High School DxD (Bahasa Indonesia):Jilid 1 Life 4

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:12, 31 January 2012 by 1412 (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Life 4: Menyelamatkan Teman!

PLAK!


Suara itu bergema di seluruh ruangan klub.


Suara itu berasal dari pipiku.


Aku ditampar.


Buchou menampar pipiku.


Buchou memasang wajah serius.


"Berapa kali harus kukatakan? Jawabanya tetap tidak boleh! Aku tidak akan mengijinkanmu menyelamtkan suster-gereja itu."


Aku pergi kesekolah setelah gagal menyelamatkan Asia. Kemudian aku melaporkan kejadian kemarin kepada Buchou. Dan setelah melaporkan apa yang terjadi, aku mengusulkan untuk pergi ke gereja itu.


Tentu saja untuk menyelamatkan Asia.


Tetapi sebaliknya Buchou mengatakan dia tidak ingin terlibat dalam masalah ini. Aku tidak bisa menyetujui keputusannya jadi aku memohon padanya untuk mempertimbangkannya kembali, walaupun aku tahu itu tidak sopan. Kaena itulah Buchou menamparku.


Itulah pertama kalinya aku benar - benar terluka.


Terutama hatiku yang terluka.


Aku telah mengecewakan buchou yang menaruh harapan tinggi padaku. Tetapi tetap saja ada hal yang bagaimanapun tidak bisa kuabaikan.


"Kalau begitu aku akan pergi sendirian. Aku khawatir mengenai "ritual" yang mereka katakan. Para [Da-Tenshi] pasti melakukan suatu hal buruk. Dan keselamatan Asia menjadi taruhannya."


"Kamu benar - benar bodoh! Kamu akan terbunuh kalau kamu pergi kesana. Kamu tidak akan bisa kembali hidup lagi. Kamu mengerti?"


Walaupun Buchou mencoba berbicara padaku dengan tenang tetapi dia mengatakannya dengan nada peringatan.


"Tindakanmu bukan hanya akan melibatkanku tetapi juga seluruh anggota klub! Kamu itu Iblis dari keluarga Gremory! Kamu harus sadar akan hal itu!"


"Kalau begitu aku akan keluar dari klub ini. Aku akan pergi kesana secara pribadi."


"Aku tidak akan mengijinkannya! Kenapa kamu tidak mau mengerti!?"


Sepertinya ini pertama kalinya aku melihat Buchou semarah ini. Aku selalu membawa masalah bagi Buchou. Tetapi aku tidak bisa undur dari hal ini.


"Aku telah menjadi teman dari Asia Argento. Asia adalah temanku yang berharga. Dan aku tidak akan meninggalkan temanku!"


"......Itu memang hal bagus. Aku pikir sudah cukup hebat kamu bisa menyampaikannya. Tetapi masalah itu berbeda daengan masalah ini. Hubungan antara Iblis dan [Da-Tenshi] tidak sesederhana yang kamu kira. Hubungan antaa kita telah saling memanas sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Kalau kamu menunjukan sedikit saja kelemahan, mereka akan membunuh kita semua. Mereka adalah musuh kita."


"Bukankah selama ini "Memusnahkan Musuh" adalah jalan hidup Gremory?"


"..........."


Kami saling melotot. Aku tidak akan menyerah. Aku menatap tepat bola matanya.


"Perempuan itu awalnya adalah pengikut [Kami]. Dia dan kita tidak akan bisa hidup berdampingan. Walaupun sekarang dia bersama para [Da-Tenshi], dia masih dipihak lawan kita para Iblis."


"Asia bukan musuh kita!"


Aku menyangkalnya dengan keras. Perempuan baik sepertinya tidak mungkin adalah musuh kita!


"Tetapi tetap dia tidak ada hubungannya dengan kita. Ise, lebih baik kamu lupakan saja dia."


Walaupun dibilang begitu, tidak mungkin aku bisa melupakannya!


Kemudian Akeno-san mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Buchou.


Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?


