamu lupakan?" dengan kepercayaan diri yang aneh.

"D..... Dasar, kalian berdua...."

Sementara Eugeo memikirkan berapa kali dia mendengarnya bicara seperti itu, dia menatap langsung rambut keemasan Alice. Alice mencari-cari sesuatu di sekitarnya sbelum merogoh saku celemeknya dan mengeluarkan benda tipis dan panjang. Itu adalah sepucuk rumput yang dipetiknya saat mereka berangkat.

Dia menggenggam rumput itu di tangan kanannya, dengan tangan kirinya menyanga ujung rumput tersebut, Alice memejamkan mata. Mulut kecilnya mulai bergerak, menggumamkan bait aneh dalam huruf suci yang Eugeo tidak tahu yang mulai terngiang di udara.

Akhirnya tangan kirinya dengan cepat memotong simbol kompleks yang muncul, secercah cahaya yang lemah mulai bersinar dari ujung rumput yang menggelembung. Cahaya tadi kemudian menjadi sangat terang dalam waktu singkat, dan menjauhkan kegelapan dari gua dalam jarak yang cukup jauh.

"Ooo."

"Wow....."

Kirito dan Eugeo tanpa sadar mengeluarkan suara kekaguman bersamaan.

Meskipun mereka tahu Alice sudah mempelajari kemampuan suci, mereka hapir tidak pernah bisa melihatnya sendiri. Berdasarkan apa yang Suster Azariya ajarkan, semua ritual yang berdasarkan dewa kehidupan Stacia, dewa matahari Solus atau dewa bumi Terraria ———— kecuali kemampuan gelap yang digunakan oleh pelayan dari dewa kegelapan Vector ———— ada untuk menjaga keutuhan dan keseimbangan dunia, jadi kemampuan ini tidak boleh digunakan seenaknya.

Kemampuan suci yang digunakan Suster dan muridnya hanya saat tanaman obat di desa tidak bisa menyembuhkan penyakit atau luka. Karena Eugeo paham betul tentang ini, dia menoleh ke Alice, yang memegang sepucuk rumput yang bersinar dengan warna aneh, lalu tanpa sadar bertanya,

"Ah, Alice...... mengunakan kemampuan seperti itu, apa nggak apa-apa? Apa kamu tidak akan dihukum karena ini......?"

"Hmph, kalau ini sudah cukup untuk membuatku dihukum, aku sudah tersambar petir sepuluh kali."

".............."

Setelah mengatakannya, Alice memberikan rumput yang bersinar itu kepada Eugeo sambil tersenyum. Dia mengambilnya tanpa berpikir sebelum bergumam 'Hiee', dan menyadarinya,

"A-Aku duluan!?"

"Tentu saja, apa kamu membiarkan seorang gadis berjalan di depan? Eugeo ada di depan, Kirito di belakang. Jangan buang banyak waktu, ayo cepat."

"Y-Ya."

Seakan terdorong oleh keadaan, Eugeo mengacungkan senter kecil itu dan berjalan kedalam gua dengan agak takut.

Susunan batu yang berliku-liku ini terlihat tidak berujung. Dindingnya memantulkan cahaya kebiruan dan terlihat basah. terkadang, dia khawatir dengan bayang-bayang yang terlihat di tempat yang tidak terkena cahaya. Tapi, tidak peduli kemana dia berusaha meihat, dia tidak bisa menemukan sesuatu yang seperti es. Meskipun terkadang ada stalaktit abu-abu yang terlihat mirip dengan kerucut es, dia tahu bahwa itu batu hanya dengan melihatnya saja.

Setelah berjalan selama beberapa menit, Eugeo memanggil Kirito di belakangnya,

"Hei..... kalau tidak salah, kamu bilang ada kerucut es segera setelah kita memasuki gua, kan?"

"Aku berkata seperti itu?"

"Iya!"

Sambil mendekati rekannya yang berusaha menghindari tatap mata, Alice menggunakan tangan kanannya untuk menghentikan Eugeo sambil berbisik,

"Hei, bawa cahayanya lebih dekat sedikit."

"......?"

Eugeo mengacungkan sepucuk rumput tadi mendekati wajah Alice. Dia membulatkan bibirnya sebelum menghembuskan nafas ke arah cahaya.

"Ah......"

"Lihat, kan? Nafas kita berembun, seperti saat musim dingin."

"Wow, benar. Dan aku baru sadar kalau sekarang suhunya semakin dingin......"

Tidak menghiraukan Kirito, Eugeo menyetujui perkataan Alice.

"Meskipun di luar musim panas, di dalam seperti musim dingin. Pasti ada es disini."

"Ya, ayo kita cari lebih lama."

Eugeo membalikkan badanya, dia merasa bahwa gua ini semakin lama semakin melebar sedikit demi sedikit, dia kembali berjalan dengan hati-hati.

Apa yang mereka dengar, selain suara dari sepatu mereka, hanya suara air tanah yang mengalir. Meskipun mereka sudah sampai ke mata airnya, aliran air itu sama sekali tidak berkurang.

".......Kalau kita punya sampan, perjalanan kembali akan lebih mudah."

Eugeo menegur Kirito yang dengan santai mengatakannya dari belakang dengan "Jangan terlalu keras." Saat mereka masuk lebih dalam dari yang mereka rencanakan, tentu saja, yang terpikir olehnya adalah——————

"————Hei, kalau naga putih itu benar-benar keluar, apa yang harus kita lakukan?"

Alice menanyakannya dengan cepat seakan bisa membaca pikiran Eugeo,

"Tentu saja..... apa lagi, kalau bukan la...."

Jawaban dari pertanyaan tadi langsung disanggah oleh suara Kirito yang ceroboh,

"Tidak-apa-apa. Naga putih itu mengejar Bercouli karena dia mencuri pedang harta karun miliknya, benar? Dia mungkin tidak akan menghiraukan kita saat mengambil es. ———— Hmmm, tapi jika mungkin aku ingin mengambil sisiknya....."

"Oi, apa yang kamu pikirkan, Kirito?"

"Mmm, kalau kita bisa kembali dengan bukti kalau kita melihat naga asli, Jink dan teman-temannya pasti iri sampai mati."

"Jangan bercanda! Aku beritahu kamu sekarang, kalau kamu dikejar oleh naga itu, kita akan meninggalkanmu dan lari."

"Oi, suaramu terlalu keras, Eugeo."

"Itu karena Kirito mengatakan sesuatu yang aneh....."

Tiba-tiba kakinya membuat suara yang aneh, dan Eugeo berhenti bicara. Parin, itu suara dari sesuatu yang pecah di bawahnya. Dia mengarahkan cahaya di tangan kanannya mendekati kaki kirinya dengan cepat sebelum bicara dengan cepat.

"Ah, lihat ini."

Alice dan Kirito membungkuk untuk melihatnya, Eugeo lalu memindahkan kakinya untuk mereka. Air yang terkumpul di batu berubah menjadi es yang menyelubungi permukaan batu tersebut. Dia mengambil sekeping es yang tipis dari batu tersebut.

Setelah meletakkannya di telapak tangannya selama beberapa detik, es tersebut meleleh, mereka bertiga saling memandang satu sama lain dan tersenyum.

"Ini es, nggak salah lagi. Pasti ada lebih banyak es di dalam sana."

Eugeo berkata sambil mengamati sekelilingnya, sebagian besar cahaya biru yang terpancar dipantulkan oleh air yang membeku, sama seperti yang ada di batu. cahaya tadi terus masuk kedalam kegelapan gua, masuk kedalam.....

"Ah.... bagaimanapun, ada banyak cahaya di sana."

Seperti yang Alice bilang, Eugeo menggerakkan tangan kanannya, dari ratusan titik cahaya, ada satu yang bersinar dan berkedip dengan lemah. Saat dia lupa tentang naga putih, dia melangkah ke arah tersebut dengan hati-hati.

Berdasarkan waktu yang terlewati, sepertinya mereka sudah masuk beberapa ratus mel. Tiba-tiba, dinding gua di sampingnya menghilang.

Pada saat yang sama, pemandangan yang menakjubkan terpampang di depan mata mereka.

Luas. Sulit membayangkan bahwa mereka ada di gua bawah tanah, karena yang ada adalah lapangan yang sangat luas. Luasnya pasti beberapa kali lebih luas dari taman desa yang ada di depan gereja.

Dinding gua, yang mengelilingi hampir semua sisi. Tidak lagi terlihat seperti dinding yang ada sebelumnya, tapi tertutup oleh lapisan biru terang transparan. Lalu, setelah melihat permukaan lantai, Eugeo paham, Oh, jadi ini sumber dari sungai Ruhr., itu adalah kolam raksasa ———— tidak, sebuah danau raksasa lebih cocok. Tapi, permukaan airnya sama sekali tidak bergerak. Permukaannya sudah membeku semuanya, dari pinggir sampai ke tengah.

Diantara jejak kabut putih di sekitar danau, beberapa pilar aneh menjulang, tingginya melebihi mereka bertiga. Benda itu berujung runcing, berbentuk pilar segi-enam tegak. Bentuknya mirip dengan bijih mentah yang pernah ditunjukkan kakek Garitta kepada Eugeo. Tapi, benda itu jauh lebih besar, dan jauh lebih indah. Puluhan pilar biru transparan itu menyerap cahaya suci dari sepucuk rumput yang dipegang Eugeo, sebelum akhirnya berpencar ke enam arah, yang juga memantul dan menembusnya, menyinari sebagian besar ruangan. Banyaknya pilar tersebut bertambah semakin ke tengah, dan bertumpuk di tengah danau.

Itu es. Dindingnya, danaunya, pilar segi-enam aneh itu, semuanya terbentuk dari es. Dinding biru itu terus naik ke atas, dan bersimpangan di ketinggian, seperti menara kapel.

Mereka bertiga lupa dengan dingin yang menusuk kulit, berdiri disana selama beberapa menit sambil menghembuskan nafas putih. Tidak lama, Alice berbisik dengan suara bergetar,

"...... Dengan es sebanyak ini, kita bisa mendinginkan makanan di seluruh desa."

"Atau mungkin, ini bisa mengubah cuaca di desa menjadi musim dingin untuk beberapa waktu. —————— Baiklah, ayo kita periksa."

Sesaat setelah Kirito bicara, dia berjalan sampai akhirnya menginjak danau es. Dia berusaha menginjak es tersebut dengan kakinya, tanpa sadar dia sudah berdiri dengan dua kaki di atas es, dan tidak ada suara es yang pecah.

Dia selalu seperti ini. Meskipun Eugeo punya hak untuk mengingatkannya, kali ini dia punya keingintahuan yang besar. Tapi kalau ternyata ada naga putih di dalam, Aku ingin melihatnya apapun yang terjadi.

Mengangkat cahaya suci di tangannya, Eugeo dan Alice mengejar Kirito. Dengan hati-hati mereka berusaha berjalan dengan pelan, mereka bergerak dari bayangan satu kerucut es ke yang lain menuju tengah danau.

————Ini hebat, jika kita melihat naga asli, kali ini cerita tentang kita akan terus diceritakan selama beberapa ratus tahun lagi, bukan? Dan jika, hanya jika, kita bisa melakukan apa yang yang tidak dilakukan Bercoulli..... dengan membawa pulang semua tumpukan harta milik naga tersebut dengan kita, apa nanti kepala desa memikirkan lagi Tugas Suci kita.....?

"Mugu."

Di saat Eugeo mengembangkan mimpi di siang bolongnya sambill tetap berjalan, hidungnya menabrak kepala Kirito, yang mendadak berhenti, dengan wajah mengernyit.

"Oi Kirito, jangan mendadak berhenti kayak gitu."

Akan tetapi, tak ada jawaban dari partner nya. Malahan, erangan lirih keluar,

"….Apa itu…."

"Eh….?"

"Sebenarnya apa sih itu!"

Eugeo memiringkan kepalanya di saat yang sama saat Alice sampai di sampingnya, dan melongok kedepan dari sebelah Kirito.

"Apa sih yang kalian berdua bica—....."

Alice, yang melihat hal yang sama dengan Eugeo tak bisa menyelesaikan kata-katanya.

Itu adalah gunungan tulang belulang.

Benda tadi semua adalah tulang belulang yang terbuat dari es biru. Mereka bersinar dengan kuat seolah-olah mereka adalah patung kristal. Masing-masing dari mereka berukuran besar, tulang belulang beraneka bentuk saling bertumpuk di atas yang lainnya, membuat sebuah gunungan yang lebih tinggi daripada tinggi ketiga anak kecil itu. Di puncaknya, sebuah bongkahan besar menjelaskan pada mereka siapa pemilik makam ini.

Sebuah tengkorak, Eugeo dapat memahami hal itu hanya dengan satu tatapan saja. Lubang matanya yang kosong, lubang hidung yang panjang, tanduk-tanduk yang menonjol keluar dari punggungnya, tak terhitung jumlah taring bak pedang berjajar di tulang rahang yang menggantung di atasnya.

"Tulang belulang….naga putih?"

Alice berbisik dengan suara lirih.

"Ia sudah mati kan….?"

"Ah….tapi, matinya bukan karena sebab alami."

Jawaban datang dari Kirito yang telah mendapatkan kembali ketenangannya, Eugeo jarang sekali melihat partner nya seperti ini, karena raut wajah Kirito selalu diwarnai dengan bermacam-macam perasaan lainnya.

Kirito berjalan beberapa langkah lagi, ia memungut sebuah cakar besar yang nampaknya berasal dari kaki depan naga itu.

"Lihat….ada banyak luka disini, ujungnya juga terpotong dengan rapi."

"Ia bertarung melawan sesuatu….? Namun, makhluk hidup yang mampu membunuh naga…."

Pertanyaan senada dengan Alice mengambang di benak Eugeo. Bicara mengenai «Northern White Dragon», ia adalah salah satu naga yang hidup di berbagai tempat di Mountain range at the Edge, yang mana melingkupi seluruh dunia, melindungi Dunia Manusia dari serangan pasukan kegelapan, pelindung terkuat dunia. Makhluk hidup macam apa yang mampu membunuh sesuatu semacam ini.....?

"Bertarung dengan binatang atau naga lain harusnya nggak akan memberikan luka semacam ini."

Kirito berkata sembari menekan-nekankan jempolnya ke cakar biru tadi.

"Eh….? Kalau begitu, apa…."

"Ini adalah luka tebasan pedang. Apa yang membunuh naga ini adalah—— manusia."

"T-Tapi….nah, bahkan Bercouli, sang pahlawan yang memenangkan turnamen di Capital masih tak sanggup melakukannya dan kabur. Ini tak masuk akal, bahkan bagi pendekar pedang dimanapun ia berada…"

Berbicara sampai saat ini, Alice nampak menyadari sesuatu dan tenggelam ke dalam kesunyian. Momen kesunyian itu terjadi di danau es yang sekarang telah berubah menjadi sebuah makam besar.

Beberapa detik kemudian, sebuah bisikan terisi dengan ketakutan mengalir dari bibir mungilnya,

"….Integrity Knight….? Integrity Knight dari Gereja Axiom membunuh naga putih….?"

Bagian 3

Integrity Knight, perwujudan hukum dan peraturan terkuat, yang juga simbol kedewaan, membunuh naga putih, yang juga pelindung Dunia Manusia. Cerita semacam itu, dalam sebelas tahun hidup Eugeo, tak pernah dipikirkannya, jadi ia pikir takkan mudah baginya menerima hal ini. Setelah tersiksa karena pertanyaan yang tak mampu ia kunyah atau telan ini untuk sejenak, ia mengirimkan tatapannya ke samping, meminta jawaban dari partner-nya.

"….Aku tak mengerti."

Akan tetapi, gumaman Kirito juga diwarnai oleh kebingungan besar.

"Mungkin …..kemungkinannya sih Tanah Kegelapan juga memiliki seorang ksatria yang sangat kuat, dan ksatria itulah yang membunuh naga putih ini…Tapi jika itu benar, aneh sekali sampai sekarang pasukan kegelapan itu belum pernah melewati Mountain range at the Edge, sekali pun tidak——yah paling tidak, ini bukanlah tindakan seorang pencuri sih…"

Setelah ia selesai berujar, Kirito berhenti di depan sisa-sisa sang naga dan dengan lembut meletakkan kembali cakar tadi ke gunungan tulang belulang. Selanjutnya ia menarik benda panjang dari dasar gunungan tulang belulang itu.

"Uo….beratnya minta ampun…."

Ia memperlihatkannya pada Eugeo dan Alice setelah terhuyung-huyung sembari ia menarik benda itu sekitar satu mel jaraknya.

Itu adah sebilah pedang panjang, dengan gagang perak dan sarung pedang yang tebuat dari kulit putih.Rain guardnya dihiasi oleh pahatan mawar biru yang menawan, dengan sekali tatap saja, mereka paham kalau pedang itu lebih berharga dari pedang manapun di desa.

thumb

"Ah…ini, mungkinkah…"

Alice berkata sembari melihatnya,Kirito mengangguk padanya,

"Ya. «Blue Rose Sword» yang Bercouli coba curi dari bagian dada naga putih yang tertidur. Aku bertanya-tanya kenapa juga pria yang membunuh sang naga tadi tak mengambilnya…"

Ia menunduk sambil berujar, dan mengangkat gagang pedang itu dari lantai dengan kedua tangannya, akan tetapi, bahkan dengan kekuatan penuh, ia hanya berhasil mengangkatnya keatas beberapa cens saja dari lantai.

"….Berat banget."

Kirito melepaskan tangannya sambil berteriak, pedang panjang itu terjatuh ke lantai es lagi bersamaan dengan suara benda berat jatuh. Sebuah retakan kecil dapat terlihat di atas es tebal, pedang itu nampaknya memiliki berat tak terbayangkan meski dengan penampilan menawannya.

"….Mau kita apakan pedang ini?"

"Nggak bisa, nggak bisa, bahkan dengan kita berdua mengangkatnya bareng-bareng, nggak mungkin membawanya pulang ke desa. Bahkan meski kita telah terbiasa menangani kapak tebang tiap hari…. Selain itu, nampaknya masih ada banyak harta karun di bawah tulang belulang itu juga…"

"….Ya, namun jangan punya pikiran untuk mengambil apapun…."

Keduannya mengangguk mendengar nada serius Alice.

Meski mengambil piala kecil kembali dan membual pada anak-anak lain bahwa mereka telah mengambilnya tanpa membangunkan sang naga akan menjadi sebuah cerita petualangan yang hebat, tindakan mengambil harta karun dari tempat ini jelas-jelas sekali akan dicap sebagai pencurian makam. Sekalipun peraturan Taboo Index mengenai «Pencurian» terhadap sesama manusia takkan bisa diterapkan pada situasi ini, bukan berarti mereka bisa melakukan apapun seenaknya sepanjang itu tak dilarang.

Eugeo melihat pada Kirito dan Alice lagi sebelum mengangguk.

"Ayo ikuti saja rencana kita, hanya mengambil es. Kalau es sih, bahkan kalau naga itu masih hidup, ia akan memaafkan kita, pasti."

Setelah ia berkata begitu, Eugeo berjalan mendekat ke arah bongkahan es, dan menendang sebongkah kristal es kecil yang menonjol keatas dari dasar bongkahan es layaknya tunas yang baru tumbuh. Pakin,dengan suara yang enak didengar, ia mengambil bongkahan yang telah patah itu sebelum menyerahkannya pada Alice, yang membuka keranjang rotan kosongnya dan memasukan es tadi kedalamnya.