Eksprsi wajah Akeno-san juga serius. Tetapi tampaknya bukan karena diskusi ini. Buchou mendengarkan Akeno-san dengan wajah serius juga.


Sudah aku duga, sesuatu telah terjadi.


Buchou menatapku dan seluruh anggota klub.


"Ada urusan penting yang harus kuselesaikan. Aku dan Akeno akan pergi sebentar."


Tidak!


"Buchou! Aku masih belum selesai bicara......!"


Buchou meletakkan telunjuknya kebibirku.


"Ise, ada beberapa hal yang harus kusampaikan padamu. Pertama, Selama ini kamu mengira kalau "Pion" adalah bidak terlemah bukan?"


Aku menjawab pertanyaanya dengan anggukan.


"Hal itu salah besar. Bidak "Pion" punya kemampuan istimewa yang tidak dimiliki jenis bidak lainnya. Yaitu "[Promotion]"."


[Promotion]? Apa itu?


"Seperti permainan catur sungguhan, bidak "Pion" bisa naik pangkat menjadi bidak lainnya jika mereka berhasil masuk ke daerah terdalam dari wilayah musuh. Saat itu dia bisa naik pangkat menjadi bidak apapun kecuali bidak "Raja". Ise kamu bisa naik pangkat menjadi bidak apapun kecuali "Raja" dilokasi yang kuanggap sebagai wilayah musuh."


Begitukah? Jadi aku bisa menjadi bidak "Kuda" seperti Kiba, atau bidak "Benteng" seperti Koneko-chan, dan bahkan bidak "Ratu" seperti Akeno-san!?


"Tetapi karena kamu baru saja menjadi Iblis, ada beberapa pantangan, jadi sepertinya masih tidak mungkin bagimu untuk langsung naik pangkat menjadi "Ratu", tetapi kamu masih bisa menjadi bidak lain. Kalau kamu bertekad kuat dan mengatakan "[Promotion]" dengan segenap hatimu, akan ada perubahan pada kemampuanmu."


Itu luar biasa! Mendengarkan itu saja memberiku banyak informasi! Kalau aku menggabungkan [Promotion] dengan kemampuan [Sacred Gear]ku, mungkin aku bisa mengalahkan pendeta berengsek itu!


"Satu hal lagi. Mengenai [Sacred Gear]. Ketika ingin menggunakan [Sacred Gear] ingat baik - baik hal ini."


Buchou membelai pipiku.


"Keinginan Kuat. Kekuatan [Sacred Gear] sangat dipengaruhi oleh Keinginan pemakainya. Itu juga jadi penentu kekuatanmu. Walaupun sekarang kamu iblis, tetapi hasratmu tidak hilang."


Keinginan Kuat.


Kekuatan Hasrat membuat [Sacred Gear] aktif..... Jadi kekuatan hasratku bisa membuat [Sacred Gear]ku bekerja.


"Satu hal terakhir yang kamu tidak boleh lupa, Ise. Dalam catur sebuah bidak "Pion" pun bisa membunuh "Raja". Ini hal yang umum dalam catur. Fakta ini juga berlaku dalam peraturan "Bidak Iblis". Kamu masih bisa bertambah kuat Ise."


Setelah mengatkan semua itu, Buchou berpindah tempat dengan lingkaran sihir bersama Akeno-san. Yang tersisa disana adalah Aku, Kiba, dan koneko-chan. Setelah menarik nafas panjang, aku akhirnya bertekad untuk pergi.


"Hyoudou-kun."


Kiba memanggilku.


"Kamu mau pergi kesana?"


"Ya. Aku harus pergi, karena Asia adalah temanku. Akulah yang harus menyelamatkannya."


"......Kamu bisa terbunuh. Walapun kamu punya kekuatan [Sacred Gear], dan menggunakan "[Promotion]", kamu tidak akan bisa mengalahkan sekelompok [Eksorsis] dan [Da-Tenshi] sendirian."


Itu memang masuk akal. Aku mengerti hal itu.


"Tetapi aku tetap harus pergi. Walaupun aku mati, aku akan akan membebaskan Asia."


"Itu memang kebulatan tekad yang hebat, tetapi tetap saja itu terlalu ceroboh."


"Kalau begitu apa yang harus kulakukan!?"


Aku berteriak padanya, tetapi Kiba menjawabku:


"Karena itu aku juga akan ikut."


"Apa....?"


Aku tidak bisa berkata apa - apa mendengar hal yang diluar dugaanku itu. Ya, Terang saja, aku bennar - benar tidak menduganya.


"Aku tidak begitu mengenal Asia-san, tetapi kamu adalah temanku. Walaupun Buchou mengatakan hal demikian, ada sisi dari diriku yang sangat merepek keputusanmu. Dan lagi, secara pribadi aku membenci [Da-Tenshi] dan para pendeta. Aku sangat membenci mereka."


Aku yakin laki - laki ini juga punya masa lalu tertentu..... Tetapi mendengar kata "teman" darinya......


"Ingat yang dikatakan Buchou? Kamu bisa naik pangkat menjadi bidak apapun kecuali "Raja" ditempat yang dianggap Buchou sebagai wilayah musuh. dengan kata lain sekarang dia menganggap gereja itu adalah wilayah musuh Gremory, bukan?"


"Ah."


Akhirnya aku menyadarinya. Jadi itu maksudnya. Itulah sebabnya dia memberitahuku informasi mengenai [Promotion].


"Sebenarnya buchou sudah mengijinkanmu pergi. Tentu saja itu artinya aku harus membantumu. Buchou mengkin sudah punya rencana sendiri. Kalau dia tidak mengijinkanmu, sekarang ini pasti kamu sudah dikurung disuatu tempat."


Kiba sedikit tertawa. Buchou, terima kasih banyak.....! Sekali lagi aku melihat betapa murah hatinya Buchou, dan dari hati aku mengucapkan terima kasih. Kalau aku bisa pulang dengan selamat, aku akan lebih giat bekerja! Aku berterima kasih pada Buchou yang sudah tidak ada disana, dan kemudian seorang perempuan berperawakan kecil mendekatiku.


".......Saya juga ikut."


"Huh, Koneko-chan?"


".....Saya khawatir kalau cuma dua orang yang pergi."


Koneko-chaaaaaaan!! Dia memang tidak menunjukan ekspresinya tetapi aku bisa merasakan kebaikan hatinya!


"Aku sangat tersentuh! Saat ini aku tersentuh olehmu, Koneko-chan!"


"Anu.... Aku juga ikut pergi lo?......"


Kiba tertawa dengan wajah sedih. Aku tahu itu, Terima kasih Kiba.


Wajah Casanova yang sedih sedikit imut. Yes! Dengan begini kita punya kemungkinan!


"Kalau begitu mari kita bertiga memulai misi penyemalatan ini! Tunggu kami Asia!"


Begitulah, kami bertiga menuju ke gereja.



Langit sudah gelap, dan sudah waktunya lampu penerangan di pingir jalan untuk menyala.


Kami bertiga, Aku, Kiba dan Koneko-chan, memantau gereja dari tempat dimana kami masih bisa melihatnya. Tidak ada seorangpun yang keluar masuk ke gereja itu.


Tetapi semakin dekat kami dengan gereja, semakin kuat hawa firasat buruk yang kami rasakan.


Banyak keringat dingin bercucuran dari tubuhku.


Ketika aku bertanya pada Kiba, dia mengatakan, "Dari auranya", aku yakin ada [Da-Tenshi] didalam sana".


Jadi Final Boss nya ada di dalam.


"Coba lihat peta ini."


Kiba membuka denah bangunan gereja itu. Peta denah gereja? Dari mana dia....?


"Ini adalah hal dasar yang harus dilakukan sebelum menyerang markas musuh."


Laki - laki ganteng ini tersenyum. Wow, asistensi yang cekatan. Aku bahkan tidak berpikir sejauh itu, dan malah berpikir untuk langsung menerobos masuk. Sekali lagi aku menyadari betapa naif nya diriku.