Mereka bertiga berkosentrasi kerja untuk mengemasi pecahan-pecahan es ke dalam keranjang rotan tanpa bicara untuk sejenak. Ketika dasar dari bongkahan es tadi telah selesai di ambil, mereka berpindah ke kolom es berikutnya dan mengulangi tindakan mereka. Hanya dalam beberapa menit, keranjang rotan besar telah penuh terisis dengan kristal-kristal es yang nampak seperti permata biru transparan.

"Yo....sho-tto."

Alice mengumpulkan kekuatannya untuk mengangkat keranjang rotan tadi sambil melihat sekelompok cahaya di antara lengannya,

"…..Indahnya. Entah kenapa sia-sia saja membawa ini semua pulang dan membiarkan mereka semua mencair."

"Bukannya kita membawa ini semua pulang untuk memperpanjang Life bekal makan siang kita?"

thumb

Kirito mengatakan sesuatu-yang-adalah-fakta sambil membuat kernyitan, Alice tiba-tiba menyerahkan keranjang itu pada si bocah berambut hitam.

"Eh? Aku juga yang harus ngebawain keranjang ini sepanjang perjalanan pulang?"

"Bukannya dah jelas? Lagian ini juga terlalu berat buat aku. "

Mencoba meredakan adu mulut yang biasa dilakukan mereka berdua, Eugeo buru-buru berujar,

"Nanti kubantuin deh, kita bisa gantian membawanya——Nah, jika kita nggak segera pulang sekarang, kita nggak akan sampai di desa sebelum petang. Bukankah kita sudah ada dalam gua ini sekitar satu jam?"

"Ah…gara-gara aku nggak bisa melihat Solus, aku nggak tahu waktu tepatnya. Apa ada sacred art yang bisa menunjukkan pukul berapa sekarang?"

"Nggak ada!"

Alice dengan cepat memalingkan wajahnya, sebuah jalan keluar kecil bisa terlihat dari salah satu sisi danau es yang luas ini.

Lalu, kalau dilihat-lihat, di sisi seberangnya ada jalan keluar yang lain.

Kemudian, ia menjatuhkan bahunya sebelum angkat bicara,

"——Hey,tadi kita masuk lewat jalan yang mana?"

Eugeo dan Kirito langsung menunjuk ke arah yang mereka percaya itu benar jalan keluarnya. Tentu saja, yang mereka tunjuk jalan keluar yang berbeda.

Pasti ada bekas jejak kaki——sayangnya, tak ada satupun bekas pijakan pada permukaan es yang mulus itu; sisi dimana air danau ini mengalir pasti jalan keluarnya——Sayangnya, ia mengalir menuju kedua jalan keluar itu; arah dimana kerangka itu melihat adalah jalan keluarnya——Sayangnya ,ia tak melihat ke arah keduannya; setelah semua opsi-opsi tadi terbuang sia-sia, akhirnya Alice mulai menjelaskan sesuatu yang kemungkinan besar adalah petunjuknya.

"Lihat, bukankah tadi ada kubangan beku yang diijak Eugeo dan pecah ? Jika kita berjalan mendekati jalan keluar dan melihatnya, itulah jalan keluar yang benar."

Aku tahu, persis seperti yang ia katakan. Sembari menyembunyikan rasa malu karena ia malah tak kepikiran hal itu, Eugeo berdehem, sebelum mengangguk.

"Baiklah, sudah diputuskan, ayo kita cek ke sisi yang lebih dekat."

"Menurutku sih jalan itu yang benar....."

Sementara Kirito menggerutu dengan enggan,Eugeo menggunakan tangan kirinya untuk mendorong punggungnya sambil memegang rumput di tangan kanannya tinggi-tinggi, dan melangkah ke dalam kanal di depannya.

Ketika pilar-pilar bongkahan es yang memantulkan cahaya tadi hilang dari sekeliling mereka, yang mereka punya adalah sacred light yang tadinya dapat diandalkan sekarang malah jadi sangat tak dapat diandalkan. Ketiganya mempercepat langkah kakinya.

"….Hmm, kita tak tahu jalan pulang, persis seperti Berin bersaudara dalam dongeng. Kalau saja tadi kita menebarkan kacang di jalan masuk, kan nggak ada burung juga yang akan memakannya."

Lelucon dari Kirito itu serasa sedikit diselimuti kepura-puraan, Jadi orang periang kayak dia bisa merasa nggak nyaman juga,huh? sebaliknya Eugeo malah sedikit merasa terhibur.

"Ngomong apa kau? Emangnya kita punya kacang. Kalau kau mau menerapkan apa yang kau pelajari, kenapa nggak kamu letakkan bajumu di tiap percabangan jalan yang kita lewatin tadi?"

"Hentikan, aku bisa kena flu kalau begitu caranya."

Sementara Kirito sengaja berlagak bersin-bersin, Alice menampar punggungnya.

"Hentikan omong kosongnya dan amati tanah itu dengan seksama. Jika kita kelewatan melihatnya, ini akan jadi masalah…. atau malahan…." Seraya ia memotong khotbahnya, ia mengernyit sebelum lanjut berujar,

"Hey, bukankah kita sudah berjalan agak lama tapi kok masih belum terlihat ya kubangan es yang pecah tadi…. Jadi, itu sebetulnya ada di jalan satunya?"

"Nggak, ayo kita kita cari sedikit lebih jauh lagi… Ah, dengar."

Sembari Kirito meletakkan jarinya ke bibirnya, Eugeo dan Alice berhenti bicara. Mereka mendengar dengan seksama.

Jelas, terdengar suara lain yang berpadu dengan suara aliran air tanah. Kedengaran seperti sebuah siulan melankolis dengan nada yang naik turun.

"Ah.....suara angin."

Alice bergumam. Jelas, Eugeo juga tersadar bahwa suara ini mirip dengan suara puncak pohon yang dipermainkan oleh angin.

"Pintu keluarnya sudah dekat! Syukurlah kita mengambil jalan yang ini, ayo cepat!"

Sembari ia memanggil mereka dengan lega, ia mulai berlari-lari kecil untuk mulai kembali maju.

"Hey, kau akan terpeleset lho jika kau lari ditempat kayak begini."

Tapi meski ia berkata begitu, toh Alice juga mempercepat langkah kakinya. Mengikuti mereka dari belakang adalah Kirito, yang membuat raut muka ragu.

"Tapi..... memangnya suara angin musim panas kayak gini? Entah kenapa….kok malah terdengar kayak suara angin beku musim dingin sih....."

"Angin lembah yang kuat hembusannya emang kayak begitu.Toh, yang penting ayo segera keluar dari sini."

Cahaya di tangan kanan Eugeo bergoyang-goyang dengan keras sembari ia mendekat ke pintu keluar gua, Hatiku telah terbanjiri oleh perasaan ingin cepat pulang ke desa, ke rumahku. Aku yakin keluargaku akan terkejut ketika aku memperlihatkan pada mereka pecahan-pecahan es dari Alice.

Tapi, es-es ini akan dengan cepat mencair. Mungkin lebih baik tadi aku memungut satu koin perak dari sana.... Sementara ia memikirkan hal itu, sebuah cahaya kecil dalam kegelapan muncul di depan.

"Pintu keluar!"

Ia yang berteriak dengan wajah berbinar-binar, kemudian mengernyit. Cahaya itu berubah menjadi sedikit kemerahan. Mereka masuk ke dalam gua tadi sekitar waktu makan siang, waktu yang mereka habiskan di dalam paling lama satu jam atau satu jam lebih sedikit, nampaknya mereka telah berada di dalam dunia bawah tanah lebih lama dari yang mereka sadari. Jika Solus telah mulai terbenam di ufuk barat, dan mereka tidak segera buru-buru pulang, mereka tak akan sampai ke desa di waktu makan malam.

Eugeo mempercepat langkah kakinya. Suara angin bernada tinggi yang menggema ke dalam gua telah mendominasi suara sungai sebelumnya.

"Hey, Eugeo, tunggu dulu! Ini aneh, ini paling lama baru dua jam tapi...."

Alice yang berlari dibelakangnya menaikkan volume suaranya dalam kegelisahan. Akan tetapi Eugeo tak berhenti. Aku telah cukup dengan petualangan ini. Sekarang ini, yang aku inginkan adalah pulang ke rumah bahkan meskipun hanya satu detik lebih cepat——

Berbelok ke kanan, ke kiri, dan ke kanan lagi, akhirnya cahaya itu benar-benar menyebar memenuhi seluruh bidang pandangnya. Pintu keluar itu hanya tinggal beberapa mel di depan. Ia menyipitkan matanya yang telah terbiasa dengan kegelapan sambil berangsur-angsur mengurangi kecepatan larinya, sebelum sepenuhnya berhenti.

Gua ini tepat berujung disini.

Akan tetapi, di depan mata Eugeo yang ada adalah dunia yang tak dikenalinya.

Seluruh langitnya berwarna merah tua. Tapi warna ini bukanlah semburat warna matahari tenggelam. Pertama-tama, Solus tak dapat ditemui di bagian manapun langitnya. Bagaikan jus yang menggantung dari anggur gunung yang terlalu matang——atau darah domba yang merembes keluar, hanya kekusaman, warna merah tua pucat yang menyebar dan terlintas di matanya.

Tanahnya hitam. Di sisi lain terdapat gunung curam aneh yang menitik di depan pegunungan berbatu yang bentuknya aneh pula, permukaan air yang dapat terlihat di sana sini tercemar dengan warna hitam oleh sesuatu yang mengingatkan pada abu. Kulit pohon mati yang bengkok berwarna putih laksana tulang yang dipoles.

Angin, yang bertiup kencang seolah ingin merobek-robek apapun menjadi kecil-kecil, menggetarkan ujung pohon mati itu, menciptakan suara menjerit yang melankolis. Ini tanpa diragukan, adalah suara angin yang mereka dengar dari dalam gua.