"Disebelah ruang-kudus, ada asrama. Tetapi ruang-kudus ini tampak mencurigakan."


Kiba menunjuk lokasi ruang-kudus.


"Jadi kita bisa mengabaikan bagian asrama."


"Sepertinya begitu. Kebanyakan dari para [Ex-Eksorsis] membuat beberapa perubahan pada ruang-kudus. Mereka biasanya melakukan ritual aneh di sana."


"Kenapa?"


Aku bertanya padanya, tetapi kiba tersuyum pahit.


"Itu adalah ruang untuk berdoa kepada [Kami] dan dianggap sebagai ruangan yang suci, dan dengan melakukan hal yang mencela [Kami] disana, mereka merasa puas karena seakan - akan telah menghina [Kami]. Kerena mereka dulunya dikasihi, namun sekarang ditolak oleh [Kami], mereka sengaja melakukan ritual jahat diruang-kudus untuk menunjukan kemarahan mereka pada [Kami]."


Mereka memang sudah gila. Tidak, aku rasa [Kami] yang memolak penganutnya yang setia juga salah. Saat ini aku membenci [Kami] karena insiden dengan Asia. Karena itulah aku berpikir seperti itu.


"Ruang-kudus ada dibalik gerbang itu. Aku rasa kita bisa langsung masuk. Masalahnya adalah bangaimana menemukan pintu masuk ke ruang bawah tanah setelah sampai di ruang-kudus, dan juga bagaimana kita mengalahkan para musuh yang menunggu kita."


Musuh...... Ketika aku mendengar kata itu aku langsung mendapat firasat buruk. Kami sekarang ada didepan gereja dibawah sinar rembulan.


Kami sudah mantap! Sekarang tinggal masuk kedalam! Tunggu kami Asia!


Kami memasuki pintu dan berlari kedalam menuju ruang-kudus. Aku yakin saat ini para [Da-Tenshi] sudah menyadari kedatangan kami.


Dengan kata lain, pihak lawan sudah tahu kami memasuki wilayahnya.


Dari sini tidak ada kata kembali.


Yang tersisa adalah maju terus!


Kami membuka pintu, dan masuk keruang-kudus. Ada altar dan kursi panjang. ini seperti ruang-kudus biasa. Lilin ditenga ruangan dan lampu ruang menerangi ruang-kudus itu.


Oh ternyata ada sesuatu yang tidak biasa..... Kepala patung orang dipantek di sebuah salib hancur. Benar benar tempat yang mengerikan.


CLAP CLAP CLAP CLAP CLAP CLAP CLAP CLAP CLAP


Suara tepuk tangan bergema diseluruh ruang-kudus ini.


Seseorang yang kelihatan seperti pendeta muncul dari balik tiang.


Ketika melihat wajahnya, aku langsung merasa muak.


"Pertemuan kembali! Sebuah reuni! Sungguh emosional!"


Dia adalah pendeta berengsek berambut putih! Aku ingat namanya adalah Freed. Ternyata dia. Dia adalah salah seorang musuh kami. Dia masih punya senyum aneh seperti biasa.


"Sebelumnya aku belum pernah bertemu Iblis yang sama dua kali! Kenapa? Karena aku sangat kuat, aku memotong - motong lawanku ketika pertama kali kami bertemu! Kalau berteemu Iblis langsung aku potong dia ditempat! Kemudian aku mencium mayatnya dan mengucapkan selamat tinggal! Itulah cara hidupku biasanya! Tetapi sejak kalian merusak kebiasaanku, aku jadi resah! Ini tidak benar! Tidak baik merusak gaya hidup orang lain! Karena itulah aku jengkel sekali pada kalian! Aku harap kalian bisa mati! Tidak, Matilah kalian para Iblis Sampaaaaaaah!"


Dia marah sekali dan mengeluarkan pedang dan pistolnya.


BOOOM.


Muncul pedang cahaya. Akan merepotkan kalau tertebas pedang itu. Juga pistolnya juga sangat mengerikan. Tetapi kali ini berbeda dengan waktu itu. Sekarang kami bertiga melawan dia sendiri.


"Kalian kesini untuk menyelamatkan Asia-tan, kan? Hahahaha! Kalian Iblis-sama punya hati yang sangat besar untuk datang menyelamatkan wanita jalang sepertinya yang bisa menyembuhkan Iblis! sepantasnya karena telah bergaul dengan Iblis, suster-gereja itu layak mati!"


Mati? Apa maksudnya!?


"Hey, Dimana Asia!?"


"Ada tangga rahasia di bawah altar itu. Kamu bisa menuju ke tempat mereka mengadakan ritual dengan tangga itu."


Orang ini langsung mengatakan tempat rahasia menuju ruang bawah tanah dengan menunjuk pada altar. Apakah dia tahu kalau seharusnya dia menghentikan kami? Atau apakah dia terlalu percaya diri dan berpikir tidak apa - apa mengatakannya asalkan pada akhirnya dia membunuh kami?


"[Sacred Gear]!"


Selaras dengan teriakanku, sarung tangan merah muncul di lengan kananku. Selesai memasang [Sacred Gear]! OK! Kiba mencabut pedang dari sarungnya, dan Koneko-chan......

Koneko-chan melempar bangku ke arah pendeta itu!


Koneko-chan melempar bangku ke arah pendeta itu!


Aku sangat terkejut sampai mataku rasanya mau lepas.


Koneko-chan bisa mengangkat bangku panjang yang ukurannya beberapa kali lebih besar dari tubuhnya.


"......Hancurlah."


Koneko-chan melempar bangku itu kearah pendeta! Perempuan super! Itu adalah cara menyerang yang tidak kusangka!


"Wow! Oh yeah!"


Pendeta itu berdansa sedikit dan memotong bangku itu menjadi dua dengan pedang cahayanya. Kursi yang terbelah dua itu jatuh ke lantai.


"Disana."


SWIFT.


Aku pikir kiba mau maju tetapi tiba tiba dia menghilang. Dia cepat sekali sampai aku tidak bisa melihatnya!


KATCHING.

Muncul kilatan karena benturan pedang Kiba dan pedang cahaya pendeta. Apakah pedang cahaya itu padat? Walapupun kiba mencoba menebas pendeta itu, aku hanya bisa mendengar suara dua besi sanling beradu satu sama lain.


"Hmmm! Hmmm! Menyebalkan sekali! Kenapa kelian sungguh berisik? Maaf kalau aku berbicara dalam bahasa kematian! Maafkanlah aku kalau kalian sudah mati!


Kiba menghindari peluru yang ditembakkan si pendeta tidak bersuara dengan kecepatannya, Sambil terus menyerang. Kiba sungguh luar biasa, dia bisa menghindari semua serangan si pendeta. Tetapi pendeta itu juga tidak kalah hebat, karena bisa bertarung seimbang dengan Iblis.


Lagi lagi pendeta itu menghentikan serangan Kiba! Bahkan akupun tidak sanggup mengikuti gerakan Kiba, tetapi sepertinya pendeta itu bisa. Pendeta berengsek itu pastilah bukan lawan yang bisa kuhadapi sendiri. Kiba dan pendeta itu bertarung dengan sengit. Keduanya saling melotot satu sama lain.


"Mengagumkan. Kamu kuat sekali."


"Ahahahaha! Kamu juga! Bidak Kuda, ya? Tidak ada satupun cela kelemahan! Ini hebat! Ya, ya. Ini dia. Akhir - akhir ini aku tidak pernah bertarung seperti ini! Aku bahkan sampai menagis terharu! Hmmm! Hmmm! Sekarang aku akan membunuhmu!"


"Kalau begitu aku juga akan berterung sedikit serius."


Bertarung dengan serius? Apa yang akan dia lakukan?


"Terima ini."


Suara berintonasi rendah.


Aku tidak percaya kalau tadi itu suara Kiba, benar benar penuh dengan tekanan. Kemudian kuluar suatu berwarna gelap dari pedang Kiba. Hal itu menyelimuti seluruh bagian pedang Kiba.


Kegelapan.