Tempat seperti ini, sebuah dunia yang diabaikan oleh para Dewa, bukanlah Dunia Manusia tempat Eugeo tinggal. Kalau begitu——apa yang mereka sedang lihat, pemandangan ini adalah——

" Dark..... Territory....."

Suara serak Kirito segera terbawa oleh suara angin.

Tempat dimana otoritas Gereja Axiom tak mampu menjangkaunya, tanah dimana suku-suku iblis yang melayani sang Dewa Kegelapan, Vector, dunia yang mereka pikir hanya ada di dalam dongeng yang dikisahkan oleh para tetua desa, hanya tinggal beberapa langkah lagi di depan. Sembari memikirkan hal itu, pusat kepala Eugeo menjadi dingin membeku, ia tak bisa melakukan apa-apa kecuali berdiri mematung. Seolah-olah ia baru menjamah informasi itu untuk pertama kalinya dalam hidupnya, informasi baru berjumlah banyak itu terbang masuk ke dalam bagian pikiran yang belum pernah ia gunakan, ia bahkan tak lagi bisa mengendalikan pikiran miliknya sendiri.

Di dalam kepalanya, yang terbalutkan warna putih bersih, terdapat satu baris kalimat yang tertulis dalam pendahuluan Taboo Index, bersinar terang dan jelas. Bab pertama, bagian ketiga, ayat kesebelas yang harusnya telah ia lupakan setelah percakapannya dengan Alice kemarin.『 Tak seorang pun diperbolehkan pergi melebihi batas Mountain range of the Edge yang mengelilingi Dunia Manusia』.

"Tidak.... jangan pergi lebih jauh lagi....."

Eugeo secara serampangan menggerakkan mulutnya yang kaku dan memaksa kata-kata itu keluar. Ia membentangkan lengannya seolah-olah mencegah Kirito dan Alice, yang ada dibelakangnya, agar tak terjatuh.

Saat itulah. Suara benturan logam keras bergema dari atas, membuat tubuh Eugeo bergetar kaget. Ia mendongak ke atas langit merah dengan refleks.

Di dalam latar yang berwarna merah darah, ia bisa melihat sesuatu berwarna putih melilit sesuatu berwarna hitam.

Karena mereka terbang pada ketinggian yang menakutkan, mereka terlihat bak bintik kecil mungil. Nampaknya ukuran mereka yang sebenarnya jauh melampaui manusia. Di saat kedua tubuh itu terbang mereka bertukar-tukar tempat secara intens, mereka menjauh sebelum mendekat kembali satu sama lain, di momen mereka berpadu, suara-suara logam bertumbukan sebentar-sebentar menggema.

"Ksatria naga....."

Kirito yang menengadah ke langit di sebelah Eugeo, berbisik dengan suara parau.

Seperti yang dikatakan partnernya, mereka yang bertarung satu sama lain tadi memiliki leher dan ekor panjang, mereka adalah naga terbang besar, yang masing-masing dari mereka memiliki sepasang sayap berbentuk segitiga. Tubuh penunggang mereka dapat terlihat di punggungnya, bersenjatakan sebilah pedang dan perisai. Yang menunggangi naga putih terbalut di dalam armor berwarna perak, satunya lagi si penunggang naga hitam, adalah ksatria ber-armor hitam mengkilat. Pedang mereka persis seperti itu juga, sorot cahaya menyilaukan dari pedang sang ksatria putih tergenangi oleh miasma yang keluar dari pedang sang ksatria hitam.

Sementara kedua ksatria tadi saling mengadu pedangnya masing-masing, suara gemuruh dari tabrakannya menggema,dibarengi banyak sekali partikel-partikel bunga api mungil yang menari-nari di udara.

"Kutebak yang putih itu adalah…. Integrity Knight dari Gereja...."

Kepada gumaman Alice, Kirito mengangguk pelan.

"Benar…. yang hitam adalah ksatria dari pasukan kegelapan, kurasa…. Kekuatannya sebanding dengan seorang Integrity Knight."

"Mana mungkin...."

Eugeo menggeleng-gelengkan kepalanya dengan serampangan.

"Integrity Knight adalah yang terkuat di dunia. Ia takkan bisa dikalahkan oleh seorang Ksatria Kegelapan."

"Aku bertanya-tanya tentang hal itu. Dari melihatnya, terlihat hanya ada sedikit perbedaan dalam sword skill mereka. Keduanya tak mampu menembus pertahanan lawannya masing-masing."

Segera setelah Kirito berujar seperti itu. Seolah-olah mendengar kata-katanya, sang ksatria putih menarik tali kekang naganya dan menciptakan sebuah celah yang lebar. Si naga hitam mengepakan sayapnya untuk memperpendek jarak.

Akan tetapi, sebelum jarak itu bisa berkurang, si naga putih membalikkan kepalanya secara tajam dengan cara membengkokkan lehernya, disertai dengan tindakan yang nampak seperti mengumpulkan kekuatan. Segera setelahnya, dengan masih tetap mengayunkan lehernya, rahang sang naga tersebut terbuka lebar. Sebuah api tanpa warna tersembur dalam garis lurus di antara taring-taringnya, dan membungkus seluruh tubuh ksatria naga hitam.

Raungan itu kalah oleh dominasi suara angin yang menusuk telinga Eugeo. Sang naga hitam memuntir-muntirkan tubuhnya yang kesakitan, menggelepar hebat di udara dan kehilangan ketinggian. Tanpa melewatkan kesempatan, sang Integrity Knight mengganti pedangnya dengan busur panah besar berwarna coklat kemerahan dan merentangkan tali busur tadi sampai batasnya, sebelum melepaskan sebuah anak panah panjang.

Anak panah yang melukiskan sebuah jalur api samar di tengah udara, tanpa meleset, menusuk menembus dada sang ksatria hitam.

"Ah....."

Alice mengeluarkan suara kecil yang terdengar seperti sebuah pekikan.

Karena kulit di kedua sayapnya telah terbakar habis, sang naga hitam kehilangan kemampuan terbangnya dan menggeliat-geliat dengan keras di udara. Si ksatria hitam lepas dari punggungnya diikuti jejak-jejak darah yang keluar, mulai jatuh lurus menuju mulut gua dimana mereka bertiga berdiri.

Pertama, bilah pedang hitam tadi menusuk lurus ke dalam tanah kerikil, menciptakan suara nyaring. Selanjutnya, di tempat yang sepuluh mels jauhnya dari mereka bertiga, si ksatria menghantam tanah. Yang terakhir, sang naga hitam tadi menabrak pegunungan berbatu yang sangat jauh jaraknya, menggerak-gerakkan ekor panjangnya sambil meraung kesakitan, sebelum akhirnya berhenti tak bergerak sama sekali.

Di depan ketiga anak kecil yang menatap tanpa mampu berkata-kata, si ksatria hitam meronta-ronta kesakitan, mencoba untuk mengangkat tubuhnya. Di atas logam armor pelindung dada yang bersinar kekusaman, lubang dalam karena luka tusukan panah tadi bisa terlihat. Wajah si ksatria, yang tersembunyi di balik visor tebal, memandang lurus ke arah mereka bertiga.

Tangan kanannya yang agak gemetaran menjangkau-jangkau seakan memohon bantuan. Tapi segera setelah itu, banyak sekali darah segar yang tersembur dari leher armor tersebut, si ksatria lalu tergeletak ke tanah. Cairan merah menggenang luas dari tubuhnya yang tak lagi bergerak, membasahi dan masuk ke celah-celah tanah kerikil.

"Ah.....Ah...."

Suara lirih keluar dari Alice yang berada di sisi kanan Eugeo. Bergerak seolah-olah ia tersedot menuju kesana,dengan terhuyung-huyung ia melangkah ke depan——menuju bagian luar gua.

Eugeo tak dapat bereaksi. Akan tetapi, Kirito di sebelah kirinya membuat teriakan lirih namun tajam "Jangan!!" Alice mendengar suara itu, tubuhnya bergetar, mencoba untuk berhenti. Tapi kakinya melawan kehendaknya, tubuhnya cenderung maju ke depan. Kali ini Eugeo menjulurkan tangannya bersama Kirito secara refleks, mencoba mencengkram baju Alice.

Akan tetapi, ujung jari mereka hanya mengiris udara.

Alice ambruk ke tanah gua dan mengeluarkan suara terengah-engah lirih, diikuti jejak rambut emas panjangnya.

Ia hanya jatuh. Bahkan jika aku mengecek «Window» nya, Life miliknya paling berkurang satu atau dua poin saja. Akan tetapi masalahnya bukan itu. Di momen terjatuhnya Alice, tangan kanannya menjulur ke depan, dan melewati sekitar dua puluh cens batas yang anehnya terlihat jelas diantara lantai gua yang abu-abu kebiruan dengan tanah berwarna abu di depan. Telapak tangan putih bersih tersebut menyentuh kerikil hitam legam Tanah Kegelapan, tanah Dark Territory.

"Alice―……!"

Kirito dan Eugeo dengan suara bulat memanggilnya, mereka menjulurkan kedua tangan mereka untuk memegangi tubuh Alice erat-erat. Normalnya, melakukan hal seperti ini akan membuat mereka diteriak-teriaki sampai mereka menyesalinya, tapi kali ini, ia hanya terdiam seolah-olah kesambet, dan ditarik masuk kembali dalam dalam gua.

Alice, yang berpegangan pada tangan Eugeo dan Kirito, matanya terbuka lebar melihat ksatria hitam yang kalah, tak lama kemudian, tatapan matanya jatuh ke tangan kanannya. Di telapak tangan halusnya masih terdapat pasir dan kerikil-kerikil kecil menempel, tiap-tiap butiran pasir tadi berwarna hitam legam.