Kalau mau menjelaskan hal itu dengan satu kata, itulah kata yang tepat.


Kegelapan menyelimuti pedang Kiba.


Tidak lebih tepatnya kegelapan itu membentuk wujud pedang Kiba. Pedang kegelapan yang beradu dengan pedang cahaya si pendeta membesar dan menelan pedang cahaya.


"Apa? Apa - apaan ini?"


Pendeta itu kelihatan bingung.


"Ini adalah "[Holy_Eraser]", pedang kegelapan yang menelan cahaya."


"Jadi kamu juga pemilik [Sacred Gear]!?"


[Sacred Gear]!? Kiba juga!? Maksudku pedang kegelapan itu keren sekali! Sialan! Jadi laki laki ganteng juga akan mendapat senjata yang bagus juga!? Pedang cahaya si pendeta tertelan sepenuhnya oleh pedang Kiba dan cahayanya menghilang dan pedang itu kehilangan wujudnya. Sekarang! Ini kesempatan! Aku langsung menerjangnya!


"Aktifkan [Sacred Gear]!"


[BOOST!!]


Suara keluar dari permata di [Sacred Gear] ku dan aku bisa merasakan kekuatan mengalir kedalam tubuhku. Targetku adala si pendeta berengsek. Tetapi pendeta itu menyadari aku maju menyerangnya.


"Inilah yang aku maksud dengan menyebalkan!"


Dia menodongkan pistolnya yang diisi dengan peluru cahaya padaku. Pistol itu menembakkan pelurunya tanpa mengeluarkan suara. Ini dia!


"[Promotion], Menjadi Bidak Benteng!"


Peluru cahaya itu menghilang setelah gagal menembusku.


"[Promotion]!? Bidak Pion!?"


Pendeta itu kelihatan terkejut.


"Ya!, Aku memang Pion".


Pion yang akan menghajarmu!


"Kelebihan dari Bidak Benteng! Pertahanan super dan juga....!"


Tinju kiriku menghantam wajah si pendeta. Tetapi aku merasakan benda keras di tinjuku. Tetapi aku tidak memperdulikannya dan aku meninjunya sekeras mungkin. Pendeta itu langsung terlempar kebelakang!


".....Serangan super."


Aku tertawa sambil menarik bernafas.


"Itu balasan karena kamu telah memukul Asia waktu itu. Sekarang aku jadi merasa lega telah berhasil memukulmu sekali."


Pendeta itu bangkit perlahan dan meludahkan darahnya ke lantai. Pipi kanannya tampak membengkak.


Cuma begitu? Aku naik pangkat menjadi bidak "benteng", tetapi sepertinya aku tidak mendapatkan kekuatan sebesar Koneko-chan.


Tidak, setelah kulihat lagi, pedangnya yang hanya tinggal gagangnya saja jadi rusak. Apakah dia menggunakannya sebagai perisa tepat sebelum aku meninjunya? Jadi itulah benda keras yang kurasakan. Reaksinya refleknya cepat sekali.


"......Hmmmmm..... Huh...? Iblis sampah ini bukan hanya meninjuku, tetapi dia juga mengatakan hal yang aku tidak mengerti..... padaku...... Jangan macam macam denganku!!!.”


Pendeta itu berteriak keras.


"Jangan macam - macam denganku!! Dasar Iblis rendahan!! Aku akan membunuhmu!! Aku pasti akan membunuhmu!! Aku akan memotong - motongmu!! Berengsek!!"


Pendeta itu mengeluarkan pedang keduanya yang juga hanya tinggal gagangnya. Dia masih punya!? Berapa banyak yang dia punya? Tetapi kami bertiga, Aku, Kiba, dan Koneko-chan mengepung pendeta itu. Pendta itu menyadarinya, dan melihat sekeliling. Kemudian dia tersenyum.


"Wow, wow. Bukankah ini disebut dengan Krisis? Bagiku terbunuh oleh Iblis itu tidak boleh, jad aku sebaiknya mundur saja. Sayang sekali aku tidak bisa mengusir kalian, tetapi aku juga masih belum mau mati!