".....Aku… Aku, ......"

Alice bergumam dengan nada takut setengah mati, di saat Eugeo mengulurkan tangannya ke tangan kanannya. Ia menggosok-gosok telapak tangannya, menyingkirkan semua butiran pasir dan berkata dengan jelas,

"T-Tak apa, Alice. Kau kan tak keluar gua. Tanganmu cuma menyentuhnya saja kok. Itu,pasti, tidak dilarang, kan? Benar kan, Kirito?!"

Eugeo mengangkat wajahnya dan menatap wajah partnernya seolah-olah mengandalkannya. Tapi Kirito tak melihat ke Eugeo maupun Alice. Sambil berlutut, tatapannya dengan tajam mengamati sekitarnya.

"A-Ada apa,Kirito?"

".....Apa kau nggak merasakannya, Eugeo? Ini seperti ada... seseorang..... sesuatu….."

Ia mengernyit dan mulai mengamati sekitarnya setelah bicara, akan tetapi, di dalam gua bahkan tak ada satu ekor pun serangga, apalagi manusia. Satu-satunya hal yang memasuki bidang pandangnya adalah tempat berjarak ten mels jauhnya, ksatria hitam yang mati. Sosok Integrity Knight yang memenangkan pertarungan telah menghilang dari langit.

"Itu hanya imajinasimu saja, yang lebih penting daripada itu....."

Ayo kita bawa Alice ke sisi lain gua ini secepatnya.

Di saat Eugeo akan mengatakan hal tersebut, Kirito memegangi bahunya dengan penuh paksaan. Sambil mengernyit, Eugeo mengikuti arah tatapan mata partnernya, segera setelahnya,tubuhnya menjadi benar-benar kaku.

Di dekat langit-langit gua, terdapat sesuatu yang aneh.

Sebuah lingkaran ungu violet berguncang layaknya permukaan air. Dengan diameter kira-kira lima puluh cens, samar-samar yang terlihat darinya adalah——sebentuk wajah manusia. Sulit sekali menentukan apakah ia laki-laki atau perempuan, tua atau muda dari wajah datarnya. Kulitnya pucat, kepalanya tak memiliki rambut, bahkan satu helai pun tak ada, kedua matanya yang terbuka lebar dalam bentuk lingkaran sempurna juga tanpa emosi. Akan tetapi, Eugeo bisa secara naluri menebak. Mata tersebut tak melihat ke arah dirinya maupun Kirito, tapi orang yang duduk dengan linglung di tanah, Alice.

Mulut wajah asing itu mulai bergerak, melalui selaput ungu violet, kata-kata aneh dapat terdengar,

"シンギュラー・ユニット・ディテクティド。アイディー・トレーシング……"

Kedua matanya, yang terlihat bagaikan rumput bola berkedip sesaat, kemudian sekali lagi, suara misterius itu berujar,

"コーディネート・フィクスト。リポート・コンプリート"


Lalu, Window ungu violet tadi mendadak lenyap. Setelahnya Eugeo sadar meski terlambat bahwa kata-kata yang diucapkan wajah asing tadi mungkin sebuah kalimat ritual untuk sacred art tertentu, ia buru-buru melihat Alice, Kirito, dan lalu akhirnya dirinya sendiri, tapi ia tak merasakan ada satu hal pun yang berubah.

Meskipun begitu, kejadian itu terlalu aneh untuk diabaikan. Eugeo bertukar lirikan dengan partnernya, mereka berdua membantu memberdirikan Alice, semata-mata untuk membawa teman masa kecil mereka yang masih gemetaran, kembali ke dalam gua —— dan mulai berjalan berderap ke arah aslinya mereka datang.

Eugeo tak bisa mengingat bagaimana cara kembali ke Desa Rulid.

Kembali melintasi danau dimana naga putih bersemayam, dan terus berlari sampai mereka melompat ke dalam jalan keluar yang berlawanan. Mereka terpeleset berkali-kali karena mereka berlari di atas batu-batu yang basah, namun mereka melintasi gua yang panjang ini dalam waktu yang lebih cepat daripada saat mereka datang, ketika mereka melompat ke dalam cahaya putih akhirnya mereka melihat, cahaya matahari sore masih bersinar terang menerangi hutan.

Akan tetapi, kegelisahan Eugeo akan tertangkap nantinya tak semudah itu menghilang. Bahkan sampai saat ini, ia masih mendapat feeling bahwa Window ungu violet tadi akan terbuka tepat di belakangnya, dengan disertai munculnya wajah pucat aneh tadi lagi, jadi ia tak mengizinkan dirinya sendiri untuk beristirahat.

Dibawah pepohonan tempat burung-burung bernyanyi, melewati tepian sungai dimana ikan-ikan berenang kesana kemari, mereka bertiga berjalan tergesa-gesa dalam kesunyian. Melintasi bukit yang mana seharusnya adalah Northen Pass, melewati dua kolam kembar, sebelum akhirnya mereka sampai di utara jembatan Rulid.

Dengan berjalan sedikit, mereka telah sampai dan beristirahat di bawah pangkal pohon tua, yang menjadi tempat pertemuan mereka fajar tadi, tetapi mereka masih belum banyak bicara. Ketiganya bertukar lirikan sebelum tersenyum tipis.

"Hey, Alice, ini."

Kirito berkata sambil menyorongkan keranjang rotan yang terlihat berat itu ke depan. Didalamnya penuh dengan buah hasil petualangan mereka hari ini, «Summer Ice»; Eugeo baru menyadari keberadaan keranjang yang telah sepenuhnya ia lupakan tadi. Untuk meyembunyikan rasa malunya, ia berkata dengan wajah kalem,

"Ketika kau sampai rumah, sebaiknya kau segera membawa mereka ke ruang bawah tanah. Dengan begitu, ini pastinya akan mampu bertahan sampai besok, ya kan?"

"....Ya, baiklah."

Alice yang tak biasanya penurut mengangguk, setelah menenteng keranjang itu, ia melihat kedua wajah anak laki laki itu bergantian; akhirnya senyum cerahnya yang biasa melayang dari wajahnya.

"Tunggu saja bekal makan siang besok. Sebagai hadiah kerja keras kalian, akan kulakukan yang terbaik."

Maksudmu Sadina-obasan yang akan melakukan yang terbaik, ya kan? yang tentu saja, Kirito dan Eugeo tak mengatakannya keras-keras. Mereka berdua bertukar pandang untuk sesaat sebelum mengangguk bersamaan.

"….Hey,apa sih yang kalian berdua pikirin?"

Alice bertanya sambil memasang raut muka bingung, dua anak laki-laki itu menepuk pundak Alice, sebelum berkata serempak——

"Nggak ada apa-apa kok! Nah, ayo kita kembali ke desa!"

Setelah menghabiskan waktu untuk mereka berjalan menuju alun-alun desa, tempat dimana mereka berpisah, langit yang merona merah oleh cahaya matahari terbenam sungguhan berarak di atas mereka. Kirito tinggal di gereja, Alice pulang kembali ke kediaman kepala desa. Eugeo tiba di rumahnya di sisi barat desa tepat beberapa menit sebelum lonceng pukul enam petang berdentang.

Eugeo tetap diam saja sepanjang makan malam yang mana ia tiba, hampir tidak tepat waktu. Meskipun ia bangga bahwa saudara laki-laki dan saudara perempuannya, bahkan ayah serta kakeknya tak pernah mengalami petualangan sepertinya hari ini, ia entah kenapa ia tak mampu memamerkan dirinya sendiri untuk membesar-besarkan hal tersebut.

Nampaknya ia tak bisa bicara mengenai ia telah melihat Tanah Kegelapan dengan mata kepalanya sendiri——pertarungan sengit antara Integrity Knight melawan ksatria hitam, dan kemudian wajah aneh yang muncul di akhir petualangan; karena sekali ia mengatakannya, sulit baginya untuk menerka bagaimana reaksi keluarganya nantinya, dan itulah yang membuatnya takut.

Malam itu, Eugeo pergi tidur lebih awal agar ia bisa melupakan segala yang lihat di akhir petualangannya. Tetapi ia tak mampu, sebab Gereja Axiom dan Integrity Knight yang begitu ia sanjung-sanjung dan hormati sampai saat ini telah berubah menjadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda.

Bagian 4

Solus telah berada di ufuk, kemudian terbit——dan setelahnya, ini adalah kehidupan sehari-hari yang sama seperti biasanya, tanpa adanya sesuatu yang berubah.

Alaminya, sehari setelah hari libur, Eugeo akan pergi ke tempat kerjanya dengan sedikit muram, namun, hari ini entah kenapa rasanya melegakan. Aku telah cukup berpetualang, yah sejak awal aku adalah seorang penebang kayu. Sementara ia memikirkan hal ini sambil berjalan keluar dari gerbang selatan desa, Kirito bergabung dengannya di perbatasan antara ladang dan hutan.

Eugeo menyadari sedikit perasaan lega di wajah partner yang telah ia kenal untuk waktu yang lama. Si partner juga menyadari ekspresi yang sama di wajah Eugeo. Untuk sesaat,mereka berdua bertukar seringai untuk menyembunyikan rasa malu mereka.

Mereka berjalan menyusuri jalan setapak kecil di hutan sejenak sebelum mengambil Dragon Bone Axe dari gubuk penyimpanan, lalu setelahnya mereka berjalan untuk beberapa menit, sampai ke bagian pangkal Gigas Cedar. Eugeo bersyukur ketika ia berpikir ia bisa terus berusaha menebang batang pohon ini seperti tak ada apa-apa yang terjadi.

"Baiklah, pastikan kau mendapatkan beberapa hit yang bagus kalau tak mau mentraktirku Siral Water hari ini."

"Bukannya itu yang selalu kau lakukan sampai baru-baru ini, Kirito?"

Sembari mereka saling mengoceh satu sama lain, Eugeo mempersiapkan kapak. Hantaman pertamanya membuat sebuah suara Gon bernada tinggi. Aku sedang dalam kondisi bagus hari ini. pikir Eugeo.

Seraya pagi terus beranjak, mereka berdua terus-menerus melakukan hantaman tepat ke batang pohon. Alasannya adalah, saat mereka mengayunkan kapak, jika mereka kehilangan konsentrasi, benak mereka akan kembali ke adegan yang mereka lihat kemarin——itu bukanlah sesuatu yang dapat terbantahkan.

Setelah menghantamkan seri kesembilan dari lima puluh hantaman per seri yang disyaratkan, perut Eugeo mulai keroncongan.

Eugeo menengadah ke langit sembari mengusap keringatnya, Solus telah mencapai bagian tengah langit. Seperti biasa, setelah satu hantaman lagi, Alice akan membawakan makan siang yang ditunggu-tunggu. Namun hari ini kami bisa makan pai dan susu dingin pelan-pelan. Perut kosongnya terasa nyeri cuma dengan membayangkannya.

"Otto....."

Hanya berpikir mengenai makan siang saja membuat pegangan Eugeo tergelincir. Setelah mengelap kedua tangannya yang basah karena keringat, ia dengan hati-hati menggenggam kapak dengan genggaman yang lebih erat.

Tiba-tiba, cahaya matahari meredup.

Hujan mendadak? Menyebalkan. Pikir Eugeo sambil melongok ke atas.

Sebuah bayangan dapat terlihat terbang melintas di langit biru di atas dahan-dahan Gigas Cedar dengan kecepatan tinggi. Jantung Eugeo tersentak.

"Naga terbang.....!?"

Eugeo tanpa sengaja berteriak,

"Oi.....Kirito,barusan!?"

"Aa, itukan Integrity Knight yang kemarin!!"

Suara partnernya juga membeku dalam ketakutan.

Naga terbang yang disertai oleh ksatria putih keperakan yang duduk di punggungnya menyapu puncak pohon dan menghilang dari pandangan mata mereka menuju arah Desa Rulid.

Kenapa juga ia datang ke tempat seperti ini?

Di dalam kesunyian yang rumit, seolah-olah para burung dan serangga-serangga pun berada dalam hawa ketakutan, Eugeo berpikir dalam kebingungannya.

Integrity Knight bertempur melawan musuh-musuh Gereja Axiom dan menjaga ketertiban agar tetap pada tempatnya. Di dalam Dunia Manusia tempat dimana tanahnya terbagi dan diperintah oleh empat kerajaan , sudah tidak ada lagi kelompok-kelompok pemberontak, jadi selain dari pasukan kegelapan, musuh-musuh Integrity Knight tidak ada satupun. Apa yang kudengar tentang pertempuran tiada akhir di bagian luar Mountain range at the Edge, aku benar-benar telah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kemarin.

Ini pertama kalinya aku melihat seorang Integrity Knight sungguhan. Sejak aku dilahirkan, Integrity Knight tak pernah datang ke desa. Oleh karena itu, kenapa sekarang——

"Jangan-jangan..... jangan-jangan, Alice...."

Kirito bergumam di sampingnya.

Di saat ia mendengar hal itu, suara aneh yang ia dengar sebelumnya kembali terngiang-ngiang dengan jelas di telinga Eugeo. Dibalik window ungu violet, keluar kalimat-kalimat aneh dari mulut manusia dengan bentuk wajah aneh. Ia merasa merinding seolah-olah ia diceburkan dalam air yang membeku.

"Ini bohong kan..... mana mungkin ini benar, hanya begitu..... hanya begitu saja....."

Ia memandang wajah Kirito sambil berucap, seakan-akan mencari persetujuan, namun partnernya menampakkan ekspresi wajah serius yang jarang sambil menatap ke arah ksatria tadi terbang. Beberapa detik kemudian, Kirito menatap lurus ke arah mata Eugeo sebelum memberikan sebuah perintah pendek,

"Ayo pergi!"

Ia merebut Dragon Bone Axe dari tangan Eugeo sebelum berlari lurus menuju arah utara.

"O.....Oi!"

Sesuatu yang buruk sedang terjadi. Sembari ia memikirkan hal itu, Eugeo juga menjejak tanah dan segera mengejar Kirito.

Mereka berdua berlari melintasi jalanan setapak familiar di hutan dengan kecepatan tinggi sambil menghindar dari akar-akar dan batu, sampai ke tempat dimana jalan setapak itu bergabung ke jalanan utama yang menuju ke arah ladang. Mereka tak dapat melihat bayangan naga terbang di atas langit desa. Kirito sedikit melemaskan kakinya, dan dengan nyaring bertanya pada petani di antara rimbunan gandum, yang mengenakan pakaian biru dan sedang menengadah ke langit.

"Ridack –ojisan! Kemana perginya ksatria naga tadi!?"

Si petani tampak seperti baru saja bangun dari mimpinya, setelah berkedip beberapa kali, ia akhirnya membalas,

"A... Ah.... hello, nampaknya ia mendarat di alun-alun desa…."

"Terima kasih!!"

Setelah berterima kasih padanya dengan jengkel, mereka berdua terus berlari dengan kecepatan penuh.

Di berbagai tempat sepanjang jalanan utama dan ladang, terdapat kelompok-kelompok penduduk desa yang berdiri mematung. Mungkin, bahkan di antara para lansia, tak ada satupun dari mereka yang pernah benar-benar melihat Integrity Knight sebelumnya. Mereka semua hanya menatap kearah desa dengan raut wajah tak tahu harus berbuat apa. Eugeo dan Kirito hanya berlari melewati mereka dengan putus-asa.

Melintasi gerbang selatan desa, berlari melewati jalan pertokoan pendek, dan,setelah menyeberangi jembatan batu kecil, mereka akhirnya melihatnya. Mereka memburu nafas mereka tanpa pernah menghentikan langkah kaki mereka.

Leher panjang melengkung dan ekor dari naga terbang tersebut menempati separuh bagian utara alun-alun di depan gereja.

Sayap besarnya terlipat ke samping, hampir sepenuhnya menutupi gereja dari pandangan. Sisik abu-abu dan armor baja di berbagai bagian tubuhnya memantulkan cahaya Solus, yang mana membuatnya terlihat bak sebuah patung es. Mata merah darah, tanpa emosinya, mengawasi alun-alun desa.

Di depan sang naga, yang bersinar bahkan lebih mempesona, adalah sesosok ksatria.

Badannya lebih besar daripada semua orang yang ada di desa. Armor berat yang terpoles sampai terlihat itu bagikan cermin membalut seluruh tubuhnya, tanpa satu jejakpun kain, juga semua persendiannya terbalut dengan rajutan sempurna rantai-rantai perak. Bagian pelindung kepala nya yang meniru bentuk kepala naga yang menonjolkan bagian dahinya, di bagian samping terdapat hiasan tanduk panjang yang menjulur ke belakang, wajah sang ksatria tersembunyi di balik visor besar yang diturunkan.

Ada sebilah pedang panjang yang memiliki gagang perak menggantung di pinggang kirinya. Di punggungnya, dengan panjang sekitar satu mel, terdapat sebuah busur panah coklat kemerahan. Ia tanpa diragukan,adalah Integrity Knight yang menembak dan membunuh ksatria hitam yang Eugeo lihat di pintu keluar gua kemarin.

Dari bagian berbentuk salib yang terbuka di visornya, sang ksatria menatap tanpa kata ke arah selatan alun-alun, dan lusinan penduduk desa yang berkumpul menundukkan kepalanya serempak. Di barisan terakhir, sosok gadis belia yang baru saja menunduk dengan keranjang rotan di tangannya dapat terlihat. Eugeo sedikit melepaskan rasa tegang dari bahunya. Alice yang mengenakan gaun biru biasanya dan pinafore [1] putihnya, memandang sosok Integrity Knight dari antara sela-sela orang dewasa.

Eugeo menyikut pinggang Kirito sebagai isyarat, mereka menundukkan tubuh mereka dan beranjak, setelah mereka sampai di belakang Alice, Kirito berbisik,

"Alice….."

Teman masa kecil mereka itu berbalik, sementara rambut berwarna emasnya berayun ke samping, wajah kagetnya nampak seolah-olah ingin berkata sesuatu. Kirito dengan cepat meletakkan jarinya ke mulutnya, sebelum dengan lirih berbisik,

"Alice, tenanglah. Kupikir kita harus pergi dari sini sekarang."

"Eh….Kenapa?"

Alice juga membalas dengan bisikan lirih dengan volume yang sama, ia nampaknya tahu bahaya sedang mendekatinya. Eugeo pikir ia tak akan sadar akan kemungkinan itu tanpa Kirito mengatakannya.

"Tidak....Integrity Knight itu mungkin…."

Bagaimana cara kami menjelaskannya dari sini. Eugeo tak habis pikir untuk sesaat. Dan di saat itulah.

Beberapa suara-suara lirih datang dari dlam kerumunan. Melihat ke atas,berjalan ke alun-alun dari balai desa, seorang pria tinggi nampak.

"Ah......ayah."

Alice bergumam. Pria itu adalah ayah gadis ini dan di waktu yang sama beliau adalah, Kepala Desa Rulid saat ini, Gasupht Schuberg. Tubuh tegapnya terbalut dalam rompi sederhana, rambut dan kumis hitamnya tersisir rapi. Meskipun ia mewarisi Sacred Task dari kepala desa sebelumnya hanya untuk empat tahun, sikap bijaksana namun tegasnya dengan cepat membuat ia dihormati oleh seluruh penduduk desa.

Gasupht mendekati sang Integrity Knight sendirian tanpa sedikitpun jejak keraguan, sebelum meletakkan tangan di depan tubuhnya menurut pada tatakrama Gereja Axiom, kemudian membungkuk. Setelah mengangkat wajahnya, ia memperkenalkan dirinya.