Pendeta itu mengeluarkan sesuatu berbentuk bulat dan melemparkannya ke lantai. Seketika itu juga mata kami dibutakan oleh cahaya yang menyilaukan. Sialan! Bomb cahaya!? Ketika pandanganku mulai pulih, aku melihat sekeliling dengan padanganku yang masih setengah pulih, tetapi pendeta itu sudah hilang. Kemudian terdengar suara pendeta itu dari suatu tempat.


"Hey, bocah Iblis yang disana itu...... Kalau tidak salah namamu Ise-ku, ya? Sejujurnya, aku jatuh cinta padamu. Jadi lain kali aku pasti akan membunuhmu. Pasti, OK? Aku tidak akan memafkan Iblis sampah yang telah memukulku dan menceramahiku, OK?. Kalau begitu, bye-bye."


Ketika penglihatanku sudah pulih total, kembali aku melihat sekeliling. Tetapi pendeta it sudah hilang sama sekali. Dia lari.... Dia bahkan sempat meningalkan kata perpisahan.... Aku berpikir sejenak, kemudian menyadari kalau tidak ada waktu untuk itu. Aku, Kiba, dan Koneko-chan salin memandang dan mengagguk, kemudian kami menuju ke tangga rahasia dibalik altar.


Kami bertiga menuruni tangga dibawah altar. Tampak cahaya lampu juga menyala di ruang bawah tanah. Dengan Kiba dibarisan paling depan, kami berjalan maju. Setelah menuruni tangga, terdapat lorong yang menuju ke bagian terdalam ruangan.


"Sepertinya diujung lorong ini.... Karena bau orang itu......"


Itulah yang dikatakn Koneko-chan sambil menunjuk ujung lorong. Jadi Asia ada disana. Seketika itu aku langsung termotivasi. Tunggu aku Asia. Aku akan segera datang! Setelah berjalan cukup jauh kami sampai pada sebuah pintu besar.


“Jadi disini?”


"Mungkin. Aku yakin didalam ada sekelompok [Eksorsis] dan [Da-Tenshi] didalam sana. Apakah kalian siap?"


Aku, dan Koneko-chan mengangguk menjawab pertanyaan Kiba.


"Baiklah. Akan kubuka pintunya....."


Ketika Kiba dan aku mau membuka pintu, pintu itu tiba - tiba terbuka sendiri. Dan setelah mengeluarkan suara keras, ritual didalam ruangan itu terlihat.


"Selamat datang para Iblis."


[Da-Tenshi], Reynalle, mengatakan itu dari ujung ruangan. Di ruangan itu ada banyak pendeta. Mereka masing - masing membawa pedang cahaya. Aku melihat ke seorang perempuan yang terikat di sebuah salib dan berteriak:


"Asiaaaaa!!"


Asia mendengar suaraku dan melihatku.


".......Ise-san?"


"Ya! Aku datang menyelamatkanmu!"


Aku tersenyum padanya dan air mata menetes dari mata Asia.


"Sungguh pertemuan yang menyentuh hati, tetapi sudah terlambat. Ritualnya sudah hampir selesai."


Ritualnya selesai? Apa maksudnya.....? Tiba - tiba tubuh Asia bersinar.


".......Aaaaaah, tidaaaaaaaak!!"


Asia menjerit kesakitan.


"Asia!"


Aku mencoba mendatanginya, tetapi para pendeta mengepungku.


"Tidak akan kubiarkan kalian menghalangi"


"Akan kuhancurkan kalia, para Iblis!"


"Minggir, kalian semua! Aku tidak punya waktu mengurusi kalian!"


BANG!


Terdengar suara keras. Itu suara Koneko-chan memukul terbang salah satu pendeta.


".......Jangan menyentuhku."


Kiba juga mencabut pedangnya.


"Sepertinya aku harus langsung serius dari awal. Aku benci pendeta. Jadi kalau ada sebanyak ini, aku tidak akan menahan diri untuk memakan cahaya kalian."


(To Be Continued)

Catatan