"Hamba yang bertindak sebagai sebagai kepala desa Rulid, Schuberg adalah nama hamba."

Sang Integrity Knight mengangkat kepalan tangannya di depan tubuhnya untuk membalas salam Gasupht, armornya membuat suara kecil ketika ia mengangguk, sebelum mulai berbicara,

"Penjaga Kastil Norlangarth Utara, Integrity Knight dari Gereja Axiom, Deusolbert Synthesis Seven."

Sulit sekali dipercaya bahwa suara itu datang dari tenggorokan orang hidup, karena suaranya menggema dalam intonasi yang sumbang. Suara yang terasa seperti keluar dari dalam baja menggema di seatero alun-alun, membuat masing-masing penduduk desa di area itu terdiam. Eugeo mengernyit karena suara itu serasa seolah-olah menusuk langsung melewati keningnya daripada masuk melalui telinganya, meskipun ia berjarak dua puluh mel jauhnya. Bahkan kepala desa Gasupht terdorong setengah langkah kebelakang karena tekanannya.

Akan tetapi, seperti yang diharapkan dari keberaniannya, Gasupht membenarkan posturnya, sebelum mengeluarkan pidato mengesankannya sekali lagi.

"Adalah sebuah kehormatan dari Sir Integrity Knight, yang menjaga ketertiban Dunia Manusia yang luas ini, untuk berkunjung ke desa kecil kami di daerah terpencil ini. Jika hamba tahu jelang waktu anda datang terlebih dahulu Hamba akan mempersiapkans sebuah jamuan penyambutan."

"Aku tidak bisa menerima hal tersebut selagi aku menjalankan tugas resmiku "

Dengan suara menggema sang ksatria berkata, dan dengan tatapan laksana es di balik visor ——ia melanjutkan,

"Dikarenakan anak Gasupht Schuberg, Alice Schuberg telah melanggar pasal dalam Taboo Index, aku datang untuk menangkapnya demi penginterogasian, yang diikuti dengan pengeksekusiannya."

Getaran dapat terlihat dari punggung Alice yang berdiri di dekatnya. Akan tetapi, Eugeo dan Kirito tak bisa berbuat apa-apa, apalagi berbicara. Di dalam kepala mereka kata-kata ksatria itu terngiang-ngiang berulangkali.

Tubuh kuat sang kepala desa juga terguncang untuk sesaat. Sebuah lengkungan kecil namun jelas dapat terlihat sedikit dari sisi wajahnya.

Setelah kesunyian panjang,Gasupt berkata dalam suara yang kehilangan wibawanya.

"....Sir Knight, dosa apakah yang putri hamba lakukan? "

"Taboo Index, bab pertama, baris ketiga, ayat kesebelas, melanggar batas Dark Territory."

Pada momen itu, sebuah keriuhan besar terjadi di antara para penduduk desa yang sedang menahan nafas mereka, mendengarkan pembicaraan mereka sampai poin ini. Anak-anak membelalakkan mata mereka, disertai para orang dewasa yang menggumamkan ayat-ayat suci gereja sambil menggenggam simbol pelindung kutukan.

Lalu, Eugeo dan Kirito akhirnya bertindak, sebagian karena insting. Mereka mendorong diri mereka sendiri untuk maju ke depan Alice, melekatkan bahu mereka, menyembunyikan gadis itu dari tatapan mata para penduduk desa dibalik punggung mereka. Akan tetapi mereka tak bisa melakukan tindakan yang lebih jauh, karena pergerakan yang tiba-tiba akan menarik perhatian orang-orang dewasa di depan mereka.

Di dalam kepala Eugeo, Apa yang harus kami lakukan, apa yang harus kami lakukan, adalah satu-satunya pemikiran yang ada, dan terus menerus terulang dalam dirinya. Bahkan tanpa adanya perasaan depresi yang membuncah di dadanya saat ini, ia masih takkan tahu apa yang ia bisa lakukan.

Semua yang ia lakukan hanya berdiri tegak, menyaksikan adegan di depannya, melihat pada kepala desa Gasupht yang menundukkan kepalanya dalam-dalam tanpa membuat gerakan lainnya.

Tak apa-apa, dia adalah orang itu. pikir Eugeo, meski ia belum pernah berbicara banyak pada Kepala Desa Gasupht, ia seharusnya adalah orang yang paling dihormati para orang dewasa setelah Pak Tua Garitta.

Namun——

"....Jika begitu kasusnya, hamba akan memanggil putri hamba. Hamba pikir kita harus mendengar alasan dari mulut orangnya sendiri."

Kepala desa yang mengankat kepalanya hanya berucap demikiran.

Tidak, kami tak bisa membiarkan Alice keluar ke hadapan ksatria itu. Selama periode waktu singkat Eugeo memikirkan hal itu, Sang Integrity Knight mengangkat tangan kanannya disertai armornya yang membuat suara lirih. Melihat ujung jarinya menunjuk langsung kearahnya, jantung Eugeo berdegup-degup dengan perasaan tak nyaman.

"Itu tidak perlu. Alice Schuberg ada disana. Kau dan Kau...."

Sang Ksatria menggerakkan tangannya dan menunjuk dua orang dewasa di antara kerumunan bergantian.

"Bawa putri kepala desa kemari."

Barisan penduduk desa di depan Eugeo dengan cepat terbelah. Apa yang berdiri di antara sang Integrity Knight dan Alice tinggal Kirito serta Eugeo seorang.

Di jalan yang terbuka lebar tersebut, dua pemuka desa perlahan-lahan mendekat. Kulit mereka pucat pasi, namun terdapat kilatan aneh yang mengambang di dalam mata mereka.

Pria-pria itu dengan paksa menyingkirkan Eugeo dan Kirito, yang menghalangi mereka ,untuk menangkap Alice, dan mendorong mereka berdua ke samping sebelum mencengkram tangan Alice.

"Ah…."

Alice berteriak dalam suara lirih, sebelum mengatupkan bibirnya erat-erat. Sementara pipi merona mawarnya pudar, sebuah senyuman tipis mengembang dari wajahnya. Ini tak apa-apa kok. Dia mengangguk kepada mereka berdua layaknya berucap begitu.

"Alice…."

Ketika Kirito memanggilnya dengan suara lirih, keranjang rotan di tangan kanannya jatuh disebabkan tarikan yang kuat. Penutupnya terbuka, dan isinya menggelinding ke jalanan berbatu.

Kedua penduduk desa itu tetap menarik Alice, tanpa membiarkannya mengambil keranjang dan isinya tadi, menuju sang Integrity Knight.

Tatapan Eugeo tertuju pada keranjang rotan yang tergeletak di sebelahnya.

Pastel dan roti yang tebungkus dalam kain putih, bongkahan-bongkahan es kecil penuh menjejali sela-selanya. Sebagian kecil es yang ikut berserakan di tanah memantulkan cahaya matahari dan bersinar terang. Dalam sekejap, di atas permukaan batu, yang terpanaskan oleh cahaya matahari, ia langsung mencair, berubah menjadi sebuah bekas hitam kecil.

Di sebelahnya, Kirito menarik nafas kuat-kuat.

Seperti dugaan, ia mengangkat wajahnya dan mengejar punggung Alice, yang tengah beranjak pergi. Eugeo mengertakkan giginya, memaksa kaki-kakinya yang kaku mengikuti partnernya.

Kedua pria tadi melepaskan tangan Alice di samping kepala desa, kemudian bergerak beberapa langkah ke belakang dan sebelum berlutut. Kedua tangan mereka dekapkan seraya membungkuk ke bawah dalam-dalam, memperlihatkan kepatuhan pada sang ksatria.

Alice, yang telah dilepaskan, melihat ayahnya dengan wajah pucat. Gasupht memandang putri tercintanya sekilas sebelum kembali menoleh dan melihat ke bawah sekali lagi.

Sang Integrity Knight mengangguk dengan enteng sebelum mengeluarkan sebuah alat aneh dari belakang armornya. Benda itu adalah rantai besi tebal dengan sabuk kulit menempel padanya secara parallel, terdapat sebentuk lingkaran besar di ujung rantai tersebut.

Sang Ksatria menyerahkan alat tersebut pada Gasupht.

"Perintah untuk kepala desa. Rantai si kriminal."

thumb

Sang kepala desa menerima alat penngekang itu sambil menurunkan tatapan bingungnya,sebelum Kirito dan Eugeo akhirnya tiba di depan sang ksatria.Pelindung kepala ksatria tersebut bergerak dengan pelan,sebelum menatap lurus pada mereka.

Eugeo tak mampu melihat apa-apa di dalam lubang berbentuk salib pada visor berkilauannya, seolah itu terbungkus dalam kegelapan pekat, tapi tekanan dari tatapan itu membuatnya merasa kesakitan. Ia menatap kebawah secara refleks, ingin berucap pada Alice yang berdiri di depannya, namun ia tak mampu melakukannya, serasa tenggorokannya seperti sedang terbakar.

Kirito juga menundukkan wajahnya, seperti Eugeo, sambil menghirup dan menghembuskan nafasnya berulang-ulang, kemudian mendadak ia mengangkat wajahnya dan berteriak dengan suara lantang di saat ia masih gemetaran.

"Ksatria-sama!!"

Ia menghirup nafas dalam-dalam satu kali, dan melanjutkan,

"A.....Alice tidak memasuki Dark Territory! Salah satu tangannya saja yang menyentuh tanah tersebut sebentar! Hanya itu saja!" Akan tetapi, jawaban dari sang ksatria tersebut begitu sederhana,

"Apa masih perlu adanya tindakan yang lebih jauh?"

Bersamaan dengan kata-kata itu, ia melambaikan tangannya pada dua pria yang berlutut tadi. Penduduk desa itu berdiri dan mencengkram punggung Kirito dan leher Eugeo, sebelum mulai menarik mereka menjauh. Sambil melawan mereka, Kirito berteriak kembali,

"K…..Kalau begitu, kami juga melanggar dosa yang sama!! Kami ada di tempat yang sama tersebut ! Jika anda ingin membawanya, bawa kami juga!!"

Akan tetapi, sang Integrity Knight tak lagi melihat mereka.

Itu benar.... jika Alice melanggar Taboo, maka aku seharusnya menerima hukuman yang sama. Eugeo berpikir begitu. Ia memikirkan hal itu jauh di dalam lubuk hatinya.

Lalu kenapa suaraku ini tak mau keluar? Aku ingin berteriak layaknya Kirito, tapi mulutku serasa seperti lupa bagaimana caranya ia bergerak, apa yang bisa aku lakukan adalah menghembuskan nafas kuat-kuat.

Alice menoleh dan menatap ke arah mereka berdua untuk sejenak, Ini tak apa-apa kok. Ia tersenyum seperti hendak berkata begitu,dan mengangguk.

Ayahnya, yang kehilangan ekspresi di wajahnya, Ia memasangkan alat pengekang berbahaya itu di belakang tubuh rampingnya. Ia mengencangkan tiga sabuk tadi pada bagian bahu, perut, dan pinggang. Wajah Alice untuk sesaat terdistorsi. Setelah ia selesai mengencangkan peralatan logam itu, ia mundur beberapa langkah dengan terhuyung-huyung, dan menunduk sekali lagi. Sang Ksatria berjalan menuju Alice, sebelum mengenggam ujung dari rantai yang terjuntai dari pinggangnya.

Kirito dan Eugeo ditarik mundur menuju ke tengah alun-alun, kemudian dengan paksa dibuat berlutut.

Kirito mendekatkan mulutnya ke telinga Eugeo sambil berpura-pura sempoyongan, dan dengan cepat berbisik,

"Eugeo…dengar, aku akan menggunakan kapak ini untuk menyerang si Integrity Knight. Harusnya sih aku mampu mengulur waktu beberapa detik, kau gunakanlah kesempatan itu untuk mengambil Alice dan kabur. Larilah ke ladang gandum di selatan, membaurlah ke dalam celah-celah yang ada di ladang dan pergilah menuju hutan, kau takkan mudah ketahuan di sana."

Setelah Eugeo melirik Dragon Bone Axe yang dipegang Kirito, ia entah kenapa sanggup memaksa keluar suaranya,

"…..Ki…. Kirito….tapi…"

Kemarin, bukankah kau sudah lihat skill pedang dan panah sang Integrity Knight yang mengerikan itu? Jika kau melakukan hal seperti itu, ia akan segera membunuhmu…. persis seperti si ksatria hitam.

Seolah ia mampu membaca pikiran Eugeo, yang tak mampu berkata-kata,Kirito melanjutan.

"Nggak apa-apa kok, ksatria itu kan nggak mengeksekusi Alice langsung disini. Mungkin, tanpa interogasi terlebih dahulu, ia tak bisa langsung membunuhku. Aku pun akan mencari kesempatan untuk melarikan diri. Juga…."

Tatapan mata membara Kirito, ia tujukan pada sang Integrity Knight, yang sedang memastikan kekencangan alat pengikatnya. Tiap kali ia menarik sabuk kulit tadi, wajah Alice berubah kesakitan.

".....Juga, nggak apa-apa juga bahkan kalau kita gagal. Selama kita ikut dibawa pergi dengan Alice, pastinya masih ada kesempatan bagi kita untuk melarikan diri. Tapi sekarang ini, jika Alice dibawa pergi oleh naga terbang itu, tak ada harapan lagi."

"Itu....."

Itu mungkin benar.

Tapi——sebuah ide nekad yang mana bahkan tak bisa dianggap sebagai sebuah rencana, bukankah itu adalah «Pengkhianatan terhadap Gereja»? Taboo Index, bab pertama, bagian pertama, ayat pertama, yang ditegaskan sebagai, dosa terbesar——

"Eugeo.... apa masih perlu untuk ragu-ragu!? Siapa juga yang peduli kalau itu Taboo ?! Apakah itu lebih penting daripada nyawa Alice !?"

Suara lirih namun jelas Kirito mengenai gendang telinga Eugeo.

Benar. Persis seperti yang dikatakannya.

Didalam hati Eugeo, ia berteriak pada dirinya sendiri.

——Kita bertiga telah memutuskan kalau kita akan bersama-sama mulai dari lahir sampai mati. Bekerja sama, jadi yang satu bisa hidup demi kepentingan dua yang lainnya, kita bersumpah begitu.

Maka, tak ada alasan lagi untuk ragu-ragu. Antara Gereja Axiom dan Alice, yang mana yang lebih penting? Jawaban itu telah diputuskan. Itu telah diputuskan. Itu adalah—— itu adalah——

"Eugeo…bagaimana menurutmu, Eugeo!!"

Suara yang sekarang terdengar bagaikan jeritan menyayat jiwa itu keluar dari Kirito.

Alice menyaksikan keduanya. Ia menggelengkan kepalanya dengan wajah cemas.

"Itu adalah..... itu.... adalah......"

Sebuah suara serak datang dari tenggorokannya, seolah-olah itu bukan miliknya.

Namun,ia tak mampu menyelesaikan kata-katanya. Bahkan di dalam kepalanya, ia tak bisa membentuk sisa kata-kata tersebut. Zukin, rasa sakit yang tajam menjalar ke mata kanannya. Rasa sakit yang terus berdenyut-denyut itu bercampur dengan pikirannya. Zukin, zukin, warna seperti darah menyebar di bidang pandangnya, meyelimuti semuanya tanpa terkecuali, sementara perasaan kendali terhadap anggota tubuhnya memudar.

Kali ini, sang kepala desa menyadari peristiwa tak biasa yang terjadi,disebabkan oleh mereka berdua. Ia dengan pelan menggerakkan tangannya, dan memerintahkan dua penduduk desa yang berdiri dibelakang keduanya,

"Bawa keluar anak-anak itu dari alun-alun."

Segera setelahnya, tengkuk Kirito serta Eugeo dicengkeram dan diseret ke belakang.

"Sial…..lepaskan!!! ——Kepala desa!! Gasupht-ojisan! Apa ini baik-baik saja!? Tak apa-apakah membiarkan Alice dibawa pergi seperti ini!!?"

Kirito meronta-ronta seolah ia gila, melepaskan tangan si pria, menghunuskan kapak di tangannya, bersiap untuk menyerang.

Akan tetapi, kakinya, yang mengenakan sepatu boot kulit sederhana, tak sanggup maju selangkah pun kedepan. Sebelum ia bisa mulai berlari, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Di saat sang Integrity Knight, yang telah selesai memastikan ikatan sabuk kulit Alice, menatap Kirito, Dragon Bone Axe yang sedang ia genggam erat gagangnya membuat sebuah suara logam tajam sebelum terlempar dari tangannya. Sang ksatria tersebut tak menyentuh pedang di pinggangnya maupun panah di punggungnya. Ia bahkan tak menggerakkan seujung jarinya. Seolah-olah kemauannya sendiri yang membentuk sebilah pedang asli dan mengenai kapak Kirito, menghempaskannya ke ujung alun-alun.

Kirito yang menerima aftereffect dari pengaruh tak wajar itu, tubuhnya pun serasa ditekan sembari ia ambruk. Segera, beberapa pria ikut bergabung dan mengunci sepenuhnya pergerakannya.

Pipi kanannya ditekan ke jalanan berbatu, sembari ia menampakkan ekspresi kesakitan, Kirito dengan putus asa berteriak,

"Eugeo! Kumohon, pergilah!"

"A.... u, a....."

Seluruh tubuh Eugeo gemetaran.

Pergi. Aku harus pergi. Aku harus merebut Alice dari tangan ksatria itu, lalu melarikan diri ke hutan selatan.

Sebuah suara lemah terngiang-ngiang dari satu sudut pikirannya. Tapi,segera, sebuah rasa sakit yang tajam menyerang mata kanannya seakan-akan sedang ditusuk, menghempaskan semua tujuannya. Bersamaan dengan cahaya merah yang bendenyut-denyut, suara kebisingan yang lain menggema layaknya sebuah lonceng rusak.

Gereja Axiom adalah kemutlakan. Taboo Index adalah kemutlakan. Membangkang darinya tak diperbolehkan. Tak ada satupun yang boleh melakukan hal tersebut.

"Eugeo, paling tidak singkirkan orang-orang ini dariku!! Lalu aku bisa......"

Sang Integrity Knight sudah tak peduli lagi padi keributan di alun-alun, ia memasang ujung rantai tadi ke pelana di punggung naga terbangnya. Sembari sang naga merendahkan lehernya, sang ksatria tadi tanpa susah-susah memanjat ke atas pelana. Armor peraknya berkilauan dengan hebat.

"Eugeo——"

Kirito berteriak sembari ia memuntahkan darah.

Sang naga terbang putih mengangkat tubuhnya,dan membentangkan sayapnya lebar-lebar.Suara nyaring berkumandang dua,tiga kali.

Alice yang terikat ke pelana naga tersebut, memandang lurus pada Eugeo. Ia tersenyum. Seolah-olah ia mengucapkan 'Selamat tinggal,' dengan kedua pupil mata birunya. Rambut emas panjangnya terguncang karena angin yang disebabkan oleh kepakan sayap, berkilauan secemerlang armor sang ksatria.

Namun, Eugeo tak sanggup beranjak. Ia tak mampu mengeluarkan suara.

Seolah-olah kedua kakinya tertanam ke tanah, ia tak mampu bergerak bahkan sedikitpun.


  1. pakaian tanpa lengan yang digunakan oleh gadis-gadis kecil,berbentuk seperti apron/celemek